NATIONAL SEMINAR ON SCIENCE TECHNOLOGY FOR SABANG
MARINE TOURISM DEVELOPMENT AND THE 4
THINTERNATIONAL WORKSHOP ON SATO UMI
IPTEK Pengembangan Wisata Bahari Sabang, Budidaya Perikanan, Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan dan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Lembaga Pelaksana
Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT)
dan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
didukung
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Kementerian Pariwisata
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pemerintah Provinsi Aceh
Badan Pengelola Kawasan Sabang (BPKS)
Environmental Management of Enclosed Coastal Seas (EMECS), Japan
North Pacific Marine Science Organization (PICES)
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2 yang mendominasi total luas teritorial Indonesia yang mencapai 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar didunia yang sangat bermanfaat untuk pengembangan pariwisata bahari dan sumberdaya perikanan.
Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan pemerintah dan menjadi salah satu program prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional. Indonesia memiliki banyak potensi pariwisata bahari yang sangat indah. Laut Indonesia menyediakan keragaman hayati dan keindahan pantai yang dapat menjadi tujuan utama wisata bahari. Sektor pariwisata bahari Indonesia yang belum dimanfaatkan dengan baik, harus terus didorong agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun luar negeri.
Disisi lain, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar, diantaranya untuk pengembangan perikanan budidaya laut dan budidaya tambak di wilayah pesisir. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor perikanan sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif.
Sato Umi merupakan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan dan lautan secara berkelanjutan dimana intervensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir dan laut dapat meningkatkan produktivitas dan keragaman jenis sumberdaya perikanan. Konsep ini sangat bermanfaat diterapkan di Indonesia untuk menjaga keseimbangan sumberdaya perikanan dan kondisi lingkungan kawasan pesisir sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat dengan menjaga stabilitas ekosistemnya agar tidak terjadi kerusakan dimasa mendatang.
Melalui seminar dan workshop yang diselengarakan dalam rangka Jambore Iptek Sail Sabang ini diharapkan pemerintah mendapatkan masukkan dalam mengembangkan program wisata bahari dan pengembangan sumberdaya perikanan di kawasan pesisir secara optimal, harmonis, produktif dan berkelanjutan untuk menjamin penyediaan pangan berbasis perikanan, pengembangan minawisata dan ekowisata untuk kejayaan bangsa dan Negara.
SELAMAT BERSEMINAR DAN WORKSHOP.
Jakarta, 5 Oktober 2017
Kepala BPPT,
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
I. Latar Belakang 3
II. Tujuan dan Sasaran 5
III. Waktu dan Tempat 5
IV. Agenda 6
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
I. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar. Namun kontribusi wisata bahari hanya sekitar 10 persen dari total penerimaan devisa di sektor pariwisata yang jumlahnya US$ 12,6 miliar atau sekitar Rp 167 triliun pada tahun 2016. Tahun 2017, Kementerian Pariwisata memproyeksikan penerimaan dari wisata bahari sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 53 triliun. Negara Malaysia yang panjang pantainya lebih kecil dari Indonesia mampu meraup hingga 40 persen devisa pariwisatanya dari wisata bahari dengan kontribusi yang mencapai US$ 8 miliar atau 8 kali lipat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya percepatannya guna menjadikan sektor wisata bahari sebagai sektor unggulan dalam meraup devisa negara. Sail Sabang yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan famor wisata bahari di Sabang dan seluruh kawasan wisata bahari di Indonesia, menjadi momentum yang tepat untuk menggalang kekuatan dan seluruh potensi wisata bahari Indonesia dalam anjang perhelatan kegiatan promosi wisata bahari nasional dan international. Salah satu kegiatan untuk mendukung promosi wisata bahari Indonesia melalui kegiatan Sail Sabang adalah penyelenggaran kegiatan seminar nasional dan internasional tentang wisata bahari beserta bidang pendukungnya. Kegiatan ini cukup strategis untuk menggalang berbagai dukungan baik ditingkat nasional mapun internasional tentang program-program pengembangan wisata bahari Indonesia sekaligus memperkenalkan seluruh potensi dan destinasi wisata bahari Indonesia.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
sesuai dengan program pengembangan wisata bahari dan pembangunan sektor perikanan dan kelautan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk medukung program Sail Sabang dan pengembangan wisata bahari Indonesia yang diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Jambore IPTEK dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bekerjasama dengan BPPT, secara paralel akan diselenggarakan National Seminar on Science Technology for Sabang Marine Tourism Development and The 4th International Workshop on Sato Umi yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 5-6 Oktober 2017 di Gedung BPPT II Lt. 3 JL. MH. Thamrin Jakarta.
