KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh
karena kasih karunianya Penulis telah dapat menyelesaikan makalah mengenai
Teori perencanaan. Tujuan Penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Teori Perencanaan. Serta untuk memberikan panduan kepada pembaca agar
dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan
teori perencanaan sebagai praksis, sejak abad ke-19 sampai bentuknya terkini.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Joko, yang telah membimbing
Penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan Penulis
ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak lain, yang telah
membantu Penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu,
di mohon kritik dan saran yang membangun. Dengan ini diharapkan hasil karya ini
dapat berguna bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat dan dapat diterapkan atau
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
.
Jayapura, 1 Desember 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 2 1.3. Sistematika Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN
2.1. Lingkup Teori Perencanaan 4
2.1.1. Definisi Perencanaan 5
2.1.2. Unsur-unsur Perencanaan 6
2.1.3. Aspek-aspek Penting Dalam Perencanaan 9
2.1.4. Tujuan Perencanaan 10
2.1.5. Jenis-jenis Perencanaan 11
2.1.6. Metodelogi Perencanaan 12
2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan 14
2.1.8. Perencanaan Kota di Indonesia 18
2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa 20
2.2. Teori Perencanaan 21
2.3. Teori,Perencanaan,Dan Pembangunan 26
2.3.1. Pandangan Tentang Teori 26
2.3.2. Teori Pembangunan 27
2.3.3. Teori Perencanaan 29
2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dan Pembangunan 31
2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori
Perencanaan 43
2.5.2. Pekembangan dan Konsep teori Perencanaan 45
2.5.3. Perkembangan Pusat Kota 82
2.5.4. Teori Lokasi 91
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan 99
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan
kota. Namun dalam perkembangannya perencanaan tidak dikembangkan
berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori perencanaan berkembang
sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan
lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam
merencanakan sebuah kota, karena daam teori perencanaan membahas definisi,
pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam perencanaan kota,
dan bagaimana pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan
masing-masing.
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak
perubahan seiring perkembangan waktu. Perencanaan sendiri telah mengalami
banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk pertama kali.
Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa
disebut dengan teori perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang
ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin dilibatkan dalam praktek
perencanaan, riset, dan pendidikan.
Dalam mata kuliah teori perencanaan, kita perlu mengetahui perkembangan dari
teori perencanaan itu sendiri agar mudah dalam mempelajari teori perencanaan.
Pengetahuan dasar itu dapat kita peroleh dengan mengetahui sejarah
perkembangan teori perencanaan mulai pra revolusi industri sampai dengan masa
Corbusier yang memunculkan banyak aliran.
Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri
yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Hal ini merupakan sebuah
perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri telah
menciptakan kota-kota industri dimana kota tersebut kepentingan buruh sangat
besar. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang
analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang
merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.
Makalah ini merupakan sebuah review tentang perkembangan teori perencanaan
mulai dari masa pra revolusi industri sampai munculnya aliran-aliran perencanaan,
seperti urbanism, anti urbanism, new urbanism, neighborhood unit dan lain
sebagainya. Review ini sangat diperlukan untuk menjadi dasar dalam mempelajari
teori perencanaan dengan mengetahui awal dan keseluruhan dari sejarah
perkembangaan teori perencanaan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan
teori perencanaan sebagai praksis sejak dicetuskan oleh Patrick Geddes
2. Mengetahui diagram alur perkembangan dan konsep teori perencanaan.
Mengetahui dan menjelaskan sejarah perkembangan dan konsep teori
perencanaan sesuai dengan diagram.
3. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan aliran teori perencanaan yang
lebih dalam tentang teori perencanaan dengan melihat sejarah
perkembangan aliran perencanaan.
4. Menjelaskan berbagai teori perencanaan dan prinsip- prinsipnya.
1.3. Sistematika Penulisan.
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca
dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang perkembangan
aliran perencanaan.
BAB I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika
BAB II merupakan inti pembahasan dari makalah ini dan berisi pemaparan dari sejarah pekembangan teori perencanaan. Semua pembahasan dan review dari
perkembangan aliran perencanaan dapat dipelajari dalam bab ini.
BAB III merupakan bab akhir dari makalah ini dan berisi tentang simpulan dari seluruh pembahasan .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Lingkup Teori Perencanaan
Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus
dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita
memiliki suatu teori yang benar namun kita hanya menyimpannya saja dan tidak
mempraktekkannya, maka sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada manfaatnya,
begitu pula sebaliknya sebuah praktek harus diterangkan dengan teori.
Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting,
sebab perencanaan tidak seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan adalah
kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang planner bukanlah untuk
menguraikan apa yang ada di dunia ini tetap untuk mengusulkan cara-cara bagaimana
keadaan tersebut bisa diubah.
Perencanaan itu sendiri memerlukan suatu pengakuan rasional dan sosial: ia
“harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang rasional
pada masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan adalah suatu aktivitas yang
mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan
tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan
haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu
2.1.1. Definisi Perencanaan.
Adapun beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:
1. Menurut Conyers Diana, perencanaan adalah proses yang berjalan terus
menerus yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai
tahapan skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik
atau dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.
2. Menurut Anthony J. Catanese, Perencanaan merupakan suatu aktivitas
universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan
dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara
berbagai alternatif yang ada.
3. Menurut Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang harus dilakukan oleh setiap manajer dan staf.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai
tahapan skematik dan berurutan dengan mempertimbangkan berbagai batasan-batasan
sehingga dapat menghasilkan keputusan yang rasional.
Selain itu perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu :
1. Tingkatan pertama (tidak ada faktor pembatas), di mana suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Tingkatan kedua (ada faktor pembatas internal), di mana suatu
memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan
tersebut, memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan tersebut.
