1 1
I.
I. Konsep Dasar PenyakitKonsep Dasar Penyakit A.
A. DefinisiDefinisi
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
dapat berujung pada kematian.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok penyakit kompleks dan heterogen
penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebabyang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
pernafasan (hidung, (hidung, pharing pharing dan dan laring) laring) mengalami mengalami inflamasi inflamasi yangyang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
1991; 1418).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai beriku
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
beserta organ organ adneksanya adneksanya seperti seperti sinus-sinus, sinus-sinus, rongga rongga telinga telinga tengah tengah dandan pleura.
pleura. ISPA ISPA secara secara anatomis anatomis mencakup mencakup saluran saluran pernafasan pernafasan bagian bagian atas,atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
beberapa penyakit penyakit yang yang dapat dapat digolongkan digolongkan dalam dalam ISPA ISPA proses proses ini ini dapatdapat berlangsung lebih dari 14 hari.
berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan
pernafasan yang yang mengandung mengandung kuman kuman yang yang terhirup terhirup oleh oleh orang orang sehatsehat (Depkes RI, 2012).
(Depkes RI, 2012).
Infeksi saluran pernafasan adalah mulai dari infeksi respiratori atas Infeksi saluran pernafasan adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Sedangkan pengertian akut adalah dan adneksanya hingga parenkim paru. Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari (Nastiti, 2008).
infeksi yang berlangsung hingga 14 hari (Nastiti, 2008).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan (Wong,D.L,2003:458).
B.
B. EtiologiEtiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, danKorinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Pertusis, danKorinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang
bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnyatubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab
penyebab terbesar terbesar dari dari sindroma sindroma batuk batuk rejan, rejan, bronkiolitis bronkiolitis dan dan penyakitpenyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).
atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya
penyebabnya antara antara lain lain dari dari genus genus streptokokus, streptokokus, stafilokokus,stafilokokus, pnemokokus,
pnemokokus, hemofilus, hemofilus, bordetella, bordetella, dan dan korinebacterium. korinebacterium. VirusVirus penyebabnya
penyebabnya antara antara lain lain golongan golongan mikovirus, mikovirus, adenovirus, adenovirus, koronavirus,koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidu
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan. FaKtor Pencetus ISPA
FaKtor Pencetus ISPA 1.
1. UsiaUsia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2.
2. Status ImunisasiStatus Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan deng
baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkapan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.. 3.
3. LingkunganLingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
besar dan dan asap asap rokok rokok dapat dapat menyebabkan menyebabkan timbulnya timbulnya penyakit penyakit ISPAISPA pada anak.
pada anak.
Faktor Pendukung Penyebab ISPA Faktor Pendukung Penyebab ISPA
1.
1. Kondisi EkonomiKondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berkepanjangan berdampak berdampak peningkatan peningkatan penduduk penduduk miskin miskin disertaidisertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif
terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA. Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin
C. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419)
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis antara lain :
a. Batuk
b. Bersin dan kongesti nasal
c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung d. Sakit kepala
e. Demam
f. Malaise (Corwin, 2008)
Menurut Suyudi,2002 gejala ISPA adalah sebagai berikut : a. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
b. Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2) Suhu lebih dari 390C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak 5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga 6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.
c. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah 5) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6) Nadi lebih cepat dari 60x/menit
7) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas 8) Tenggorokan berwarna merah
D. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : 1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
E. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan menempel pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi
imun menurun dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang kemudian terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang mengakibatkan aliran darah meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda kemerahan pada faring mengakibatkan hipersensitifitas meningkat dan menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya adalah kalor, yang mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan menyebabkan hipertermi yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang kemudian mengalami dehidrasi. Tumor, adanya pembesaran pada tonsil yang mengakibatkan kesulitan dalam menelan yang menyebabkan intake nutrisi dan cairan inadekuat. Fungsiolesa, adanya kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan sehingga meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus meningkat yang menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga
menimbulkan sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Sylvia, 2005).
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
F. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah 1. Meningitis
2. OMA 3. Mastoiditis 4. Kematian
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui
dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah : a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi
penyaluran sekret.
b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
G. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
H. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut : Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. • Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. • Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
- Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari - Meningkatkan makanan bergizi
- Bila demam beri kompres dan banyak minum
- Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
- Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
- Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
a. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberianmultivitamin dll.
b. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
I. Pencegahan
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
ISPA adalah:
a. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
1) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
2) Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
3) Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
4) Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi
atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
5) Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan. ( Dinkes DKI,2005).
b. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT . Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit. Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Depkes RI, 2002).
