• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstitusi dan Tata Perundang undangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konstitusi dan Tata Perundang undangan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

“Konstitusi dan Tata Perundang-undangan”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Genap

Mata Kuliah Civic Education

Oleh

Mohammad. Ezha Fachriza Roshady

NIM: 11141120000001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Abstract

Secara umum, Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan tanpa konstitusi, Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar.

Penyelenggaran bernegara Indonesia juga didasarkan pada suatu konstitusi. Hal ini dapat dicermati dari kalimat dalam pembukaan UUD 1945 di alinea keempat yang

berbunyi”..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.” Pada hakikatnya konstitusi hanyalah sebagai acuan untuk terciptanya ketertiban di dalam Negara dan konstitusi memberikan batasan-batasan wewenang kepada setiap lembaga Negara agar tidak bersikap sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Pendahuluan

Di Negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat. Disamping itu pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itu tidak disalah gunakan, tidak sewenang-wenang, serta benar-benar untuk kepentingan rakyat. Mengapa perlu dibatasi? Kekuasaan perlu dibatasi karena kekuasaan itu cenderung disalahgunakan dan disewenang-wenangkan. Ingat hukum besi kekuasaan dari Lord Acton yang mengatakan “power tends corrupt and absolute power corrupts absolutely” (kekuasaan cenderung untuk menjadi kesewenang-wenangan juga cenderung mutlak).1

Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan yang terbatas itu dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang umumnya disebut konstitusi (hukum dasar atau atau undang-undang dasar negara). Konstitusi atau undang0undang dasar Negara mengatur dan menetapkan kekuasaan Negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan Negara efektif untuk kepentingan rakyat, serta tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan. Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang paling efektif bahwa kekuasaan pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga Negara tidak dilanggar.

Pengertian Konstitusi

(3)

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis “constituer” yang artinya membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara. Konstitusi juga dapatberarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan Negara. Istilah konstitusi dapat dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata Konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: (1) segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan (2) undang-undang suatu Negara.

Dalam kehidupan sehari-hari kita menerjemahkan kata Inggris constitution (konstitusi) dengan undang-undang dasar. Istilah undang-undang dasar merupakan

terjemahan istilah yang dalam Bahasa Belanda “Grondwet”. Dalam Bahasa Indonesia, grond berarti tanah dan wet diterjemahkan undang-undang.

Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita

menggunakan istilah hukum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: “Undang-undang dasar suatu Negara ialah hanya sebagian hukum dasar Negara itu. Undang-undang dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya undang-undang dasar tidak tertulis , yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelanggaraan Negara”. Hukum dasar tidak tertulis disebut konvensi.

Dalam naskah rancangan undang-undang dasar Negara Indonesia yang dihasilkan oleh BPUPKI sebelumnya juga menggunakan istilah hukum dasar. Barulah setelah disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 diubah dengan istilah undang-undang dasar.

Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu:

1. K. C. Wheare

Menurut K. C. Wheare, konstitusi ialah holistik sistem ketatanegaraaan suatu negara nan berupa kumpulan peraturan nan membentuk, mengatur, atau memerintah dalam

pemerintahan suatu negara.

(4)

Pengertian konstitusi menurut para ahli, kali ini menurut Herman Heller ialah

konstitusi mempunyai arti luas daripada undang-undang. Konstitusi tak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

3. Lasalle

Menurut Lasalle, konstitusi ialah interaksi antara kekuasaaan nan terdapat di dalam masyarakat seperti golongan nan mempunyai kedudukan konkret di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik dsb.

4. L.j Van Apeldoorn

L.j Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tidak tertulis.

5. Koernimanto Soetopawiro

Pengertian konstitusi menurut pada pakar juga dikeluarkan oleh Koernimanto Soetopawiro. Menurutnya, istilah konstitusi berasal dari bahasa Latin cisme nan berarti bersama dengan dan statute nan berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

6. Carl Schmitt

Carl Schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:

1. Konstitusi dalam arti mutlak mempunyai 4 sub pengertian yaitu; Konstitusi sebagai kesatuan organisasi nan mencakup hukum dan semua organisasi nan ada di dalam negara.

Konstitusi sebagai bentuk negara.

Konstitusi sebagai faktor integrasi.

Konstitusi sebagai sistem tertutup dari kebiasaan hukum nan paling tinggi di dalam negara.

(5)

3. Konstitusi dalam arti positif ialah sebagai sebuah keputusan politik nan paling tinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.

4. Konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi nan memuat adanya agunan atas hak asasi serta perlindungannya.

7. E.C.S. Wade

Menurut E.C.S. Wade, konstitusi ialah naskah nan memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

8. Sovernin Lohman

Sovernin Lohman mengatakan makna konstitusi di dalamnya terdapat tiga unsur nan sangat menonjol; Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial). Artinya, konstitusi merupakan hasil kerja dari kesepakatan masyarakat buat membina negara dan pemerintahan nan akan mengatur mereka.

Konstitusi sebagai piagam nan menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat

pemerintahannya.

Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan. Berdasarkan pengertian tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa konstitusi atau undang-undang dasar ialah suatu kerangka kerja suatu negara nan menjelaskan tujuan pemerintahan negara tersebut diorganisir dan dijalankan.

9. James Bryce

James Bryce juga "menyumbangkan" pendapatnya tentang pengertian konstitusi. Pengertian konstitusi menurut para ahli juga melibatkan namanya sebagai seorang pakar ketatanegaraan. Menurutnya konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara) nan diorganisir dengan cara melalui hukum

10. CF. Strong

(6)

anggaran dasar lainnya nan mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam komplotan hukum negara. Nondokumentary constitution ialah berupa kebiasaan ketatanegaraan nan sering timbul.

11. Miriam Budiarjo

Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang: organisasi negara, hak asasi manusia, mekanisme penyelesaian masalah pelanggaran hukum, dan cara perubahan konstitusi.

12. G.J. Wolhoff

(7)

Klasifikasi Konstitusi

Klasifikasi kuno menurut Aristoteles dan Plato Filsof lainnya

Klasifikasi konstitusi politik ataupun klasifikasi Negara sudah sering dilakukan pada zaman dahulu, tetapi tidak dengan cara yang memuaskan bagi mahasiswa modern. Diantara upaya-upaya pertama pengklasifikasian tersebut, perlu diperhatikan bahwa Aristoteles mempelajari persoalan ini jauh lebih mendalam daripada gurunya, Plato. Pengenalan Plato mengenai persoalan ini sangat membingungkan karena ia mengadposi satu dasar klasifikasi dalam The Republic dan menggunakan dasar yang sama sekali berbeda pada buku yang lain berjudul Politicus atau The Statesman Aristoteles mula-mula membagi konstitusi ke dalam dua kelas, yaitu konstitusi yang baik dan konstitusi yang buruk, atau konstitusi yang benar dan yang salah. Disini kriterianya adalah semangat menjiwai pemerintahan. Aristoteles menemukakan dalam setiap kelas tersebut ada tiga tipe konstitusi berdasarkan apakah pemerintahan tersebut dikuasai oleh satu orang, golongan atau banyak orang (rakyat).2

Aristoteles berpendapat klasifikasi ini termasuk lengkap dan eksklusif sebab telah melakukan kajian menyeluruh dan seksama pada tak kurang 158 konstitusi Yunani dan Barbar pada zamannya. Klasifikasi konstitusi menurut Aristoteles dapat diringkas dalam bentuk tabel berikut:

Bentuk yang buruk atau salah

Bentuk yang baik atau benar

Tipe Konstitusi

Tirani atau depotisme Monarki atau Kerajaan Pemerintahan satu orang

Oligarki Aristokrasi Pemerintahan Golongan

Demokrasi Polity Pemerintahan banyak

orang

Konstitusi Fleksibel atau Konstitusi Kaku

(8)

Dasar pembagian sebenarnya dilihat dari bentuk konstitusi itu sendiri adalah apakah konstitusi itu fleksibel ataukah kaku. Konstitusi yang dapat dirubah atau diamandemen tanpa adanya prosedur khusus dinyatakan sebagai konstitusi fleksibel. Konstitusi yang

mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya merupakan konstitusi yang kaku.

Kedudukan Konstitusi

Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi pada umumnya mempunyai kedudukan formal yang sama, berikut ini penjelasannya :

1. Konstitusi sebagai Hukum Dasar

Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara khusus konstitusi memuat aturan-aturan tentang badan-badan pemerintah dan sekaligus memberikan kewenangan kepadanya. Misalnya, didalam konstitusi biasanya akan ditentukan adanya badan legislatif, cakupan kekuasaan badan legislatif itu dan prosedur penggunaan kekuasaannya. Demikian pula dengan lembaga eksekutif dan yudikatif.