3. Tingkatan ketiga (ada faktor pembatas internal, eksternal yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut), di mana suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperlihatkan pembatas internal dan eksternal, memilih serta
menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal
pengaruhnya cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di
mana perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat
ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang
relevan, memperkirakan faktor pembatas, menetapkan tujuan sasaran
yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.1.2. Unsur – Unsur Perencanaan
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan
kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan kalimat-kalimat
berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan tetapi, dapat disimpulkan
bahwa di dalam perencanaan mencakup pengertian sebagai berikut.
a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana
paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu:
1. Titik Tolak
Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun
rencana dan sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal
untuk melaksanakan rencana tersebut
2. Tujuan (Goal)
Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan
yang jelas akan mempermudah perencana dalam penyusunan
perencanaan.
3. Arah
Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan
cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu
rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan
tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.
Serta beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :
a. Whiseses (keinginan, cita-cita)
Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang
Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan dipacapai dan
memiliki perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.
b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
untuk mendukung suatu perencanaan. Perencana harus mampu
mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan sumber daya
manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam
pentusunan perencanan sebab, informasi yang valid memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.
c. Effective and Efficient (hasil guna dan daya guna)
Perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan
keputusan yang sesuai dengan tujuan.
d. Space, location (ruang)
Lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran dalam suatu
perencanaan. Lokasi juga dianggap sebagai subjek perencanaan
sebab, dalam merencanakan suatu wilayah perencanan harus
mengetahui kondisi lokasi tersebut dan mengadaptasikan.
e. Time, future oriented
Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi
juga berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable). Tiga
unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap
rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana
Untuk menuju kondisi yang akan datang yang lebih baik hanya dapat dicapai
melalui perencanaan, hal tersebut disebabkan oleh:
Secara rasional, perencanaan disusun berdasarkan data yang cukup dan analisis yang tepat akan memberikan keputusan dan hasil yang
baik.
Dari segi efisiensi, dengan perencanaan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan manfaat.
2.1.3. Aspek-Aspek Penting dalam Perencanaan Berbagai aspek penting dalam perencanaan:
1. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masalah-masalah
kemasyarakatan yang di dalamnya tercakup sekelompok besar klien
yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
2. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanaan
dengan matang yang biasanya ditangani oleh orang-orang yang
terlatih secara professional sebagai perencana.
3. Tujuan dan sasarannya, serta pranata-pranata untuk mencapainya,
sering teramat tidak pasti.
4. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan, malahan
sebaliknyamereka membut berbagai alternative dan rekomendasi bagi
pihak-pihak yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil
5. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan
metode-metode khusus untuk menganalisis dan menyajikan berbagai
alternatif.
6. Hasil dari hampir semua aktivitas perencanan hanya dapat dilihat
setelah 5 sampai 20 tahun setelah keputusan diambil, sehingga
menyulitkan umpan balik dan tindakan perbaikan.
2.1.4. Tujuan Perencanaan
Perencanaan memiliki tujuan sebagai berikut.:
1. meningkatkan efisiensi dan rasionalitas. contoh gampang dari
peningkatan efisiensi adalah pengadaan publik transport. kan jadi lebih
efisien tu dari segi bahan bakar, jumlah kendaraan sampe polusi
udara.
2. membantu/meningkatkan pasar, contoh adanya asuransi kesehatan,
PLN, yang menyediakan hal-hal esensial bagi masyarakat.
3. mengubah/memperlebar pilihan-pilihan, contohnya bisa dari public
transport juga, jadii ada berbagai macam pilihan moda transportasi
yang bisa kita pake kalo mau ke tempat2 tertentu.
4. Sebagai pedoman dalam pembangunan
5. Meminimalisasi ketidakpastian
6. Meminimalisasi inefisiensi sumber daya
2.1.5. Jenis-Jenis Perencanaan
Perencanaan terdapat 8 jenis. Jenis-jenis perencanaan diantaranya adalah :
1. Perencanaan bertujuan jelas Vs perencanaan bertujuan laten
Perencanaan bertujuan jelas menyebutkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur tingkat pencapaiannya.
Perencanaan bertujuan laten tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya kurang jelas dan sulit diukur.
2. Perencanaan fisik Vs perencanaan ekonomi
Perencanaan fisik lebih terfokus pada perencanaan sarana dan prasarana.
Perencanaan ekonomi terfokus pada segi dana untuk pembangunan.
3. Perencanaan alokatif Vs perencanaan inovatif
Perencanaan alokatif menyukseskan rencana umum yang telah disusun
Perencanaan inovatif dimungkinkan adanya kebebasan. 4. Perencanaan bertujuan jamak Vs perencanaan bertujuan tunggal
Perencanaan jamak bila tujuan dan sasaran bersifat jamak Perencanaan tunggal bila tujuan dan sasrannya bersifat tunggal 5. Perencanaan indikatif Vs perencanaan imperative
Perencanaan indikatif mempunyai output indikasi (tidak tegas) sedangkan
imperatif sudah diatur dengan tegas dan jelas dalam pelaksanaan di
6. Top Down Vs Bottom up planning
Top down adalah perencanaan yang langsung dari atas(pemerintah) ke bawah (masyarakat)
Bottom up adalah perencanaan yang mendengarkan aspirasi rakyat dan kemudian menjadi pemikiran dalam perencanaan oleh
pemerintah.
7. Vertical Vs Horizontal planning
Vertical mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.
Horizontal menekankan keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama.
8. Perencanaan pertisipatif Vs perencanaan non partisipatif
Perencanaan partisipatif menggunakan masyarakat sebagai subjek dan
objek dalam perencanaan.
