• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI PERENCANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH TEORI PERENCANAAN"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh

karena kasih karunianya Penulis telah dapat menyelesaikan makalah mengenai

Teori perencanaan. Tujuan Penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas Teori Perencanaan. Serta untuk memberikan panduan kepada pembaca agar

dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan

teori perencanaan sebagai praksis, sejak abad ke-19 sampai bentuknya terkini.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Joko, yang telah membimbing

Penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan Penulis

ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak lain, yang telah

membantu Penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu,

di mohon kritik dan saran yang membangun. Dengan ini diharapkan hasil karya ini

dapat berguna bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat dan dapat diterapkan atau

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

.

Jayapura, 1 Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 2 1.3. Sistematika Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN

2.1. Lingkup Teori Perencanaan 4

2.1.1. Definisi Perencanaan 5

2.1.2. Unsur-unsur Perencanaan 6

2.1.3. Aspek-aspek Penting Dalam Perencanaan 9

2.1.4. Tujuan Perencanaan 10

2.1.5. Jenis-jenis Perencanaan 11

2.1.6. Metodelogi Perencanaan 12

2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan 14

2.1.8. Perencanaan Kota di Indonesia 18

2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa 20

2.2. Teori Perencanaan 21

2.3. Teori,Perencanaan,Dan Pembangunan 26

2.3.1. Pandangan Tentang Teori 26

2.3.2. Teori Pembangunan 27

2.3.3. Teori Perencanaan 29

2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dan Pembangunan 31

(4)

2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori

Perencanaan 43

2.5.2. Pekembangan dan Konsep teori Perencanaan 45

2.5.3. Perkembangan Pusat Kota 82

2.5.4. Teori Lokasi 91

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan 99

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan

kota. Namun dalam perkembangannya perencanaan tidak dikembangkan

berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori perencanaan berkembang

sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan

lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam

merencanakan sebuah kota, karena daam teori perencanaan membahas definisi,

pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam perencanaan kota,

dan bagaimana pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan

masing-masing.

Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak

perubahan seiring perkembangan waktu. Perencanaan sendiri telah mengalami

banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk pertama kali.

Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa

disebut dengan teori perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang

ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin dilibatkan dalam praktek

perencanaan, riset, dan pendidikan.

Dalam mata kuliah teori perencanaan, kita perlu mengetahui perkembangan dari

teori perencanaan itu sendiri agar mudah dalam mempelajari teori perencanaan.

(6)

Pengetahuan dasar itu dapat kita peroleh dengan mengetahui sejarah

perkembangan teori perencanaan mulai pra revolusi industri sampai dengan masa

Corbusier yang memunculkan banyak aliran.

Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri

yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Hal ini merupakan sebuah

perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri telah

menciptakan kota-kota industri dimana kota tersebut kepentingan buruh sangat

besar. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang

analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang

merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.

Makalah ini merupakan sebuah review tentang perkembangan teori perencanaan

mulai dari masa pra revolusi industri sampai munculnya aliran-aliran perencanaan,

seperti urbanism, anti urbanism, new urbanism, neighborhood unit dan lain

sebagainya. Review ini sangat diperlukan untuk menjadi dasar dalam mempelajari

teori perencanaan dengan mengetahui awal dan keseluruhan dari sejarah

perkembangaan teori perencanaan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan

teori perencanaan sebagai praksis sejak dicetuskan oleh Patrick Geddes

(7)

2. Mengetahui diagram alur perkembangan dan konsep teori perencanaan.

Mengetahui dan menjelaskan sejarah perkembangan dan konsep teori

perencanaan sesuai dengan diagram.

3. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan aliran teori perencanaan yang

lebih dalam tentang teori perencanaan dengan melihat sejarah

perkembangan aliran perencanaan.

4. Menjelaskan berbagai teori perencanaan dan prinsip- prinsipnya.

1.3. Sistematika Penulisan.

Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca

dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang perkembangan

aliran perencanaan.

BAB I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika

BAB II merupakan inti pembahasan dari makalah ini dan berisi pemaparan dari sejarah pekembangan teori perencanaan. Semua pembahasan dan review dari

perkembangan aliran perencanaan dapat dipelajari dalam bab ini.

BAB III merupakan bab akhir dari makalah ini dan berisi tentang simpulan dari seluruh pembahasan .

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Lingkup Teori Perencanaan

Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus

dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita

memiliki suatu teori yang benar namun kita hanya menyimpannya saja dan tidak

mempraktekkannya, maka sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada manfaatnya,

begitu pula sebaliknya sebuah praktek harus diterangkan dengan teori.

Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting,

sebab perencanaan tidak seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan adalah

kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang planner bukanlah untuk

menguraikan apa yang ada di dunia ini tetap untuk mengusulkan cara-cara bagaimana

keadaan tersebut bisa diubah.

Perencanaan itu sendiri memerlukan suatu pengakuan rasional dan sosial: ia

“harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang rasional

pada masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan adalah suatu aktivitas yang

mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan

tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan

haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu

(9)

2.1.1. Definisi Perencanaan.

Adapun beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:

1. Menurut Conyers Diana, perencanaan adalah proses yang berjalan terus

menerus yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai

tahapan skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik

atau dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.

2. Menurut Anthony J. Catanese, Perencanaan merupakan suatu aktivitas

universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan

dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara

berbagai alternatif yang ada.

3. Menurut Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang harus dilakukan oleh setiap manajer dan staf.

Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai

tahapan skematik dan berurutan dengan mempertimbangkan berbagai batasan-batasan

sehingga dapat menghasilkan keputusan yang rasional.

Selain itu perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu :

1. Tingkatan pertama (tidak ada faktor pembatas), di mana suatu

perencanaan menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Tingkatan kedua (ada faktor pembatas internal), di mana suatu

(10)

memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan

tersebut, memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai

tujuan tersebut.

3. Tingkatan ketiga (ada faktor pembatas internal, eksternal yang

berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut), di mana suatu

perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah

memperlihatkan pembatas internal dan eksternal, memilih serta

menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal

pengaruhnya cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di

mana perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat

ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang

relevan, memperkirakan faktor pembatas, menetapkan tujuan sasaran

yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk

mencapai tujuan tersebut.

