• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prakiraan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Pemodelan Delhi Finite Line Source (Studi Kasus : Jalan MT. Haryono, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prakiraan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Pemodelan Delhi Finite Line Source (Studi Kasus : Jalan MT. Haryono, Medan)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara adalah salah satu komponen terpenting untuk mendukung kegiatan makhluk hidup. Namun pada era modern ini dengan diikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat menyebabkan permasalahan yang kompleks, salah satu permasalahan yang sedang dihadapi yaitu penurunan kualitas udara. Kendaraan bermotor merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk memudahkan kegiatan masyarakat, sehingga masyarakat banyak menggunakan kendaraan bermotor.

Gas sisa pembakaran yang dihasilkan dari alat transportasi diantaranya yaitu gas karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx). Namun dari kegiatan transportasi, penyumbang polutan pencemar yang paling tinggi adalah CO mencapai sekitar 80,22 % - 90 % (Sengkeyet al,2011). Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015, dalam pengujian kualitas udararoadsidedi tiga ruas jalan Kota Medan yaitu menunjukkan hasil konsentrasi CO di Jalan SM Raja sebesar 3.041 µg/Nm3, Jalan Gatot Subroto sebesar 9.276 µg/Nm3, dan Jalan Gagak Hitam sebesar 5.153 µg/Nm3.

Kegiatan transportasi kendaraan bermotor menimbulkan berbagai masalah, salah satunya yaitu masalah kemacetan. Kota Medan adalah salah satu kota metropolitan yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan data BPS Provinsi Sumut (2015), jumlah penduduk di Kota Medan pada tahun 2014 yaitu berjumlah 2.210.624 jiwa diikuti dengan jumlah kendaraan bermotor yaitu sebesar 5.605.495 kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Medan ± 15 %/tahun. Hal ini menjadi penyebab kemacetan di ruas jalan Kota Medan.

(2)

terutama pada saat jam puncak, sehingga terjadi penurunan kualitas udara di sekitar Jalan MT. Haryono.

Permasalahan yang terjadi dari kegiatan transportasi ditambah dengan tidak adanya data kualitas udara di Jalan MT. Haryono Kota Medan (BLH, 2015), maka perlu dilakukan penelitian untuk memprediksi konsentrasi CO.

Khare dan Sharma (1999), peneliti asal India telah mengevaluasi performa dari model General Finite Line Source(GFLS) dengan memprediksi konsentrasi CO dari kemacetan jalan di Kota New Delhi, sehingga mengembangkan dan menyarankan modelDelhi Finite Line Source(DFLS) yang lebih sesuai digunakan di Kota New Delhi, India.

Kelebihan Model DFLS adalah sesuai untuk diterapkan di ruas jalan kota dengan jenis lalu lintas heterogen. Lalu lintas heterogen biasanya ditemui di negara berkembang seperti India dan Indonesia.

Selain itu, Mittal dan Sharma dalam Paramitadeviet al(2014) menghitung beban emisi berdasarkan kecepatan kendaraan berkisar antara 0-60 km/jam dan durasi pemeliharaan kendaraan di India dan Indonesia relatif sama antara 10-15 tahun.

Sebelumnya, peneliti Indonesia yaitu Hidayatullah (2012) serta Rahayu (2012) telah menguji beban emisi dan besar konsentrasi dari kegiatan transportasi dengan model DFLS di Jalan Gayungsari (Kota Surabaya) dengan stabilitas atmosfer tidak stabil (B). Namun hasil dari pemodelan tersebut mendapatkan nilai validasi d = 0,24 dan d = 0,18. Nilai d < 0,7 berarti bahwa data hasil prediksi model tidak sesuai dengan data hasil observasi. Hal ini disebabkan karena saat pengambilan data observasi menggunakan data sekunder dari stasiun pemantau (Indeks Standar Kualitas Udara/ISPU) yang berada di Jalan Letnan Jendral Sudirman berjarak 0,24 km dari Jalan Gayungsari, sehingga saat divalidasi dengan model data kurang akurat.

(3)

Kondisi stabilitas atmosfer di India khususnya Kota New Delhi yaitu tidak stabil (B), dengan kecepatan angin rata-rata 3-5 m/s dan intensitas matahari 1.367 W/m2(AWS Truepower, 2012; Solar Energy Centre, 2008). Kondisi stabilitas atmosfer Kota Medan juga sama yaitu tidak stabil (B) dengan indeks kestabilan atmosfer negatif (Yonatanet al, 2015).

