• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (REFOCUSING)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAN KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (REFOCUSING)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNIS

T.A. 2015

ANALISIS DAN KAJIAN PEMBANGUNAN

KELAUTAN DAN PERIKANAN

(REFOCUSING)

Tukul Rameyo Adi, Siti Hajar Suryawati, Sonny Koeshendrajana, Zahri Nasution, Tajerin, Estu Sri Luhur, Radityo Pramoda, Nendah Kurniasari, Arfah Elly

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan Penelitian : Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)

Status : Baru

Pagu Anggaran : Rp 800.000.000,-

(Delapan ratus juta rupiah)

Tahun Anggaran : 2015

Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015

Penanggung jawab output : Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001 Penanggung jawab

pelaksana output

: Dr. Siti Hajar Suryawati, M.Si NIP. 197708122002122002

Penanggung jawab output

Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001

Jakarta, Desember 2015

Penanggung jawab pelaksana output

Dr. Siti Hajar Suryawati, M.Si NIP. 197708122002122002

Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001

(3)

COPY PROPOSAL KEGIATAN

RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

(ROKP) T.A. 2015

ANALISIS DAN KAJIAN

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN

PERIKANAN (REFOCUSING)

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan Penelitian : Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)

Status : Baru

Pagu Anggaran : Rp 800.000.000,-

(Delapan ratus juta rupiah)

Tahun Anggaran : 2015

Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015

Penanggung jawab output : Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001 Penanggung jawab

pelaksana output

: Dr. Siti Hajar Suryawati, M.Si NIP. 197708122002122002

Penanggung jawab output

Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001

Jakarta, Februari 2015

Penanggung jawab pelaksana output

Dr. Siti Hajar Suryawati, M.Si NIP. 197708122002122002

Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001

(5)

RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

(ROKP)

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI

KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. JUDUL KEGIATAN : Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)

2. SUMBER DAN TAHUN

ANGGARAN

: APBN 2015

3. STATUS KEGIATAN : Baru

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) ini dilakukan di BBPSEKP dalam rangka analisis secara antisipatif terhadap isu-isu aktual bidang kelautan dan perikanan

4. PROGRAM :

a. Komoditas : Kelautan dan Perikanan

b. Bidang/Masalah : Sosial Ekonomi dan Kelembagaan c. Penelitian Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan d. Manajemen Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan

e. IKU KKP yang direspon : - Produksi Kelautan dan Perikanan - Nilai Tukar

- Jumlah Pulau-Pulau Kecil termasuk Pulau-Pulau Terluar yang Dikelola - Wilayah perairan bebas IUU Fishing

dan kegiatan yang merusak SDKP 5. TARGET OUTPUT

KEGIATAN

: a. Target rekomendasi yang

dihasilkan

: 8 (delapan) buah b. Data dan informasi : 1 (satu) paket c. Jumlah Karya Tulis

Ilmiah (KTI)

: 8 (delapan) buah d. Target kertas kebijakan

(Policy Brief)

(6)

vi 6. PERKIRAAN TEMA

REKOMENDASI YANG DIHASILKAN

: Tema rekomendasi disesuaikan dengan 8 topik kajian yang dilakukan

7. LOKASI KEGIATAN : DKI Jakarta

8. PENELITI YANG TERLIBAT :

No N a m a Pendidikan/

Jabatan Disiplin Ilmu

T u g a s / Instansi

Alokasi Waktu

(OB) 1 Dr. Ir. Tukul Rameyo

Adi, M.T S3/Penanggung jawab output BBPSEKP 4 2 Dr. Siti Hajar Suryawati, M.Si S3/Penanggung jawab pelaksana output Pengelolaan SDA dan Lingkungan BBPSEKP 4

3 Prof (Ris). Sonny Koeshendrajana

S3/ Anggota Ekonomi Sumberdaya

BBPSEKP 4

4. Prof (Ris). Zahri Nasution

S3/ Anggota Sosiologi BBPSEKP 4

5. Dr. Tajerin S3/ Anggota BBPSEKP 4

6. Estu Sri Luhur, SE S1/ Anggota BBPSEKP 4 7. Radityo Pramoda, SH,

SE,MM

S2/ Anggota BBPSEKP 4

8. Nendah Kurniasari, M.Si

S2/ Anggota Sosiologi BBPSEKP 4

9. Arfah Elly, A.Md D3/ Pustakawan Informasi dan Perpustakaan

PUMK 4

9. TUJUAN :

TUJUAN UTAMA

Secara umum kegiatan kajian/penelitian ini bertujuan untuk “memberikan masukan dan rumusan alternatif/rekomendasi kebijakan kepada pengambil kebijakan untuk antisipasi dan mengatasi (problem solving) berbagai masalah pembangunan kelautan dan perikanan” pada Tahun Anggaran 2015.

TUJUAN SPESIFIK

Secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis isu-isu aktual berdasarkan prioritas urgensi dan relevansinya dengan pencapaian target-target pembangunan kelautan dan perikanan. Tujuan disesuaikan dengan 8 topik pembangunan kelautan dan perikanan.

(7)

10.LATAR BELAKANG :

Penyusunan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang melibatkan, mendengarkan dan mempertimbangkan masukan, saran dan kebutuhan pemangku kepentingan serta pelaku usaha memerlukan analisis serta alternatif pemecahan masalah akan dinamika pembangunan kelautan dan perikanan. Analisis yang tajam, cepat dan tepat merupakan faktor penting dalam membuat dan memperbaiki kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang lebih tepat sasaran, waktu dan program. Penelitian secara khusus akan program-program pembangunan kelautan dan perikanan merupakan media untuk menghasilkan analisis tersebut. Melalui penelitian, pemetaan permasalahan atau kebutuhan, analisa serta saran pemecahan masalah bisa dihasilkan.

Sejalan dengan dinamika lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka perlu dicermati berbagai isu kebijaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan sangat relevan dalam menguraikan berbagai perkembangan yang terjadi secara cepat di masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan bahan masukan berupa data dan informasi yang relevan menjadi semakin sangat penting dalam dinamika pembangunan sektor kelautan dan perikanan serta perumusan langkah antisipatif dan responsif yang cepat dan tepat.

Sebagai unit kerja lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, peneliti Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) harus mampu menyiapkan bahan kebijakan yang sifatnya antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang. Untuk itu sangat diperlukan kajian secara cepat, tepat dan cermat atas berbagai masalah yang terjadi untuk bahan perumusan kebijakan kelautan dan perikanan.

Berbagai permasalahan dan isu aktual aspek sosial ekonomi bidang kelautan dan perikanan menjadi pokok bahasan dalam kajian ini dan akan dievaluasi menurut tingkat kepentingan dan urgensinya secara berkala setiap 2 atau 3 bulan. Untuk merespon isu aktual tersebut dan merumuskan langkah antisipatif sebagai bahan masukan untuk kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, pada tahun anggaran 2015, BBPSEKP melakukan Analisis dan Kajian Pembangunan

(8)

viii Kelautan dan Perikanan (Refocusing). Berbagai bahan rumusan kebijakan kelautan dan perikanan disusun dalam rangka memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan bagi pemangku kepentingan/ stakeholders, khususnya untuk Menteri Kelautan dan Perikanan dan Ditjen lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.