2.1.2. Unsur – Unsur Perencanaan

Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan

kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan kalimat-kalimat

berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan tetapi, dapat disimpulkan

bahwa di dalam perencanaan mencakup pengertian sebagai berikut.

a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan

(11)

Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana

paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu:

1. Titik Tolak

Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun

rencana dan sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal

untuk melaksanakan rencana tersebut

2. Tujuan (Goal)

Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan

yang jelas akan mempermudah perencana dalam penyusunan

perencanaan.

3. Arah

Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan

cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu

rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan

tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.

Serta beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :

a. Whiseses (keinginan, cita-cita)

Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang

(12)

Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan dipacapai dan

memiliki perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.

b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)

Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

untuk mendukung suatu perencanaan. Perencana harus mampu

mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan sumber daya

manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam

pentusunan perencanan sebab, informasi yang valid memberikan

masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.

c. Effective and Efficient (hasil guna dan daya guna)

Perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan

keputusan yang sesuai dengan tujuan.

d. Space, location (ruang)

Lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran dalam suatu

perencanaan. Lokasi juga dianggap sebagai subjek perencanaan

sebab, dalam merencanakan suatu wilayah perencanan harus

mengetahui kondisi lokasi tersebut dan mengadaptasikan.

e. Time, future oriented

Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi

juga berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable). Tiga

unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap

rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana

(13)

Untuk menuju kondisi yang akan datang yang lebih baik hanya dapat dicapai

melalui perencanaan, hal tersebut disebabkan oleh:

 Secara rasional, perencanaan disusun berdasarkan data yang cukup dan analisis yang tepat akan memberikan keputusan dan hasil yang

baik.

 Dari segi efisiensi, dengan perencanaan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan manfaat.

2.1.3. Aspek-Aspek Penting dalam Perencanaan Berbagai aspek penting dalam perencanaan:

1. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masalah-masalah

kemasyarakatan yang di dalamnya tercakup sekelompok besar klien

yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.

2. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanaan

dengan matang yang biasanya ditangani oleh orang-orang yang

terlatih secara professional sebagai perencana.

3. Tujuan dan sasarannya, serta pranata-pranata untuk mencapainya,

sering teramat tidak pasti.

4. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan, malahan

sebaliknyamereka membut berbagai alternative dan rekomendasi bagi

pihak-pihak yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil

(14)

5. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan

metode-metode khusus untuk menganalisis dan menyajikan berbagai

alternatif.

6. Hasil dari hampir semua aktivitas perencanan hanya dapat dilihat

setelah 5 sampai 20 tahun setelah keputusan diambil, sehingga

menyulitkan umpan balik dan tindakan perbaikan.

2.1.4. Tujuan Perencanaan

Perencanaan memiliki tujuan sebagai berikut.:

1. meningkatkan efisiensi dan rasionalitas. contoh gampang dari

peningkatan efisiensi adalah pengadaan publik transport. kan jadi lebih

efisien tu dari segi bahan bakar, jumlah kendaraan sampe polusi

udara.

2. membantu/meningkatkan pasar, contoh adanya asuransi kesehatan,

PLN, yang menyediakan hal-hal esensial bagi masyarakat.

3. mengubah/memperlebar pilihan-pilihan, contohnya bisa dari public

transport juga, jadii ada berbagai macam pilihan moda transportasi

yang bisa kita pake kalo mau ke tempat2 tertentu.

4. Sebagai pedoman dalam pembangunan

5. Meminimalisasi ketidakpastian

6. Meminimalisasi inefisiensi sumber daya

(15)

2.1.5. Jenis-Jenis Perencanaan

Perencanaan terdapat 8 jenis. Jenis-jenis perencanaan diantaranya adalah :

1. Perencanaan bertujuan jelas Vs perencanaan bertujuan laten

 Perencanaan bertujuan jelas menyebutkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur tingkat pencapaiannya.

 Perencanaan bertujuan laten tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya kurang jelas dan sulit diukur.

2. Perencanaan fisik Vs perencanaan ekonomi

 Perencanaan fisik lebih terfokus pada perencanaan sarana dan prasarana.

 Perencanaan ekonomi terfokus pada segi dana untuk pembangunan.

3. Perencanaan alokatif Vs perencanaan inovatif

 Perencanaan alokatif menyukseskan rencana umum yang telah disusun

 Perencanaan inovatif dimungkinkan adanya kebebasan. 4. Perencanaan bertujuan jamak Vs perencanaan bertujuan tunggal

 Perencanaan jamak bila tujuan dan sasaran bersifat jamak  Perencanaan tunggal bila tujuan dan sasrannya bersifat tunggal 5. Perencanaan indikatif Vs perencanaan imperative

Perencanaan indikatif mempunyai output indikasi (tidak tegas) sedangkan

imperatif sudah diatur dengan tegas dan jelas dalam pelaksanaan di

(16)

6. Top Down Vs Bottom up planning

 Top down adalah perencanaan yang langsung dari atas(pemerintah) ke bawah (masyarakat)

 Bottom up adalah perencanaan yang mendengarkan aspirasi rakyat dan kemudian menjadi pemikiran dalam perencanaan oleh

pemerintah.

7. Vertical Vs Horizontal planning

 Vertical mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.

 Horizontal menekankan keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama.

8. Perencanaan pertisipatif Vs perencanaan non partisipatif

Perencanaan partisipatif menggunakan masyarakat sebagai subjek dan

objek dalam perencanaan.