2.1.6. Metodelogi Perencanaan
Perencana perkotaan mengamabil metode dari berbagai bidang illmu dan
memodifikasikannya dan/atau mengembangkan metode-metode baru untuk
memperoleh dan menyaring berbagai sumber informasi. Jenis-jenis metode :
1. Proses Perencanaan
2. Perencanaan sebagai rekayasa pengetahuan
3. Perencanaan sebagai problem solving
Pengaruh Pemikiran Filsafat Dunia terhadap Teori Perencanaan
Pemiikiran filsafat dunia adalah pemikiran untuk mencari kebenaran menurut akal
manusia, di mana pemikiran tersebut selalu berkembang sejalan dengan
perkembangan perdaban manusia. Evolusi pandangan filsafat dunia berpengaruh pula
terhadap perkembangan teori perencanaan, dengan urutan perubahan sebagai berikut.
a. Theosentrisme
Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari kekuatan monarki dan keagamaan
Model Perencanaan : Authoritarian Planning b. Utopianisme
Pengaruh dalam perencanaan sebagai tujuan ideal manusia Model Perencanaan : Romantic Planning
c. Positivisme
Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari rekayasa sosial melalui dominasi ilmu teknik
Model Perencanaan : Technocratic Planning d. Rasionalisme
Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi rekayasa sosial melalui justifikasi ilmiah
Model Perencanaan : Rational Comprehensive Planning e. Fragmatisme
Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari market
f. Fenomenologi
Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi peguatan ekstensi nilai-nilai budaya.
Model Perencanaan : Organic Planning, Advocacy Planning, Social Planning.
2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan
Kondisi politik menentukan arah penyusunan dan aplikasi perencanaan.
Perencanaan. Perencanaan kota dan wilayah erat kaitannya dengan politik. Hal itu
disebabkan oleh:
1. Perencanaan senantiasa melibatkan hal yang menyangkut emosi
masyarakat miskin.
2. Keputusan perencanaan adalah terlihat nyata sehingga kalau terjadi
kesalahan keputusan tidak dapat disembunyikan dan mudah menjadi isu
politik.
3. Proses perencanaan harus melibatkanmayarakatsecara langsung karena
menyangkut kepentingan sehari-hari masyarakat banyak.
4. Masyarakat merasa mempunyai keahlian dan kedudukan yang sejajar
dengan perencana.
5. Keputusan perencana mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat
pemilik tanah, terutama dampak ekonomis terhadap nilai tanah dan
Berikut beberapa masalah politik yang menyebabkan perencanaan menjadi
bermasalah.
a. Sistem politik yang yang tidak demokratis
Kondisi politik yang otokratis, sentralistis, atau fanatisme akan
menghasilkan perencanaan yang tidak demokratis.
b. Stabilitas politik
Arah politik yang berubah-ubah akan mengakibatkan perencanaan yang
berubah-ubah pula. Perencanaan yang berubah-ubah mengakibatkan
pemborosan sumber daya dan tidak terjadinya kesinambungan
pembangunan.
c. Dominasi sistem politik
Sistem politik yang terlalu mendominasi perencanaan akan mengalahkan
pertimbangan teknis, ekonomis, maupun legalitas. Hasil keputusan
menjadi kurang objektif, hanya menguntungkan kelompok tertentu dan
kurang berkeadilan.
d. Kesadaran berpolitik masyarakat yang rendah, antara lain:
Tidak dapat menerima perbedaan pendapat Emosional
Tidak rasional
Tidak mau mengalah
Tidak dapat menerima kekalahan dalam persaingan yang sehat Fanatik
Dengan kesadaran berpolitik yang renndah maka dalam proses negosiasi
di dalam perencanaan akan sulit mencapai consensus. Keputusan yang
telah di ambil tidak dapat dijalankan karena tidak didukung oleh pihak
yang tidak setuju walau telah terlibat dalam proses pengambilan
keputusan tersebut.
e. Dominasi masyarakat awam
Keterlibatan masyarakat awam yang terlalu dominan dapat mengalahkan
pertimbangan teknis perencanaan. Akibatnya, rencana kurang dijamin
keilmuannya.
f. Money politics
Keputusan rencana yang dipengaruhi oleh uang akan bersifat tidak adil
karena hanya akan menguntungkan pihak penyuap. Di samping itu,
keadaan tersebut akan menimbulkan frustasi pihak yang dirugikan atau
yang memegang prinsip-prinsip idealisme.
Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai berikut :
1. Sebagai teknokrat dan engineer
Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para
pengambil kebijakan dengan berporos kepada rasionalitas dan pertimbangan
ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam membangun
kekuasaan dan kepentingan.
Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menjaga stabilisasi
organisasi dan jalannya roda pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai
sebuah alat dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi.
Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan
legal kepada perencana.
3. Sebagai Advokat dan Aktivis
Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani
masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk
rencana. Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan
potensi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi
Pemerintah. Informasi dan proses komunikasi diperlakukan sebagai usaha
membangun pemahaman masyarakat dan counter-opinion terhadap
kebijakan yang merugikan masyarakat.
4. Sebagai Politikus
Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga
perencana tidak diharapkan untuk bergabung dengan dunia politik. Maksud
dari peran ini adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari kepentingan
dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki
perspektif seorang politisi. Seorang politikus memiliki insting dalam
berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda
lebih baik.
Keempat peran diatas merupakan refleksi dari posisi perencana dalam
pada dunia perencanaan di Indonesia. Tantangan dan perubahan paradigma
di dunia perencana, menuntut perencana untuk dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.
Dominasi pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap
apatis dari masyarakat terhadap pemerintah dan produk perencanaan. Sikap
apatis yang melahirkan ketidakefisienan dari pelaksanaan perencanaan
karena tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap produk perencanaan.
2.1.8. Perencanaan Kota Di Indonesia
Bila melihat evolusi perencanaan pembangunan kota di Eropa dan Amerika,
industrialisasi merupakan salah satu factor pendorong adanya perencanaan
pembangunan kota. Hal ini berbeda dengan konteks Indonesia. Terdapat
beberapa kondisi yang mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia.