11.KELUARAN :

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh keluaran berupa : a. Delapan (8) paket rekomendasi dari setiap topik penelitian;

b. Delapan (8) naskah karya tulis ilmiah;

c. Delapan (8) kertas kebijakan (policy brief); serta d. Satu (1) paket data dan informasi

12. TINJAUAN PUSTAKA : Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan (E.S. Quade dalam Dunn, 1994). Analisis kebijakan meneliti sebab, akibat dan kinerja kebijakan publik. Kebijakan didasarkan pada masalah yang ada di daerah, selanjutnya kebijakan harus secara terus menerus dipantau, direvisi dan ditambah agar tetap memenuhi kebutuhan yang terus berubah.

Analisis kebijakan tidak diciptakan untuk membangun dan menguji teori teori deskriptif yang umum namun mengkombinasikan dan mentransformasikan substansi dan metode beberapa disiplin ilmu sehingga menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah publik. Analisis kebijakan juga meliputi evaluasi dan rekomendasi kebijakan.

Analisis kebijakan diharapkan untuk menghasilkan informasi mengenai : (1) nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, (2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau

(9)

meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.

Terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam analisis kebijakan, yaitu :

1. Pendekatan empiris adalah pendekatan yang menjelaskan sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik.

2. Pendekatan evaluatif adalah pendekatan yang berkenaan dengan penentuan bobot atau nilai dari beberapa kebijakan.

3. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik.

Sebagai proses penelitian analisis kebijakan menggunakan prosedur analisis umum yang biasa dipakai untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan, yaitu: deskriptif, prediksi, evaluasi, dan rekomendasi. Dari segi waktu dalam hubungannya dengan tindakan maka prediksi dan rekomendasi, digunakan sebelum tindakan diambil, sedangkan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi.

13. METODOLOGI PENELITIAN :

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)

memiliki arti penting dalam proses pembuatan kebijakan publik dan memungkinkan sebuah kebijakan di desain secara sempurna dalam rangka merealisasikan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Karena persoalan bersifat multi dimiensonal, saling terkait dan berkolerasi satu denganlainnya maka tim Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) bersifat multi disiplin dan lintas kelompok penelitian.

Tahapan analisis kajian ini meliputi menformulasikan masalah kebijakan, menentukan tujuan dan sasaran, mengidentifikasi parameter kebijakan dengan melakukan analisis serta mencari opsi-opsi kebijakan (Gambar 1).

(10)

x Gambar 1. Pendekatan Pelaksanaan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan

dan Perikanan (Refocusing) Tahun 2015

Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang bahwa pelaksanaan kajian khusus ini didasarkan pada upaya untuk merespon berbagai permasalahan dan isu aktual bidang kelautan dan perikanan yang tingkat kepentingan dan urgensinya akan dievaluasi secara berkala setiap 2 – 3 bulan. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat, tepat dan cermat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijaksanaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah hingga panjang. Meskipun demikian, metoda penelitian ini tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas.

Isu dan permasalahan aktual kebijakan Urgensi, relevansi, dan potensi dampak Lingkungan internal (SDA, SDM, dll) Lingkungan eksternal (SDA, SDM, dll) Prioritasi pelaksanaan

penelitian Prioritas topik Pengumpulan dan pengolahan data

Analisa dan sintesa Bahan penyempurnaan kebijakan

(11)

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti BBPSE-KP di bawah koordinasi Kepala Balai Besar dengan arahan Kepala Badan Litbang KP. Setiap topik kajian dilaksanakan oleh tim kecil yang ditunjuk secara ad-hoc sesuai dengan bidang kepakaran dan dikoordinasikan oleh Kepala Bidang Tata Operasional.

Penelitian dilaksanakan secara desk work terutama untuk kajian yang bersifat merespon isu aktual dan membutuhkan respon yang cepat untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Focus Group Discussion (FGD). Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang diteliti. FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno dkk, 1999).

Tahapan kegiatan disesuaikan untuk masing-masing topik kajian. Secara umum tahapan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan a. Penyusunan ROKR

b. Pemantapan ROKR c. Finalisasi ROKR 2. Pelaksanaan kajian

d. Desk study dalam rangka persiapan FGD,

e. Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber pakar dan Stakeholders sesuai topik

f. FGD dalam rangka analisis dan kajian. 3. Analisis data dan penyusunan laporan 4. Sosialisasi hasil kajian

Berbagai topik yang berhubungan dengan issu aktual aspek sosial ekonomi kelautan dan perikanan menjadi pokok bahasan dalam kajian analisis kebijakan dan kinerja pembangunan kelautan dan perikanan yang sudah berhasil diidentifikasi diantaranya:

(12)

xii 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kelautan dan Perikanan 2. Proyeksi Perekonomian Sektor Kelautan dan Perikanan Ke Depan

3. Model Transfer Teknologi dan Inovasi Masyarakat Kelautan dan Perikanan 4. Efektivitas dari Program PUGAR terhadap Kesejahteraan Masyarakat Petani

Garam

14. RENCANA ANGGARAN BIAYA :

KODE Rincian Komposisi Pembiayaan Jumlah (Rp.) % 521211 Belanja Bahan 52,480,000 6.56 521213 Honor Output Kegiatan 57,000,000 7.13 521811 Belanja Barang untuk Persediaan Barang Konsumsi 18,520,000 2.32 522151 Belanja Jasa Profesi 672,000,000 84.00

Total 800.000.000 100,00

15. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN :

KEGIATAN ACARA Tahun 2015

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan administrasi X X Penyusunan ROKP X X Pembahasan ROKP X X TOPIK 1 - Pembuatan TOR 1 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X - Sosialisasi hasil X TOPIK 2 - Pembuatan TOR 2 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X TOPIK 3 - Pembuatan TOR 3 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X

(13)

KEGIATAN ACARA Tahun 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOPIK 4 - Pembuatan TOR 4 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X TOPIK 5 - Pembuatan TOR 5 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X TOPIK 6 - Pembuatan TOR 6 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X - Sosialisasi hasil X TOPIK 7 - Pembuatan TOR 7 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X TOPIK 8 - Pembuatan TOR 8 X - Studi Pustaka X X - FGD X X - Pembuatan laporan X X -Sosialisasi hasil X Monev kegiatan X X

(14)

xiv

16. RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DAN REALISASI FISIK (PERBULAN DAN PERBELANJA) :

Rencana Penyerapan Anggaran (Satuan Rp 1.000.000,-)

Kode Uraian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 521211 Belanja Bahan -Fotocopy - - 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 - - -Konsumsi dalam rangka rapat di dalam kantor - - 2.56 2.56 2.56 2.56 2.56 2.56 2.56 2.56 - - -Pencetakan laporan - - 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 - - 521213 Honor Output Kegiatan - - 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70

521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

-ATK - - 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 - - -Komputer Supply - - 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 - - 522151 Belanja Jasa Profesi - - 84.00 84.00 84.00 84.00 84.00 84.00 84.00 84.00 - -

Rencana Realisasi Fisik (Satuan: %)

TAHAPAN BOBOT Bulan

100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Belanja Bahan

- Fotocopy 1 1 1 1 1 1 1 1

- Konsumsi dalam rangka

rapat di dalam kantor 1 1 1 1 1 1 1 1

- Pencetakan laporan 1 1 1 1 1 1 1 1

Honor Output Kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2

Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

- ATK 1 1 1 1 1 1 1 1

- Komputer Supply 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

(15)

17. DAFTAR PUSTAKA :

Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik edisi kedua. Wibawa S, Asitadani D, Hadna AH, Purwanto EA, penerjemah: Darwin M, editor. Terjemahan dari Public Policy Analysis: An Introduction. Gajahmada University Press, Yogyakarta

Eriyatno dan F Sofyan. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian Untuk Pascasarjana. IPB Press. Bogor.

