• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Video dan Permainan Ular Tangga dalam Peningkatan Perilaku Anak Mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati Medan tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah ekperimen semu ( quasi-eksperiment). Pada eksperimen semu terdapat kelompok kontrol namun tidak berfungsi sepenuhnya sebagai kontrol, biasanya jenis penelitian ini digunakan karena sulitnya mendapatan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan desain Non-equivalent control grup desain pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini digunakan modifikasi terhadap objek dengan perlakuan eksperimental lawan perlakuan lain (Praktiknya, 2010).

Sehingga penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Model Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Media Ular Tangga X1 O1 X3

Kelompok Media Video X2 O2 X4

Keterangan :

(2)

X3, dan X4 : Posttest untuk menilai perilaku sesudah dilakukan perlakuan pembelajaran dengan media ular tangga dan media video.

O1dan O2 : perlakuan pembelajaran dengan media video dan ular tangga.

Desain ini digunakan karena sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo,2005) Jarak pemberian pretest dengan waktu pemberian perlakuan diharapkan tidak begitu jauh untuk meminimalisasikan pengaruh lain dari luar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Tempat penilitian ini akan dilaksanakan di TK Dian Ekawati Jalan Kapten M.jamil Lubis No. 182, Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan. Sekolah ini dipilih dengan alasan sebagai berikut :

1. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2015 dalam Nasution (2016) di kecamatan Medan Tembung perkiraan kasus diarenya sampai pada angka 2.265 jiwa dan berada diurutan keenam dari 20 kecamatan, angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain yang ada disekitarnya seperti Kecamatan Medan Denai (2.039 jiwa) dan Medan Perjuangan (2.002 jiwa).

(3)

3. TK Dian Ekawati merupakan TK Umum sehingga latar belakang anak berasal dari status keluarga yang sosioekonominya bergam sehingga pengetahuan dan kebiasaan anak tidak sama.

4. Di TK Dian Ekawati sudah pernah memberikan pelajaran mengenai CTPS dengan ceramah dan praktik, namun pengajaran ini hanya berdasarkan pengetahuan guru di sekolah tersebut.

5. Sarana dan prasarana mencuci tangan disekolah ini sudah tersedia namun jarang digunakan dan beberapa tidak berfungsi seperti kran yang rusak.

6. Di daerah ini tidak pernah dilakukan penelitian serupa. 3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, merancang media video dan ular tangga yang akan digunakan, konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian sampai dengan penyusunan laporan akhir yang dimulai dari bulan November 2016 dan diharapkan selesai pada bulan Mei 2017.

3.3 Populasi dan Sempel 3.3.1 Populasi

(4)

1. Berusia antara 4-6 tahun

2. Masih berstatus aktif sebagai siswa di TK Dian Ekawati

Kriteria tersebut diambil dengan pertimbangan pada anak umur 4- 6 tahun sudah mampu berkomunikasi. Pada umur tersebut anak juga lebih mudah menyerap pelajaran baru dan masih aktif dalam pembentukan perilaku baru. Keseluruhan populasi berdasarkan data tahun ajaran 2016/2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa TK Dian Ekawati Kelas A dan B

No. Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah

1. A 10 6 16

2. B 13 26 39

Jumlah 23 32 55

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling yaitu jumlah sampel diambil dari jumlah populasi keseluruhankarena populasi kurang dari 100 orang (Sugiyono, 2008). Maka jumlah sampel adalah 55 namun agar dapat dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah sampel sama, maka sampel yang diambil sebanyak 54 orang dengan pembagian sebagai berikut :

1. Kelompok media ular tangga : 27 orang 2. Kelompok media video : 27 orang

(5)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data perilaku siswa mengenai CTPS sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang dalam pengisiannya akan dibimbing oleh peneliti dan tim dengan melakukan wawancara kepada anak.. 3.4.2 Data Sekunder

Data berupa gambaran umum sekolah, jumlah ,biodata siswa dan data pendukung lainnya diperoleh melalui sekolah yaitu TK Dian Ekawati.

3.5 Variabel penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh (Independent variabel), yaitu media video dan permainan ular tangga yang digunakan sebagai alat untuk pengajaran CTPS.

2. Variabel terpengaruh (dependent variabel ), yaitu pengetahuan, sikap, tindakan siswa TK Dian Ekawati.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh anak-anak di Taman kanak-Kanak tentang cuci tangan pakai sabun.

2. Sikap adalah respon tertutup seorang anak mengenai segala hal yang terkait dengan perilaku cuci tangan pakai sabun.

(6)

4. CTPS adalah perilaku membasuh tangan dengan tujuan membersihkan keduaa belah tangan dari kuman dan bakteri menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

5. Anak Usia Dini adalah seluruh anak yang berusia 4-6 tahun yang menjadi siswa TK Dian Ekawati.

6. Media adalah alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi mengenai CTPS dalam hal ini adalah video dan ular tangga 7. Video adalah gambar gerak dan suara yang berkaitan dengan aktivitas dan

pembelajaran mengenai CTPS.

8. Permainan ular tangga yaitu permainan yang terdiri dari kotak-kotak bergambar tentang hal-hal terkait CTPS, disertai dengan fambar ular yang menyatakan kesalahan dan tangga yang menyatakan hal yang benar, permainan dilakukan oleh 3-6 orang anak.

3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor.

1. Pengetahuan

(7)

pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan sehingga total skor pengetahuan tertinggi adalah 40 dan terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Sugiyono,2008) :

a. Baik, bila nilai responden > 66,67 % dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 27-40).

b. Sedang, bila nilai responden 33,33% - 66,67% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 14-26).

c. Kurang, bila nilai responden <33,33% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 1-13).

2. Sikap

Pengukuran terhadap sikap akan diukur menggunkan pendekatan skala Guttman dengan interval jawaban “setuju” dan “tidak setuju”. Setiap pernyataan positif maka jawaban “setuju” diberi skor 1 dan jawaban “tidak setuju” diberi skor 0 sedangkan untuk pernyataan negative jawaban “setuju” diberi skor 0 dan jawaban “tidak setuju” diberi skor 1. Pernyataan sikap terdiri dari 20 pernyataaan sehingga skor teringgi bernilai 20 dan terendah bernilai 0. Selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori (Azwar, 2012) yaitu:

(8)

3. Tindakan

Tindakan diukur dengan pendekatan skala Guttman dengan alternative jawaban “ya” dan “tidak”. Pernyataan dengan jawaban “ya” diberikan skor 1 dan jawaban tidak diberikan nilai skor 0. Pernyataan tindakan terdiri dari 20 pernyataan sehingga skor tertinggi bernilai 20 dan terendah bernilai 0. Selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori (Azwar 2012) yaitu:

a. Baik, bila nilai responden > 50% (skor 10-20) b. Buruk, nila nilai responden <50% (skor 0-10). 4. Uji Reabilitas dan Uji Validitas

Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan anak serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya maka, dilakukan uji kuesioner diluar objek penelitian yaitu pada 20 anak dengan rentang umur 4-6 tahun. Uji validitas instrumen menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,444 dianggap memuaskan atau valid berdasarkan perhitungan tabel r tabel. Uji reliabilitas menggunakan nilai Croanbach’s Alpha. Reliabilitas suatu item variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Croanbach’s Alpha >0,60.

(9)

3.7 Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden untuk melihat karakteristik responden dan distribusi frekuensi variabel dependen. Selain itu uji univariat digunakan untuk melihat distribusi normal sebaran data dalam penelitian. Untuk mengetahui hal tersebut akan digunakan uji kolmogorov-sumirnov karena jumlah sampel >50, adapun syarat dikatakan normal apabila nilai signifikan atau p > α (0,05) dan

sebaliknya. Kemudian setelah dilakukan uji normalitas dapat dilanjutkan ke analisis Bivariat.