Hasil seminar dan workshop ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Pemerintah dan menginspirasi serta memberikan semangat baru kepada para stakeholders dalam mengembangkan program wisata bahari baik di Sabang maupun kawasan wisata bahari lainnya di Indonesia. Kedepan, pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus dapat mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi wisata bahari dan sumberdaya perikanan, pesisir dan kelautan yang kita miliki secara optimal, harmonis, produktif dan berkelanjutan untuk menjamin kesinambungan wisata bahari, pengembangan minawisata dan ekowisata, penyediaan pangan berbasis perikanan untuk kejayaan bangsa dan Negara. Dalam 5 tahun ke depan, Indonesia sedang mengembangkan Techno Park dengan beberapa kegiatan pembangunan di beberapa wilayah pesisir dimana didalamnya terdapat kegiatan pengembangan budidaya perikanan, ekowisata termasuk wisata bahari dan kegiatan perikanan lainnya. Pengembangan Techno Park diarahkan untuk menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Diharapkan, konsep Sato Umi yang memiliki semangat yang sama dengan Techno Park dapat diterapkan untuk mendukung pelaksanaan program Techno Park di Indonesia yang juga dapat dimanfaatkan sebagai area wisata bahari.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
II.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari seminar dan workshop ini adalah untuk mensosialisasikan Program Sail Sabang dan Pengembangan Wisata Bahari Indonesia, serta mendiseminasikan konsep Sato Umi untuk mendukung Program Pengembangan Budidaya Perikanan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan di kawasan pesisir secara berkelanjutan di Indonesia. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Pemerintah, pengusaha, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya wisata bahari baik di Sabang maupun daerah lainnya di Indonesia secara optimal. Penerapan konsep Sato Umi diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan tambak marjinal dan idle serta sumberdaya perikanan dan kelautan di Wilayah Pesisir dan Kawasan Techno Park Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan ekonomi lokal, regional dan nasional
III.
WAKTU DAN TEMPAT
Seminar dan Workshop ini akan dilaksanakan selama 2 hari yang terdiri dari :
1. Seminar dan Workshop pada hari Kamis tanggal 5 Oktober 2017 di Auditorium dan Komisi Utama BPPT. Gd. II BPPT Lantai 3, JL. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340.
2.
Field trip (Kunjungan Lapangan) pada hari Jum’at tanggal 6 Oktober 2017 ke KawasanPertambakan dan Mangrove Pantai Utara Karawang, Jawa Barat, BLU-PPB Kementerian Kelautan dan Perikanan serta BPAPL-Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat di Pantai Utara Karawang
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
IV.
AGENDA
Hari Pertama : Kamis, 5 Oktober 2017-Seminar dan Workshop di Auditorium dan
Komisi Utama BPPT
Gd. II BPPT, Lt. 3. JL.M.H.Thamrin No. 8 Jakarta 10340
08.30-09.00 Registrasi
09.00-09.10 Pembukaan, Lagu Indonesia Raya, Do’a dan Tari Saman
09.10-09.20 Laporan Panitia
Prof. Ir. Wimpie Agoeng Nugroho, A, MSCE., Ph.D
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA)
09.20-09.30 Sambutan Kepala BPPT
Dr. Ir. Unggul Priyanto, M.Sc
09.30-09.45 Sambutan Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata
Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc
09.45-10.00 Keynote Speech of Sato Umi Development for Sustainable Aquaculture, Ecotourism and Coastal Management
Prof. Dr. Tetsuo Yanagi
International EMECS Center, Japan
Professor Emeritus of Kyushu University, Japan
10.00-10.10 Sambutan SesMenteri PPN/ Sekretaris Utama Bappenas
Dr. Ir. Gellwyn Daniel Hamzah Jusuf, M.Sc. 10.10-10.20 Sambutan Gumbernur Provinsi Aceh
Dr. H. Irwandi Yusuf, M.Sc
10.20-10.30 Sambutan Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim. Denah Lantai 3
R.Auditorium
R.