Jadi konstitusi menjadi dasar adanya sumber kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Oleh karena itu konstitusi juga mengatur kekuasaan badan legislatif (pembuat undang-undang), Undang-Undang Dasar (UUD) juga merupakan dasar adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.

2. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

Konstitusi juga berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan lainnya. Oleh karena itulah aturan-aturan lain dibuat oleh pembentuk undang-undang harus sesuai atau tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

(9)

Menurut paham konstitusionalisme, fungsi konstitusi adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah

2. Menjamin hak-hak asasi warga negara

Dalam konstitusi biasanya diatur tentang pembagian kekuasaan negara, lembaga-lembaga negara/pemerintah, serta batas-batas kekuasaan dan saling chek and balance antar lembaga negara. Pemerintah suatu negara harus diberi kekuasaan cukup agar dapat berfungsi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Namun, di lain kekuasaan permerintah juga harus dibatasi kekuasaannya agar pemerintah tidak menyalahgunakan kekuasaannya dan bertindak sewenang-wenang (otoriter). Selain itu, konstitusi juga mencantumkan ketentuan yang mengakui dan menjamin hak-hak asasi manusia.

Pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi tindakan kesewenangan pemerintah untuk menjamin hak-hak warga negara dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Setiap konstitusi mempunyai dua tujuan, yaitu :

1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik di suatu negara. Hal ini bertujuan agar penguasa tidak bertindak sewenang-wenang dan merugikan rakyat.

2. Sebagai pedoman penyelenggaraan negara.

3. Menjamin hak-hak warga negara (HAM).

4. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa, serta menetapkan bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka.

(10)

Fungsi Konstitusi dalam Pembentukan Negara Indonesia

Konstitusi dengan istilah lain Constitution atau Verfasung dibedakan dari Undang-Undang Dasar atau Grundgesetz. Herman Heller membagi Konstitusi itu dalam tiga pengertian sebagai berikut: 1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan ( Die politische Verfassung als gesellschaftliche

Wirklichkeit) dan ia belum merupakan Konstitusi dalam arti hukum (ein Rechtsverfasssung ) atau dengan perkataan lain Konstitusi itu masih merupakan pengertian sosiologis atau politis dan belum merupakan pengertian hukum. 2. Baru setelah orang mencari unsur-unsur

hukumnya dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah hukum, maka Konstitusi itu disebut Rechtvarssung ( Die verselbstandigte Rechtverfassung ). 3. Kemudian orang mulai menulisnya dalam suatu naskah sebagai Undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu Negara.3

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan PPKI sehari setelah Proklamasi

kemerdekaan merupakan revolutie grondwet yang menentukan kehadiran Indonesia sebagai Negara berdaulat. Dalam pengertian tersebut, UUD 1945 menurut Wirjono Prodjodikoro merupakan permulaan dari segala macam peraturan yang pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama Negara Indonesia.4

Sejalan dengan itu, UUD 1945 menggunakan pendekatan stufenbau teori Hans Kelsen merupakan Staatfundamentalnorm dan rechtidee yang di dalamnya termuat pernyataan politik dan moral bangsa, juga cita serta tujuan Indonesia berbangsa dan bernegara.5

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah suatu naskah yang singkat. Ia hanya berisi prinsip-prinsip umum serta menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada perundang-undangan yang lebih rendah. Banyak hal-hal yang sangat penting mengenai pemerintahan yang tidak disuratkan ataupun tersirat dalam Undang-Undang Dasar 1945, bahkan hal-hal yang dicantumkan di dalamnya seringkali dirumuskan sedemikian rupa

3 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti, 1986), hlm,.65.

4 Wirjono Prodjodikoro,Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia,(Jakarta: Dian Rakyat, 1977), hlm. 10

(11)

sehingga dapat berarti dua macam. Keadaan ini bukan saja dapat dimengerti, bila orang mengetahui dalam suasana apa pembuatan naskah Undang-Undang Dasar itu terjadi.6

Kedudukan konstitusi merupakan elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja karena konstitusi memberikan penegasan atas kedudukan dan relasi yang amat kuat antara rakyat dan penguasa. Menurut Steenbeek, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemnatri, UUD berisi tiga pokok materi muatan, yakni pertama,adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara ; kedua ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.7

Perubahan Konstitusi di Indonesia

Ada dua model perubahan konstitusi, yaitu renewal (pembaruan) dan amandemen (perubahan). Renewal adalah sistem perubahan konstitusi dengan model perubahan konstitusi secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara

keseluruhan.8

Amandemen adalah perubahan konstitusi yang apabila suatu konstitusi diubah, konstitusi yang asli tetap berlaku. Amandemen tidak terjadi secara keseluruhan bagian dalam konstitusi asli sehingga hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal.