1. Perkembangan kota di Indonesia bukan disebabkan adanya
industrialisasi, melainkan karena kurang menguntungkannya kondisi di
saerah pedesaan. Kondisis ini mempengaruhi factor-faktor dasar kota di
Indonesia, antara lain dalam struktur basis perekonomiannya, di mana
terjadi dualisme perekonomian kota, yakni ekonomi modern dan ekonomi
tradisional. Kondisi ini memperbesar sector informal di kota, yang pada
gilirannya berpengaruh pada struktur fisik kota
2. Keadaan masyarakat khususnya kondisi struktur pemerintah di Indonesia
dan organisasi masyarakat tingkat pengetahuan serta kebutuhan
3. Keadaan struktur pemerintah di Indonesia yang menganut system
perangkan pemerintah daerah (desentralisasi) dan perwakilan daerah
(dekonsentrasi)
4. Belum mantapnya bidang dan proses perencanaan kota di Indonesia,
sehingga mekanisme pendukungnya belum berjalan lancer
5. Beragamnya jenis kota di Indonesia, terutama menyangkut besaran serta
kompleksitas permasalahannya. Hal ini bias dilihat dari beragamnya
kota-kota yang ada di Indonesia.
Kelima kondisi di atas berpengaruh terhadap model perencanaan yang
diterapkan di Indonesia, karena dari berbagai kondisi tersebut diupayakan
penerapan model yang sesuai.
Bila kita mengkaji perencanaan pembangunan kota di Indonesia, menurut
Sudjana Rochyat, paling tidak terdapat dua pandangan dasar yang dapat
diterpkan untuk mengupas permasalahan dan mengenali berbagai problematika
perkotaan. Pertama, memandang kota sebagai dimensi fisik dari kehidupan
kegiatan usaha manusia yang memberikan berbagai implikasi pada aspek-aspek
pembangunan. Kedua, kota dipandang sebagai bagian dari suatu sistem yang
menyeluruh dari kehidupan masyarakat yang saling terkait dengan upaya pada
aspek-aspek pembangunan lainnya.
Namun, dilihat dari fungsi dan peranan kota sebagai pusat pemukiman
penduduk, pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan sebagainya,
lebih merupakan bagian dari suatu system yang menyeluruh, yang hal ini akan
dilihat pada perjalanan pembangunan kota di Indonesia.
2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa
Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu
melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah
rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu
pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa
pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam
rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses
pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan
cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang
dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang
dilakukan secara sistematis dan dan berkesinambungan.
Dalam hal perencanaan wilayah, pentingnya perencanaan dikuatkan oleh
berbagai factor, antara lain:
1. Banyak di antara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi
diperbanyak atau diperbaharui.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak
dapat diubah atau diperbaiki kembali.
4. Lahan dibutuhkan untuk menopang kehidupan nermasyarakat.
5. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat
yang berdomisili di wilayah tersebut.
6. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di
masa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,
nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan
lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan.
Dalam perencanaan kota dan desa kita dapat melihat bagaimana bentuk-bentuk dari
perencanaan itu sendiri. Ada yang melihat dari perbedaan isinya, sudut visi
perencanaan, perbedaan luas pandang bidang yang direncanakan, institusi yang
dilibatkan dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat, dan koordinasi
antar lembaga. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah akan lebih mengkaji
bagaimana bentuk-bentuk dari perencanaan wilayah yakni kota dan desa.
2.2. Teori Perencanaan
Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain;
sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh
tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi
a. Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional
comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam
perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu
kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi.
Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi: pengenalan masalah,
mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi kemungkinan
penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi alternative,
mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
b. Teori incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat
desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini
menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud
dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam
merencanakan objek tertentu selalu mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan.
c. Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan
pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive
yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti
penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam
d. Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah
diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara
empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai
(advocacy= mempertahankan dengan argumentasi).
Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional.
Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi,
kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama,
dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai
teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
e. Teori radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi
lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat
dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan
kebutuhan.
Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari
individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang
dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga
mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata
lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri
menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri
f. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga
complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan
dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan
situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu
akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah
menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping
mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri
ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga
pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori
diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.
Persamaannya:
1) Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
2) Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
3) Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya
terdapat perbedaan penitikberatan.
4) Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
SedangkanPerbedaannya adalah :
1) Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain,
dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan
sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional.
Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan
perencanaan yang lain.
2) Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan
perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan
perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.
3) Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah
satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang
komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan
perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.
4) Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah
golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan
lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social.
5) Perencanaan Radikal seakan-akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan
hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan
sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik
2.3. Teori , Perencanaan dan Pembangunan 2.3.1. Pandangan Tentang Teori
“Tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner” demikian slogan yang
sering dikumandangkan oleh para Marxian ketika merencanakan sebuah tindakan atau
menganalisis sebuah fenomena. Pernyataan tersebut sebenarnya lebih menunjukkan
posisi teori dalam ranah ilmu pengetahuan. Teori adalah kompas yang memandu
seseorang dalam melakukan perjalanan intelektual, tanpa teori seseorang akan
kesulitan dalam menentukan sikap atau arah perjalanannya. Meski posisi teori dalam
ranah ilmu pengetahuan sedemikian penting namun seringkali interpretasi seseorang
atau sekelompok orang terhadap sebuah teori bisa berbeda ketika berhadapan dengan
suatu objek, gejala atau fenomena tertentu. Perbedaan tersebut bisa jadi karena
memang terdapat perbedaan dalam mendefinisikan teori sebagai bagian dari proses
penelitian (dalam arti sempit) atau teori sebagai sebuah konsepsi filosofis.
Sebagai bagian dari proses penelitian, teori membantu seseorang dalam
penarikan suatu hipotesis, ia juga berguna dalam menjelaskan berbagai aspek yang
terkait dengan pengertian-pengertian dan konsep-konsep penelitian secara
keseluruhan. Seperti yang disampaikan oleh Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai
sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari
fenomena. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa Teori adalah sebuah set proposisi yang
terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan
unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas Teori menjelaskan hubungan antar variable atau
diterangkan oleh variable dengan jelas kelihatan Teori juga menerangkan fenomena
dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan dengan variable yang lain.