Kresno S, E Nurlaela, E Wuryaningsih, dan I Ariawan. 1999. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI. Jakarta.

Sudarno S. 2011. History and Lessons Learned. Paper prepared for Revitalising Indonesia’s Knowledge Sector for Development Policy, AusAID, January 2011. The SMERU Research Institute.

(16)

xvi

(17)

Lampiran 1. Rencana Pembelanjaan Kegiatan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) Tahun 2015

KODE KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN

/JENIS BELANJA/ DETAIL AKUN VOL SATUAN

HARGA SATUAN JUMLAH BIAYA (Rp) JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA WAKTU LOKASI 2369.003.

002.014 ANALISIS DAN KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (REFOCUSING)

521211 Belanja Bahan 52,480,000 - Fotocopy [8 TOPIK x 2 PKT] 16 PKT 1,000,000 16,000,000 Maret s/d Oktober Jakarta

- Konsumsi dalam rangka rapat di dalam kantor

[10 ORG x 8 TOPIK x 4 KALI]

320 OK 64,000 20,480,000 10 orang (Peneliti dan Narasumber) Maret s/d Oktober Jakarta - Pencetakan laporan 8 PKT 2,000,000 16,000,000 Maret s/d Oktober Jakarta

521213 Honor Output Kegiatan 57,000,000

HONOR TIM SUPERVISI ANALISIS ANTISIPATIF KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 57,000,000 Jakarta - Pengarah [1 ORG x 10 BLN] 10 OB 750,000 7,500,000 1 orang Maret s/d Desember Jakarta

- Penanggung Jawab [1 ORG x 10 BLN] 10 OB 700,000 7,000,000 1 orang Maret s/d Desember Jakarta - Ketua [1 ORG x 10 BLN] 10 OB 650,000 6,500,000 1 orang Maret s/d Desember Jakarta

- Wakil ketua [1 ORG x 10 BLN] 10 OB 600,000 6,000,000 1 orang Maret s/d Desember Jakarta - Sekretaris [1 ORG x 10 BLN] 10 OB 500,000 5,000,000 1 orang Maret s/d Desember Jakarta - Anggota [5 ORG x 10 BLN] 50 OB 500,000

(18)

xviii KODE KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN

/JENIS BELANJA/ DETAIL AKUN VOL SATUAN

HARGA SATUAN JUMLAH BIAYA (Rp) JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA WAKTU LOKASI Desember

521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 18,520,000 - ATK [8 TOPIK x 2 PKT] 16 PKT 657,500 10,520,000 Maret s/d Oktober Jakarta

- Komputer Supply [8 TOPIK x 1 PKT] 8 PKT

1,000,000

8,000,000 Maret s/d Oktober

Jakarta

522151 Belanja Jasa Profesi 672,000,000

- Narasumber pakar/praktisi pembicara khusus [7 ORG x 2 JAM x 8 TPK x 4 PRTM] 448 OJ 1,500,000 672,000,000 7 orang (Narasumber) Maret s/d Oktober Jakarta

(19)

RINGKASAN

Pendahuluan

Sejalan dengan dinamika lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pembangunan kelautan dan perikanan, maka perlu dicermati berbagai isu kebijaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan sangat relevan dalam menguraikan berbagai perkembangan yang terjadi secara cepat di masyarakat.

Sebagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian, peneliti Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (BBPSEKP) harus mampu menyiapkan bahan kebijakan yang sifatnya antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang. Untuk itu sangat diperlukan kajian secara cepat, tepat dan cermat atas berbagai masalah yang terjadi untuk bahan perumusan kebijakan kelautan dan perikanan.

Secara umum kegiatan kajian/penelitian ini bertujuan untuk “memberikan masukan dan rumusan alternatif/rekomendasi kebijakan kepada pengambil kebijakan untuk antisipasi dan mengatasi (problem solving) berbagai masalah pembangunan kelautan dan perikanan, baik di tingkat regional maupun nasional”. Keluaran yang diharapkan dari kajian/penelitian ini adalah rumusan alternatif/rekomendasi kebijaksanaan kepada pengambil kebijakan untuk antisipasi dan mengatasi (problem solving) berbagai masalah pembangunan kelautan dan perikanan pertanian, baik di tingkat regional maupun nasional dengan mengacu pada 3 misi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu: keberlanjutan, kesejahteraan dan kesejahteraan.

Metodologi Penelitian

Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat, tepat dan cermat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijaksanaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah hingga panjang. Meskipun demikian, metoda penelitian ini tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti BBPSEKP di bawah koordinasi Kepala Balai. Setiap topik kajian dilaksanakan oleh tim kecil yang ditunjuk secara ad-hoc sesuai dengan bidang kepakaran dan dikoordinasikan oleh Kepala Bidang Tata Operasional.

(20)

xx Penelitian dilaksanakan secara desk work terutama untuk kajian yang bersifat merespon isu aktual dan membutuhkan respon yang cepat untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Focus Group Discussion (FGD).

Kajian Issu Kebijakan dan Kinerja Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Hasil kajian sebagai respon atas isu dan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam kajian analisis kebijakan dan kinerja pembangunan kelautan dan perikanan yang dilaksanakan pada Tahun 2015 ini adalah: (1) Penentuan Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Proyeksi 2015 – 2019; (2) Proyeksi Produksi Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan Sampai Tahun 2025; (3) Penyusunan Klasifikasi Tabel Input dan Output Sektor Kelautan dan Perikanan; (4) Evaluasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dalam Rangka Implementasi Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan di Sektor Perikanan; (5) Manual Penentuan Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut Di 7 Kabupaten; (6) Mainstreaming Unsur Penanganan Kerugian dan Kerusakan (Loss and Damage) Perubahan Iklim ke dalam RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, Petambak Garam di Pesisir; dan (7) PDB Sektor Perikanan 2015 dan Proyeksi 2016.

(21)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Laporan ini merupakan output kegiatan “Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)” yang memuat bahan rumusan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yaitu: (1) Penentuan Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Proyeksi 2015 – 2019; (2) Proyeksi Produksi Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan Sampai Tahun 2025; (3) Penyusunan Klasifikasi Tabel Input dan Output Sektor Kelautan dan Perikanan; (4) Evaluasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dalam Rangka Implementasi Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan di Sektor Perikanan; (5) Manual Penentuan Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut Di 7 Kabupaten; (6) Mainstreaming Unsur Penanganan Kerugian dan Kerusakan (Loss and Damage) Perubahan Iklim ke dalam RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, Petambak Garam di Pesisir; dan (7) PDB Sektor Perikanan 2015 dan Proyeksi 2016.