2. Analisis Bivariat

(10)

3.8 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian

3.8.1 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu : 1. Tahap Persiapan

a. Peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian. Kemudian melakukan pengumpulan data awal yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian, data diperoleh dari pihak guru dan kepala sekolah.

b. Mengumpulkan dan menyusun materi-materi mengenai CTPS

c. Menyusun materi CTPS yang akan digunakan untuk media ular tangga dan video.

d. Peneliti membentuk tim yang akan membantu berjalannya penelitian yang terdiri dari empat orang, yaitu dua sebagai pemateri yang akan menyampaikan materi dan dua lainnya membantu pemateri ketika berada didalam kelompoknya atau disebut juga sebagai fasilitator. e. Menyusun panduan tim fasilitator dalam penelitian.

f. Setelah mendapatkan izin dari lokasi penelitian, peneliti akan melakukan koordinasi lebih lanjut untuk menetapkan waktu dan tempat kegiatan akan dilaksanakan.

(11)

Kameramen, juga terdapat satu kelas A yaitu A Presenter. Kelas B akan dijadikan acuan pembagian kelompok dan kelas A yang akan dipecah dan digabungkan kedalam kelompok kelas B. Kelas B kameramen akan dijadikan kelompok media ular tangga dan B reporter sebagai kelompok media video.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan mekanisme sebagai berikut :

a. Memberikan materi kepada pihak sekolah dan bekerja sama dengan guru dan tim fasilitator. Nantinya fasilitator akan membantu peneliti menjadi narasumber dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi bias dan penilaian subjektif pada peneliti.

b. Dilakukan pre-test pada kelompok media ular tangga. c. Dilakukan pre-test pada kelompok media video.

d. Pelaksanaan pengajaran CTPS dengan media ular tangga dibimbing oleh peneliti dan tim dan dibantu oleh guru.

e. Pelaksanaan pengajaran CTPS dengan menggunakan ular media video dibimbing peneliti dan tim dan dibantu oleh pihak guru.

f. Intervensi dilaksanakan sebanyak 1 (satu) pertemuan dalam waktu 1 (satu) hari untuk kelompok video dan ular tangga.

g. Waktu untuk setiap pertemuan selama 120 menit yang secara khusus diminta pada jam sekolah.

(12)

i. Dilakukan post-test pada kelompok media ular tangga setelah intervensi dilakukan.

j. Dilakukan post-test pada kelompok media video setelah intervensi dilakukan.

3.9 Metode Pelaksanaan

3.9.1 Pembelajaran CTPS dengan Media Ular Tangga

Pada kelompok media ular tangga ini fasilitator akan menjelaskan terlebih dahulu apa saja materi yang terdapat dalam ular tangga. Setelah mereka diberikan pengarahan dan gambaran tentang apa saja yang akan dibahas kemudian anak akan diajak untuk bermain ular tangga. Setiap anak akan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Saat permainan berlangsung fasilitator akan menanyakan beberapa pemain yang mendapatkan kotak dengan tangga atau ular. Pertanyaan tersebut akan berkaitan dengan kotak yang mereka dapati, anak akan diminta menjelaskan apa yang ia tangkap dengan gambar tersebut.

Adapun tujuan media ular tangga ini adalah:

1. Memaksimalkan penerimaan pesan yang diterima oleh anak. 2. Memaksimalkan belajar anak dengan gambar dan bermain

3. Membangun suasana belajar yang menyenangkan dengan bermain sambil belajar.

(13)

3.9.1.1 Proses Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Media Ular Tangga 1. Persiapan Umum

Dalam pelaksanaan pembelajaran CTPS dengan media ular tangga beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Penguasaan fasilitator terhadap materi

b. Kemampuan fasilitator dalam menyampaikan materi

c. Menyediakan papan permainan ular tangga dan membagi anak ke dalam beberapa kelompok bermain

d. Memahami isi materi yang terdapat didalam ular tangga. 2. Materi

Adapun materi yang akan disampaikan pada media ular tangga berisi tentang:

a. Pengertian CTPS b. Tujuan CTPS

c. Waktu yang tepat untuk CTPS

d. Akibat tidak cuci tangan dengan sabun e. 7 langkah mencuci tangan

3. Alat Bantu

(14)

4. Waktu

Hari/tanggal :

-Waktu : 120 menit

Tempat : Ruangan TK Dian Ekawati

5. Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Media Ular Tangga Adapun mekanisme pelaksanaannya adalah :

1. Fasilitator beserta peneliti memperkenalkan diri, maksud dan tujuannya (5 menit).

2. Dilakukan pretest kepada anak dengan menanyakan pertanyaan dalam kuesioner secara langsung dan mencatat jawabannya, hal ini dilakukan oleh tim fasilitator (20 menit).

3. Fasilitator akan memberikan pengarahan mengenai materi apa saja yang akan dibahas dan menjelaskan mengenai permainan ular tangga dan peraturannya (20 menit).

4. Fasilitator akan membagi anak ke dalam kelompok bermain. Satu kelompok terdiri dari 3-6 orang sehingga ada sekitar 7 kelompok yang terbentuk. Pembagian kelompok berdasarkan posisi terdekatnya. (5 menit).

(15)

6. Melakukan praktik cuci tangan bersama (20 menit).

7. Melakukan posttest kepada anak dengan menanyakan kuesioner secara langsung pertanyaan dan jawaban yang menurut anak benar dan penutup ( 20 menit).

6. Peraturan Permainan 1. Jumlah pemain 3-6 orang

2. Sebelum memulai permainan, buat urutan permainan terlebih dahulu siapa yang pertama, siapa yang kedua, dan seterusnya sampai yang terakhir.

3. Letakkan biji semua pemain pada kotak bertanda “Start”. 4. Pemain giliran pertama memulai dengan mengocok dadu.

5. Setiap pemain akan menjalankan bijinya sesuai dengan angka yang di dapat.

6. Setiap biji pemain yang berhenti pada kotak yang terdapat ujung ekor panah, maka ia harus menjelaskan apa maksud dari gambar tersebut dan turun ke kotak dimana kepala panah berada.

7. Apabila biji pemain sampai pada kotak yang ada gambar tangganya, maka ia harus menjelaskan apa maksud dari gambar tersebut dan pemain boleh naik menuju kotak diatasnya sesuai arah tangga.

(16)

7.

Evaluasi

Evaluasi perlakuan ini akan digunakan hasil kuesioner yang telah diberikan sebelumnya (pretest).

3.9.2 Pembelajaran CTPS dengan Media Video

Pada kelompok media video fasilitator akan memberikan pengarahan dan gambaran mengenai apa saja yang akan dibahas kemudian memutarkan beberapa video yang terkait dengan pembahasan-pembahasan CTPS. Setelah itu fasilitator akan meminta anak untuk mengulang beberapa hal penting dan diminta partisipasinya untuk mau menyebutkan apa saja hal yang mampu diingatnya. Adapun tujuan menggunakan media video ini adalah :

1. Memaksimalkan penerimaan pesan yang disampaikan pada anak.

2. Memaksimalkan pemahaman dan ingatan anak dengan gambar dan suara yang ditampilkan melalui video.

3. Merangsang munculnya keaktifan dan partisipasi anak. 4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

3.9.2.1 Proses Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Media Video 1. Persiapan Umum

Dalam pelaksanaan pembelajaran CTPS dengan media video beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Penguasaan fasilitator terhadap materi.

(17)

c. Memahami isi materi yang terdapat didalam video untuk dikaitkan dengan materi CTPS yang telah disiapkan peneliti.

2. Materi

Adapun materi yang akan disampaikan pada media video berisi tentang: a. Pengertian CTPS

b. Tujuan CTPS

c. Waktu yang tepat untuk CTPS

d. Akibat tidak cuci tangan dengan sabun e. 7 langkah mncuci tangan

3. Alat Bantu

Dalam pelaksanaan ini peniliti memerlukan alat bantu berupa : laptop, loadspeaker, dan infokus.

4. Waktu

Hari/tanggal :

-Waktu : 120 menit

Tempat : Ruangan TK Dian Ekawati

5. Pelaksanaan Pembelajaran CTPS dengan Media Video Adapun mekanisme pelaksanaannya adalah :

1. Fasilitator beserta peneliti memperkenalkan diri, maksud dan tujuannya (5 menit).

(18)

3. Pemberian pengarahan mengenai materi yang akan dibahas dan pemutaran video mengenai CTPS dengan menggunakan infokus, loudspeaker dan laptop (35 menit).