K
o
m
is
i Ut
a
m
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Kementerian Koordinator Bidang
Dr. Ir. Safri Burhanuddin, M.Sc
10.30-10.40 Sambutan Menteri Ristekdikti dan Pembukaan
Prof. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak
10.40-11.00 Penanda Tanganan MoU,Photo Session, Press Conference dan Rehat
SESI-1 (Paralel)
Kebijakan Nasional untuk Pengembangan Wisata Bahari Sabang, Budidaya Perikanan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Ruang Auditorium Ruang Komisi Utama
Kebijakan Nasional Pengembangan Budidaya Perikanan dan Pengelolaan
Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Moderator :
Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan
11.00-11.15 Pengembangan Tekno Park Perikanan
Dr. Ir. Gatot Dwianto, M.Eng
Deputi Kepala BPPT Bidang Kebijakan Teknologi (PKT)-BPPT
Program Sail Sabang
Dr. Ir. Safri Burhanuddin, M.Sc Deputi Bidang Koordinasi SDM,
11.30-11.45 Development of Coastal Management Method to Realize the Sustainable Coastal Sea Based on Sato Umi
Prof. Dr.Tetsuo Yanagi
12.00-12.15 Development of Fishery Production Technology
Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
12.15-12.45 Diskusi
12.45-13.30 ISHOMA
SESI-2 (Paralel)
Wisata Bahari dan Sato Umi Untuk Pengembangan Budidaya Perikanan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan
Ruang Auditorium Ruang Komisi Utama
Development of Coastal Management
Concentrations in the Seto Inland Sea (Theme 1: Seto Inland Sea)
13.45-14.00 Satoumi Approach for Realizing Sustainable Coastal Use in a Rias-type Bay: a Case of Shizugawa Bay in Sanriku Coast after the Huge Tsunami on 11 March 2011
(Theme 2: Sanriku Coast)
Prof. Dr. Teruhisa Komatsu
Yokohama College of Commerce, Japan
Penguatan Riset dan Inovasi Teknologi Dalam Pengembangan Wisata Bahari
Dr. Ir. Jumain Ape, MSi Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
14.00-14.15 Management for Sustainable Use of International Semi Enclosed Sea,
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
14.30-14.45 What’s Next : Integrating EMECS
Experience into Disaster-Resilient
Ruang Auditorium Ruang Komisi Utama
Coastal Management at Okinawa and Sato Umi Development in Indonesia
Based on Sato Umi in The Coastal Area of Indonesia
Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan 15.45-16.00 Development of Technopark at
Bantaeng, South Sulawesi
Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi., DEA Prof. Ir. Wimpie Agoeng Nugroho, A, MSCE., Ph.D
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA)
Perwakilan PICES, EMECS, BPPT, Kemenkomar, Kemenpariwisata
16.45-17.00 Penutupan
Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng Sekretaris Utama BPPT
Hari Kedua : Jum’at, 6 Oktober 2017 Field Trip ke Kawasan Budidaya Perikanan dan
Mangrove Pantai Utara Karawang, Jawa Barat
07.00-16.00 Mengunjungi Kawasan Budidaya Perikanan dan Mangrove di Pesisir Utara Karawang, BLU-PPB Kementerian Kelautan dan Perikanan serta BPAPL-Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat di Pantai Utara Karawang.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
V.
ABSTRAK
Dr. Ir. Gatot Dwianto, M.Eng.
Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Techno Park Pekalongan Berbasis Perikanan
Techno Park berbasis Perikanan di Kota Pekalongan sudah dimulai sejak tahun 2015 berdasarkan kesepakatan antara BPPT dan Pemerintah Kota Pekalongan. Kawasan Techno Park berlokasi di Kawasan Perikanan Pekalongan Utara yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan pada tahun yang sama. Kawasan yang memiliki area seluas 2 (dua) ha ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai Area Pengelolaan, Pabrik Pakan Ikan, Gudang Pendingin (Cold Storage), Pasar Ikan Segar dan Higienis, Perumahan Nelayan, Pengemasan Produk Perikanan, dan Kantor Inkubator Usaha Perikanan. Pada saat ini, beberapa bagian dari fasilitas tersebut telah dibangun, antara lain Pabrik Pakan Ikan, Gudang Pendingin (Cold Storage), Pasar Ikan Segar dan Higienis, Perumahan Nelayan, dan Pengemasan Produk Perikanan. Fasilitas lain juga akan segera dibangun dalam waktu dekat.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si
Direktur Jendral Perikanan Budidaya - Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kebijakan Nasional Pengembangan Budidaya Perikanan dan
Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan Berbasis Sato Umi
Pengembangan budidaya perikanan merupakan salah satu subsektor penting dalam mewujudkan NAWACITA, terutama untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan lingkungan.Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam pengembangan budidaya perikanan yang didukung dengan potensi lahan yang sangat luas, dengan total 17,9 juta Haterdiri dari12,12juta Ha potensi budidaya laut, 2,96juta Ha potensi budidaya air payau, dan 2,83 juta Ha potensi budidaya air tawar (DJPB, 2015). Berdasarkan data Statistik Perikanan Indonesia (2015), pemanfaatan potensi lahan budidaya perikanan masih rendah yaitu 24% pemanfaatan potensi lahan tambak, 11,32% pemanfaatan lahan budidaya air tawar dan potensi pemanfaatan budidaya laut 2,36%.Berdasarkan potensi dan peluang yang ada tersebut, maka arah kebijakan pengembangan budidaya perikanan nasional adalah mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan melalui harmonisasi aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek teknologi. Harmonisasi tersebut diharapkan dapat menciptakan pengembangan budidaya perikanan yang lebih produktif, menguntungkan secara ekonomi dan sosial, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan. Arah kebijakan tersebut telah sesuai dengan konsep SATO UMIyang menitikberatkan pada peningkatan produktivitas lahan untuk multi aktivitas manusia dengan pengelolaan yang berkelanjutan untuk peningkatan nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan manajemen yang ramah lingkungan.
Beberapa program prioritas perikanan budidaya nasional yang selaras dengan konsep SATO UMI antara lain: (i) revitalisasi dan penataan kawasan tambak-tambak idle menjadi tambak-tambak yang lebih produktif dengan menggunakan konsep kluster manajemen dan sistem polikultur dan tetap menjaga kawasan mangrove yang ada; (ii) pengembangan minapadi dalam rangka optimalisasi produktivitas padi dan ikan dalam satu lahan yang sama; (iii) pengembangan lele sistem bioflok sebagai salah satu solusi untuk pemanfaatan lahan-lahan yang sempit, yang terintegrasi dengan kegiatan penanaman sayur – sayuran; dan (iv) usaha pembesaran benih ikan kakap putih di tambak dengan pola kluster manajemen dan ramah lingkungan dengan tetap mempertahankan kawasan mangrove untuk penyediaan benih di KJA offshore di lokasi Pembangunan Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (PSKPT).
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Prof. Dr. Tetsuo YANAGI
Professor Emeritus, Kyushu University
Special Researcher, International EMECS Center
Sato Umi Development for Sustainable Fisheries, Ecotourism and
Marine Resources Management
Sato Umi is defined as “The coastal sea with high productivity and biodiversity under the human interaction” (Yanagi, 2007, 2013). Many kinds of human activities must co-exist with nature there. For the successful implementation of Sato Umi creation, the trans-disciplinary study among natural, social and human sciences is necessary.
One example of the trans-disciplinary study for the establishment of Sato Umi in Japan will be introduced in this seminar.
Yanagi,T. (2007) Sato-Umi: a new concept for coastal sea management. TERRAPUB, Tokyo, 86p.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Mitsutaku Makino
PICES/Japan Fisheries Research and Education Agency
Ecosystem-based fisheries management for Asia-Pacific
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Prof. Dr.Eng Eniya Listiani Dewi, B.Eng, M. Eng. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi
Inovasi Teknologi Bppt
Untuk Pangan Dan Kesehatan Berbasis Sumberdaya Kelautan