Laporan naskah model ini semoga dapat menjadi bahan acuan dan rekomendasi dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Saran dan masukan untuk bahan perbaikan di masa yang akan datang sangat diharapkan.

(22)

xxii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ii

COPY PROPOSAL KEGIATAN v

RINGKASAN xix

KATA PENGANTAR xxi

DAFTAR ISI xxii

DAFTAR TABEL xxiii

DAFTAR GAMBAR xxiv

I. PENDAHULUAN 1

II. TINJAUAN ISU-ISU STRATEGIS SEKTOR KP 3

III. METODOLOGI 6

IV. HASIL KEGIATAN 9

4.1 Penyusunan Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Proyeksi 2015 – 2019

9

4.2 Proyeksi Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Tahun 2015 - 2019

16

4.3 Penyusunan Klasifikasi Tabel Input dan Output Sektor Kelautan dan Perikanan

19

4.4 Evaluasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan di Sektor Perikanan

37

4.5 Penyusunan Panduan Penentuan Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut di 7 Kabupaten

43

4.6 Mainstreaming Unsur Penanganan Kerugian dan Kerusakan (Loss and Damage) Perubahan Iklim ke dalam RUU Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, Petambak Garam di Pesisir

55

4.7 PDB Sektor Perikanan 2015 dan Proyeksi 2016 61

V. REKOMENDASI KEBIJAKAN 68

(23)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019 5 2 Matriks Keterkaitan Topik yang Dilaksanakan dengan Urgensi dan

Cakupan

8

3 Indikator Penyusun Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

11

4 Koefisien output analisis stata untuk dimensi sosial dan kelembagaan 12 5 Koefisien Output Analisis Stata untuk Dimensi Ekonomi 12 6 Grafik Produksi Perikanan Tangkap Indonesia (IPT) Tahun

1975-2019

18

7 Data Aktual (1983-2013) dan Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Indonesia setelah Pemulusan Eksponensial(2014-2019)

18

8 Disagregasi Sektor Perikanan Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2012 28 9 Perubahan UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan menjadi UU No. 18

Tahun 2012 tentang Pangan

38

10 Kegiatan Strategis Kedaulatan Pangan dalam Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo

41

11 Dimensi dan Indikator Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut

48

12 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Bahan Baku

48

13 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Sosial Budaya

49

14 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Ekonomi

50

15 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Teknologi

51

16 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Infrastruktur

52

17 Atribut dan Kriteria Penentu Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut untuk Dimensi Kelembagaan dan Hukum

53

(24)

xxiv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Pendekatan Pelaksanaan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) Tahun 2015

6

2 Peta Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP untuk Dimensi Sosial dan Kelembagaan, 2014

14

3 Peta Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP untuk Dimensi Ekonomi, 2014

14

4 Peringkat Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP menurut Propinsi di Indonesia, 2014

15

5 Strategi Koordinasi Kebijakan Nasional Kedaulatan Pangan 40 6 Pertumbuhan Ekonomi Kuartalan (Year-on-Year) Sektor Perikanan

(%)

63

7 PDB Sektor Perikanan (Rp Milyar, Harga Konstan 2010) 66 8 PDB Sektor Perikanan 2014-2016 (Rp Milyar, Harga Konstan 2010) 66

(25)

I. PENDAHULUAN

Penyusunan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang melibatkan, mendengarkan dan mempertimbangkan masukan, saran dan kebutuhan pemangku kepentingan serta pelaku usaha memerlukan analisis serta alternatif pemecahan masalah akan dinamika pembangunan kelautan dan perikanan. Analisis yang tajam, cepat dan tepat merupakan faktor penting dalam membuat dan memperbaiki kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang lebih tepat sasaran, waktu dan program. Penelitian secara khusus akan program-program pembangunan kelautan dan perikanan merupakan media untuk menghasilkan analisis tersebut. Melalui penelitian, pemetaan permasalahan atau kebutuhan, analisa serta saran pemecahan masalah bisa dihasilkan.

Sejalan dengan dinamika lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka perlu dicermati berbagai isu kebijaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan sangat relevan dalam menguraikan berbagai perkembangan yang terjadi secara cepat di masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan bahan masukan berupa data dan informasi yang relevan menjadi semakin sangat penting dalam dinamika pembangunan sektor kelautan dan perikanan serta perumusan langkah antisipatif dan responsif yang cepat dan tepat.

Sebagai unit kerja lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, peneliti Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSE-KP) harus mampu menyiapkan bahan kebijakan yang sifatnya antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang. Untuk itu sangat diperlukan kajian secara cepat, tepat dan cermat atas berbagai masalah yang terjadi untuk bahan perumusan kebijakan kelautan dan perikanan.

Berbagai permasalahan dan isu aktual aspek sosial ekonomi bidang kelautan dan perikanan menjadi pokok bahasan dalam kajian ini dan akan dievaluasi menurut tingkat kepentingan dan urgensinya secara berkala setiap 2 atau 3 bulan. Untuk merespon isu aktual tersebut dan merumuskan langkah antisipatif sebagai bahan masukan untuk kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, pada

(26)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 2 tahun anggaran 2015, BBPSEKP melakukan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing). Berbagai bahan rumusan kebijakan kelautan dan perikanan disusun dalam rangka memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan bagi pemangku kepentingan/ stakeholders, khususnya untuk Menteri Kelautan dan Perikanan dan Ditjen lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.

(27)

II. TINJAUAN ISU-ISU STRATEGIS SEKTOR KELAUTAN

DAN PERIKANAN

Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/Permen-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019 prinsip dasar Trisakti menjadi basis dalam pembangunan karakter kebangsaan dan landasan kebijakan nasional 5 (lima) tahun kedepan, termasuk pembangunan kelautan dan perikanan. Penjabaran Trisakti diwujudkan dalam bentuk:

1. Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

2. Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional.

3. Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotong-royongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.

Ideologi TRISAKTI menggambarkan bahwa pembangunan dicapai melalui perwujudan bangsa yang : (1) berdaulat, yaitu bangsa yang mampu hidup sejajar dan sederajat dengan bangsa lain, hal ini dicapai melalui peningkatan kemampuan berdaya saing; (2) Mandiri, yaitu berkurangnya ketergantungan dari sumberdaya luar negeri melalui ketersediaan manusia yang berkualitas dan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) secara terpadu dan ramah lingkungan; (3) Berkepribadian dan berkebudayaan, yaitu menyadari jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan bangsa maritim, serta menempatkan maritim sebagai poros kekuatan untuk membangun perekonomian Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ideologi TRISAKTI dalam RPJMN 2015-2019 juga menggambarkan adanya reorientasi paradigma

(28)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 4 pembangunan (paradigm shift), dari pembangunan berbasis daratan menjadi pembangunan berbasis kelautan dan kepulauan.

Presiden telah menyatakan bahwa Laut adalah Masa Depan Peradaban Bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa laut tidak boleh dipunggungi, sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal, efisien, efektif, dan akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Mengacu pada tugas KKP maka 3 pilar yang menjadi misi KKP yakni: 1.

Kedaulatan (Sovereignty), yakni mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Keberlanjutan (Sustainability), yakni mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan; dan 3. Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan.