Dengan demikian pandangan Kerlinger tentang teori lebih bersifat praktis dan
operasional. Karena sifatnya yang praksis dan operational ini, tidak jarang teori
kemudian mengalami degradasi pegertian yakni semata-mata hanya sebagai alat untuk
menjustifikasi suatu tindakan, tanpa usaha untuk memahami kontekstualisasi sebuah
teori maka teori justru menyebabkan keangkuhan ilmu pengetahuan, ia kemudian,
terjebak dalam positivisme ilmu pengetahun dan menjadi sebuah pengertian yang
kering dan kaku. Pandangan tentang teori ini pada akhirnya melahirkan satu persoalan
yakni bagaimana membumikan sebuah teori kedalam sebuah realitas yang kontekstual.
Dunia yang kita hadapi saat ini adalah dunia yang absurd, terdapat banyak sekali
hal-hal yang tidak jelas. Fenomena kemiskinan misalnya, bisa dilihat dari berbagai
sudut pandang yang berbeda yang tidak jarang masing-masing sudut pandang tersebut
justru saling bertentangan. Perbedaan sudut pandang dalam melihat persoalan
kemiskinan tersebut pada akhirnya juga berakibat pada perbedaan dalam merumuskan
persoalan, ukuran, maupun strategi atau model pembangunan.
2.3.2. Teori Pembangunan
Pembangunan (development) dan perubahan (change) tidak dapat dipisahkan.
Myrdal (1968): mengatakan bahwa Pembangunan merupakan pergerakan keatas dari
seluruh sistem sosial. Pengertian lain dalam Tjokroamijoyo, Bintoro 1988
merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke
arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat
bangsa itu. Definisi lain menyebutkan bahwa pembangunan adalah transformasi social
dari masyarakat tradisional agraris menuju ke masyarakat industrial modern (Fakih,
2000 ). Meski terdapat perbedaan dalam mendefinisikan pembangunan namun secara
umum pembangunan dapat didefinisikan sebagai perubahan (change).
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan
dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi.
Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana
pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara kese
-luruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut
mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar
belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda
pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.
Teori pembangunan mengerucut pada dua buah teori besar, yaitu teori
modernisasi dan teori dependensi. Teori Modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu
teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis
menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang
disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan
pambangunan mensyaratkan adalah dengan adanya perubahan sikap mental
penduduk negara berkembang. Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat
nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan
perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar yang menjadi landasan
teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.
Teori dependensi bertitik tolak dari pemikiran Marx tentang kapitalisme dan
konflik kelas. Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa
kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab
kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor
produksi menyebabkan eksploitasi terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses.
Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan
merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat
tanpa kelas.
2.3.3. Teori Perencanaan
Perencanaan adalah bentuk pendefinisian masalah ke dalam cara-cara yang
dapat diterima untuk melakukan tindakan atau mengintervensi suatu kebijakan
(Friedmann, 1987). Dalam perkembangannya, ternyata teori perencanaan tidak dapat
berdiri sendiri untuk merespon kejadian-kejadian tak terduga tersebut. Teori
perencanaan membutuhkan kontribusi disiplin ilmu lain sebagai modal observing sekaligus media penjelas, seperti; ilmu sosial, matematika, lingkungan, civil engineering, arsitektur dan lain-lain. Penyerapan substansi metode dari disiplin ilmu lain sering disebut sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal dengan theory in planning. Sementara teori perencanaan disebut sebagai teori
Teori-teori yang mendasari ilmu perencanaan terus dibangun dan mengalami
proses panjang untuk mengenali wujud aslinya. Meskipun dijumpai kategorisasi teori
perencanaan ke dalam 2 (dua) kategori besar (Minett, 1972 dalam Faludi, 1973), yakni:
theory of planning dan theory in planning, kategori tersebut sama sekali belum menjawab positioning dari theory planning sendiri. Kalaupun theory in planning mencoba mendudukan posisi planning dalam kesetaraan dengan ilmu lain, lalu berapa
besarkah produktivitas theory in planning dibandingkan kontribusinya dengan kategori theory of planning ?.
Dalam praktek, seharusnya tidak dipisahkan antara theory of planningdantheory in planning. Justru diharapkan keduanya akan membentuk suatu kolaborasi yang oleh Faludi (1973) disebut sebagai perencanaan efektif. Posisi teori perencanaan yang
berada pada domain publik memaksa adanya kolaborasi ini. Walau bagaimanapun
seorang ahli perencana tidak mungkin menguasai berbagai disiplin ilmu secara detail, ia
harus didukung oleh ahli disiplin ilmu lain.
Ruang lingkup teori perencanaan berkaitan dengan gagasan dan argumentasi
yang berkaitan dengan bagaimana melakukan perencanaan. Perencanaan umum
merupakan penerapan moda ‘Comprehensive Planning’ sebagai upaya untuk meninjau
secara menyeluruh terhadap keseluruhan aspek yang perlu diatur didalam tata ruang.
Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arahan akhir
yang hendak dituju, dan untuk menterpadukan berbagai hal yang terkait dengan
perencanaan tata ruang. Berdasar pada pendekatan ‘Social Learning’, tindakan
perencanaan yang dilakukan adalah dengan memperkuat keberdayaan masyarakat,
Mengingat pendekatan yang digunakan bersifat sektoral, atau inkremental, khususnya
hanya melihat masalah hanya dari pendekatan perencanaan fisik, maka dapat
diprediksikan bahwa hasil dari perencanaan akan tidak tercapai secara maksimal.
Karena untuk masalah tersebut, dibutuhkan pendekatan menyeluruh.