2.1.6. Metodelogi Perencanaan

Perencana perkotaan mengamabil metode dari berbagai bidang illmu dan

memodifikasikannya dan/atau mengembangkan metode-metode baru untuk

memperoleh dan menyaring berbagai sumber informasi. Jenis-jenis metode :

1. Proses Perencanaan

2. Perencanaan sebagai rekayasa pengetahuan

3. Perencanaan sebagai problem solving

(17)

Pengaruh Pemikiran Filsafat Dunia terhadap Teori Perencanaan

Pemiikiran filsafat dunia adalah pemikiran untuk mencari kebenaran menurut akal

manusia, di mana pemikiran tersebut selalu berkembang sejalan dengan

perkembangan perdaban manusia. Evolusi pandangan filsafat dunia berpengaruh pula

terhadap perkembangan teori perencanaan, dengan urutan perubahan sebagai berikut.

a. Theosentrisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari kekuatan monarki dan keagamaan

 Model Perencanaan : Authoritarian Planning b. Utopianisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai tujuan ideal manusia  Model Perencanaan : Romantic Planning

c. Positivisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari rekayasa sosial melalui dominasi ilmu teknik

 Model Perencanaan : Technocratic Planning d. Rasionalisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi rekayasa sosial melalui justifikasi ilmiah

 Model Perencanaan : Rational Comprehensive Planning e. Fragmatisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari market

(18)

f. Fenomenologi

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi peguatan ekstensi nilai-nilai budaya.

 Model Perencanaan : Organic Planning, Advocacy Planning, Social Planning.

2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan

Kondisi politik menentukan arah penyusunan dan aplikasi perencanaan.

Perencanaan. Perencanaan kota dan wilayah erat kaitannya dengan politik. Hal itu

disebabkan oleh:

1. Perencanaan senantiasa melibatkan hal yang menyangkut emosi

masyarakat miskin.

2. Keputusan perencanaan adalah terlihat nyata sehingga kalau terjadi

kesalahan keputusan tidak dapat disembunyikan dan mudah menjadi isu

politik.

3. Proses perencanaan harus melibatkanmayarakatsecara langsung karena

menyangkut kepentingan sehari-hari masyarakat banyak.

4. Masyarakat merasa mempunyai keahlian dan kedudukan yang sejajar

dengan perencana.

5. Keputusan perencana mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat

pemilik tanah, terutama dampak ekonomis terhadap nilai tanah dan

(19)

Berikut beberapa masalah politik yang menyebabkan perencanaan menjadi

bermasalah.

a. Sistem politik yang yang tidak demokratis

Kondisi politik yang otokratis, sentralistis, atau fanatisme akan

menghasilkan perencanaan yang tidak demokratis.

b. Stabilitas politik

Arah politik yang berubah-ubah akan mengakibatkan perencanaan yang

berubah-ubah pula. Perencanaan yang berubah-ubah mengakibatkan

pemborosan sumber daya dan tidak terjadinya kesinambungan

pembangunan.

c. Dominasi sistem politik

Sistem politik yang terlalu mendominasi perencanaan akan mengalahkan

pertimbangan teknis, ekonomis, maupun legalitas. Hasil keputusan

menjadi kurang objektif, hanya menguntungkan kelompok tertentu dan

kurang berkeadilan.

d. Kesadaran berpolitik masyarakat yang rendah, antara lain:

 Tidak dapat menerima perbedaan pendapat  Emosional

 Tidak rasional

 Tidak mau mengalah

 Tidak dapat menerima kekalahan dalam persaingan yang sehat  Fanatik

(20)

Dengan kesadaran berpolitik yang renndah maka dalam proses negosiasi

di dalam perencanaan akan sulit mencapai consensus. Keputusan yang

telah di ambil tidak dapat dijalankan karena tidak didukung oleh pihak

yang tidak setuju walau telah terlibat dalam proses pengambilan

keputusan tersebut.

e. Dominasi masyarakat awam

Keterlibatan masyarakat awam yang terlalu dominan dapat mengalahkan

pertimbangan teknis perencanaan. Akibatnya, rencana kurang dijamin

keilmuannya.

f. Money politics

Keputusan rencana yang dipengaruhi oleh uang akan bersifat tidak adil

karena hanya akan menguntungkan pihak penyuap. Di samping itu,

keadaan tersebut akan menimbulkan frustasi pihak yang dirugikan atau

yang memegang prinsip-prinsip idealisme.

Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai berikut :

1. Sebagai teknokrat dan engineer

Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para

pengambil kebijakan dengan berporos kepada rasionalitas dan pertimbangan

ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam membangun

kekuasaan dan kepentingan.

(21)

Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menjaga stabilisasi

organisasi dan jalannya roda pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai

sebuah alat dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi.

Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan

legal kepada perencana.

3. Sebagai Advokat dan Aktivis

Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani

masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk

rencana. Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan

potensi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi

Pemerintah. Informasi dan proses komunikasi diperlakukan sebagai usaha

membangun pemahaman masyarakat dan counter-opinion terhadap

kebijakan yang merugikan masyarakat.

4. Sebagai Politikus

Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga

perencana tidak diharapkan untuk bergabung dengan dunia politik. Maksud

dari peran ini adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari kepentingan

dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki

perspektif seorang politisi. Seorang politikus memiliki insting dalam

berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda

lebih baik.

Keempat peran diatas merupakan refleksi dari posisi perencana dalam

(22)

pada dunia perencanaan di Indonesia. Tantangan dan perubahan paradigma

di dunia perencana, menuntut perencana untuk dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.

Dominasi pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap

apatis dari masyarakat terhadap pemerintah dan produk perencanaan. Sikap

apatis yang melahirkan ketidakefisienan dari pelaksanaan perencanaan

karena tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap produk perencanaan.

2.1.8. Perencanaan Kota Di Indonesia

Bila melihat evolusi perencanaan pembangunan kota di Eropa dan Amerika,

industrialisasi merupakan salah satu factor pendorong adanya perencanaan

pembangunan kota. Hal ini berbeda dengan konteks Indonesia. Terdapat

beberapa kondisi yang mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia.

1. Perkembangan kota di Indonesia bukan disebabkan adanya

industrialisasi, melainkan karena kurang menguntungkannya kondisi di

saerah pedesaan. Kondisis ini mempengaruhi factor-faktor dasar kota di

Indonesia, antara lain dalam struktur basis perekonomiannya, di mana

terjadi dualisme perekonomian kota, yakni ekonomi modern dan ekonomi

tradisional. Kondisi ini memperbesar sector informal di kota, yang pada

gilirannya berpengaruh pada struktur fisik kota

2. Keadaan masyarakat khususnya kondisi struktur pemerintah di Indonesia

dan organisasi masyarakat tingkat pengetahuan serta kebutuhan

(23)

3. Keadaan struktur pemerintah di Indonesia yang menganut system

perangkan pemerintah daerah (desentralisasi) dan perwakilan daerah

(dekonsentrasi)

4. Belum mantapnya bidang dan proses perencanaan kota di Indonesia,

sehingga mekanisme pendukungnya belum berjalan lancer

5. Beragamnya jenis kota di Indonesia, terutama menyangkut besaran serta

kompleksitas permasalahannya. Hal ini bias dilihat dari beragamnya

kota-kota yang ada di Indonesia.