Arah kebijakan KKP disusun dengan menjabarkan 3 pilar dalam misi pembangunan kelautan dan perikanan beserta langkah operasionalnya disajikan dalam Tabel 1 berikut:

(29)

Tabel 1. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019

No Kebijakan Langkah Operasional

1 Kebijakan Pokok

a. Membangun kedaulatan yang mampu menopang kemandirian ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

 Memberantas IUU Fishing

 Meningkatkan sistem pengawasan SDKP terintegrasi

 Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu dan pengendalian keamanan hayati ikan

b. Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang bertanggung jawab, berdaya saing, dan berkelanjutan.

 Mengoptimalkan pemanfaatan ruang laut dan pesisir

 Mengelola sumberdaya ikan di 11 WPPNRI

 Mengendalikan sumberdaya perikanan tangkap

 Mengelola pemanfaatan perairan umum daratan

 Membangun kemandirian dalam budidaya perikanan

 Meningkatkan sistem logistic hasil perikanan

 Meningkatkan mutu, diversifikasi dan akses pasar produk kelautan dan perikanan

 Merehabilitasi ekosistem dan perlindungan lingkungan laut

 Membangun kemandirian pulau-pulau kecil c. Meningkatkan

pemberdayaan dan

kemandirian dalam menjaga keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan.

 Member perlindungan kepada nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam

 Menigkatkan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan

 Meningkatkan usaha dan invetasi kelautan dan perikanan

 Meningkatkan kompetensi masyarakat KP melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

 Mengembangkan inovasi IPTEK bidang kelautan dan perikanan

2 Kebijakan Lintas Bidang

a. Pengarusutamaan Gender Pengarusutamaan Gender di bidang Kelautan dan Perikanan akan dilaksanakan dengan strategi meningkatkan peran, akses, kontrol dan manfaat gender dalam pembangunan KP. b. Pembangunan Kewilayahan Pembangunan kewilayahan akan dilaksanakan

dengan strategi mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. c. Adaptasi Perubahan Iklim  Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

 Peningkatan ketahanan masyarakat KP terhadap perubahan iklim

d. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

 Membangun budaya kerja yang professional

(30)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 6

III. METODOLOGI

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing)

memiliki arti penting dalam proses pembuatan kebijakan publik dan memungkinkan sebuah kebijakan di desain secara sempurna dalam rangka merealisasikan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Karena persoalan bersifat multi dimiensonal, saling terkait dan berkolerasi satu denganlainnya maka tim Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) bersifat multi disiplin dan lintas kelompok penelitian.

Tahapan analisis kajian ini meliputi menformulasikan masalah kebijakan, menentukan tujuan dan sasaran, mengidentifikasi parameter kebijakan dengan melakukan analisis serta mencari opsi-opsi kebijakan (Gambar 1).

Gambar 1. Pendekatan Pelaksanaan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) Tahun 2015

Isu dan permasalahan aktual kebijakan Urgensi, relevansi, dan potensi dampak Lingkungan internal (SDA, SDM, dll) Lingkungan eksternal (SDA, SDM, dll) Prioritasi pelaksanaan

penelitian Prioritas topik Pengumpulan dan pengolahan data

Analisa dan sintesa

Bahan penyempurnaan kebijakan KP

(31)

Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang bahwa pelaksanaan kajian khusus ini didasarkan pada upaya untuk merespon berbagai permasalahan dan isu aktual bidang kelautan dan perikanan yang tingkat kepentingan dan urgensinya akan dievaluasi secara berkala setiap 2 – 3 bulan. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat, tepat dan cermat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijaksanaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah hingga panjang. Meskipun demikian, metoda penelitian ini tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas.

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti BBPSE-KP di bawah koordinasi Kepala Balai Besar dengan arahan Kepala Badan Litbang KP. Setiap topik kajian dilaksanakan oleh tim kecil yang ditunjuk secara ad-hoc sesuai dengan bidang kepakaran dan dikoordinasikan oleh Kepala Bidang Tata Operasional.

Penelitian dilaksanakan secara desk work terutama untuk kajian yang bersifat merespon isu aktual dan membutuhkan respon yang cepat untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Focus Group Discussion (FGD). Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang diteliti. FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno S. dkk., 1999).

Berbagai topik yang berhubungan dengan issu aktual aspek sosial ekonomi kelautan dan perikanan menjadi pokok bahasan dalam kajian analisis kebijakan dan kinerja pembangunan kelautan dan perikanan yang dilaksanakan pada Tahun 2015 ini disajikan pada Tabel 2 berikut ini:

(32)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 8 Tabel 2. Matriks Keterkaitan Topik yang Dilaksanakan dengan Urgensi dan

Cakupan

No Topik Urgensi Cakupan Keterkaitan

dengan Isue 1 Penentuan Indeks Kesejahteraan

Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Proyeksi 2015 – 2019

Sangat Penting

Nasional Kesejahteraan Rakyat

2 Proyeksi Produksi Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan Sampai Tahun 2025

Sangat Penting

Nasional Pertumbuhan Ekonomi

3 Penyusunan Klasifikasi Tabel Input dan Output Sektor Kelautan dan Perikanan

Sangat Penting

Nasional Pertumbuhan Ekonomi

4 Evaluasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dalam Rangka Implementasi Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan di Sektor Perikanan

Penting Nasional Ketahanan Pangan

5 Manual Penentuan Kesiapan Pembangunan Pabrik Rumput Laut Di 7 Kabupaten Sangat Penting Nasional Rencana Pembangunan Pabrik Rumput Laut yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Penguatan Daya Saing PKP 6 Mainstreaming Unsur Penanganan

Kerugian dan Kerusakan (Loss and Damage) Perubahan Iklim ke dalam RUU Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, Petambak Garam di Pesisir

Penting Nasional Perubahan Iklim

7 PDB Sektor Perikanan 2015 dan Proyeksi 2016

Penting Nasional Pertumbuhan Ekonomi

(33)

IV. HASIL KEGIATAN

4.1 Penyusunan Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Proyeksi 2015 – 2019

4.1.1 Analisis Situasi dan Tantangan

IKraR (Indeks Kesejahteraan Rakyat) adalah indeks untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di Indonesia. IKraR dirancang sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan yang inklusif, serta alat ukur yang mampu melihat ketersediaan akses terhadap pemenuhan hak-hak dasar rakyat.

Indeks Kesejahtaraan Rakyat (IKRaR) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan instrument pengukuran yang berpijak pada paradigma pembangunan manusia (human centered development). Paradigma pembangunan manusia merupakan suatu paradigma yang memfokuskan atau menekankan bahwa proses pembangunan yang dilakukan harus dapat mengembangkan dan memberikan manfaat pada manusia.

Beberapa isu krusial terkait kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan masih terlihat secara nyata di hadapan kita, yakni: kesenjangan sosial ekonomi antar kawasan, kemiskinan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penggunaan indicator nilai tukar pelaku utama (nelayan dan pembudidaya ikan).

Konsep kesejahteraan yang dipergunakan dalam konteks masyarakat kelautan dan perikanan mengadopsi pada konsep 'well-being' dimana menggambarkan suatu kondisi kehidupan masyarakat kelautan dan perikanan (nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar, dan petambak garam), yang memiliki rasa bahagia dan aman karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi, serta memperoleh perlindungan dari risiko-risiko utama yang mengancam kehidupannya.

Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (IKMKP) dikembangkan dengan mengacu pada konsep IKraR untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. IKMKP memiliki 2 (dua) dimensi, yakni:

(34)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 10 1. Dimensi Sosial dan Kelembagaan. Keadilan sosial dan kelembagaan tidak hanya

menyangkut persoalan proses distribusi atau pemerataan hasil-hasil pembangunan kelautan dan perikanan, tapi berkaitan juga dengan upaya pemenuhan kebutuhan dasar, serta tindakan afirmatif dari KKP untuk melindungi dan memastikan setiap nelayan tradisional, pembudidaya, pengolah, pemasar, dan petambak mendapatkan kemudahan akses terhadap pemenuhan terhadap hak dasarnya, seperti pangan, papan, sandang, pelayanan publik, infrastruktur, serta pemberdayaan masyarakat sehingga mengurangi kesenjangan sosial ekonomi.

2. Dimensi Ekonomi. Dimensi ekonomi dalam konteks kesejahteraan masyarakat dilihat dari indikator-indikator yang terkait kemampuan para nelayan tradisional, pembudidaya, petambak, pengolah, dan pemasar untuk mendapatkan kemudahan akses dan aset terhadap sumber daya ekonomi untuk mencapai kesejahteraannya.

4.1.2 Metode Analisis

Secara umum tahapan penyusunan indeks kesejahteraan masyarakat KP adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan data; 2) Perapihan data; 3) Penyusunan model; 4) Penghitungan penimbang; dan 5) Penghitungan indeks.

Dari hasil pertemuan para ahli (expert meeting) disepakati bahwa penghitungan IKMKP masing-masing provinsi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐼𝐾𝑀𝐾𝑃𝑖 = 0,6𝐼𝑋𝑆𝑖 + 0,4𝐼𝑋𝐸𝑖

Keseluruhan jumlah indikator yang dipakai sebagai penyusun Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (IKMKP) berjumlah 22 indikator yang terbagi dalam 11 indikator dalam Dimensi Sosial dan Kelembagaan, dan 11 indikator dalam Dimensi Ekonomi (Tabel 3).

(35)

Tabel 3. Indikator Penyusun Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

Dimensi Sosial dan Kelembagaan Dimensi Ekonomi XS1 Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha perikanan tangkap (KUB)

XE1 Nilai Tukar Nelayan (NTN)

XS2 Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha budidaya ikan (Pokdakan)

XE2 Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi)

XS3 Jumlah penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pemasaran perikanan (Poklasar)

XE3 Nilai Tukar Pengolah (NTPo)

XS4 Jumlah penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan usaha garam rakyat (Kugar)

XE4 Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG)

XS5 Jumlah penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas)

XE5 Rata-rata pendapatan nelayan/bulan

XS6 Jumlah kelembagaan usaha yang terpantau dan terevaluasi / yang mendapatkan bantuan fasilitas

XE6 Rata-rata pendapatan pembudidaya/bulan

XS7 Jumlah masyarakat adat, tradisional dan lokal yang direvitalisasi

XE7 Rata-rata pendapatan pengolah perikanan/bulan

XS8 Jumlah LKM pesisir yang terfasilitasi permodalannya di kawasan pesisir dan pulau-pulau keci

XE8 Rata-rata pendapatan petambak garam/bulan

XS9 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

XE9 Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan

XS10 Jumlah kelompok pelaku utama/usaha yang meningkat kelasnya dari jumlah kelompok pelaku utama/usaha yang disuluh

XE10 Proporsi pengeluaran pangan terhadap total pendapatan

XS11 Jumlah kelompok yang disuluh mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya KP yang berdaya saing dan berkelanjutan

XE11 Struktur ongkos usaha perikanan

Data dianalisis dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Asumsi penggunaan model ini adalah bahwa skala ordinal yang diperoleh akan berdistribusi normal, sehingga skala ordinal dari data politomus yang diperoleh dapat dianggap sebagai aproksimasi dari skala interval.

(36)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 12

4.1.3 Hasil Analisis

Data yang dianalisis berasal dari eselon 1 lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sudah dibedakan menurut dimensi dan indicator penyusunnya. Dari hasil perhitungan menggunakan Software Stata terhadap data-data yang masuk, diperoleh koefisien dari principal komponen pertama untuk indikator-indikator dalam dimensi sosial dan kelembagaan sebagai berikut: Tabel 4. Koefisien Output Analisis Stata untuk Dimensi Sosial dan Kelembagaan

No Indikator Nilai koefisien

1 XS1 0.5000 2 XS2 0.4869 3 XS3 0.4500 4 XS4 -0.3237 5 XS5 -0.0806 6 XS6 -0.2491 7 XS10 0.3703

Sumber: hasil analisis data (2015)

Sehingga dapat disusun sebuah formula untuk penghitungan indeks dimensi sosial dan kelembagaan adalah:

𝐼𝑋𝑆𝑖 = 0,5𝑋𝑆1𝑖+ 0,4869𝑋𝑆2𝑖+ 0,45𝑋𝑆3𝑖− 0,3237𝑋𝑆4𝑖− 0,0806𝑋𝑆4𝑖− 2491𝑋𝑆6𝑖

+ 0,3703𝑋𝑆10𝑖

Selanjutnya analisis Stata juga dilakukan untuk dimensi ekonomi. Koefisien output dari principal komponen pertama untuk indikator-indikator dalam dimensi ekonomi disajikan dalam Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Koefisien Output Analisis Stata untuk Dimensi Ekonomi

No Indikator Nilai koefisien

1 XE1 0.1850

2 XE2 0.1594

3 XE7 0.6890

4 XE8 0.5755

5 XE10 0.3666

Sumber: hasil analisis data (2015)

Dan rumus untuk penghitungan indeks dimensi ekonomi adalah: 𝐼𝑋𝐸𝑖 = 0,1850𝑋𝐸1𝑖+ 0,1594𝑋𝐸2𝑖 + 0,6890𝑋𝐸7𝑖+ 0,5755𝑋𝑆8𝑖

(37)

Langkah selanjutnya setelah terbentuknya rumusan 2 dimensi pendukung IKMKP adalah memperdalam penghitungan IKMKP dengan memasukkan indikator-indikator yang berpengaruh ke dalam masing-masing dimensi. Angka hasil perhitungan IKMKP di setiap wilayah nantinya akan dimasukkan ke dalam kategori tingkatan kesejahteraan tertentu yang dilegendakan dengan warna-warna untuk setiap range/wilayah kategorinya. Pewarnaan yang diambil dalam mengkategori kondisi indeks kesejahteraan masyarakat KP adalah berbeda-beda dimana warna untuk kelompok indeks kesejahteraan masyarakat KP terendah adalah berwarna merah tua dan warna untuk kelompok indeks kesejahteraan Rakyat tertinggi adalah hijau tua.

Nilai-nilai IKMKP selanjutnya dituangkan dalam informasi yang berbentuk tabel dan peta. Warna-warna legenda yang disebutkan di atas selanjutnya disajikan ke dalam warna peta yang berbeda-beda untuk setiap wilayah peta menurut provinsi. Tabel merangkum isi informasi angka-angka IKMKP, dimensi-dimensi dan indikator penyusun IKMKP.