2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dengan Pembangunan
Berdasarkan pengertian dari proses perencanaan dan proses pembangunan di
atas, dapat dirumuskan beberapa perbedaan, yaitu:
Variabel Pembeda Perencanaan Pembangunan
Pengertian Proses untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu dengan memanfaatkan sumberdaya
Merupakan action dari perencanaan
Dasar tujuan Didasari tujuan dan sasaran tertentu
Didasari suatu perencanaan
Sifat Biasanya bersifat Non Fisik Biasanya bersifat Fisik Alat yang digunakan Penggunaan berbagai metode
sebagai alat analisis
Rangkaian kegiatan dan aktifitas yang dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwaTeori bersifat abstrak, yang melandasi, menjadi
pedoman dan digunakan sebagai pendekatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
bersifat praktis. Manfaat teori dalam tindakan perencanaan, adalah untuk menjelaskan
fenomena, menjadi landasan berpikir, dan meramalkan perencanaan.
Pembangunan adalah hasil atau output dari adanya suatu perencanaan,
lapangan, banyak sekali pembangunan yang tidak sesuai dengan perencanaannya.
Apa yang terjadi dalam kenyataannya bukan hasil dari perencanaan, namun karena
suatu mekanisme pasar, dalam hal ini perencanaan mempunyai fungsi mengarahkan
pembangunan agar sesuai dengan tujuan utamanya. Kegiatan perencanaan perlu
dilakukan sebagai jaminan bagi terlaksananya proses transformasi tersebut melalui
kegiatan pengendalian arah pembangunan sesuai tujuan yang diharapkan.
2.4. Teori – Teori Klasik Tentang Perencanaan Pembangunan
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad ke 19 yaitu
dimasa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya
perkembangan ekonomi.Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut
alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan
teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih
cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan
perekonomian akan mengalami kemacetan.
Menurut aliran ini bahwa meningkatnya tingkat keuntungan akan mendorong
perkembangan investasi dan investasi (pembentukan capital ) akan menambah volume
persediaan capital (capital stock). Keadaan ini akan memajukan tingkat teknologi dan
memperbesar jumlah barang yang beredar sehingga tingkat upah naik, yang berarti
meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk. Tingkat kemakmuran akan mendorong
bertambahnya jumlah penduduk sehingga mengakibatkan berlakunya hukum
Pendapat para tokoh teori aliran klasik antara lain :
1. ADAM SMITH (Teori Pembangunan Adam Smith)
Adam Smith (1723-1790) bapak dari ilmu eknomi modern yang terkenal dengan
teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga
suatu barang. Bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations
(1776) yang terkenal dengan bukuWealth of Nations yang tema pokoknya mengenai
bagaimana perekonomian itu tumbuh.
Adam Smith melihat proses pertumbuhan ekonomi itu dari dua segi yaitu pertumbuhan
output (GNP) total, dan pertumbuhan penduduk. Pembagian kerja merupakan titik
permulaan dari teori pembangunan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan daya
produktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan:
1. Meningkatnya keterampilan pekerja;
2. Penghematan waktu dalam memproduksi barang; dan
3. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga
Pertumbuhan Output Total
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu:
Sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi “tanah”) Sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)
Stok barang modal yang ada.
Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling
perekonomian.Maksudnya, jika sumberdaya ini belum digunakan sepenuhnya, maka
jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam
pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua
sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Sumberdaya insani jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses
pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif
menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan
output. Jumlah dan fingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok
modal (sampai “batas maksimum” dari sumber alam).
Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tak
langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan modal
(sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh talk
langsung maksudnya adalah pening¬katan produktivitas per kapita yang dimungkinkan
oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin besar
stok modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan
pembagian kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.
Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa menghasilkan pertumbuhan output,
menurut Smith, karena spesialisasi tersebut bisa meningkatkan ketrampilan setiap
pekerja dalam bidangnya dan pembagian kerja bisa mengurangi waktu yang hilang
penunjang penting dibalik proses akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output
yaitu:
Makin meluasnya pasar, dan
Adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.
Menurut Smith, potensi pasar akan bisa dicapai secara maksimal jika, dan hanya
jika, setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan
pertukaran dan melakukan kegiatan ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi perlu dilakukan pembenahan dan penghilangan peraturan-peraturan,
undang-undang yang menjadi penghambat kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik
antara warga masyarakat di suatu negara maupun antara warga masyarakat
antarnegara.Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan penganjur
laissez-faire dan free trade.
Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan yang memadai.Tingkat
keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar. Jika pasar tidak tumbuh secepat
pertumbuhan modal, maka tingkat keuntungan akan segera merosot, dan akhirnya
akan mengurangi gairah para pemilik modal untuk melakukan akumulasi modal.
Menurut Adam Smith, dalam jangka panjang tingkat keuntungan tersebut akan
menurunkan dan pada akhirnya akan mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi
stasioner perekonomian tersebut.
Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkatjika tingkat upah yang
berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk
umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya
jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah
penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-menarik
antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan
meningkat jika permintaan akan tenaga kerja (D) tumbuh lebih cepat daripada
penawaran tenaga kerja (S).
Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan
tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga
kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju
pertumbuhan output.
Kritik terhadap Teori Adam Smith
Seperti digambarkan di muka, teori Adam Smith ini telah memberikan
sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi
dan faktor-faktor apa yang dapat menghambatnya.Namun demikian, ada beberapa
kritik terhadap teori Adam Smith antara lain:
Pembagian Kelas dalam Masyarakat
Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di
Inggris dan di beberapa negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya
pembagian masyarakat secara tegas yaitu antara golongan kapitalis
(termasuk tuan tanah) dan para buruh. Padahal dalam kenyataan¬nya,
masyarakat modern. Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peranan
kelas menengah dalam mendorong pembangunan ekonomi.
Alasan Menabung
Menurut Smith orang yang dapat menabung adalah para kapitalis, tuan
tanah, dan lintah darat. Namun ini adalah alasan yang tidak adil, sebab tidak
terpikir olehnya bahwa sumber utama tabungan di dalam masyarakat yang
maju adalah para penerima pendapatan, dan bukan kapitalis serta tuan
tanah.