Indonesia adalah negara maritimyang terletak di khatulistiwa dan memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km, 16056 pulau danluas laut mencapai 5,8 juta km2 sehingga menjadikan negara yang memiliki sumber daya alam kelautan yang sangat besar.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia untuk tahun 2005-2025 menyebutkan tiga hal penting terkait aktivitas kegiatan perikanan dan kelautan. Pertama, menjadikan sektor perikanan sebagai penggerak ekonomi utama yang menghasilkan makanan protein untuk ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua, bahwa negara berdasarkan kepentingan nasional melakukan pengamanan sumber daya kelautan dan perikanan serta yang ketiga terkait dengan pengembangan industri kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan. BPPT memiliki misi untuk menghasikan produk teknologiyang inovatif untuk meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa
BPPT telah menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif seperti mengembangkan industri garam farmasi, menemukan beberapa kandidat biota laut sebagai bahan baku obat, mengembangkan ikan nila yang tahan terhadap salinitas tinggi (20-25 ppt), ikan nila laut (35 ppt), hormon pertumbuhan ikan dengan teknik rekombinan, Vaksin DNA untuk penyakit Streptococcus sp. Dan saat ini sedang mengembangkan prototip baru udang galah monosex jantan. Sedangkan dari hasil kajian olahan laut, BPPT telah berhasil mengembangkan cangkang kapsul dari rumput laut untuk industry farmasi danmenghasilkan bahan polyunsaturated fatty acid (PUFA) dari microalga.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Tetsuji OKUDA Associate Professor,
Ryukoku university, Kyoto, Japan
Management of Nutrient Concentrations in the Seto Inland Sea
(Theme 1: Seto Inland Sea)
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Prof. Dr. Teruhisa KOMATSU
Professor, Yokohama College of Commerce
President of Société franco-japonaise d’Océanographie
Satoumi
Approach for Realizing Sustainable Coastal Use
in a Rias-type Bay: a Case of Shizugawa Bay in Sanriku Coast
after the Huge Tsunami on 11 March 2011
Teruhisa Komatsu, Faculty of Commerce, Yokohama College of Commerce, komatsu@shodai.ac.jp
Shuji Sasa, Institute for Regional Economics, Yokohama College of Commerce, ss_sasa@shodai.ac.jp
Shigeru Montani, Graduate School of Environmental Sciences, Hokkaido University, montani@fish.hokudai.ac.jp
Osamu Nishimura, Graduate School of Technology, Tohoku University, osamu.nishimura.d2@tohoku.ac.jp
Takashi Sakamaki, Graduate School of Technology, Tohoku University, takashi.sakamaki.a5@tohoku.ac.jp
Chihiro Yoshimura, Tokyo Institute of Technology, yoshimura.c.aa@m.titech.ac.jp Manabu Fujii, Tokyo Institute of Technology, fujii.m.ah@m.titech.ac.jp
Tetsuo Yanagi, EMECS Center, tyanagi@riam.kyushu-u.ac.jp
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Takafumi YOSHIDA
Senior Researcher, Northwest Pacific Region Environmental Cooperation Center, Japan
Management for sustainable use of international semi enclosed sea, Japan
Sea
Takafumi YOSHIDA, Jing ZHANG
(Northwest Pacific Region Environmental Cooperation Center) Akihiko MORIMOTO, Ryota SHIBANO (Ehime University) Naoki HIROSE, Katsumi TAKAYAMA (Kyushu University)
Xinyu GUO, Naoki YOSHIE, Yucheng WANG, Takashi MANO, Taishi KUBOTA (Ehime University)
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Satoquo SEINO Associate Professor Kyushu University, Japan
The Integrated Coastal Zone Management Based on Ecosystem Services
(Theme 4: Social & Human Science)
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Singo KOCHI
Director, International EMECS Center
What’s Next : Integrating EMECS Experience into Disaster
-Resilient
Coastal Management
There has been an appreciation that recovery is an opportunity to build back better. Although defined in many ways, one clear consideration is that build back better covers both the restoration of communities and assets/infrastructures that strengthen resilience. Over the year, various challenges were reported along the course of disaster recovery. In many mega-disasters for instance, recovery is often plagued by significant time-gaps, a lack of continuous attention by international and national partners, and declining resource commitments. Often, momentum tends to slow down following post-disaster assessments, making it hard to plan and implement later stages of recovery and reconstruction. Even with so many capacity building efforts, nations still face serious limitations in terms of planning and implementing recovery processes.
It is in this context that Director of International EMECS Center is proposing to make a presentation for governments and partners to share experiences, knowledge, strategies, technologies, and tools on Japan’s largest enclosed coastal sea, Seto Inland Sea.
The topics will include;
1. Explore knowledge and understanding of ‘build back better’ in recovery, rehabilitation, and reconstruction” through sharing of country experiences
2. Spread emerging ideas and initiatives on enclosed coastal seas.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Shion TAKEMURA
PICES/Japan Fisheries Research & Education Agency
Community-based Monitoring Toward Sustainable Management Of
Mangrove Forest in Okinawa, Japan
Dr. Shion TAKEMURA (PICES/Japan Fisheries Research & Education Agency)
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Prof. Dr. Ir. Suhendar I Sachoemar, M.Si Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan-BPPT
Pengembangan Model Budidaya Perikanan Berkelanjutan Berbasis
Sato Umi di Kawasan Pesisir Indonesia
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Ir. Arief Arianto, M.Sc.
Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian, BPPT
Pengembangan Dan Pemasyarakatan Teknologi Budidaya Perikanan
Berbasis Sato Umi di Kawasan Technopark Kabupaten Bantaeng,
Sulawesi Selatan
Teknopark Bantaeng merupakan wujud nyata Nawa Cita Kabinet Kerja Indonesia 2014-2019. Pelaksanaan kegiatan Teknopark Bantaeng melibatkan akademisi, pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat, yang dikenal dengan konsep “ABGC” (Academic, Business, Government, Community).
BPPT dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantaeng menginisiasi pendirian Teknopark. BPPT berperan melakukan pendampingan, transfer teknologi, inkubasi perusahaan baru, kerjasama penelitian. Kabupaten Bantaeng merupakan Kabupaten yang memilliki potensi perikanan yang cukup baik. Kegiatan Teknopark Bantaeng akan menghasilkan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) di bidang perbenihan ikan dan rumput laut, budidaya perikanan dan produk pangan olahan berbasis hasil laut.
Pemanfaatan konsep Satoumi dalam Teknopark Bantaeng bertujuan untuk menjaga keserasian antara aktifitas manusia di sektor perikanan dengan kelestarian ekosistem pesisir. Melalui kegiatan di sektor perikanan yang harmonis maka kebutuhan manusia terpenuhi, perekonomian berkembang dan ekosistem pesisir tetap terjaga kelestariannya.
Saat ini Teknopark Bantaeng telah menghasilkan berbagai produk perikanan, diantaranya benih ikan nila yang telah terjual ke berbagai daerah di kawasan timur Indonesia, bibit rumput laut dan berbagai produk olahan hasil perikanan.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Fauzi Umar
Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi Badan Pengusahaan Kawasan Sabang
Peluang dan Tantangan Pengembangan Kawasaan Sabang Sebagai
Destinasi Wisata Bahari Dunia
Jika tidak ada aral melintang pemerintah pusat telah menunjuk Provinsi Aceh khususnya Kota Sabang menjadi tuan rumah perhelatan nasional/internasional “Sail Sabang 2017” yang berlangsung tanggal 28 November – 5 Desember 2017. Perhelatan akbar ini menjadi momentum kebangkitan kembali ekonomi Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang dengan rencana pemerintah untuk menata dan membangun Kawasan Sabang sebagai destinasi pelabuhan wisata bahari dunia.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pembangunan Stasiun Riset Oseanografi sebagai Upaya Pemanfaatan
Sumber Daya Laut dan Mendukung Wisata Bahari
Pulau Weh merupakan salah satu pulau kecil terluar berpenduduk yang posisinya ada di paling ujung Kawasan Barat Indonesia (KBI). Kawasan perairan P. Weh berbatasan secara langsung dengan negara Malaysia, Thailand, Myanmar dan Bangladesh. Posisi P. Weh juga sangat strategis karena berada di sekitar perairan Selat Malaka, Laut Andaman, Teluk Bengala dan Samudera Hindia Timur yang mana tingkat pemanfaatan sumber daya perikanannya masih belum optimal. Dilain pihak hasil-hasil penelitian sebelumnya telah diperkirakan bahwa laut Andaman dan wilayah Samudera Hindia Timur merupaka daerah up-welling massa air. Oleh karena itu, upaya pembangunan stasiun riset Oseanografi di P. Weh (kota Sabang) bertujuan untuk 1/penyediaan data dasar oseanografi untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya laut, 2/penguatan jejaring riset oseanografi ditingkat nasional maupun regional, dan 3/peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya laut dalam mendukung program wisata bahari.
