• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR TEORY POLIHIDRAMNION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR TEORY POLIHIDRAMNION"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN

HIDRAMNION HIDRAMNION DI SUSUN OLEH : DI SUSUN OLEH : AMINAH AMINAH INDAH NURHAYATI INDAH NURHAYATI KIKI PRAMITA KIKI PRAMITA VIVI SUMARTI VIVI SUMARTI POLITEKNIK KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN

TAHUN 2010 TAHUN 2010

(2)

DASAR TEORY POLIHIDRAMNION

A. Definisi

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.

B. Perjalanan penyakit 1. Hidramnion kronis

Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut. 2. Hidramnion akut

Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu  beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang normal.

C. Frekuensi

Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :

(3)

a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),  b. Hidrops foetalis

c. Diabetes melitus d. Toksemia gravidarum

e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei f. Eritroblastosis foetalis

D. Etiologi

Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion terjadi karena :

a. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.

 b. Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta.

Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak  ini kencing berlebihan.

Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta  besar.

Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:

(4)

a. Prduksi air jernih berlebih

b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital

c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak    bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis

d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni

e. Ada proses infeksi

f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan

g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

E. Patogenesis

Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester  kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion.

Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti   pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk 

mencegah hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada  beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.

Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan  berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya

(5)

efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion.

Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis  bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi  jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonates dini,

yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikemik  terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai pada wanita diabetes.

F. Predisposisi

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:

1. Penyakit jantung

2. Nefritis

3. Edema umum (anasarka)

4. Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina  bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam

hal ini terjadi karena :

g. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina h. Exscressive urinary secration

i. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus

 j. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion 5. Simpul tali pusat

(6)

7. Gemelli uniovulair  

8. Mal nutrisi

9. Penyakit kelenjar hipofisis

10. Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion

G. Diagnosis

1. Anamnesis

a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa

 b. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak 

c. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis

d. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah e. Edema pada tungkai, vulva, dinding perut

f. Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak  2. Inspeksi

a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar 

b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa kandungannya

(7)

a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai

b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement  jelas sekali

e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin

4. Auskultasi

Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali 5. Pemeriksaan USG

a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas

b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk   menentukan etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)

5. Pemeriksaan dalam

Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his

H. Diagnosa banding

Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemunginan:

(8)

2. Gemelli

3. Asites

4. Kista ovarri

5. Kehamilan beserta tumor  

I. Prognosis

Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena : a. Kongenital anomali

 b. Prematuritas

c. Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung

d. Eritroblastosis

e. Diabetes mellitus

f. Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba

Pada ibu:

a. Solutio placenta  b. Atonia uteri

c. Perdarahan post partum d. Retentio placenta

e. Syok  

f. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar 

J. Penatalaksanaan

Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase: 1. Waktu hamil (di BKIA)

a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis

(9)

 b. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :

1) Timbul his

2) Trauma pada janin

3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan 4) Infeksi serta syok 

  bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.

2. Waktu partus

a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu

  b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai  jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan

keluar pelan-pelan

c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk  menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar   pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta,

syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.

3. Post partum

a.Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan, Hb serta sediakan obat uterotonika dan transfusi darah bila di perlukan.

(10)

 b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan  post partum

c.Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup

atau dengan metode terbaru yaitu dengan :

• Amniosentesis

Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk tujuan ini.  Namun amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan yang dikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200 amniosentesis pada 94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi antar kembar (38 %), idiopatik (26 %), anomali janin (17 %) dan diabetes (12%).1,11

Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan sebuah kateter plastik yang menutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen yang telah dianestesi lokal ke dalam kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus intravena disambungkan ke kateter. Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder berskala yang diletakkan setinggi lantai dan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan klem putar sehingga dikeluarkan sekitar 500 ml/jam. Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus   biasanya cukup berkurang sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik 

aseptik ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan merasa nyaman. Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding dan mengeluarkan 1000 ml dalam 20 menit (50 ml/menit).

• Terapi Indomestasin

Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994) menyimpulkan   bahwa indometasin mengganggu produksi cairan paru atau meningkatkan penyerapannya,

mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan perpindahan cairan melalui selaput janin. Dosis yang digunakan oleh sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3 mg/kg/hari. Cabrol dan kawan-kawan (1987) mengobati 8 wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi 24-35 minggu dengan indometasin selama 2-11 minggu .1,5-7

(11)

Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm, membaik   pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua kasus baik. Kirshon dan

kawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari minggu ke 21 sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis terapeutik sebelum indometasin diberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dan satu neonates meninggal pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.

Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap diabetes yang mengalami hidramnion pada gestasi 25 – 32 minggu. Mereka diberi indometasin dan volume cairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari rata-rata 10,7 cm pada gestasi 27 minggu menjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus baik.

Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah kemungkinan penutupan duktus arteriosus janin. Moise dan kawan-kawan (1988) melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yang ibunya mendapat indometasin mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografi Doppler. Studi – studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya konstriksi menetap dan penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memberikan indometasin untuk tokolitik.

Referensi

Dokumen terkait

Pada keadaan transmisi luas di masyarakat dan kapasitas fasilitas kesehatan tidak memadai, kasus ringan tanpa risiko dirawat dirumah dengan edukasi pengendalian

Jumlah pasien stroke iskemik yang dirawat dalam satu bulan.. 2 Pasien IMA mendapatkan terapi aspirin dalam 24 jam sejak datang

Seperti dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa, tergantung pula pada terapi

'ecara klinis asma dibagi menjadi + derajat penyakit, yaitu asma episodik jarang $ringan%, asma episodik sering menjadi + derajat penyakit, yaitu asma episodik jarang $ringan%,

Sebelum dirawat di rumah sakit klien sudah jarang melakukan hubungan suami istri dengan istrinya, kadang hanya melakukan hubungan 2-3 kali dalam sebulan. Setelah sakit dan dirawat

Apabila Tertanggung Perorangan dirawat di Rumah Sakit akibat Kecelakaan, Kami akan membayar santunan tunai untuk setiap Hari perawatan dirumah sakit sejumlah yang

Nilai laboratorium abnormal pada anak dengan problem gizi yang dirawat di rumah sakit berisiko untuk komplikasi klinis berat.3,22,23 Meskipun tidak ada rekomendasi untuk parameter

Pada keracunan antikolinergik ringan umumnya tidak perlu intervensi terapi.2 Pada kasus keracunan berat, dapat diberi physostigmine.2 Dekontaminasi gastrointestinal seperti bilas