Asumsi Persaingan Sempurna
Asumsi utama teori Adam Smith ini adalah persaingan sempurna.Kebijakan
pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan di dalam
perekonomian manapun.Sejumlah kendala batasan malahan dikenakan pada
sektor perorangan (misalnya larangan monopoli) dan perdagangan
internasional (misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.
Pengabaian Peranan Entrepreneur
Smith agak mengambaikan peranan entrepreneur dalam
pembangunan.Padahal para entrepreneur ini mempunyai peranan yang
sentral dalam pembangunan.Mereka inilah yang menciptakan inovasi dan
pada akhirnya menghasilkan akumulasi modal.
Asumsi Stasioner
Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah kead aan
keseimbangan tersebut. Padahal dalam kenyataannya proses pembangunan
itu seringkali terjadi teratur dan tidak seragam. Jadi asumsi ini tidak realistis.
2. DAVID RICARDO
Teori Ricardian, David Ricardo, Garis besar proses pertumbuhan dan
kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.
Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa
bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan
suatu masyarakat.Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang
berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun
1917.Proses Pertumbuhan Sebelum membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari
Ricardo, terlebih dulu kita coba untuk mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai
berikut:
Jumlah tanah terbatas
Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah
= natural wage)
Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik
mereka melakukan investasi.
Sektor pertanian dominan.
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja)
akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan
istilah the law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada
tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah,
maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan
menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan
menekankan tingkat upah ke bawah.
Proses yang dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai
tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah
alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah
akan naik lagi sampai tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk
konstan.Jadi dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu
kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah
minimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing returns.
Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah
cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat
bekerjanya the law of diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat
pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses
pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses
tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara:
the law of diminishing returns dan kemajuan teknologi
Sayangnya, proses tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of
diminishing returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah
(sumbersdaya alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu
negara hanya bisa tumbuh dampai batas yang dimungkinkan oleh sumberdaya
alamnya. Apabila semua potensi sumberdaya alam telah dieksploitir secara penuh
maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai posisi stasionernya,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
tingkat output konstan jumlah penduduk konstan
pendapatan per kapita juga menjadi konstan tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal) tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal akumulasi modal berhenti (stok modal konstan) tingkat sewa tanah yang maksimal.
Kritik terhadap Teori Ricardo
Pengabaian Pengaruh Kemajuan
Teknologi Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan
mengakibatkan penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi tersebut
dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing returns, tetapi akhirnya pengaruh
kemajuan teknologi tersebut habis dan perekonomian menuju ke arah stasioner.
Kenyataannya kenaikan produksi pertanian yang sangat pesat di negara-negara maju
dalam menahan laju berlakunya the law of diminishing returns dari faktor produksi
tanah.
Pengertian yang Salah tentang Keadaan Stasioner
Pandangan Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis
adalah tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan
stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi modal
terjadi.
Pengabaian Faktor-faktor Kelembagaan
Salah satu kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan
faktor-faktor kelembagaan.Faktor-faktor-faktor ini diasumsikan secara tertentu.Meskipun demikian,
faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan.
Teori Ricardo bukan Teori Pertumbuhan
Menurut Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi tetapi teori
distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik
modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat utama, dan
sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan modal. Ricardo gagal menunjukkan teori
distribusi fungsional karena ia tidak menentukan pangsa dari masing-masing faktor
produksi secara terpisah
.Pengabaian Suku Bunga
Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah pengabaian suku bunga dalam
pertumbuhan ekonomi. la tidak menganggap suku bunga sebagai imbalan jasa yang
ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dari pengusaha (entrepreneur).
3. THOMAS ROBERT MALTHUS Teori Pembangunan Malthus
Bukunya Principles of Political Economy pada tahun 1820 yang terkenal dengan
teori kependudukan, kemudian di keluarkan teori tentang pembangunan ekonomi
dalam bukunya The Progress of Wealth pada tahun yang sama. Malthus tidak
menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya.
Malthus lebih menitikkan perhatian kepada perkembangan kesejahteraan suatu
negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan
kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan itu tergantung kepada kuantitas produk
yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi dihasilkan oleh nilai produk itu
sendiri
Saran yang diajukan oleh Malthus untuk meningkatkan pembangunan ekonomi :
Pertumbuhan yang berimbang.
Di dalam sistem Malthus perekonomian dibagi menjadi sektor:pertanian dan
industri. Kemajuan teknologilah di kedua sektor itu yang dapat mambawa kepada
pembangunan ekonomi
Menaikkan permintaan efektif.
Selain kemajuan teknologi untuk mendorong pembangunan ekonomi juga harus
diimbangi dengan meningkatnya permintaan efektif:
Permintaan efektif dapat ditingkatkan melalui perluasan perdagangan internal dan eksternal.
Hal ini dikarenakan perdagangan akan meningkatkan keinginan, hasrat, dan
selera untuk mengkonsumsi yang sasarannya untuk menjaga harga di pasar
komoditi;
Mempertahankan konsumen tidak produktif untuk meningkatkan permintaan efektif
Kelemahan teori Malthus
Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal Pandangan negatif terhadap akumulasi modal
Komoditi tidak dipertukarkan dengan komoditi secara langsung Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan
Dasar tabungan bersisi satu
2.5. Jenis jenis teori perencanaan
2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori Perencanaan
Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri
sebagai akibat adanya respon industrialisasi dan urbanisasi. Degradasi lingkungan
yang terjadi membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi Hal ini merupakan
sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri
telah menciptakan kota-kota industri baru yang sebelumnya tidak ada yaitu terjadi
menjadi kepentingan yang sangat besar bagi buruh, karena penduduk yang pindah dari
desa ke kota tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial
dan teknis untuk hidup di kota. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick
Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal
yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.