Membaca Peta IKMKP sebenarnya akan membantu memudahkan kita untuk mengetahui wilayah-wilayah mana yang memiliki nilai Indeks Kesejahteraan yang tinggi atau rendah serta membandingkannya dengan wilayah lain dalam tingkatan administrasi yang sejajar. Selain itu Peta Indeks IKMKP ini juga dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan prioritas pelaksanaan pembangunan di wilayahnya masing-masing dengan memperhatikan warna-warna legenda yang tertera di peta. Berikut adalah peta indeks IKM KP untuk dimensi sosial dan kelembagaan, dimensi ekonomi serta peringkatnya yang disajikan berturut-turt pada Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4.

(38)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 14

Gambar 2. Peta Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP untuk Dimensi Sosial dan Kelembagaan, 2014

Gambar 3. Peta Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP untuk Dimensi Ekonomi, 2014

(39)

Gambar 4. Peringkat Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP menurut Propinsi di Indonesia, 2014

4.1.4 Kesimpulan

1. Keterbatasan pemasukan data dalam pembuatan IKMKP ( dari 11 indikator Sosial dan Kelembagaan hanya 7 indikator yang tersedia dan dari 11 indikator Ekonmi hanya 5 yang tersedia).

2. Tidak semua data bisa dijakdikan indeks karena fungsi pembeda dari indikator belum dicakup, serta perlu memperhatikan keberlanjutan ketersediaan data apabila indeks ini akan digunakan dalam jangka panjang.

3. IKMKP dengan menggunakan metode PCA biasa dan PCA dikotomus menghasilkan perbedaan besaran indeks yang berbeda secara Nasional, nilai IKMKP dengan model PCA sebesar 40,52 dan dengan model PCA dikotomus sebesar 50,20.

(40)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 16

4.2 Proyeksi Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya Tahun 2015 - 2019

4.2.1 Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang terdiri atas 17.502 pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000 km dengan Luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Potensi perikanan tangkap yang ada juga signifikan yaitu sebesar 6,4 juta ton per tahun sedangkan potensi yang dapat dimanfaatkan (allowable catch) sebesar 80% dari MSY yaitu 5,12 juta ton per tahun. Selain itu sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) dimana pada tahun 2014 memberikan sumbangan sebesar 6,75 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kelautan dan perikanan masih memiliki prospek dan menjadi kegiatan ekonomi yang strategis.

Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk rumput laut (Barani, 2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat proyeksi produksi perikanan tangkap Indonesia pada lima tahun mendatang dengan menggunakan pendekatan metode Box-Jenkins. Diharapkan dari hasil kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk melakukan langkah-langkah strategis agar target produksi dapat tercapai.

4.2.2 Metode Analisis

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series dari tahun 1975 hingga tahun 2013. Data sekunder tersebut adalah data produksi perikanan tangkap dan budidaya yang bersumber dari statistik perikanan tangkap dan budidaya yang berasal dari instansi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

(41)

Untuk melakukan proyeksi ke depan dari produksi perikanan budidaya dilakukan denganmenggunakan pilihan model trend yang paling sesuai, antara lain dalam bentuk model trend linier, model tend kuadratik atau model eksponensial. Dalam hal ini dilakukan dengan mengganti nilai t (waktu) pada persamaan sesuai dengan pilihan model trend yang terbaik. Trend linier adalah kecenderungan data di mana perubahannnya berdasakan waktu adalah tetap (konstan). Perumusan model untuk mencari persamaan trend linier serupa dengan perumusan model regresi, namun peubah penjelas (explanatory variables) yang digunakan adalah waktu (t). Misalnya, peubah Yt ingin dilihat pola trend jangka

panjangnya, maka model untuk estimasi persamaannya, adalah: bt

a

Yt   ... (1) Nilai t untuk waktu awal diberi nilai 1, waktu berikutnya diberi nilai 2, dan seterusnya waktu terkahir diberi nilai n (n banyaknya data).

4.2.3 Hasil Analisis

Hasil proyeksi produksi perikanan tangkap dan budidaya di Indonesia Tahun 2015-2019 berdasarkan evaluasi daya prediksi atau kesalahan proyeksi yang menggunakan data aktual yaitu tahun 1975-2014, serta proyeksi IPT untuk lima tahun ke depan yaitu tahun 2015-2019. Hasil proyeksi produksi perikanan tangkap (IPT) dan budidaya (IPB) untuk lima tahun ke depan (2015-2019) menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 5 dan Gambar 6).

(42)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 18 Gambar 5. Grafik Produksi Perikanan Tangkap Indonesia (IPT) Tahun 1975-2019 Sumber: Hasil pengolahan data (2015)

Gambar 6. Data Aktual (1983-2013) dan Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Indonesia setelah Pemulusan Eksponensial (2014-2019)

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pr o d u k si ( J u ta T o n ) Tahun 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000 10.000.000 PRODUKSI (ton) Tahun

(43)

4.2.4 Kesimpulan

Temuan analisis yang memproyeksikan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Indonesia pada masa mendatang cenderung meningkat bila dibandingkan dengan data aktualnya, memberikan signal penting bagi pembuat kebijakan untuk memperhatikan kondisi sumberdaya ikan. Di sektor perikanan tangkap harus ada keseimbangan antara eksploitasi dengan konservasi sumberdaya. Di sektor perikanan budidaya harus didukung dengan kebijakan yang dapat meningkatkan produksi.

4.3 Penyusunan Klasifikasi Tabel Input dan Output Sektor Kelautan dan Perikanan

4.3.1 Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki salah satu aset yang penting berupa sumberdaya kelautan dan perikanan. Potensi kelautan dan perikanan yang besar tersebut membutuhkan suatu identifikasi terkait peranannya dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Tabel Input Output (I-O) Indonesia disusun dengan tujuan untuk menyajikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar satuan kegiatan (sektor) dalam perekonomian di Indonesia secara menyeluruh. Bentuk penyajian tabel I-O adalah matriks, dimana masing-masing barisnya menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan masing-masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya. (BPS, 2015).

Tabel I-O Indonesia Updating disusun setiap dua atau tiga tahun di antara tahun berakhiran 5 dan 0. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa level dan nominal (current price) sektor-sektor ekonomi untuk proses produksi barang dan jasa mengalami perubahan cukup berarti, meskipun secara struktur ekonomi tidak berubah secara nyata. Sebagai suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memerikan gambaran menyeluruh mengenai : 1) struktur perekonomian nasional/regional yang emncakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor; 2) struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi; 3) struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi

(44)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 20 dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor; dan 4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Dalam proses penyusunan tabel I-O diperlukan suatu tahapan untuk mengelompokkan barang dan jasa ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Proses pengelompokkan barang dan jasa ini dikenal sebagai proses klasifikasi sektor. Dalam praktek penyusunan Tabel I-O, klasifikasi sektor harus dilakukan pada tahap awal.

Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya. Kini model I-O telah secara luas digunakan dan diterapkan dalam perencanaan regional maupun analisis dampak ekonomi (Hewings, 1986; Richardson, 1972). Analisis Input-Output (I-O) berupaya mengkuantitatifkan saling ketergantungan ekonomi antar sektor dalam suatu wilayah ekonomi -– apakah negara atau daerah — pada suatu titik waktu tertentu. Daya tarik utama analisis I-O adalah menyajikan potret dari semua transaksi ekonomi, baik pembelian maupun penjualan, dan biasanya digunakan sebagai dasar analisis keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian (West, 1992). Dengan demikian analisis I-O dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi berbagai jenis aktivitas ekonomi dan keterkaitan sektor, yang memungkinkan menganalisis dampak pengganda (multiflier effect) akibat aktivitas suatu sektor (Bendavid, 1991).

Tabel I-O yang terakhir diterbitkan adalah Tabel I-O tahun 2012 yang berisi 175 sektor namun di tabel tersebut sektor KP hanya digambarkan oleh 2 kelompok yaitu kelompok ikan dan hasil perikanan tangkap dan kelompok ikan dan hasil perikanan budidaya. Pengelompokan komoditas KP primer unggulan hanya kedalam 2 sektor saja dirasa kurang menggambarkan dinamika transaksi yang terjadi di sektor KP. Hal ini mengisyaratkan kedua sektor tersebut harus dimodifikasi dan di-disagregasi agar transaksi perdagangan di sektor KP dapat tergambar secara lebih lengkap. Sehingga perlu dilakukan klasifikasi terhadap Tabel I-O yang lebih komprehensif. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran klasifikasi tabel I-O bidang kelautan dan perikanan. Diharapkan dengan adanya klasifikasi tabel I-O sektor KP ini nantinya dapat

(45)

menyediakan data Tabel I-O yang cukup rinci dan up to date sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan kebijakan dalam pembangunan sektor KP di Indonesia.

4.3.2 Metodologi

Dalam penyusunan klasifikasi tabel I-O ini lebih banyak digunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti data statistik perikanan tangkap tahun 2012, data statistik perikanan budidaya tahun 2012. Kemudian data-data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik seperti Data KBLI (Kesesuaian Lapangan Usaha) Tahun 2009 dan KBKI (Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia) Tahun 2009. Data-data dikumpulkan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) KKP. Selain itu data-data juga dikumpulakan di Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta. Analisis data yang digunakan dalam klasifikasi tabel I-O ini menggunakan pendekatan statistik deskriptif dari data-data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi. Selanjutnya mencari berbagai komoditas yang menjadi unggulan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

4.3.3 Hasil dan Pembahasan

Klasifikasi Sektor

Tabel I-O adalah suatu sistem penyajian data perekonomian yang menyeluruh. Oleh karena itu, suatu Tabel I-O dituntut untuk mampu mencakup seluruh komoditi dan kegiatan perekonomian, baik komoditi yang dihasilkan oleh sektor produksi dalam negeri (domestik) maupun komoditi yang berasal dari produksi luar negeri (impor). Pada kenyataannya, barang dan jasa atau komoditi yang dihasilkan oleh sektor produksi dapat terdiri dari berbagai jenis dan bentuk fisik yang sangat beragam. Akibatnya, jika setiap barang dan jasa yang berbeda tersebut dimunculkan sebagai satu sektor tersendiri maka proses penyusunan Tabel I-O akan menjadi sangat rumit. Oleh karena itu, dalam proses penyusunan Tabel I-O, diperlukan suatu tahapan untuk mengelompokkan barang dan jasa ke

(46)

Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan dan Perikanan (Refocusing) 22 dalam kelompok tertentu. Proses pengelompokan barang dan jasa inilah yang dikenal sebagai proses klasifikasi sektor.

Dalam praktik penyusunan Tabel I-O, klasifikasi sektor harus dilakukan pada tahap awal. Untuk menyusun klasifikasi sektor, sifat dan jenis setiap komoditi yang ada harus dipelajari dengan seksama. Perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain adalah teknologi pembuatan dan prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap komoditi dalam kegiatan prekonomian secara menyeluruh. Jika penyusunan klasifikasi sektor dibuat semakin rinci maka akan lebih mendalam pula pengenalan terhadap anatomi fisik berbagai barang dan jasa yang dicakup oleh masing-masing sektor. Oleh karena itu, proses peyusunan klasifikasi sektor selain dapat mempermudah pekerjaan penyusunan Tabel I-O, dapat pula dimanfaatkan dalam melakukan analisis. Di samping itu, klasifikasi sektor juga sangat diperlukan sebagai dasar dalam penyusunan konversi dari suatu sistem ke sistem lainnya. Selain untuk keperluan Tabel I-O, sebenarnya telah banyak pula klasifikasi yang disusun untuk keperluan lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Klasifikasi tersebut jenisnya tergantung dari bidang yang menggunakannya, seperti klasifikasi jabatan, klasifikasi lapangan usaha, klasifikasi komoditi, klasifikasi tarif ekspor-impor, dan sebagainya.

Prinsip utama dalam penyusunan klasifikasi sektor adalah keseragaman (homogenitas) dari setiap kelompok/sektor. Maksudnya, barang dan jasa atau kegiatan perekonomian yang dicakup oleh suatu sektor harus memiliki sifat yang relatif homogen/seragam. Klasifikasi sektor yang diperlukan untuk Tabel I-O adalah suatu klasifikasi yang mampu merekam semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa. Oleh karena itu, penyusunan klasifikasi sektor untuk Tabel I-O harus memenuhi dua kriteria, yaitu (a) asas kesatuan komoditi dan (b) asas kesatuan kegiatan. Model I-O merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif.

Beberapa kegunaan tabel I-O, antara lain adalah memberikan analisis tentang hal berikut :

1. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah (PDB) masing-masing sektor;

Gambar

Tabel 1. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019
Gambar 1.   Pendekatan Pelaksanaan Analisis dan Kajian Pembangunan Kelautan  dan Perikanan (Refocusing) Tahun 2015
Tabel  3.  Indikator  Penyusun  Indeks  Kesejahteraan  Masyarakat  Kelautan  dan  Perikanan
Tabel 5. Koefisien Output Analisis Stata untuk Dimensi Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Kelompok kelautan dan perikanan yang ditingkatkan kelasnya di Satminkal BPPP Tegal sebanyak 1.200 kelompok selama 2020-2024. b) Kelompok kelautan dan perikanan

Untuk mengatasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dalam

Tesis ini mengambil judul "Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Dan Struktur Modal Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel

Dari tabel di atas terlihat bahwa masyarakat kota Banjarmasin sudah dapat disebut sebagai masyarakat yang majemuk karena dari berbagai keberagaman yang ada seperti

Kepala Badan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Suseno mengatakan, penyuluh perikanan memiliki peran yang strategis dalam pembangunan sektor

Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 60/PERMEN-KP/2020 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Sektor Kelautan dan Perikanan,

Pilar pembangunan bidang kelautan dan perikanan seperti tertuang dalam kebijakan Kementerian Kelautan Perikanan yaitu pembangunan kelautan dan perikanan nasional

Salah satu sektor yang diandalkan adalah sektor kelautan dan perikanan, dimana sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat memegang peranan penting dalam roda perekonomian