• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Harga Jual Bibit Melalui Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Kol (Brassica Oleracea Cv. Capitata) (Studi Kasus : Pt. Horti Jaya Lestari Kebun Smik Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Harga Jual Bibit Melalui Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Kol (Brassica Oleracea Cv. Capitata) (Studi Kasus : Pt. Horti Jaya Lestari Kebun Smik Kabupaten Karo)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang

Taraf kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat peradaban masyarakat

dalam memanfaatkan produk hortikultura.Bagi masyarakat yang telah maju,

konsumsi hortikultura merupakan suatu kebutuhan primer.Komoditas hortikultura

yang terdiri dari tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat

merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha

agribisnis (Ashari, 1995).

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan

kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.

Salah satu faktor yang paling menghambat dalam pengembangan usaha

hortikultura sayuran adalah fluktuasi harga yang sangat tinggi.Dalam era

perdagangan bebas saat ini tentu kita tidak bisa mengontrol harga, karena harga

ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran dan beberapa faktor lainnya

(Rahardi, 2000).

Hampir dipastikan bahwa semua ibu rumah tangga pasti mengenal kol.Kol

memang mudah ditemukan, baik di pasar tradisional maupun di super market.

Dibanding sayuran jenis lain, kol harganya tergolong murah. Dengan demikian,

kol cocok menjadi alternatif pilihan dalam menyiasati melambungnya harga

sayuran lain (Pracaya, 2001).

Badan Pusat Statistik (2014) mendata produksi kol menurut Provinsi Sumatera

(2)

tahunnya fluktuatif tetapi pada tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya. Produksi kol meningkat pada tahun 2011-2012 dengan jumlah

173.565 ton menjadi 180.162 ton dan pada tahun 2013-2014 dengan jumlah

165.589 ton menjadi 173.486 ton. Peningkatan produksi kol di beberapa tahun

diikuti dengan produktivitas kol yang juga meningkat.

Tabel 1. Produksi Kol Sumatera Utara 2010-2014

Tahun Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2010 2011 2012 2013 2014 196.718 173.565 180.162 165.589 173.486 22,7 21,95 23,80 23,80 24,22 Pertumbuhan/ Growth

2014*) over 2013 (%)

4,77 1,77

Sumber Data: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (Diolah)

Produktivitas kol meningkat pada tahun 2011-2014 dengan jumlah 21,95 ton/ha

menjadi 24,22 ton/ha. Peningkatan produksi kol dan juga produktivitasnya tentu

saja dipengaruhi dengan adanya peningkatan permintaan akan kol maupun

bibitnya.

Dalam setiap usaha pertanian, bibit merupakan suatu titik awal dalam kegiatan

budidaya, sehingga kualitas produk budidaya akan sangat tergantung pada kualitas

benihnya. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pengelolaan yang baik agar

pembudidayaan bibit dapat menguntungkan pihak produsen maupun

konsumen.Kegiatan pembibitan merupakan mata rantai kegiatan yang perlu

dilaksanakan secara terarah, terprogram, terpadu, dan berkesinambungan mulai

dari hulu sampai hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan

varietas-varietas unggul baru, pelepasan varietas, perbanyakan bibit, sertifikasi,

(3)

pemerintah, pengawas, litbang, produsen, maupun pedagang bibit (Wibowo,

1999).

PT. Horti Jaya Lestari Kebun SMIK adalah salah satu perusahaan yang bergerak

di bidang tanaman pertanian dataran tinggi atau tanaman hortikultura yang

melakukan pembibitan dan budidaya. Perusahaan dengan 28 pegawai ini

memproduksi beberapa bibit hortikultura dan salah satunya adalah bibit kol.

Perusahaan dalam hal ini mampu memproduksi bibit kol sebesar 96.000 bibit per

bulan. Bibit yang dihasilkan sebenarnya akan diberikan langsung kepada petani

sebagai bantuan kepada petani dari perusahaan. Petani tersebut adalah petani yang

sebelumnya telah menandatangani kontrak persetujuan dari perusahaan. Dengan

isi kontrak yaitu jumlah bibit yang diterima dan sebuah persetujuan bahwa hasil

panen dari bibit yang sudah dibudidayakan oleh petani, seluruhnya akan dijual

kepada perusahaan. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2003 ini akan membayar

hasil panen sesuai dengan harga pasar. Harga yang dibayar oleh perusahaan akan

dipotong dengan harga bibit yang seharusnya dibayar petani diawal. Hal ini

dilakukan perusahaan untuk membantu petani yang tidak memiliki modal untuk

membeli bibit.