Gambar 2.1. Diagram teori-teori perencanaan INDUSTRI
DEGRADASI SOSIAL POLITIK,SOSIAL EKONOMI, SOSIAL BUDAYA REVOLUSI INDUSTRI
REFORMASI POLITIK REVORMASI SOSIAL REVORMASI LINGKUNGAN
Teori Pengambilan Keputusan
Teori Komunikasi New Urbanism
Teori Pembagian Kekuasaan
Just The City Regionalism
Political Economy Advokasi Teori Pertumbuhan Pusat Kota Teori lokasi Comunicative Model Sosialime Ekstreem Perkembangan Pusat Kota Sosialisme Development Machine Liberialisme Partisipasi Historialisme Teori Ksepakatan Neightboarhood Unit Historialisme Modernism
2.5.2. Perkembangan dan konsep teori perencanaan
Kota merupakan sebatas wilayah yang dihuni sekumpulan orang dan memiliki
pemerintahan sendiri. Massa, wilayah, dan pemerintahan harus ada untuk dapat
mengenali kota. Ketiganya memiliki keterikatan yang sangat kuat sehingga tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjadinya interaksi antar manusia
dalam memenuhi kebutuhan akan hak dan kewajibannya. Dewasa ini, kota telah
bertransformasi menjadi lebih kompleks seiring dengan perkembangan kehidupan
manusia. Kota tidak hanya sekedar sebuah wilayah tempat berkumpulnya satu
komunitas saja, tetapi sifatnya meluas menjadi pertemuan beberapa area dalam
sebuah kemajemukan yang saling berkait. Oleh karena itu, dibutuhkan seperangkat
aturan yang dapat mengatur kota agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya. Sebegitu
pentingnya aturan tersebut sehingga mendorong tumbuhnya satu cabang pengetahuan
baru yang biasa disebut perencanaan kota (urban planning). Dalam dimensi masa,
tahapan perkembangan kota baru dapat dibagi menjadi:
1) Perencanaan Pra Revolusi Industri
Banyak kota di jaman kuno atau abad pertengahan direncanakan oleh penguasa
atau kelompok pedagang; dan di antara kelompok ini, banyak yang memiliki rencana
formal dengan unsur keteraturan geometris yang kuat. Perkembangan terbesar dari
perencanaan kota formal sebelum Revolusi Industri adalah di abad 17 dan 18 yang
menghasilkan karya terbaik rancangan arsitektur seperti rekonstruksi Roma sepanjang
akhir abad 16 dan awal abad 17 dan lain sebagainya. Sejarah perencanaan kota
tersebut penting bagi perencana untuk memahami bagaimana generasi sebelumnya
Dalam arti yang hakiki, kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi
kuno dan kemudian pada masa abad pertengahan dan masa peralihan (Renaissance)
di Eropa. Beberapa pemukiman lama yang dapat dicontohkan sebagai kota baru pada
masa Yunani, seperti kota yang terdapat di sepanjang mediterania sampai ke
kota-kota yang didirikan bangsa Romawi di Mesopotamia dan Afrika Utara. Pada abad
pertengahan,misalnya kota-kota wilayah Andalusia (Spanyol) seperti di Granada,
Sevilla, dan wilayah Baghdad. Pada abad peralihan, misalnya kota-kota di sepanjang
Lembah Garonne di Perancis. Masa menjelang revolusi industri di Eropa Barat, seperti :
pembangunan kota baru di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia,
Washington DC, Pullman, Illinois dan Philadelphia.
Peradaban Mesopotamia, Harappa, dan Mesir kuno merancang kota-kotanya
dengan sangat cermat. Sisa-sisa peninggalan kota kuno dari 3000 tahun sebelum
masehi tersebut telah dipelajari oleh para ilmuwan. Penemuan menunjukkan bahwa
kota-kota tersebut telah direncanakan dengan sangat baik oleh penduduknya. Tata
guna lahan diperhatikan dengan melakukan pembagian-pembagian sesuai zona dan
strata sosial di masyarakat. Jalur-jalur penghubung antar lokasi dibuat dengan pola
terkotak-kotak (grid). Kota-kota tersebut bahkan sudah mengembangkan sistem awal
sanitasi berupa selokan-selokan terstruktur sebagai drainase kota.
Kemudian bangsa Yunani dan Romawi kuno juga menerapkan rancangan kota yang
serupa. Sepetak wilayah dibagi-bagi menjadi blok-blok terukur dengan pembagian
fungsi yang berbeda. Kota-kota tersebut pada umumnya berbentuk persegi dengan
pembagian grid persegi juga. Dibuat pula jalur-jalur diagonal dari keempat sisi kota agar
seperti ini sengaja dikembangkan untuk kenyamanan publik dan kepentingan militer.
Skema tersebut masih dapat disaksikan di kota Turin dan banyak kota-kota kuno di
eropa lainnya.
Karakteristik kota yang dibangun sejak masa Romawi kuno hingga akhir
Renaisanse adalah digunakannya benteng sebagai alat pertahanan kota. Secara
otomatis, perkembangan kota mengikuti bentuk benteng tersebut. Pusat kota biasanya
berupa pusat pemerintahan, militer, atau sosial yang di kelilingi oleh pemukiman
penduduk yang berada dalam benteng utama. Pemukiman ini biasanya didiami oleh
anggota keluarga para bangsawan ataupun penguasa kala itu yang sangat dijaga
keamanannya. Area di luar benteng utama biasanya digunakan untuk pemukiman
penduduk biasa, area perdagangan, dan lahan persawahan. Skema seperti ini banyak
ditemui di kota-kota lama di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia.
2) Revolusi Industri
Pada abad 18 terjadi industrialisasi di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Dampak
buruk industrialisasi telah mengakibatkan warga Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk
peduli dengan lingkungan binaan. Revolusi industri selain menghasilkan penemuan
teknologi baru juga memunculkan fenomena baru yaitu kota industri baru yang
sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari daerah pertanian
ke daerah industri. Penduduk yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang
industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di kota. Meski industri di