Penyediaan informasi dasar oseanografi (fisik, kimia dan biologi) berperan untuk memahami fenomena up-welling dan mengetahui berbagai potensi perikanan dan kelautan dalam menunjang kegiatan perikanan tangkap, budidaya, dan pengelolaan sumberdaya laut yang lestari. Informasi potensi dan keanekaragaman hayati laut juga akan memberikan manfaat dalam upaya pengelolaan kawasan-kawasan konservasi ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang, serta ekosistem pulau–pulau kecil. Dengan berbagai program riset dasar, keberadaan Stasiun Oseanografi LIPI dapat memberikan kontribusi positif tidak saja dalam pemanfaatan sumber daya laut di sektor perikananan dan kemaritiman, namun juga mendorong tumbuhnya sektor industri wisata bahari.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Ir. Muhamad Sadly, M. Eng. Dr. Daryono, S.Si., M.Si.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Pentingnya Informasi Gempabumi Dan Peringatan Dini Tsunami
BMKG Dalam Mendukung Pariwisata Maritim
Wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempabumi dunia yang terbentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, hingga Papua. Sebagai wilayah yang terletak di jalur gempabumi, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruni oleh aktivitas tumbukan 3 lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan dengan tingkat aktivitas seismik yang tinggi di Indonesia. Gempabumi kuat yang berpusat di laut dengan kedalaman dangkal dapat memicu terjadinya tsunami. Seiring dengan kemajuan pembangunan bidang pariwisata, kini banyak berkembang pariwisata maritim di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Jenis pariwisata maritim ini biasanya berkaitan dengan pantai dan laut, seperti: panorama keindahan pantai, terumbu karang, memancing, berlayar, berselancar, mendayung, menyelam, dan lainnya. Namun demikian, sebagian masyarakat kita masih memiliki rasa khawatir akan bahaya tsunami saat menikmati wisata maritim. Hal ini dinilai wajar, karena memang banyak sumber gempabumi di wilayah perairan Indonesia.
Sebagai langkah antisipasi terhadap bahaya gempabumi dan tsunami, BMKG sejak tahun 2008 sudah mengoperasikan sistim pemantauan, prosesing, dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami. Sistim ini dikenal sebagai Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). BMKG sudah berkomitmen untuk memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami kurang dari 5 menit setelah terjadinya gempabumi. Sistim ini memberikan pelayanan informasi untuk seluruh wilayah Indonesia melalui multi moda diseminasi, seperti: SMS, Digital Video Broadcasting (DVB)/Warning Receiving System (WRS), faksimili, e-mail, website, televisi, radio, whatsap (WA) dan media social lainnya.
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Ir. Nani Hendiarti, M.Sc
Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim
Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Pendayagunaan Iptek Untuk Pengembangan Wisata Bahari
IPTEK WISATA BAHARI SABANG DAN INTERNATIONAL WORKSHOP SATO UMI 2017
Dr. Muhammad Irham, M.Si.
Ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Kelautan dan Perikanan - Universitas Syiah Kuala, Aceh
Wisata Bahari Aceh:
Peluang Dan Tantangan Menuju Wisata Kelas Dunia
Provinsi Aceh merupakan provinsi terdepan di ujung pulau Sumamatra yang berbatasan dengan Teluk Benggal di sebelah Utara, Samudra Hindia disebelah Barat, Selat Malaka di sebelah Timur dan Sumatra Utara disebelah tenggara dan Selatan. Secara geografis Aceh terletak di 20 – 60 lintang utara dan 950 – 980 bujur timur, memiliki luas daratan sebesar 56.759 km2 dan lautan sebesar 22.909 ha dan panjang garis pantai berkisar 2.666 km. Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar denga kemirinngan 2% tersebar di sepanjang pantai barat – selatan dan pantai utara – timur dengan luas 24.83% dari total luas wilayah. Dengan kondisi topografi berpantai, wilayah pesisir sangat layak dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi industry wisata sebagai salah satu sektor ekonomi yang menjanjikan. Namun demikian hal ini sangat bergantung dari kebijakan pemerintah. Selain itu, pembangunan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kualitas pelayanan perlu juga ditingkatkan. Intervensi pemerintah dan kehandalan sumberdaya manuasia diharapkan dapat mendukung pembangunan ekonomi melaui peningkatan produktifitas di bidang pariwisata.
Disamping keunggulan letak geografis, pengembangan sektor wisata bahari Aceh juga berpeluang pada pemanfaatan daya tarik alam pesisir. Aceh saat ini berusaha menjadikan sektor wisata khususnya wisata bahari menjadi sektor utama penggerak ekonomi dengan menawarkan berbagai atraksi baik budaya maupun alam. Melihat kenyataan yang ada, Aceh sebagi daerah tujuan wisata bahari diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi masyarakat karena sesungguhnya industry pariwisata merupakan industry yang berhubungan langsung dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan wisata berkelas internasional, Aceh masih harus menajamkan beberapa program yang mendukung peningkatan sektor industry pariwisata seperti industry kreatif.