4. Fasilitator akan menggulang kembali materi yang telah diberikan saat pemutaran video Kemudian beberapa anak akan diminta untuk menyebutkan hal-hal yang mampu diingatnya berdasarkan materi yang telah mereka saksikan (20 menit).

5. Melakukan praktik cuci tangan bersama (20 menit).

6. Melakukan posttestkepada anak dengan menanyakan kuesioner secara langsung pertanyaan dan jawaban yang menurut anak benar dan penutup (20 menit).

6. Evaluasi

(19)

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Karakteristik Responden 4.1.1 Gambaran Umum TK Dian Ekawati

TK Dian Ekawati terletak di Jalan Kapten M. Jamil Lubis No. 182 Medan Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. TK Dian Ekawati sudah berdiri sejak tahun 1978. Kepala sekolah yang saat ini menjabat adalah ibu Hj. Sakilah, S.Pd. Sekolah ini memiliki 6 tenaga pengajar (guru) yang juga mengurus administrasi sekolah seperti bendahara sekolah dan 1 orang penjaga sekolah.

TK Dian Ekawati memiliki 5 ruangan yang berfungsi sebagai 1 ruang kepala sekolah, 3 ruang kelas dan 1 ruang konseling yang juga digunakan untuk ruang kesehatan siswa dan praktik kerajinan tangan. Selain itu terdapat 1 aula, 2 toilet, kran tempat cuci tangan, musholla, dan beberapa mainan anak seperti ayunan, seluncuran, kotak pasir,dan lain-lain. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini dilakukan pagi hari dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Proses belajar mengajar di sekolah ini didukung dengan fasilitas seperti papan tulis, spidol, penghapus, DVD player, dan sound system. Selain itu juga banyak mainan yang melatih daya ingat dan kemampuan motorik anak.

(20)

belajar diluar sekolah seperti ke kebun binatang atau ke museum, perayaan hari Ibu, dan lain-lain.

Jumlah siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Siswa TK Dian Ekawati Berdasarkan Kelas dan

Jumlah Siswa

Kelas Jumlah Siswa

A Presenter 16 orang

B Kameramen 10 orang

B Reporter 29 orang

Jumlah 55 orang

4.1.2 Karakteristik Responden TK Dian Ekawati 4.1.2.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 menjelaskan pada kelompok ular tangga terdapat responden sebanyak 14 orang anak laki-laki (51,9%) dan anak perempuan sebanyak 13 orang (48,1%). Pada kelompok video terdapat responden sebanyak 15 orang anak laki-laki (55,6%) dan 12 orang anak perempuan (44,4%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video TK Dian Ekawati

Jenis Kelamin

Kelompok

Ular Tangga Video

N % N %

Laki- laki 14 51,9 15 55,6

Perempuan 13 48,1 12 44,4

(21)

4.1.2.2 Umur Responden

Berdasarkan kelompok umur yang terdapat di TK Dian Ekawati yaitu umur 4-6 tahun, maka kelompok umur anak dibagi ke dalam kelompok umur ≤5 tahun dan >5 tahun. Pada tabel 4.3 dapat dilihat jumlah anak pada kelompok media ular tangga yang berumur ≤5 tahun terdapat sebanyak 18 orang anak (66,7%) dan yang berumur >5 tahun sebanyak 9 orang anak (33,3%). Sedangkan pada kelompok media video terdapat sebanyak 22 orang anak (81,5%) berada pada kelompok umur ≤ 5 tahun dan sebanyak 5 orang anak (18,5%) berada pada kelompok umur >5 tahun.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Pada Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video TK Dian Ekawati

Umur (tahun)

Kelompok

Ular Tangga Video

N % N %

≤ 5 18 66,7 22 81,5

>5 9 33,3 5 18,5

Jumlah 27 100 27 100

4.2 Gambaran Pretest dan Posttest Pada Kelompok Ular Tangga dan Kelompok Media Video

4.2.1 Gambaran Pretest dan Posttest Pengetahuan Pada Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video

(22)

sedang dan 5 orang (18,5%) berada pada kategori kurang. Pada kelompok media video pada hasil pretest diketahui bahwa 6 orang (22,2%) anak berada pada kategori berpengetahuan baik mengenai CTPS, 10 orang (37,0%) anak berkategori sedang dan 11 orang (40,7%) berkategori kurang. Berdasarkan hasil pretest kedua kelompok tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak sebelum dilakukan penyuluhan berada pada kategori sedang.

Berdasarkan hasil posttest maka diperoleh hasil peningkatan kategori pengetahuan anak mengenai CTPS menjadi kategori baik. Pada kelompok media ular tangga diperoleh hasil berupa sebanyak 24 orang (88,9%) anak berkategori baik dan 3 orang (11,1%) berkategori sedang. Hal serupa juga dapat dilihat pada kelompok media video yaitu sebanyak 15 orang (55,6%) berkategori baik dan 12 orang (44,4%) berkategori sedang.

(23)

4.2.1.1 Gambaran Pretest dan Posttest Pengetahuan Pada Kelompok Media Ular Tangga

Pengetahuan anak pada kelompok media ular tangga mengenai CTPS akan diukur dari skor jawaban pertanyaan yang ditanyakan sebelum diberikan perlakuan media ular tangga dan sesudah diberikan perlakuan media ular tangga. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Distribusi Gambaran Pengetahuan pada Kelompok Media Ular Tangga Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest.

Pertanyaan Pretest Posttest

B % S % B % S %

Apa Kepanjangan dari CTPS? 9 33,3 18 66,7 24 88,9 3 11,1 Saat mencuci tangan sebaiknya

Air yang digunakan harus? 19 70,4 8 29,6 24 88,9 3 11,1 Untuk apa mencuci tangan

Kapan kita harus CTPS? 11 40,7 16 59,3 1 3,7 26 96,3 Setelah bersin atau batuk yang

mana yang paling baik untuk dilakukan?

(24)

setelah buang air kecil, kapan

Apa yang harus digosok setelah telapak tangan?

(25)

Peningkatan terlihat pada hasil posttest setelah diberikan perlakuan media ular tangga yaitu anak-anak telah mampu memilih jawaban benar dari setiap pertanyaan. Pertanyaan paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 14 yaitu sebanyak 26 anak (96,3%) mengenai bagian mana yang digosok saat pertama mencuci tangan. Sedangkan pertanyaan paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 10 yaitu sebanyak 26 orang (96,3%) mengenai waktu cuci tangan.

Berdasarkan tabel 4.5 berikut dapat dilihat perubahan pengetahuan berdasarkan kategoriknya sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok media ular tangga.

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Kelompok Media Ular Tangga Sebelum dan Sesudah Diberikan Media Ular Tangga

Pengetahuan Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 0 0 24 88,9

Sedang 22 81,5 3 11,1

Kurang 5 18,5 0 0

Jumlah 27 100 27 100

(26)

4.2.1.2 Gambaran Pretest dan Posttest Pengetahuan Pada Kelompok Media Video

Berdasarkan hasil pretest dan posttest pengetahuan pada kelompok yang diberikan media pembelajaran video mengenai CTPS maka dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Pengetahuan Pada Kelompok Media Video Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest

Pertanyaan Pretest Posttest

B % S % B % S %

Apa Kepanjangan dari CTPS? 12 44,4 15 55,6 24 88,9 3 11,1 Saat mencuci tangan sebaiknya

Air yang digunakan harus? 20 74,1 7 25,9 23 85,2 4 14,8 Untuk apa mencuci tangan

Kapan saja kita CTPS? 18 66,7 9 33,3 17 63,0 10 37,0 Yang sebaiknya dilakukan

sebelum makan?

10 37,0 17 63,0 19 70,4 8 29,6

(27)

setelah buang air kecil, kapan

Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan pada kelompok media video diketahui pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 4 yaitu pertanyaan mengenai jenis air yang digunakan untuk CTPS, sebanyak 20 orang (74,1%). Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan mengenai cuci tangan menggunakan apa, kegunaan CTPS dan urutan mencuci tangan masing-masing sebanyak 21 orang (77,8%).