Kelima kondisi di atas berpengaruh terhadap model perencanaan yang

diterapkan di Indonesia, karena dari berbagai kondisi tersebut diupayakan

penerapan model yang sesuai.

Bila kita mengkaji perencanaan pembangunan kota di Indonesia, menurut

Sudjana Rochyat, paling tidak terdapat dua pandangan dasar yang dapat

diterpkan untuk mengupas permasalahan dan mengenali berbagai problematika

perkotaan. Pertama, memandang kota sebagai dimensi fisik dari kehidupan

kegiatan usaha manusia yang memberikan berbagai implikasi pada aspek-aspek

pembangunan. Kedua, kota dipandang sebagai bagian dari suatu sistem yang

menyeluruh dari kehidupan masyarakat yang saling terkait dengan upaya pada

aspek-aspek pembangunan lainnya.

Namun, dilihat dari fungsi dan peranan kota sebagai pusat pemukiman

penduduk, pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan sebagainya,

(24)

lebih merupakan bagian dari suatu system yang menyeluruh, yang hal ini akan

dilihat pada perjalanan pembangunan kota di Indonesia.

2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa

Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu

melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah

rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu

pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan

pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa

pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam

rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses

pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan

cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang

dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang

dilakukan secara sistematis dan dan berkesinambungan.

Dalam hal perencanaan wilayah, pentingnya perencanaan dikuatkan oleh

berbagai factor, antara lain:

1. Banyak di antara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi

diperbanyak atau diperbaharui.

(25)

3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak

dapat diubah atau diperbaiki kembali.

4. Lahan dibutuhkan untuk menopang kehidupan nermasyarakat.

5. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat

yang berdomisili di wilayah tersebut.

6. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di

masa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,

nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan

lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan.

Dalam perencanaan kota dan desa kita dapat melihat bagaimana bentuk-bentuk dari

perencanaan itu sendiri. Ada yang melihat dari perbedaan isinya, sudut visi

perencanaan, perbedaan luas pandang bidang yang direncanakan, institusi yang

dilibatkan dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat, dan koordinasi

antar lembaga. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah akan lebih mengkaji

bagaimana bentuk-bentuk dari perencanaan wilayah yakni kota dan desa.

2.2. Teori Perencanaan

Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain;

sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh

tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi

(26)

a. Teori Sinoptik

Disebut juga system planning, rational system approach, rasional

comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam

perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu

kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi.

Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi: pengenalan masalah,

mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi kemungkinan

penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi alternative,

mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.

b. Teori incemental

Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat

desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini

menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud

dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam

merencanakan objek tertentu selalu mempertimbangkan faktor-faktor

lingkungan.

c. Teori transactive

Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan

pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive

yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti

penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam

(27)

d. Teori advocacy

Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah

diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara

empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai

(advocacy= mempertahankan dengan argumentasi).

Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional.

Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi,

kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama,

dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai

teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.

e. Teori radikal

Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi

lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat

dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan

kebutuhan.

Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari

individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang

dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga

mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata

lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri

menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri

(28)

f. Teori SITAR

Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga

complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan

dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan

situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu

akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah

menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping

mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri

ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga

pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori

diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.

Persamaannya:

1) Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah

2) Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.

3) Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya

terdapat perbedaan penitikberatan.

4) Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan

SedangkanPerbedaannya adalah :

1) Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain,

(29)

dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan

sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional.

Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan

perencanaan yang lain.

2) Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan

perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan

perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.

3) Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah

satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang

komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan

perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.

4) Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah

golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan

lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social.

5) Perencanaan Radikal seakan-akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan

hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan

sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik

(30)

2.3. Teori , Perencanaan dan Pembangunan 2.3.1. Pandangan Tentang Teori

“Tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner” demikian slogan yang

sering dikumandangkan oleh para Marxian ketika merencanakan sebuah tindakan atau

menganalisis sebuah fenomena. Pernyataan tersebut sebenarnya lebih menunjukkan

posisi teori dalam ranah ilmu pengetahuan. Teori adalah kompas yang memandu

seseorang dalam melakukan perjalanan intelektual, tanpa teori seseorang akan

kesulitan dalam menentukan sikap atau arah perjalanannya. Meski posisi teori dalam

ranah ilmu pengetahuan sedemikian penting namun seringkali interpretasi seseorang

atau sekelompok orang terhadap sebuah teori bisa berbeda ketika berhadapan dengan

suatu objek, gejala atau fenomena tertentu. Perbedaan tersebut bisa jadi karena

memang terdapat perbedaan dalam mendefinisikan teori sebagai bagian dari proses

penelitian (dalam arti sempit) atau teori sebagai sebuah konsepsi filosofis.

Sebagai bagian dari proses penelitian, teori membantu seseorang dalam

penarikan suatu hipotesis, ia juga berguna dalam menjelaskan berbagai aspek yang

terkait dengan pengertian-pengertian dan konsep-konsep penelitian secara

keseluruhan. Seperti yang disampaikan oleh Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai

sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari

fenomena. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa Teori adalah sebuah set proposisi yang

terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan

unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas Teori menjelaskan hubungan antar variable atau

(31)

diterangkan oleh variable dengan jelas kelihatan Teori juga menerangkan fenomena

dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan dengan variable yang lain.

Dengan demikian pandangan Kerlinger tentang teori lebih bersifat praktis dan

operasional. Karena sifatnya yang praksis dan operational ini, tidak jarang teori

kemudian mengalami degradasi pegertian yakni semata-mata hanya sebagai alat untuk

menjustifikasi suatu tindakan, tanpa usaha untuk memahami kontekstualisasi sebuah

teori maka teori justru menyebabkan keangkuhan ilmu pengetahuan, ia kemudian,

terjebak dalam positivisme ilmu pengetahun dan menjadi sebuah pengertian yang

kering dan kaku. Pandangan tentang teori ini pada akhirnya melahirkan satu persoalan

yakni bagaimana membumikan sebuah teori kedalam sebuah realitas yang kontekstual.