Model DFLS berlaku di Kota New Delhi, dengan karakteristik jenis lalu lintas yang heterogen. Mengingat kondisi Kota Medan yang memiliki kesamaan dengan kondisi Kota New Delhi yaitu jenis lalu lintas yang heterogen dan stabilitas atmosfer yang tidak stabil, maka penelitian ini menggunakan model DFLS.

Penelitian dilakukan di ruas Jalan MT. Haryono karena memiliki jenis lalu lintas yang heterogen dengan rasio V/C 1,08 (DISHUB Kota Medan, 2016). Berdasarkan pengamatan, Jalan MT. Haryono memiliki kondisi arus lalu lintas yang cukup sibuk. Hal ini disebabkan karena Jalan MT. Haryono didominasi oleh kawasan perdagangan dan perkantoran. Jalur di Jalan MT. Haryono yaitu jalur satu arah (oneway). Jalan MT. Haryono tidak memiliki lahan penghijauan dan tidak terdapat pohon di sepanjang jalan ini. Kondisi jalan ini cukup baik yang dapat dilihat pada Lampiran VIII.

Penelitian ini berjudul Prakiraan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Pemodelan Delhi Finite Line Source(Studi kasus : Jalan MT. Haryono, Medan). Pemodelan DFLS dilakukan untuk mengetahui sesuai atau tidaknya model tersebut diterapkan di Jalan MT. Haryono untuk memprediksi konsentrasi CO.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dapat disusun dari latar belakang yang telah disampaikan yaitu: 1. Berapa konsentrasi CO yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Jalan MT.

Haryono dihitung dengan model DFLS?

2. Bagaimana hasil validasi data konsentrasi CO menggunakan model DFLS (CO hitung) dengan data sampling konsentrasi CO (CO terukur)?

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperkirakan konsentrasi CO di ruas Jalan MT. Haryono dengan model DFLS. 2. Membandingkan data konsentrasi CO menggunakan model DFLS (CO hitung) dengan

data sampling konsentrasi CO (CO terukur).

3. Mengetahui kesesuaian penerapan model DFLS di Jalan MT. Haryono Kota Medan.

1.4 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari permasalahan ini adalah:

1. Penulis membahas mengenai konsentrasi pencemar dari kegiatan transportasi yaitu karbon monoksida (CO) yang bersumber dari semua jenis kendaraan bermotor yang melewati Jalan MT. Haryono.

2. Penulis membahas mengenai pemodelan DFLS dari sumber garis di ruas Jalan MT. Haryono dengan menggunakan aktif sampling.

3. Penulis mendapatkan jenis dan jumlah kendaraan yang melewati Jalan MT. Haryono dari pengamatan langsung di lapangan.

4. Penulis membahas mengenai kesesuaian penerapan model DFLS untuk memprediksi jumlah konsentrasi CO di ruas Jalan MT. Haryono.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan bagi perkembangan ilmu bidang teknik lingkungan dan menambah kajian ilmu bidang teknik lingkungan khususnya mengenai pencemaran udara akibat kegiatan transportasi di ruas jalan Kota Medan.

2. Manfaat praktis

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Rasa ingin tahunya sudah mulai berkembang, secara umum siswa sering bertanya tentang materi pelajaran matematika yang belum dipahami, berupaya mencari sumber

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana di setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

Perdagangan elektronik (Electronic Commercial) atau e-commerce adalah transaksi jual beli yang di lakukan secara electronic baik melalui televisi, internet baik melalui komputer

school rules are included: to set the time to learn at home, industrious and orderly learning, good attention while.. studying in class, and order yourself while studying in grade

Dari hasil wawancara yang dilakukan tentang Kepercayaan diri ternyata mahasiswa masih berdasarkan kondisi situasi yang dimiliki oleh pelajar, yang

Berdasarkan pemaparan paradigma legislasi Qanun Hukum jina &gt; ya &gt; t di atas, maka Qanun Aceh dalam bidang pidana Islam dapat menjadi sebagai hukum positif (fikih)

Cara tugal ini akan terkurur dan teratur, memang sangat baik untuk pertumbuhan kenaf karena jarak tanam dapat diatur dengan baik juga

Ketiga , dalam konteks perilaku hubungan antara negara, penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia telah bergeser makna tidak lagi sebagai kejahatan melainkan