(28)

banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 1 mengenai kepanjangan CTPS, nomor 2 mengenai bahan yang diperlukan dalam CTPS dan nomor 3 mengenai air yang bagaimana yang harus digunakan saat CTPS, ketiga pertanyaan ini sama-sama dijawab benar oleh 24 orang (88,9%). Pertanyaan yang paling banyak salah dijawab adalah pertanyaan mengenai setelah menggosok buku-buku jari sebanyak 16 orang (59,3%).

Kategori pengetahuan sesudah dan sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pengetahuan Kelompok Media Video Sebelum dan Sesudah diberikan Media Video

Pengetahuan Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 6 22,2 15 55,6

Sedang 10 37,0 12 44,4

Kurang 11 40,7 0 0

Jumlah 27 100 27 100

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebelum diberikan video terdapat 6 orang (22,2%) berada pada kategori berpengetahuan baik, sedangkan 10 orang (37,0%) berada pada kategori sedang dan 11 orang (40,7%) berkategori kurang. Peningkatan dapat terlihat setelah anak diberikan perlakuan video yaitu sebanyak 15 anak (55,6%) berkategori baik dan 12 orang (44,4%) berkategori sedang dalam pengetahuannya mengenai CTPS.

4.2.2 Gambaran Pretest dan Posttest Sikap Pada Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video

(29)

pada kategori sikap buruk dan 6 orang (22,2%) berkategori baik. Hal ini berbeda dengan hasil pada kelompok media video yang diketahui menurut hasil pretest terdapat 12 orang (44,4%) berada pada kategori bersikap buruk dan 15 orang (55,6%) berada pada kategori baik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa sikap anak sebelum diberikan perlakuan adalah buruk.

Peningkatan dapat terlihat berdasarkan hasil posttest kelompok media ular tangga dan kelompok media video. Berdasarkan hasil posttest kelompok media ular tangga diketahui sebanyak 27 orang (100%) berkategori baik. Sedangkan pada kelompok media video berdasarkan hasil posttest diketahui 26 orang (96,3%) berkategori baik dan 1 orang (3,7%) berkategori buruk. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa sikap anak mengenai CTPS sesudah diberikan perlakuan adalah kategori baik.

(30)

4.2.2.1 Gambaran Pretest dan Posttest Sikap Pada Kelompok Media Ular Tangga

Berdasarkan hasil pretest dan posttest kelompok media ular tangga mengenai sikap terhadap CTPS maka dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Gambaran Sikap Pada Kelompok Media Ular Tangga Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest.

Pernyataan Pretest Posttest

S % TS % S % TS %

Menurut adik mencuci tangan pakai sabun itu hal yang penting.

21 77,8 6 22,2 26 96,3 1 3,7

Jika adik ingin makan, adik harus mencuci tangan dengan

Menurut adik jika mencuci tangan dapat menjaga pun perlu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir.

15 55,6 12 44,4 25 92,6 2 7,4

Adik bisa terkena kecacingan apabila malas mencuci tangan

(31)

mencuci tangan.

Jika adik mencuci tangan, telapak tangan perlu disabun dan dibasuh air mengalir saat mencuci tangan.

Jika adik berada disekolah tidak perlu cuci tangan.

17 63,0 10 37,0 8 29,6 19 70,4

Jika tangan tidak kotor maka tidak perlu melakukan 7

Jika kita akan mencuci tangan cukup dengan sabun saja.

13 48,1 14 51,9 4 14,8 23 85,2

Jika adik sudah selesai buang air besar tidak perlu cuci tangan.

16 59,3 11 40,7 10 37,0 17 63,0

Seandainya kita sudah cuci tangan dengan sabun maka tangan kita tidak akan bebas kuman.

(32)

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak disetujui saat pretest adalah pernyataan mengenai menggosok telapak tangan saat CTPS. Pernyataan ini disetujui oleh 23 orang (85,2%). Pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah pernyataan mengenai penting atau tidak tersedia tempat cuci tangan di sekolah. Sebanyak 16 orang (59,3%) tidak setuju dengan hal tersebut.

Berdasarkan hasil posttest diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak disetujui adalah pernyataan mengenai penting atau tidaknya melakukan CTPS, sebanyak 26 orang (96,3%) setuju dengan hal itu dari sebelumnya hanya 21 orang (77,8%) yang setuju. Dari hasil posttest juga diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah mencuci tangan cukup hanya sabun yaitu sebanyak 25 orang (92,6%) namun jumlah ini bernilai positif karena pernyataan tersebut merupakan pernyataan negative.

Hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok media ular tangga berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Kategori Sikap Kelompok Media Ular Tangga Sebelum dan Sesudah Diberikan Media Ular Tangga

Sikap Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 6 22,2 27 100

Buruk 21 77,8 0 0

Jumlah 27 100 27 100

(33)

(77,8%) berkategori buruk. Setelah diberikan media ular tangga angka tersebut meningkat menjadi 27 orang (100%) berkategori baik.

4.2.2.2 Gambaran Pretest dan Posttest Sikap Pada Kelompok Media Video Hasil pretest dan posttest kelompok media video mengenai sikap anak terhadap CTPS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Gambaran Sikap Pada Kelompok Media Video Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest.

Pernyataan Pretest Posttest

S % TS % S % TS %

Menurut adik mencuci tangan pakai sabun itu hal yang penting.

23 85,2 4 14,8 26 96,3 1 3,7

Jika adik ingin makan, adik harus mencuci tangan dengan

(34)

Jika mencuci tangan, sela-sela jari tidak perlu dicuci saat mencuci tangan.

9 33,3 18 66,7 9 33,3 18 66,7

Jika adik mencuci tangan, telapak tangan perlu disabun dan dibasuh air mengalir saat mencuci tangan.

Jika tangan tidak kotor maka tidak perlu melakukan 7

Jika kita akan mencuci tangan cukup dengan sabun saja.

4 14,8 23 85,2 6 22,2 21 77,8

(35)

tangan dengan sabun maka tangan kita tidak akan bebas kuman.

S = Setuju, TS = Tidak Setuju

Berdasarkan hasil tersebut diketahui pada saat pretest pernyataan yang paling banyak disetujui adalah pernyataan mengenai pentingnya melakukan CTPS yaitu sebanyak 23 orang (85,2%) setuju. Pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah mencuci tangan cukup dengan sabun saja sebanyak 23 orang (85,2%).

Pada hasil posttest kelompok media video pernyataan yang paling banyak disetujui adalah pernyataan mengenai sebelum makan harus cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu. Hal ini disetujui oleh 27 orang (100%), sedangkan pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah pernyataan mengenai cuci tangan cukup dengan sabun saja sebanyak 21 orang (77,8%) dan pernyataan sesudah buang air besar tidak perlu CTPS sebanyak 21 orang (77,8%). Hal ini bernilai positif karena pernyataan tersebut bernilai negative.

Hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok media video dengan media video berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Distribusi Kategori Sikap Kelompok Media Video Sebelum dan

Sesudah Diberikan Media Video

Sikap Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 15 55,6 26 96,3

Buruk 12 44,4 1 3,7

Jumlah 27 100 27 100

(36)

dengan kategori sikap buruk mengenai CTPS. Hal ini meningkat pada hasil posttest sesudah diberikan media video yaitu 26 orang (96,3%) dengan kategori sikap baik dan 1 orang (3,7%) dengan kategori sikap buruk.

4.2.3 Gambaran Pretest dan Posttest Tindakan Pada Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video

Berdasarkan hasil sebelum dan sesudah perlakuan media video dan ular tangga berdasarkan pretest dan posttest pada kelompok media ular tangga dan media video maka dapat dilihat gambaran tindakan pada anak mengenai CTPS. Hasil pretest menunjukan bahwa terdapat 18 orang (66,7%) berkategori buruk dan 9 orang (33,3%) berkategori baik pada kelompok pelakuan. Pada kelompok media video ditemukan 19 orang (70,4%) berkategori buruk dan 8 orang (29,6%) berkategori baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan anak sebelum diberikan perlakuan adalah buruk.