Dunia yang kita hadapi saat ini adalah dunia yang absurd, terdapat banyak sekali

hal-hal yang tidak jelas. Fenomena kemiskinan misalnya, bisa dilihat dari berbagai

sudut pandang yang berbeda yang tidak jarang masing-masing sudut pandang tersebut

justru saling bertentangan. Perbedaan sudut pandang dalam melihat persoalan

kemiskinan tersebut pada akhirnya juga berakibat pada perbedaan dalam merumuskan

persoalan, ukuran, maupun strategi atau model pembangunan.

2.3.2. Teori Pembangunan

Pembangunan (development) dan perubahan (change) tidak dapat dipisahkan.

Myrdal (1968): mengatakan bahwa Pembangunan merupakan pergerakan keatas dari

seluruh sistem sosial. Pengertian lain dalam Tjokroamijoyo, Bintoro 1988

(32)

merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke

arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat

bangsa itu. Definisi lain menyebutkan bahwa pembangunan adalah transformasi social

dari masyarakat tradisional agraris menuju ke masyarakat industrial modern (Fakih,

2000 ). Meski terdapat perbedaan dalam mendefinisikan pembangunan namun secara

umum pembangunan dapat didefinisikan sebagai perubahan (change).

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya

pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan

dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi.

Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana

pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara kese

-luruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut

mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar

belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda

pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.

Teori pembangunan mengerucut pada dua buah teori besar, yaitu teori

modernisasi dan teori dependensi. Teori Modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu

teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis

menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang

disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan

pambangunan mensyaratkan adalah dengan adanya perubahan sikap mental

penduduk negara berkembang. Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat

(33)

nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan

perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar yang menjadi landasan

teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.

Teori dependensi bertitik tolak dari pemikiran Marx tentang kapitalisme dan

konflik kelas. Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa

kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab

kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor

produksi menyebabkan eksploitasi terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses.

Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan

merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat

tanpa kelas.

2.3.3. Teori Perencanaan

Perencanaan adalah bentuk pendefinisian masalah ke dalam cara-cara yang

dapat diterima untuk melakukan tindakan atau mengintervensi suatu kebijakan

(Friedmann, 1987). Dalam perkembangannya, ternyata teori perencanaan tidak dapat

berdiri sendiri untuk merespon kejadian-kejadian tak terduga tersebut. Teori

perencanaan membutuhkan kontribusi disiplin ilmu lain sebagai modal observing sekaligus media penjelas, seperti; ilmu sosial, matematika, lingkungan, civil engineering, arsitektur dan lain-lain. Penyerapan substansi metode dari disiplin ilmu lain sering disebut sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal dengan theory in planning. Sementara teori perencanaan disebut sebagai teori

(34)

Teori-teori yang mendasari ilmu perencanaan terus dibangun dan mengalami

proses panjang untuk mengenali wujud aslinya. Meskipun dijumpai kategorisasi teori

perencanaan ke dalam 2 (dua) kategori besar (Minett, 1972 dalam Faludi, 1973), yakni:

theory of planning dan theory in planning, kategori tersebut sama sekali belum menjawab positioning dari theory planning sendiri. Kalaupun theory in planning mencoba mendudukan posisi planning dalam kesetaraan dengan ilmu lain, lalu berapa

besarkah produktivitas theory in planning dibandingkan kontribusinya dengan kategori theory of planning ?.

Dalam praktek, seharusnya tidak dipisahkan antara theory of planningdantheory in planning. Justru diharapkan keduanya akan membentuk suatu kolaborasi yang oleh Faludi (1973) disebut sebagai perencanaan efektif. Posisi teori perencanaan yang

berada pada domain publik memaksa adanya kolaborasi ini. Walau bagaimanapun

seorang ahli perencana tidak mungkin menguasai berbagai disiplin ilmu secara detail, ia

harus didukung oleh ahli disiplin ilmu lain.

Ruang lingkup teori perencanaan berkaitan dengan gagasan dan argumentasi

yang berkaitan dengan bagaimana melakukan perencanaan. Perencanaan umum

merupakan penerapan moda ‘Comprehensive Planning’ sebagai upaya untuk meninjau

secara menyeluruh terhadap keseluruhan aspek yang perlu diatur didalam tata ruang.

Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arahan akhir

yang hendak dituju, dan untuk menterpadukan berbagai hal yang terkait dengan

perencanaan tata ruang. Berdasar pada pendekatan ‘Social Learning’, tindakan

perencanaan yang dilakukan adalah dengan memperkuat keberdayaan masyarakat,

(35)

Mengingat pendekatan yang digunakan bersifat sektoral, atau inkremental, khususnya

hanya melihat masalah hanya dari pendekatan perencanaan fisik, maka dapat

diprediksikan bahwa hasil dari perencanaan akan tidak tercapai secara maksimal.

Karena untuk masalah tersebut, dibutuhkan pendekatan menyeluruh.

2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dengan Pembangunan

Berdasarkan pengertian dari proses perencanaan dan proses pembangunan di

atas, dapat dirumuskan beberapa perbedaan, yaitu:

Variabel Pembeda Perencanaan Pembangunan

Pengertian Proses untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu dengan memanfaatkan sumberdaya

Merupakan action dari perencanaan

Dasar tujuan Didasari tujuan dan sasaran tertentu

Didasari suatu perencanaan

Sifat Biasanya bersifat Non Fisik Biasanya bersifat Fisik Alat yang digunakan Penggunaan berbagai metode

sebagai alat analisis

Rangkaian kegiatan dan aktifitas yang dilakukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwaTeori bersifat abstrak, yang melandasi, menjadi

pedoman dan digunakan sebagai pendekatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang

bersifat praktis. Manfaat teori dalam tindakan perencanaan, adalah untuk menjelaskan

fenomena, menjadi landasan berpikir, dan meramalkan perencanaan.