6 Smail Suny,Pergeseran Kekuasaan Eksekutif,(Jakarta: Aksara Baru, 1981), hlm.13. 7 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,(Medan: Kencana, 2005), hlm. 93.

(12)

Menurut Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi, baiak dalam model renewal (pembaruan) dan amandemen, yaitu:

1.Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan kuorum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan Undang-undang Dasar dan jumlah minimum anggota badan legislatif atau meneimanya.

2.Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan perubahan masing-masing.

3. Negara-negara bagian dalam negara federal (misalnya, Amerika Serikat, tiga perempat dari 50 negara-negara bagian harus menyetujui).

4.Perubahan yang dilakukan dalam stuatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tatacara perubahan undang-undang. Bersandar pada Pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa:

1.Usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

2.Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

3.Untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar, sidang Majelis

Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

4.Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota Majelis

(13)

didasarkan pada pandangan bahwa dalam UUD 1945 terdapat Pembukaan yang jika UUD 1945 diubah akan berakibat pada perubahan konsensus politik.

Perubahan UUD 1945 akan juga berakibat pada pembubaran Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Sejak Proklamasi 1945, telah menjadi perubahan-perubahan atas UUD negara Indonesia, yaitu:

1.Undang-undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945- 27 Desember 1949).

2.Konstistusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950). 3.Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).

4.Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999).

5.Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000).

6.Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 November 2001). 7.Undang-undang Dasar dan Perubahan I, II, dan III (9 November 2001-10 Agustus 2002). 8.Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, III, dan IV (10 Agustus 2002).

Konstitusi Sebagai Peranti Kehidupan Kenegaraan yang Demokratis

Konstitusi merupaakn aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negara dan warga negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak terjadi penindasan yang kuat terhadap yang lemah.

Konstitusi memiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah negara. A. Hamid S. Attamimi berpendapat bahwa konstitusi Undang-undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Adapun, A. G. Pringgodigdo berpendapat bahwa adanya keempat unsur pembentukkan negara belumlah cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya.9

(14)

Hukum dasar yang dimaksud adalah konstitusi atau Undang-undang Dasar. Keberadaan konstitusi atau Undang-undang Dasar (UUD) dalam kehidupan kenegaraan menjadi sangat penting, karena ia menjadi acuan dan penentu arah. Secara umum, konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara, yaitu:

1.Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan.

2.Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas.

3.Adanya jaminan penghargaan terhadap hak-hak individu warga negara dan penduduk negara, sehingga dengan demikian entitas kolektif, tidak dengan sendirinya menghilangkan hak-hak dasar orang per orang.

4.Pembatasan pemerintahan.

5.Adanya jaminan terhadap keutuhan negara nasional dan integritas wilayah.

6. Adanya jaminan keterlibatan rakyat dalam proses bernegara melalui pemilihan umum yang bebas.

7.Adanya jaminan berlakunya hukum dan keadilan melalui proses peradilan yang independen.

8.Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias politica dan Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan.

Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen UUD 1945

Pada setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga jenis kekuasaan ini terpisah satu sama lainnya, baik mengani tugas maupun mengenai alat perlengkapan yang melakukannya. Teori pemisahan kekuasaan pemerintahan ini dalam praktiknya berbeda pada satu negara dengan negara lainnya. Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR pasca-Orde Baru. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adalnya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis.

Salah satu tujuan utama amandemen UUD 1945 adalah untuk menata keseimbangan antarlembaga negara. Sejak lengsernya Orde Baru pada 1998, telah terjadi empat kali

(15)

perubahan besar-besaran dan dengan perubahan materi yang dapat dikatakan sangat mendasar.

Perubahan Pertama atas UUD 1945 pada 19 Oktober 1999 merupakan tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme pada sebagian kalangan masyarakat Indonesia yang beranggapan sangat mensakralkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang tidak bisa disentuh sama sekali ole hide-ide perubahan.

Perubahan Kedua UUD 1945 berfokus pada penataan ulang keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan Ketiga UUD 1945 menitikberatkan pada penataan ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, pembentukan lembaga negara baru yang meliputi Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY), serta aturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Perubahan Keempat UUD 1945 mencakup materi tentang keanggotaan MPR, pemilihan presiden dan wakil presiden berhalangan tetap, serta kewenangan presiden. Dalam konteks perubahan UUD terdapat lima unsur penting yang disepakati oleh panitia ad hoc perubahan UUD 1945, yaitu:

1.Tidak melakukan perubahan atas Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang meliputi sistematika, aspek kesejarahan, dan orisinalitasnya.