(37)

Gambar 4.3 Distribusi Kategori Tindakan Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video Berdasarkan Hasil Pretest dan Posttest

4.2.3.1 Gambaran Pretest dan Posttest Tindakan Pada Kelompok Media Ular Tangga dengan Media Ular Tangga

Bersadarkan hasil pretest dan posttest tindakan dengan media ular tangga maka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Distribusi Gambaran Tindakan Pada Kelompok Media Ular Tangga Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest

Sebelum makan adik mencuci 8 29,6 19 70,4 24 88,9 3 11,1

(38)

tangan dengan sabun.

Adik menggosok ibu jari saat mencuci tangan.

12 44,4 15 55,6 23 85,2 4 14,8

(39)

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat pada pretest tindakan yang paling banyak dilakukan oleh anak adalah menggunakan air bersih untuk cuci tangan, hal ini dilakukan oleh 26 orang (92,6%). Tindakan yang paling sering tidak dilakukan oleh anak berdasarkan hasil pretest adalah menggosok ruas-ruas jari saat mencuci tangan, hal ini tidak dilakukan oleh 24 orang (88,9%).

Pada hasil posttest dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan oleh anak paling banyak adalah mencuci tangan dengan air bersih sebanyak 27 orang (100%) dan menggosok telapak tangan sebanyak 27 orang (100%). Tindakan yang paling banyak dijawab tidak oleh anak adalah membersihkan tangan air saja yaitu sebanyak 22 orang (81,5%). Tindakan tersebut bernilai positif karena dalam membersihkan tangan selain dengan air juga sebaiknya menggunakan sabun.

Berdasakan hasil tersebut dapat dilihat kategori tindakan pada anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan media ular tangga pada tabel berikut : Tabel 4.13 Distribusi Kategori Tindakan Kelompok Media Ular Tangga

Sebelum dan Sesudah diberikan Media Ular Tangga

Tindakan Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 9 33,3 27 100

Buruk 18 66,7 0 0

Jumlah 27 100 27 100

(40)

(100 %) memiliki tindakan yang baik dan tidak ada yang memiliki tindakan yang buruk.

4.2.3.2 Gambaran Pretest dan Posttest Tindakan Pada Kelompok Media Video

Hasil pretest dan posttest tindakan pada kelompok dengan perlakuan media video dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.14 Distribusi Gambaran Tindakan Pada Kelompok Media Video Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berdasarkan Pretest dan Posttest

(41)

Sesudah memegang binatang

Adik menggosok ibu jari saat mencuci tangan.

13 48,1 14 51,9 21 77,8 6 22,2

Adik menggosok kuku jari saat mencuci tangan.

Di sekolah adik mencuci tangan dengan sabun.

15 55,6 12 44,4 24 96,3 3 11,1

(42)

Pada hasil posttest diketahui bahwa pernyataan tindakan yang paling banyak di jawab Ya oleh anak adalah biasanya mencuci tangan dengan air bersih sebanyak 27 orang (100%) dan jawaban Tidak paling banyak ditemukan pada pernyataan setelah bermain dan memegang binatang adik mencuci tangan dengan sabun sebanyak 17 orang (63,0%) .

Tabel 4.15 Distribusi Kategori Tindakan Kelompok Media Video Sebelum dan Sesudah Diberikan Media Video

Tindakan Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 8 29,6 25 92,6

Buruk 19 70,4 2 7,4

Jumlah 27 100 27 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan pengajaran CTPS dengan media video terdapat 8 orang (29,6%) berada pada ketegori tindakan baik sedangkan 19 orang (70,4%) berkategori buruk. Setelah diberikan media video mengenai CTPS maka dapat dilihat 25 orang (92,6%) berkategori tindakan baik sedangkan 2 orang (7,4%) berkategori buruk.

4.3 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Peningkatan Perilaku Anak TK Dian Ekawati

4.3.1 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak TK Dian Ekawati

(43)

Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Pengetahuan

Variabel Media Ular Tangga Media Video

Rata-rata

Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan media ular tangga yaitu 9,04 menjadi 30,81 dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media ular tangga berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai pengetahuan CTPS pada anak.

Pada media Video juga terjadi perubahan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu 18,30 menjadi 27,48 dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media video berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai pengetahuan CTPS pada anak.

4.3.2 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Peningkatan Sikap Anak TK Dian Ekawati

(44)

Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Sikap

Variabel Media Ular Tangga Media Video

Rata-rata

Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan nilai rata-rata nilai sikap sebelum dan sesudah diberikan media ular tangga yaitu 9,63 menjadi 16,04 dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media ular tangga berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai sikap CTPS pada anak.

Pada media Video juga terjadi perubahan nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu 10,70 menjadi 15,56 dengan p <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media video berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai sikap CTPS pada anak.

4.3.3 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Peningkatan Tindakan Anak TK Dian Ekawati

(45)

Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Tindakan

Variabel Media Ular Tangga Media Video

Rata-rata

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat terjadi perubahan nilai rata-rata nilai tindakan sebelum dan sesudah diberikan media ular tangga yaitu 9,67 menjadi 15,07 dengan p< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media ular tangga berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai tindakan CTPS pada anak.

Pada media Video juga terjadi perubahan nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu 9,22 menjadi 14,00 dengan p <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media video berdasarkan hasil pretest dan posttest mengenai tindakan CTPS pada anak.

Berdasarkan hasil uji wilcoxon pengetahuan, sikap dan tindakan diketahui bahwa ada pengaruh media ular tangga dan media video terhadap perilaku anak mengenai CTPS berdasarkan hasil nilai rata-rata pretest dan posttestnya.

4.4 Perbedaan Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Peningkatan Perilaku Anak TK Dian Ekawati

(46)

menggunakan uji Mann Whitney. Uji ini digunakan karena diketahui bahwa data tidak berdistribusi normal berdasarkan uji normalitas.

Tabel 4.19 Perbedaan Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Anak terhadap CTPS

Variabel Mean p

Perubahan Pengetahuan Media Ular tangga 21,78

0,002

Media Video 9,19

Perubahan Sikap Media Ular tangga 6,41

0,025

Media Video 4,85

Perubahan Tindakan Media Ular tangga 5,41

0,376

Media Video 4,78

Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan perubahan pengetahuan tentang CTPS antara media ular tangga dengan media video terlihat pada hasil p< 0,05 dan terlihat perubahan pengetahuan lebih besar pada media ular tangga. Sedangkan pada variabel sikap tentang CTPS antara media ular tangga dengan media video terlihat pada hasil p<0,05 dan terlihat perubahan sikap lebih besar pada media ular tangga. Namun pada tindakan tentang CTPS antara media ular tangga dengan media video tidak terdapat perbedaan perubahan tindakan terlihat dari nilai p> 0,05.

(47)

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Perilaku CTPS pada Anak Kelompok Media Ular Tangga

5.1.1 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Pengetahuan

5.1.1.1 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Pengetahuan Berdasarkan Pretest

Penelitian ini menggunakan media ular tangga sebagai media yang memberikan stimulus pada anak sebagai organisme sasaran dan pengetahuan sebagai hasil dari informasi yang diterima anak dari stimulus yang diberikan (respon). Sebelum penelitian ini berlangsung anak telah mendapat stimulus awal yaitu, ceramah yang diberikan oleh pihak sekolah.

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.5 menunjukkan kategori pengetahuan anak sebelum dilakukan pembelajaran CTPS dengan media ular tangga yaitu berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang, berpengetahuan sedang sebanyak 22 orang dan tidak ada yang berpengetahuan baik. Sehingga berdasarkan hasil tersebut pengetahuan anak umumnya berada pada kategori sedang, hal ini disebabkan sudah adanya pemberian informasi mengenai CTPS yang diberikan oleh pihak sekolah dengan metode ceramah dan praktik.