Untuk sebuah perusahaan, harga jual adalah salah satu unsur terpenting dalam

keberlangsungan sebuah perusahaan. Laba sangat penting bagi suatu perusahaan,

karena berhasil atau tidak suatu perusahaan pada umumnya diukur dengan laba

yang diperoleh. Maka dari itu penetapan harga jual yang tepat bagi perusahaan

sangat mutlak diperlukan. Dalam menentukan harga jual yang tepat diperlukan

(4)

Horti Jaya lestari rata-rata per bulan di tahun 2014 adalah sebesar Rp. 8.897.388

dengan rata-rata untuk setiap bibitnya adalah sebesar Rp. 92,681.

Penetapan harga pokok produksi yang tepat akan menghasilkan harga jual yang

tepat. Kesalahan dalam menentukan harga pokok pada suatu produk akan

menghasilkan ketidakwajaran pada harga jual. Harga jual akan sangat tinggi yang

mengakibatkan harga tidak bersaing di pasaran dan harga jual rendah yang akan

merugikan perusahaan itu sendiri.

Harga jual per bibit yang ditetapkan perusahaan Horti Jaya untuk kol sebesar Rp.

125. Harga bibit kol yang ditetapkan perusahaan dari tahun ke tahun tidak pernah

mengalami penurunan maupun kenaikan harga. Hal ini dikarenakan hasil panen

kol yang sudah dibudidayakan petani akan kembali dijual seluruhnya kepada

perusahaan. Dan juga diketahui bahwa perusahaan ternyata tidak memiliki metode

harga pokok produksi yang sesuai dengan penghitungan metode akuntansi.

Perusahaan hanya melakukan perhitungan biaya aktual yang keluar selama proses

produksi. Oleh karena itu dengan harga pokok produksi untuk setiap bibitnya

yang hanya sebesar Rp. 92,681 dan dengan harga jual yaitu sebesar Rp. 125

adalah tepat sebagai penetapan harga pokok produksi sekaligus harga jual untuk

perusahaan. Maka dalam hal ini sangat diperlukan analisis suatu metode

penetapan harga yang tepat agar diketahui harga tersebut sebenarnya baik atau

tidak untuk perusahaan maupun petani. Sehingga dengan mengetahui metode

yang tepat maka akan didapatkan harga pokok produksi yang menghasilkan harga

(5)

Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik dan perlu

melakukan suatu penelitian tentang analisis harga jual melalui penetapan harga

pokok produksi bibit kol di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana penetapan harga pokok produksi yang selama ini diterapkan

perusahaan?

2. Bagaimana harga pokok produksi dengan metode full costing dan variable

costing dibandingkan dengan yang ada di perusahaan dan metode harga pokok

produksi apa yang tepat bagi perusahaan?

3. Bagaimana harga jual bibit yang dihasilkan dengan menggunakan

metode-metode penetapan harga pokok produksi full costing dan variable costing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan indentifikasi masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penetapan harga pokok produksi yang selama ini

diterapkan perusahaan.

2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan metode full costing dan

variable costing dibandingkan dengan yang ada di perusahaan dan metode

(6)

3. Untuk menganalisis harga jual bibit yang dihasilkan dengan menggunakan

metode-metode penetapan harga pokok produksi full costing dan variable

costing.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi perusahaan dalam penetapan

kebijakan, strategi dan pengambilan keputusan untuk penetapan harga pokok

produksi, serta untuk memperkirakan harga jual per satuan bibit yang

diproduksi.

2. Sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis tentang harga

pokok produksi.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak lain yang membutuhkan

Referensi

Dokumen terkait

Daripada keseluruhan 16 orang yang pernah dan masih melibatkan diri dalam pekerjaan formal, didapati 12 orang responden sudah berkahwin (Jadual 1). Seramai sembilan orang

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), bekerja sama dengan Asosiasi Ahli K3 Konstruksi (A2K4), mendukung upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pedoman

Berdasarkan matriks potensi pada tabel 4 diketahui bahwa pajak non migas, migas, PPN, cukai dan bea masuk termasuk kategori pajak prima, yang artinya negara mempunyai

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu pertumbuhan lilit batang TBM yang diukur dari TBM-1 sampai dengan TBM-4, tebal kulit dan anatomi kulit (jumlah cincin

Struktur dan Komposisi Vegetasi Seedling dan Sapling di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat.. [Skripsi] Medan : Universitas

Objektif kajian ini adalah untuk mengenalpasti nilai Etika Kerja Islam yang diamalkan oleh pelajar serta mengukur tahap pengamalan nilai Etika kerja Islam dalam kalangan pelajar

berkenaan hal diatas, dimohon kepada dosen pengabdi yang namanya terlampir, agar segera melakukan pembayaran ke kas negara melalui SIMPONI, bagi dosen yang belum mengunggah

Dalam hal terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja, kontraktor wajib untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja kepada Kantor Dinas Tenaga Kerja dan