Pembangunan adalah hasil atau output dari adanya suatu perencanaan,

(36)

lapangan, banyak sekali pembangunan yang tidak sesuai dengan perencanaannya.

Apa yang terjadi dalam kenyataannya bukan hasil dari perencanaan, namun karena

suatu mekanisme pasar, dalam hal ini perencanaan mempunyai fungsi mengarahkan

pembangunan agar sesuai dengan tujuan utamanya. Kegiatan perencanaan perlu

dilakukan sebagai jaminan bagi terlaksananya proses transformasi tersebut melalui

kegiatan pengendalian arah pembangunan sesuai tujuan yang diharapkan.

2.4. Teori – Teori Klasik Tentang Perencanaan Pembangunan

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad ke 19 yaitu

dimasa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya

perkembangan ekonomi.Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut

alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan

teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih

cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan

perekonomian akan mengalami kemacetan.

Menurut aliran ini bahwa meningkatnya tingkat keuntungan akan mendorong

perkembangan investasi dan investasi (pembentukan capital ) akan menambah volume

persediaan capital (capital stock). Keadaan ini akan memajukan tingkat teknologi dan

memperbesar jumlah barang yang beredar sehingga tingkat upah naik, yang berarti

meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk. Tingkat kemakmuran akan mendorong

bertambahnya jumlah penduduk sehingga mengakibatkan berlakunya hukum

(37)

Pendapat para tokoh teori aliran klasik antara lain :

1. ADAM SMITH (Teori Pembangunan Adam Smith)

Adam Smith (1723-1790) bapak dari ilmu eknomi modern yang terkenal dengan

teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga

suatu barang. Bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations

(1776) yang terkenal dengan bukuWealth of Nations yang tema pokoknya mengenai

bagaimana perekonomian itu tumbuh.

Adam Smith melihat proses pertumbuhan ekonomi itu dari dua segi yaitu pertumbuhan

output (GNP) total, dan pertumbuhan penduduk. Pembagian kerja merupakan titik

permulaan dari teori pembangunan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan daya

produktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan:

1. Meningkatnya keterampilan pekerja;

2. Penghematan waktu dalam memproduksi barang; dan

3. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga

Pertumbuhan Output Total

Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu:

 Sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi “tanah”)  Sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)

 Stok barang modal yang ada.

Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling

(38)

perekonomian.Maksudnya, jika sumberdaya ini belum digunakan sepenuhnya, maka

jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam

pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua

sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

Sumberdaya insani jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses

pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan

kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif

menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan

output. Jumlah dan fingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok

modal (sampai “batas maksimum” dari sumber alam).

Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tak

langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan modal

(sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh talk

langsung maksudnya adalah pening¬katan produktivitas per kapita yang dimungkinkan

oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin besar

stok modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan

pembagian kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.

Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa menghasilkan pertumbuhan output,

menurut Smith, karena spesialisasi tersebut bisa meningkatkan ketrampilan setiap

pekerja dalam bidangnya dan pembagian kerja bisa mengurangi waktu yang hilang

(39)

penunjang penting dibalik proses akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output

yaitu:

 Makin meluasnya pasar, dan

 Adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

Menurut Smith, potensi pasar akan bisa dicapai secara maksimal jika, dan hanya

jika, setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan

pertukaran dan melakukan kegiatan ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi perlu dilakukan pembenahan dan penghilangan peraturan-peraturan,

undang-undang yang menjadi penghambat kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik

antara warga masyarakat di suatu negara maupun antara warga masyarakat

antarnegara.Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan penganjur

laissez-faire dan free trade.

Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan yang memadai.Tingkat

keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar. Jika pasar tidak tumbuh secepat

pertumbuhan modal, maka tingkat keuntungan akan segera merosot, dan akhirnya

akan mengurangi gairah para pemilik modal untuk melakukan akumulasi modal.

Menurut Adam Smith, dalam jangka panjang tingkat keuntungan tersebut akan

menurunkan dan pada akhirnya akan mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi

stasioner perekonomian tersebut.

Pertumbuhan Penduduk

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkatjika tingkat upah yang

berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk

(40)

umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya

jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah

penduduk akan menurun.

Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-menarik

antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan

meningkat jika permintaan akan tenaga kerja (D) tumbuh lebih cepat daripada

penawaran tenaga kerja (S).

Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan

tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga

kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju

pertumbuhan output.

Kritik terhadap Teori Adam Smith

Seperti digambarkan di muka, teori Adam Smith ini telah memberikan

sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi

dan faktor-faktor apa yang dapat menghambatnya.Namun demikian, ada beberapa

kritik terhadap teori Adam Smith antara lain:

 Pembagian Kelas dalam Masyarakat

Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di

Inggris dan di beberapa negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya

pembagian masyarakat secara tegas yaitu antara golongan kapitalis

(termasuk tuan tanah) dan para buruh. Padahal dalam kenyataan¬nya,

(41)

masyarakat modern. Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peranan

kelas menengah dalam mendorong pembangunan ekonomi.

 Alasan Menabung

Menurut Smith orang yang dapat menabung adalah para kapitalis, tuan

tanah, dan lintah darat. Namun ini adalah alasan yang tidak adil, sebab tidak

terpikir olehnya bahwa sumber utama tabungan di dalam masyarakat yang

maju adalah para penerima pendapatan, dan bukan kapitalis serta tuan

tanah.

 Asumsi Persaingan Sempurna

Asumsi utama teori Adam Smith ini adalah persaingan sempurna.Kebijakan

pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan di dalam

perekonomian manapun.Sejumlah kendala batasan malahan dikenakan pada

sektor perorangan (misalnya larangan monopoli) dan perdagangan

internasional (misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.

 Pengabaian Peranan Entrepreneur

Smith agak mengambaikan peranan entrepreneur dalam

pembangunan.Padahal para entrepreneur ini mempunyai peranan yang

sentral dalam pembangunan.Mereka inilah yang menciptakan inovasi dan

pada akhirnya menghasilkan akumulasi modal.

 Asumsi Stasioner

Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah kead aan

(42)

keseimbangan tersebut. Padahal dalam kenyataannya proses pembangunan

itu seringkali terjadi teratur dan tidak seragam. Jadi asumsi ini tidak realistis.