(48)

5.1.1.2 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Pengetahuan Berdasarkan Posttest

Setelah diberikan perlakuan media ular tangga, sesuai dengan hasil yang terdapat pada tabel 4.5 dapat dilihat peningkatan jumlah anak yang memiliki pengetahuan baik menjadi 24 orang dan berpengetahuan sedang 3 orang, tidak ada lagi yang berpengetahuan buruk. Hasil tersebut didukung dengan hasil analisis menggunakan uji wilcoxon berdasarkan pretest dan posttest kelompok media ular tangga. Berdasarkan hasil uji wilcoxon diketahui rata-rata nilai media ular tangga untuk pengetahuan anak mengenai CTPS sebelum dan sesudah diberikan perlakuan media ular tangga mengalami peningkatan, rata-rata ini diambil berdasarkan hasil skor pretest dan posttest. Nilai probabilitas dari uji tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan rerata antara pretest dan posttest sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian media ular tangga terhadap pengetahuan anak mengenai CTPS seperti terlihat pada tabel 4.16.

(49)

Peningkatan yang terjadi terkait dengan cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai CTPS dengan menggunakan media ular tangga lebih menarik karena memadukan kegiatan belajar dengan bermain. Hal tersebut sesuai dengan Teori Bermain Modern yang menyatakan bermain merupakan cara yang baik untuk memberikan pengajaran pada anak usia dini. Bagi anak bermain memiliki fungsi sebagai alat pendidikan dan kesempatan mengenal aturan-aturan dalam penelitian ini hal tersebut terkait dengan CTPS. Sejalan dengan penelitian Yandri (2015) permainan ular tangga merupakan suatu alat pembelajaran yang mengkombinasikan permainan edukatif, sehingga anak-anak tertarik untuk bermain dan dapat memperoleh informasi yang terdapat didalamnya.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2016) yang menyatakan terjadi perbedaan rata-rata secara nyata pada pengetahuan setelah diberikan permainan ular tangga mengenai rokok. Pada penelitian tersebut juga menyatakan bahwa metode permainan ular tangga lebih efektif dari pada metode monolog karena ular tangga memadukan antara permainan dan edukasi yang sesuai dengan cara belajar anak.

(50)

antara anak dengan anak atau anak dengan tim fasilitator dalam membahas informasi CTPS yang terdapat dalam papan ular tangga. Saat melakukan permainan ular tangga anak lebih aktif dan mampu mengembangkan komunikasi dengan lawan bermainnya, komunikasi tersebut akan memberikan dan mempermudah penerimaan informasi-informasi baru bagi anak untuk peningkatan pengetahuan anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan uraian WHO dalam Notoatmodjo (2005) yang menyatakan salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran dan akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Pengetahuan diperoleh dengan melakukan pengindraan terhadap sesuatu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

(51)

simbol-5.1.2 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Sikap

5.1.2.1 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Sikap Berdasarkan Pretest Pada hasil pretest sebelum diberikan pembelajaran dengan media ular tangga seperti terdapat dalam tabel 4.9 diketahui secara umum sikap anak masih berada pada kategori buruk, jika dikaitkan dengan teori SOR yang menyatakan bila stimulus diterima oleh organisme maka akan dilanjutkan dan dimunculkan dalam sikap, maka kategori sikap anak berada pada kategori buruk terjadi karena stimulus awal berupa ceramah yang diberikan oleh pihak sekolah tidak diterima dengan baik oleh anak sehingga tidak ada proses lebih lanjut yang mengarah kepada bentuk kesediaan untuk bertindak (bersikap).

Selanjutnya diberikan media ular tangga sebagai stimulus baru untuk melihat respon anak mengenai sikapnya tentang CTPS.

5.1.2.2 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Sikap Berdasarkan Posttest Setelah diberikan pembelajaran CTPS dengan media ular tangga diketahui tidak ada lagi anak yang bersikap buruk atau sebanyak 27 orang telah memiliki sikap yang baik. Berdasarkan tabel 4.17 rata-rata sikap sebelum dan setelah diberikan perlakuan media ular tangga mengalami peningkatan. Pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai probabilitasnya menunjukkan secara signifikan ada perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian media ular tangga terhadap peningkatan sikap anak mengenai CTPS .

(52)

Dari penelitian tersebut terlihat rata-rata responden menujukkan sikap yang positif setelah dilakukan promosi kesehatan dengan metode permainan ular tangga.

Berdasarkan batasan sikap yang dikemukakan oleh Campbell (1950) dan Cardno (1955) dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sehingga sikap dapat dianggap sebagai pandangan, pendapat, tanggapan ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang terhadap stimulus atau objek dengan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penelitian ini yang yang dilihat adalah pandangan anak terhadap beberapa hal yang dikaitkan dengan CTPS.

Sesuai dengan teori SOR yang menyatakan jika stimulus diterima maka akan diubah menjadi bentuk respon yaitu kesediaan untuk bertindak, sehingga dengan munculnya sikap anak menunjukan adanya penerimaan anak terhadap media ular tangga yang diberikan sebagai stimulus. Sikap dipengaruhi oleh paparan media massa atau informasi, sehingga berdasarkan informasi yang diperolehnya akan diubah menjadi pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap seseorang. Setelah diberikan pengetahuan mengenai CTPS nilai pengetahuan anak meningkat sehingga ikut mempengaruhi peningkatan pada sikapnya.

(53)

mempengaruhi anak dalam menentukan sikapnya terhadap materi yang diberikan yaitu CTPS karena informasi yang diterima oleh anak untuk menciptakan suatu perubahan sikap membutuhkan suatu penggulangan agar terjadi proses pemahaman. Aktivitas yang dilakukan anak selama bermain ular tangga memberikan informasi yang berulang karena beberapa anak melewati kotak yang sama dan harus menceritakan maksud kotak tersebut.

Berdasarkan pengulangan pesan tersebut dapat membantu perubahan sikap yang berkaitan dengan dibangunnya sebuah kepercayaan dan keyakinan dari setiap pengulangan informasi yang diberikan sehingga anak akan menerima dan memahami pesan yang disampaikan dan mampu menentukan sikap yang akan disampaikannya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum (2015). 5.1.3 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Tindakan

5.1.3.1 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Tindakan Berdasarkan Pretest

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13 menunjukan adanya perubahan pada tindakan anak sebelum diberikan pembelajaran CTPS dengan media ular tangga yaitu sebelum dilakukan pemberian media ular tangga sebanyak 18 orang berkategori buruk dan 9 orang berkategori baik. Sehingga dapat disimpulkan sebelum dilakukan pembelajaran dengan media ular tangga tindakan anak berada pada kategori buruk.

(54)

sarana dan prasarana untuk melakukan CTPS namun tidak terurus, hal ini menjadi alasan anak malas mencuci tangan karena mereka harus pergi ke toilet yang jaraknya cukup jauh dari kelas. Selain itu pengajaran yang tidak sesuai dengan usia anak yaitu menggunakan ceramah membuat anak tidak menyerap secara maksimal informasi yang disampaikan sehingga tidak memicu munculnya respon berupa tindakan.

5.1.3.2 Pengaruh Media Ular Tangga Terhadap Tindakan Berdasarkan Posttest

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui terjadi peningkatan kategori tindakan menjadi kategori baik. Berdasarkan uji wilcoxon yang terdapat dalam tabel 4.18 diperoleh nilai probabilitas yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara pretest dan posttest. Perbedaan rata-rata tersebut mengalami peningkatan sehingga ada pengaruh dari pemberian media ular tangga terhadap tindakan anak mengenai CTPS.

Adanya peningkatan yang terjadi antara hasil pretest dan posttest pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori SOR yang menyatakan bahwa pada akhir respon apabila didukung dengan fasilitas dan lingkungan yang baik maka akan memunculkan efek tindakan. Sehingga peningkatan tindakan yang terjadi merupakan lanjutan dari tahapan penerimaan informasi dan sikap yang telah dilalui dan diterima oleh anak.