2.Tetap mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3.Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.

4.Meniadakan penjelasan UUD 1945 dan hal-hal normatif dalam penjelasan dimasukkan dalam pasal-pasal.

(16)

Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia

Di awal 1966, melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia sebagai berikut:

1.Undang-undang Dasar 1945

2.Ketetapan MPR

3.Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

4.Peraturan pemerintah.

5.Keputusan presiden.

6.Peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti:

a.Peraturan menteri;

b.Instruksi menteri;dan

c.Dan lain-lainnya

Selanjutnya, berdasarkan Ketetapan MPR No. III Tahun 2000, tata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut:

1.Undang-undang Dasar 1945.

2.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3.Undang-undang.

4.Peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

5.Peraturan pemerintah.

6.Keputusan presiden.

(17)

Dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPP), yang berlaku secara efektif pada November 2004. Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam UU PP ini sebagaimana diatur dalam Pasal 7 sebagai berikut:

1.Undang-undang Dasar 1945.

2.Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

3.Peraturan pemerintah.

4.Peraturan presiden.

5.Peraturan daerah yang meliputi:

a.Peraturan daerah provinsi;

b.Peraturan daerah kabupaten/kota; dan

c.Peraturan desa.

(18)

Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen)

Pada tanggal 21 Mei 1998 presiden soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang dimotori oleh manusia, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya, di Jakarta dan di daerah-daerah.

Berhentinya presiden soeharto di tengah krisis ekonomi dan moneter yang sangat

memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi awal dimulanya era reformasi di tanah air .

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensil.10

Alasan perubahan UUD 1945

(19)

a.UUD 1945 bersifat sementara

Sifat kesementaraan UUD 1945 ini sebetulnya telah disadari sepenuhnya oleh para perumus UUD 1945. Mereka berpacu dengan momentum kekalahan bala tentara jepang dalam perang pasifik . oleh karena itu UUD sementara harus segera diselesaikan dengan harapan bisa dijadikan landasan sementara bagi Negara yang hendak didirikan. Para pemimpin kita tidak mau berlama-lama membuat undang-undang dasar karena harus

mengutamakan kemerdekaan bangsa. Kesadaran itu juga disadari sepenuhnya oleh Ir.soekaro yang terpilih sebagai presiden pertama Indonesia. Ketua panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) ini ketika membuka siding pertama PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, mengatakan bahwa UUD 1945 dibuat secara kilat .

b.UUD 45 Memiliki kelemahan dan terlalu sederhana

sebagai sebuah konstitusi yang dibuat secara darurat dan terkesan buru-buru, UUD 1945 memiliki kelemahan yang cukup mendasar. Kita ketahui bahwa UUD 45 yang hanya berisi 37 pasal itu terlalu sederhana untuk sebuah konstitusi bagi Negara sebesar dan seberagam Indonesia. Hal ini bukannya tanpa disadari oleh para pembuatnya. Mereka berpendapat bahwa pelaksanaan UUD 1945 bisa diatur lebih lanjut dalam Undqang-Undang(UU).

Apabila para pembuat Undang-Undang tidak memilki visi, semangat dan cita-cita yang sama dengan para pembuat UUD 1945 akan membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena kondisi inilah yang membuka peluang terjadinya pratik penyimpangan dan kesewenang-wenangan presiden selaku pembuat undang-undang. Presiden pun bisa berkelit bahwa undang-undang yang ia buat merupakan amanat UUD 1945.

Kelemahan UUD 1945 yang lain adalah belum secar tegas mengatur kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia, dan otonomi daerah. Konstitusi kita tersebut juga tidak mengatur peamberdayaan rakyat sehingga terjadi kesenjangan social ekonomi. Praktik monopoli, oligopoly, dan monopsoni tumbuh dengan susbur tanpa kendali.

(20)

UUD 1945 jelas-jelas member kekuasaan terlau besar kepada presiden. Setidaknya 12 pasal dari 37 pasal UUD 1945 (pasal 4-pasal 15)memberikan hak kepada presiden tanpa adanya perimbangan. Persiden mempunayi hak prerogative dan legislative sekaligus. Dampak dari pelimpahan kekuasaan itu adalah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, munculnya kekuasaan otoriter, korup dan menindas rakyat, serta menciptakan

penyelenggaraan Negara yang buruk. Hal itu bisa kita selama kepemimpinan presiden Ir.soekarno dan soeharto.