2. DAVID RICARDO

Teori Ricardian, David Ricardo, Garis besar proses pertumbuhan dan

kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.

Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju

pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga

menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa

bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan

suatu masyarakat.Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang

berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun

1917.Proses Pertumbuhan Sebelum membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari

Ricardo, terlebih dulu kita coba untuk mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai

berikut:

 Jumlah tanah terbatas

 Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah

= natural wage)

 Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik

mereka melakukan investasi.

(43)

 Sektor pertanian dominan.

Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja)

akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan

istilah the law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada

tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah,

maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan

menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan

menekankan tingkat upah ke bawah.

Proses yang dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai

tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah

alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah

akan naik lagi sampai tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk

konstan.Jadi dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu

kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah

minimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing returns.

Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah

cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat

bekerjanya the law of diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat

pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses

pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses

tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara:

 the law of diminishing returns dan  kemajuan teknologi

(44)

Sayangnya, proses tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of

diminishing returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah

(sumbersdaya alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu

negara hanya bisa tumbuh dampai batas yang dimungkinkan oleh sumberdaya

alamnya. Apabila semua potensi sumberdaya alam telah dieksploitir secara penuh

maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai posisi stasionernya,

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 tingkat output konstan  jumlah penduduk konstan

 pendapatan per kapita juga menjadi konstan  tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal)  tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal  akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)  tingkat sewa tanah yang maksimal.

Kritik terhadap Teori Ricardo

 Pengabaian Pengaruh Kemajuan

Teknologi Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan

mengakibatkan penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi tersebut

dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing returns, tetapi akhirnya pengaruh

kemajuan teknologi tersebut habis dan perekonomian menuju ke arah stasioner.

Kenyataannya kenaikan produksi pertanian yang sangat pesat di negara-negara maju

(45)

dalam menahan laju berlakunya the law of diminishing returns dari faktor produksi

tanah.

 Pengertian yang Salah tentang Keadaan Stasioner

Pandangan Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis

adalah tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan

stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi modal

terjadi.

 Pengabaian Faktor-faktor Kelembagaan

Salah satu kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan

faktor-faktor kelembagaan.Faktor-faktor-faktor ini diasumsikan secara tertentu.Meskipun demikian,

faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan.

 Teori Ricardo bukan Teori Pertumbuhan

Menurut Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi tetapi teori

distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik

modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat utama, dan

sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan modal. Ricardo gagal menunjukkan teori

distribusi fungsional karena ia tidak menentukan pangsa dari masing-masing faktor

produksi secara terpisah

 .Pengabaian Suku Bunga

Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah pengabaian suku bunga dalam

pertumbuhan ekonomi. la tidak menganggap suku bunga sebagai imbalan jasa yang

(46)

ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dari pengusaha (entrepreneur).

3. THOMAS ROBERT MALTHUS Teori Pembangunan Malthus

Bukunya Principles of Political Economy pada tahun 1820 yang terkenal dengan

teori kependudukan, kemudian di keluarkan teori tentang pembangunan ekonomi

dalam bukunya The Progress of Wealth pada tahun yang sama. Malthus tidak

menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya.

Malthus lebih menitikkan perhatian kepada perkembangan kesejahteraan suatu

negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan

kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan itu tergantung kepada kuantitas produk

yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi dihasilkan oleh nilai produk itu

sendiri

Saran yang diajukan oleh Malthus untuk meningkatkan pembangunan ekonomi :

 Pertumbuhan yang berimbang.

Di dalam sistem Malthus perekonomian dibagi menjadi sektor:pertanian dan

industri. Kemajuan teknologilah di kedua sektor itu yang dapat mambawa kepada

pembangunan ekonomi

 Menaikkan permintaan efektif.

Selain kemajuan teknologi untuk mendorong pembangunan ekonomi juga harus

diimbangi dengan meningkatnya permintaan efektif:

(47)

 Permintaan efektif dapat ditingkatkan melalui perluasan perdagangan internal dan eksternal.

Hal ini dikarenakan perdagangan akan meningkatkan keinginan, hasrat, dan

selera untuk mengkonsumsi yang sasarannya untuk menjaga harga di pasar

komoditi;

 Mempertahankan konsumen tidak produktif untuk meningkatkan permintaan efektif

Kelemahan teori Malthus

 Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal  Pandangan negatif terhadap akumulasi modal

 Komoditi tidak dipertukarkan dengan komoditi secara langsung  Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan

 Dasar tabungan bersisi satu

2.5. Jenis jenis teori perencanaan

2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori Perencanaan

Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri

sebagai akibat adanya respon industrialisasi dan urbanisasi. Degradasi lingkungan

yang terjadi membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi Hal ini merupakan

sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri

telah menciptakan kota-kota industri baru yang sebelumnya tidak ada yaitu terjadi

(48)

menjadi kepentingan yang sangat besar bagi buruh, karena penduduk yang pindah dari

desa ke kota tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial

dan teknis untuk hidup di kota. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick

Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal

yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.

Gambar 2.1. Diagram teori-teori perencanaan INDUSTRI

DEGRADASI SOSIAL POLITIK,SOSIAL EKONOMI, SOSIAL BUDAYA REVOLUSI INDUSTRI

REFORMASI POLITIK REVORMASI SOSIAL REVORMASI LINGKUNGAN

Teori Pengambilan Keputusan

Teori Komunikasi New Urbanism

Teori Pembagian Kekuasaan

Just The City Regionalism

Political Economy Advokasi Teori Pertumbuhan Pusat Kota Teori lokasi Comunicative Model Sosialime Ekstreem Perkembangan Pusat Kota Sosialisme Development Machine Liberialisme Partisipasi Historialisme Teori Ksepakatan Neightboarhood Unit Historialisme Modernism

(49)