(55)

mempermudah anak memahami materi yang diberikan sehingga penerimaan anak lebih baik dan akhirnya dapat memunculkan keinginan untuk langsung melakukan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk tindakan. Namun tindakan tidak dapat terwujud apabila tidak ada dukungan fasilitas dan lingkungan. Saat penelitian berlangsung pihak sekolah bersedia untuk memperbaiki sarana tersebut sehingga dapat mendukung fasilitas CTPS di sekolah, selain itu peneliti juga membawa galon air dengan kran untuk mengantisipasi bila air di sekolah tidak dapat menyala, handsoap, dan tisu. Dapat dilihat bahwa anak-anak antusias saat mereka diminta melakukan praktik cuci tangan sesuai dengan yang sudah diajarkan dengan media ular tangga, mereka mampu mengingat urutan CTPS dengan benar. Pihak guru yang merupakan panutan anak selama berada di sekolah juga turut memotivasi anak-anak untuk selalu melakukan CTPS dengan baik dan benar juga faktor yang tidak terlepas dengan peningkatan tindakan anak terhadap CTPS.

(56)

Masa usia dini anak sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan dan perlakuan dari luar (Reber (1995) dalam Mutiah (2010)). Penerimaan stimulus tersebut akan membentuk perilaku yang diperoleh berasal dari lingkungan sekitarnya yang memberikan rangsangan terhadap pengindraan anak dan memberikan informasi pada anak. Informasi yang diperolehnya akan diubah menjadi pengetahuan dan berlanjut kepada sikap anak mengenai suatu hal. Hasil akhirnya akan muncul tindakan anak sebagai perwujudan dari sikapnya. Sehingga berdasarkan hal tersebut perilaku baru akan lebih mudah diberikan kepada anak usia dini dengan memberikan rangsangan yang sesuai dengan umur anak sehingga anak mampu menerima informasi baru yang disampaikan. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung. Sehingga tingkatan usia pada anak juga memegang peranan terhadap terjadinya perubahan tindakan pada anak. Hal tersebut sesuai dengan Teori SOR yang dikemukakan oleh Skinner yang menyatakan tindakan akan terwujud apabila ada dukungan fasilitas dan lingkungan.

(57)

Setelah diberikan rangsangan dengan ular tangga maka akan muncul sikap anak dengan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, selanjutnya diharapkan anak akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Sehingga akan terbentuk perilaku baru untuk anak.

5.2 Pengaruh Media Video Terhadap Perilaku CTPS Pada Anak Kelompok Media Video

5.2.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan

5.2.1.1 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan Berdasarkan Pretest

Dalam penelitian ini stimulus yang diberikan kepada anak adalah media video. Media video digunakan untuk dapat melihat reaksi anak terhadap stimulus yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran CTPS dengan media video. Pada tabel 4.7 diketahui bahwa pengetahuan anak berada pada kategori baik, sedang dan kurang. Rata-rata anak berada pada kategori berpengetahuan sedang.

Hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil pretest anak yang diberikan sebelum perlakuan dengan cara menanyai sesuai dengan kuesioner yang telah dirancang sebelumnya.

(58)

5.2.1.2 Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan Berdasarkan Posttest Berdasarkan hasil posttest dalam penelitian ini diketahui bahwa terjadi peningkatan kategori pengetahuan anak mengenai CTPS kearah yang lebih baik. Berdasarkan hasil posttest diketahui anak menjadi berpengetahuan baik dan sedang dan tidak ada yang berkategori kurang.

Peningkatan pengetahuan anak terjadi karena penerimaan informasi yang baik oleh anak, pada stimulus awal berupa ceramah yang diberikan oleh pihak sekolah sebagian anak telah mampu menerima stimulus tersebut dan mengubahnya menjadi pengetahuan yang baik. Selanjutnya pada hasil postest diketahui secara keseluruhan anak telah memiliki pengetahuan yang baik artinya stimulus baru yang diberikan yaitu media ular tangga lebih mampu diterima anak. Perubahan tersebut didukung dengan adanya hasil uji statistic dengan uji wilcoxon seperti pada tabel 4.16 diketahui pada uji tersebut nilai probabilitas menunjukkan secara signifikan terdapat perbedaan rerata pretest dan posttest pengetahuan kelompok media video. Perbedaan nilai rata-rata mengalami peningkatan sehingga dapat dikatakan ada pengaruh pemberian media video terhadap peningkatan pengetahuan anak mengenai CTPS.

(59)

melihat video mengenai CTPS yang diputarkan. Video yang ditampilkan merangsang indera pendengaran dan penglihatan anak sehingga penyerapan informasi lebih mudah terjadi. Hal tersebut sesuai dengan uraian media yang terdapat dalam Notoatmodjo (2010) video memiliki beberapa kelebihan seperti mengikutsertakan semua panca indra, menarik karena memiliki suara dan gambar yang bergerak, lebih mudah dipahami dan lain sebagainya. Kelebihan tersebut terutama dalam pemberian rangsangan suara dan visualisasi gambar memudahkan proses penyerapan pengetahuan.

Media video saat ini sudah banyak digunakan sebagai media pembelajaran dengan berkembangnya teknologi saat ini video sangat mudah untuk diperoleh dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Video adalah gambar yang bergerak disertai dengan unsur suara dan dapat ditayangkan melalui medium Video Compact Disk (VCD) Sachary dalam Utari (2015).

(60)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rohana (2016) yang menyatakan terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang pencegahan penyakit diare pada anak usia pra sekolah. Dalam penelitian Rohana disebutkan bahwa penggunaan video lebih dapat bertahan lama dalam ingatan sehingga lebih berpengaruh dibandingkan dengan kelompok media video penelitian tersebut.

Pembelajaran CTPS ini penting untuk memberikan pengetahuan kepada anak sehingga anak mengerti sejak dini alasan yang mengharuskannya untuk CTPS sehingga hal tersebut akan membentuk sikap yang baik pada anak.

5.2.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap

5.2.2.1 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap Berdasarkan Pretest

Hasil penelitian menunjukan sebelum diberikan perlakuan media video dapat dilihat pada tabel 4.11. Berdasarkan hasil pretest diketahui anak telah memiliki kategori sikap baik.

Pemberian stimulus awal berupa ceramah kepada anak telah menghasilkan respon sikap yang baik terlihat berdasarkan hasil pretest yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori SOR yang menyatakan apabila stimulus diterima maka proses akan dilanjutkan ke respon yaitu sikap atau kesiapan untuk bertindak.

5.2.2.2 Pengaruh Media Video Terhadap Sikap Berdasarkan Posttest

(61)

rata-rata antara hasil pretest dan posttest pada kelompok dengan media video, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian media video terhadap peningkatan sikap anak.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Siburian (2015) yang menyatakan bahwa terjadi perubahan rata-rata pada nilai sikap sehingga dapat dikatakan bahwa ada perubahan sikap secara signifikan pada pemberian video. Maka video dapat dikatakan memiliki pengaruh yang baik terhadap sikap sesuai dengan informasi yang terdapat dalam video.

Selama pemutaran video berlangsung terlihat anak tampak memperhatikan video yang diputar. Penggunaan media video menstimulus anak berdasarkan gambar dan suara yang ada di dalam video, anak antusias dan fokus dengan materi CTPS yang disampaikan melalui video yang diputar. Video yang digunakan untuk pembelajaran CTPS juga berbentuk film anak hal tersebut memudahkan stimulus diterima oleh anak karena cara penyampaian yang sesuai dengan ketertarikan anak.

(62)

begitu anak dapat memberikan pendapat mereka tentang CTPS. Diketahui berdasarkan hasil pretest sikap pada kelompok video sebagian dari anak sudah memiliki sikap yang baik sejalan dengan hasil pretest pengetahuan yang menunjukan bahwa pengetahuan pada kelompok ini sudah baik. Namun dengan pemberian pembelajaran CTPS dengan video terbukti meningkatkan hasil posttest sikap kelompok video dengan hasil hampir keseluruhan anak memiliki sikap yang baik terhadap CTPS.

Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku dalam hal ini adalah sikap anak mengenai CTPS berdasarkan hasil pretest dan posttest. Pemberian video berhasil memberikan stimulus yang mampu merangsang anak untuk memberikan sikapnya terhadap CTPS. Gambar bergerak dan suara yang terdapat dalam video berhasil mempengaruhi pengetahuan dan kepercayaan anak mengenai CTPS.