Prinsip kedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh MPR(pasal 1 UUD 1945), pun membukan praktik penyimpangan. Hal itu di perparah dengan pengangkatan anggota MPR utusan daerah dan golongan oleh presiden berdasar Undang-Undang. Presiden mempunyai keleluasaan memilih anggota MPR yang sesuai dengan kepentingannya .

d. UUD 1945 tidak menganut Checks and Balances

UUD 1945 mendelegasikan kekuasaan yang sangat besar kepada kepada eksekutif. Menurut penjelasan UUD 1945, presiden adalah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi dibawah majelis. Presiden merupakan pusat kekuasaan yang diberi kewenangan menjalankan pemerintahan sekaligus berkuasa membuat Undang-Undang.

Dua cabang kekuasaan yang berada ditangan presiden ini menyebabkan tidak jalannya prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances). Selain itu,

kekuasaan yang menumpuk pada satu orang berpotensi melahirkan kekuasaan yang otoriter. Inilah yang menjadi selama kepemimpinan dua orde di Indonesia.

e. Pasal-Pasal UUD 1945 terlalu “luwes”

sebagai sebuah konstitusi , UUD 1945 selain sederhana juga hanya berisi pokok-pokok. Harapannya segera ditindaklanjuti dengan Undang-Undang. Namun, hal ini justru menetapkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang luwes dan multitafsir. UUD 1945 dapat dengan mudah diinterpretasikan oleh siapapun termasuk penguasa. Oleh karena itu, kepentingan pribadi atau golongan bisa dengan mudah menyelinap dalam praktik pemerintahan dan ketatanegaraan kita . misalnya pada pasal 7 UUD 1945 disebutkan,”presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.

Kesimpulan dan Saran

(21)

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan yaitu Kedudukan konstitusi merupakan elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja karena konstitusi memberikan penegasan atas kedudukan dan relasi yang amat kuat antara rakyat dan penguasa. UUD berisi tiga pokok materi muatan, yakni pertama,adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara ; kedua ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan ketiga,adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.

2. Saran

Penulis menyarankan agar Konstitusi yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang telah dibentuk oleh para pendiri Negara ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk tercapainya cita-cita bangsa yang tertuang dalam konstitusi itu sendiri, dan apabila undang-undang itu sudah tidak berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka sebaiknya dilakukan amandemen terhadap pasal-pasalnya bukan pembukaan UUD 1945.

(22)

1. Ubaedilah, A. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah. 2. SPA Team Work, Editor: Derta Sri Widowatie dan Waluyati Handayani.

2008. Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Studi Perbandingan Tentang Sejarah dan Bentuk – Bentuk Konstitusi Dunia. Bandung:PT.Nusa Indah. 3. El-Muhtaj, M.Hum., Majda,. 2005. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Dari

UUD 1945 Sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Medan: PT.Kencana.

4. Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si. 2013. Paradigma Baru Pendidikan

Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

5. Suny,Smail. 1981. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Jakarta: Aksara Baru. 6. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1986. Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV Sinar Bakti.

7. Prodjodikoro,Wirjono. 1977. Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk Menghasilkan produk asap cair dari limbah kebun kelapa sawit berupa pelepah dan tandan kosong sawit serta untuk mengetahui kandungan

Kepemimpinan dan manajemen di AccessCare melakukan intervensi multimodal berdasarkan kriteria berikut: (1) memiliki seorang pemimpin yaitu dokter yang bersedia untuk

a. Jika pidana karena kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 104 dapat dijatuhi pidana pencabutan hak-hak tersebut pada Pasal 35, ke-1 sampai dengan ke-5;.. Pada waktu

Dari analisis variansi diketahui bahwa H 0A ditolak, berarti ada pengaruh sistem penyelenggaraan pendidikan terhadap prestasi belajar matematika, karena sistem

Seberapa jauh citra satelit ALOS/AVNIR-2 dan SPOT-4 dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta perubahan tingkat

NO PROGRAM AKUN URAIAN PAGU

Dalam rangka kerjasama pembangunan antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk mencapai pembangunan Negara Indonesia yang demokratis, aman dan makmur,

Dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya pada bangunan diperlukan jumlah volume per satuan pekerjaan dan analisis harga satuan pekerjaan berdasarkan gambar bestek