2.5.2. Perkembangan dan konsep teori perencanaan

Kota merupakan sebatas wilayah yang dihuni sekumpulan orang dan memiliki

pemerintahan sendiri. Massa, wilayah, dan pemerintahan harus ada untuk dapat

mengenali kota. Ketiganya memiliki keterikatan yang sangat kuat sehingga tidak dapat

berdiri sendiri-sendiri. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjadinya interaksi antar manusia

dalam memenuhi kebutuhan akan hak dan kewajibannya. Dewasa ini, kota telah

bertransformasi menjadi lebih kompleks seiring dengan perkembangan kehidupan

manusia. Kota tidak hanya sekedar sebuah wilayah tempat berkumpulnya satu

komunitas saja, tetapi sifatnya meluas menjadi pertemuan beberapa area dalam

sebuah kemajemukan yang saling berkait. Oleh karena itu, dibutuhkan seperangkat

aturan yang dapat mengatur kota agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya. Sebegitu

pentingnya aturan tersebut sehingga mendorong tumbuhnya satu cabang pengetahuan

baru yang biasa disebut perencanaan kota (urban planning). Dalam dimensi masa,

tahapan perkembangan kota baru dapat dibagi menjadi:

1) Perencanaan Pra Revolusi Industri

Banyak kota di jaman kuno atau abad pertengahan direncanakan oleh penguasa

atau kelompok pedagang; dan di antara kelompok ini, banyak yang memiliki rencana

formal dengan unsur keteraturan geometris yang kuat. Perkembangan terbesar dari

perencanaan kota formal sebelum Revolusi Industri adalah di abad 17 dan 18 yang

menghasilkan karya terbaik rancangan arsitektur seperti rekonstruksi Roma sepanjang

akhir abad 16 dan awal abad 17 dan lain sebagainya. Sejarah perencanaan kota

tersebut penting bagi perencana untuk memahami bagaimana generasi sebelumnya

(50)

Dalam arti yang hakiki, kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi

kuno dan kemudian pada masa abad pertengahan dan masa peralihan (Renaissance)

di Eropa. Beberapa pemukiman lama yang dapat dicontohkan sebagai kota baru pada

masa Yunani, seperti kota yang terdapat di sepanjang mediterania sampai ke

kota-kota yang didirikan bangsa Romawi di Mesopotamia dan Afrika Utara. Pada abad

pertengahan,misalnya kota-kota wilayah Andalusia (Spanyol) seperti di Granada,

Sevilla, dan wilayah Baghdad. Pada abad peralihan, misalnya kota-kota di sepanjang

Lembah Garonne di Perancis. Masa menjelang revolusi industri di Eropa Barat, seperti :

pembangunan kota baru di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia,

Washington DC, Pullman, Illinois dan Philadelphia.

Peradaban Mesopotamia, Harappa, dan Mesir kuno merancang kota-kotanya

dengan sangat cermat. Sisa-sisa peninggalan kota kuno dari 3000 tahun sebelum

masehi tersebut telah dipelajari oleh para ilmuwan. Penemuan menunjukkan bahwa

kota-kota tersebut telah direncanakan dengan sangat baik oleh penduduknya. Tata

guna lahan diperhatikan dengan melakukan pembagian-pembagian sesuai zona dan

strata sosial di masyarakat. Jalur-jalur penghubung antar lokasi dibuat dengan pola

terkotak-kotak (grid). Kota-kota tersebut bahkan sudah mengembangkan sistem awal

sanitasi berupa selokan-selokan terstruktur sebagai drainase kota.

Kemudian bangsa Yunani dan Romawi kuno juga menerapkan rancangan kota yang

serupa. Sepetak wilayah dibagi-bagi menjadi blok-blok terukur dengan pembagian

fungsi yang berbeda. Kota-kota tersebut pada umumnya berbentuk persegi dengan

pembagian grid persegi juga. Dibuat pula jalur-jalur diagonal dari keempat sisi kota agar

(51)

seperti ini sengaja dikembangkan untuk kenyamanan publik dan kepentingan militer.

Skema tersebut masih dapat disaksikan di kota Turin dan banyak kota-kota kuno di

eropa lainnya.

Karakteristik kota yang dibangun sejak masa Romawi kuno hingga akhir

Renaisanse adalah digunakannya benteng sebagai alat pertahanan kota. Secara

otomatis, perkembangan kota mengikuti bentuk benteng tersebut. Pusat kota biasanya

berupa pusat pemerintahan, militer, atau sosial yang di kelilingi oleh pemukiman

penduduk yang berada dalam benteng utama. Pemukiman ini biasanya didiami oleh

anggota keluarga para bangsawan ataupun penguasa kala itu yang sangat dijaga

keamanannya. Area di luar benteng utama biasanya digunakan untuk pemukiman

penduduk biasa, area perdagangan, dan lahan persawahan. Skema seperti ini banyak

ditemui di kota-kota lama di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia.

2) Revolusi Industri

Pada abad 18 terjadi industrialisasi di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Dampak

buruk industrialisasi telah mengakibatkan warga Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk

peduli dengan lingkungan binaan. Revolusi industri selain menghasilkan penemuan

teknologi baru juga memunculkan fenomena baru yaitu kota industri baru yang

sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari daerah pertanian

ke daerah industri. Penduduk yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang

industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di kota. Meski industri di

Gambar

Gambar 2.1. Diagram teori-teori perencanaan
Gambar 2.4. Konsep kota menurut Le Corbusier

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen

Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dikenal juga dengan istilah MMAW (Manual Metal Arc Welding) umumnya juga disebut las listrik merupakan suatu proses pengelasan

Perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih

Ada beberapa masalah atau isu substansi dalam pembahasan tentang teori kurikulum yaitu definisi kurikulum, sumber sumber kebijaksaan kurikukulum, desain kurikulum,

Kutipan berikut ini menunjukkan limitasi penerimaan konsep pusaka perkotaan dalam teori perencanaan, yang dilihat sebagai kegiatan yang terpisah dari perencanaan,

Pengertian teori sosial lebih cenderung terhadap pengertian teori yang dinyatakan oleh sarkantos, bahwa teori pada umumnya adalah pengertian yang dipakai oleh ilmu

Salah satu teori yang mempengaruhi perkembangan anak di susun oleh Urie Bronfen benner yang dikenal dengan teori sistem bioelogikal ( bioelogical systems theory

menjelaskan tentang Sub Bab Pengantar Ilmu Manajemen; Fungsi Manajemen Planning (perencanaan) dengan topik Definisi Perencanaan, Fungsi Perencanaan, Proses perencanaan dan