(63)

5.2.3 Pengaruh Media Video Terhadap Tindakan

5.2.3.1 Pengaruh Media Video Terhadap Tindakan Berdasarkan Pretest

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan media video dapat dilihat pada tabel 4.15. Berdasarkan hasil pretest diketahui bahwa tindakan anak masih berada pada kategori buruk. Stimulus awal yang diberikan sekolah sudah mampu menghasilkan sampai ke respon sikap namun dalam respon tindakan ada faktor-faktor pendukung untuk menghasilkan respon tersebut. Hal ini dipengaruhi faktor dukungan fasilitas dan lingkungan sekitar walaupun pada pengetahuan dan sikap kelompok video sudah dikategorikan baik namun pada tindakan hal yang sama tidak ditemukan karena masih kurangnya dukungan fasilitas CTPS yang tidak terawat dan lingkungan sekitarnya seperti dukungan guru disekolah.

Hasil pretest dilihat berdasarkan hasil jawaban anak dan kegiatan anak selama berada disekolah dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan. Kelemahan penelitian ini adalah tidak bersifat continue sehingga tidak dapat dilihat kelanjutan perubahan perilaku yang telah terjadi, terutama tindakan karena tindakan merupakan proses yang panjang untuk dapat berubah menjadi kebiasaan dan perilaku baru.

(64)

pretest dan posttest tindakan kelompok dengan media video, dapat dilihat rata-rata nilai tindakan anak meningkat pada posttest. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian media video terhadap peningkatan tindakan anak mengenai CTPS.

Berdasarkan teori SOR bila stimulus yang diberikan diterima maka akan diubah menjadi kesediaan bertindak dan sampai pada akhirnya memunculkan tindakan dengan dukungan fasilitas dan lingkungan. Pada penelitian ini diketahui bahwa pihak sekolah bersedia memberikan dukungan fasilitas sarana CTPS di sekolah sehingga tindakan CTPS di sekolah dapat dilakukan. Selain itu dukungan dari guru untuk memotivasi anak melakukan CTPS juga penting dalam kelangsungan tindakan anak. Informasi yang diberikan oleh tim fasilitator mengenai CTPS dengan media video telah memberikan anak pengetahuan dan memiliki sikap sehingga siap bertindak. Tindakan yang dilakukan anak tidak terlepas dengan video yang dilihatnya. Anak tampak antusias memperhatikan video yang diberikan dan bersemangat dalam melakukan praktik cuci tangan bersama.

(65)

Penelitian ini membuktikan bahwa ada perubahan perilaku dalam hal ini mengenai tindakan berkaitan dengan CTPS berdasarkan hasil pretest dan posttest. Media video berhasil mempengaruhi anak untuk mau meniru gambar bergerak yang terdapat didalam video, selain itu anak juga terstimulus dan terpengaruh dengan adanya suara yang menyatakan informasi-informasi mengenai CTPS.

Tindakan merupakan perwujudan dari sikap dan pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki oleh seseorang. Dalam pemberian media video anak akan lebih mudah untuk memahami apa dan bagaimana dia melakukan tindakan yang baik karena terdapat gambar yang menjadi contoh perlakuannya. Suara yang terdapat dari video juga menambah rangasangan yang diterima oleh anak sehingga lebih mudah untuk menerima informasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novpriati (2013).

5.3 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Perubahan Perilaku Anak Mengenai CTPS

(66)

Berdasarkan hal tersebut adanya perubahan yang ditunjukan setiap anggota kelompok terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan setelah diberikan perlakuan menjadi bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan. Perubahan peningkatan tersebut juga langkah untuk mengubah perilaku. Hal ini sesuai dengan teori SOR yaitu perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan kemudian organisme tersebut memberikan respon. Dalam penelitian ini media ular tangga dan video merupakan stimulus yang diberikan untuk melihat respon anak mengenai CTPS dan berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa kedua media tersebut berpengaruh meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga terbukti bahwa kedua media diterima oleh anak dan menunjukan respon lanjutan berupa sikap dan tindakan.

(67)

dan interaksi aktif yang membantu pemahaman anak mengenai materi CTPS yang diperlihatkan.

Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku antara media video dengan media ular tangga. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan adanya perbedaan nilai rerata dan nilai probabilitasnya. Berikut adalah uraian mengenai perbedaan peningkatan perilaku yang terjadi diantara kedua media tersebut.

5.3.1 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Perubahan Pengetahuan Anak Mengenai CTPS

Penelitian ini menggunakan media ular tangga dan video sebagai stimulus terhadap anak TK yang merupakan organisme sasaran, respon yang diharapkan setelah pemberian stimulus tersebut adalah peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Berdasarkan hasil peningkatan pengetahuan antara perlakuan media ular tangga dan media video (tabel 4.19) dengan menggunakan uji Mann-Whitney terdapat perubahan pengetahuan mengenai CTPS antara media ular tangga dan media video dengan nilai probabilitas yang dapat diartikan bahwa ada perbedaan signifikan nilai rata-rata pengetahuan kedua kelompok. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata kelompok ular tangga lebih tinggi dibandingkan kelompok media video artinya media ular tangga lebih berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan anak mengenai CTPS dibandingkan media video. Pengetahuan yang baik dan optimal harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan perlakuan.

(68)

atau informasi yang ingin disampaikan pada sasaran. Dalam hal ini media ular tangga lebih banyak merangsang anak melalui alat indranya selain itu media ular tangga juga memungkinkan adanya penggulangan informasi dari interaksi yang terjadi pada anak selama bermain.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Yandri (2015) yang menyatakan bahwa ular tangga lebih berpengaruh dari pada metode ceramah dilihat berdasarkan hasil reratanya. Berdasarkan penelitian ini stimulus yang diberikan oleh ular tangga lebih banyak merangsang indra murid dan media permainan yang bersifat edukatif lebih mudah diserap oleh anak.

5.3.2 Pengaruh Media Ular Tangga dan Media Video Terhadap Perubahan Sikap Anak Mengenai CTPS

Berdasarkan hasil uji yang sama diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara media ular tangga dengan media video dengan nilai probabilitas yang secara signifikan menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap mengenai CTPS diantara kedua kelompok. Perbedaan sikap antara media ular tangga dan media video terlihat karena dalam konsep dasar pembentukan sikapnya sama, namun cara pemberian pengetahuan atau informasi yang berbeda dapat memicu perbedaan sikap pada anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media ular tangga lebih berpengaruh terhadap peningkatan sikap anak mengenai CTPS dibandingkan media video.

Gambar

Tabel 3.1 Model Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa TK Dian Ekawati Kelas A dan BNo.KelasPerempuanLaki-lakiJumlah
Tabel 4.1 Distribusi Siswa TK Dian Ekawati Berdasarkan Kelas dan       Jumlah Siswa
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Pada Kelompok Media Ular Tangga dan Kelompok Media Video TK Dian Ekawati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gelombang datang yang mengenai/membentur satu rintangan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi gelombang penting di dalam perencanaan bangunan

Maraknya Taman Penitipan Anak (TPA) yang berdiri di sekitar perumahan disebabkan banyaknya ibu bekerja di luar rumah sedangkan anak tidak ada yang mengasuh saat

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada gambar 5.A merupakan histologi jaringan hepar normal sedangkan pada gambar 5.B, perlakuan A (0 g/kg pakan) merupakan histologi

tingkat kerentanan kawasan tinggi sebaiknya diprioritaskan sebagai zona inti maupun zona rimba, mengingat daerah tersebut merupakan daerah bahaya erosi, daerah

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar (PBM) yang dilakukan bapak Sandi Utomo S.Pd.I selaku pengampu mata

Swastha (2000) mendefinisikan Lokasi adalah “letak toko atau pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Lokasi adalah tempat toko yang

Untuk menganalisa posisi AS dalam implementasi kebijakan luar negerinya di era Pasca Perang Dingin tersebut, penulis menggunakan teori stabilitas hegemoni untuk

Arief Pujo Warsono RT.. Sentot