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak
mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).
d. Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
a. Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
b. Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009). c. Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah
anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama
Demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
e. Riwayat sosial
Lingkungan tempat tinggal klien
c. Pemeriksaan a. Aktivitas/istirahat Gejala : - Kelemahan, kelelelahan - Insomnia Tanda ; - Letargi
- Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis
Tanda :Takikardia,Penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : Banyakya stressor, masalah finansial
d. Makanan/Cairan Gejala :
Kehilangan nafsu makan,mual/muntah Tanda :
- Distensi abdomen - Hiperaktif bunyi usus
- Kulit kering dengan turgor buruk - Penampilan kakeksia(malnutrisi)
e. Neurosensori
Gejala :Sakit kepala daerah frontal (influnza) Tanda :Perubahan mental (bingung, samnolen )
f. Nyeri/kenyamanan Gejala :
- Sakit kepala
- Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal(influenza)mialgia,artralgia, nyeri tenggorokan
g. Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret. Tanda :
- Adanya sputum atau sekret
- Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi
- Bunyi nafas :menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat , atau nafas yang bronkhial
- Warna :pucat atau sianosis bibir/kuku
h. Keamanan
Gejala : Demam (mis :38,5-39,76oC) Tanda :
- Berkeringat
- Menggigil berulang, gementar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Biasanya ibu
mengatakan bahwa anaknya tampak lemah, sesak nafas, dan batuk DO : - Biasanya anak tampak lemah - Batuk - Terdapat mucus - Suara nafas, biasa
terdapat wheezing, stridor, crackles - Anak susah bernafas Peningkatan produksi sekret
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. DS : Biasanya ibu
mengatakan bahwa anaknya tampak
lemah, susah bernafas, dan batuk DO : - Biasanya anak tampak lemah - Dispnea / sesak nafas
Sesak nafas Gangguan pertukaran gas
- GDA abnormal - Batuk
- Terdapat mucus
3. DS : Biasanya ibu mengatakan bahwa anaknya merasa sakit pada tenggorokan DO : - Biasanya anak tampak meringis - Terdapat inflamasi pada membrane mukosa dan tonsil
Inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Nyeri akut
4. DS : Biasanya ibu mengatakan bahwa anaknya tampak lemah dan tidak nafsu makan DO : - Biasanya anak tampak lemah - Anak makan sedikit
- Anak tidak nafsu
anoreksia Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
makan
- Anak merasa nyeri di laring dan tonsil saat menelan
makanan
5. DS : Biasanya ibu
mengatakan bahwa bahwa badan anaknya panas DO : - Biasanya anak tampak lemah - Hipertermi - Demam Invasi mikroorganisme Hipertermi 6. DS : Biasanya ibu mengatakan bahwa anaknya tampak lemah dan pucat
DO :
- Biasanya anak tampak lemah - Biasanya anak
tampak pucat - Turgor kulit buruk - Kulit tampak
kering
Hipertermi Kekurangan volume cairan
7. DS : Biasanya ibu
mengatakan bahwa anaknya merasa tekit dengan tindakan DO : - Biasanya anak tampak cemas - Biasanya anak tampak takut - Biasanya anak menangis Dampak hospitalisasi ansietas C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas
3. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme 6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi 7. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
D. Nursing Care Planning (NCP) No Diagnosa Keperawatan NOC (Nursing Outcome) NIC (Nursing Intervention Clasification) 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... diharapkan bersihan jalan nafas efektif
- Respiratory status : Ventilation - Respiratory status : Airway
patency
Kriteria hasil :
Indikator IR ER 1. Mendemonstrasi
kan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips) 2. Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak
NIC :
Airway Suction
1.Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
2.Monitor status oksigen pasien
3.Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning 4.Informasikan pada klien
dan keluarga tentang suctioning
5.Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. 6.Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
7.Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
8.Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dan
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)Mamp u mengidentifikasi kan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan
nasotrakeal
9.Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll
Airway Management
1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Monitor respirasi dan status O2
3. Posisikan anak untuk memaksimalkan ventilas
4. Identifikasi anak perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan 5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu 6. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Keluarkan sekret dengan suctionAtur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi
-
Respiratory Status : Gasexchange
-
Respiratory Status : ventilation-
Vital Sign StatusKriteria hasil : Indikator IR ER 1. Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Paru paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan
3. Suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu, mampu
Respiratory Monitoring 1. Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea 6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
bernafas dengan mudah
4. Tanda tanda vital dalam rentang normal Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan
dan suara tambahan 8. Tentukan kebutuhan
suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Airway Management
1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Monitor respirasi dan status O2
3. Possikan bayi untuk memaksimalkan
ventilas
4. Identifikasi bayi perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan 5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan suctionAtur intake untuk cairan mengoptimalkan
3. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... diharapkan masalah nyeri dapat teratasi
- Pain Level, - Pain control - Comfort level Kriteria hasil : Indikator IR ER 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau
7. Bantu pasierl dan keluarga untuk
mencari dan
frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
0. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
1. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi 2. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi 3. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri 4. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 5. Tingkatkan istirahat 6. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
0. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala 4. Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . . .
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
-
Nutritional Status : food andFluid Intake
-
Nutritional Status: nutrientIntake
-
Weight control Kriteria hasil Indikator IR ER 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batasnormal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit 8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar
dengan tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi 5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan 6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2.Keluhan berat 3.Keluhan sedang 4.Keluhan ringan 5.Tidak ada keluhan
Hb, dan kadar Ht 11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake nutrisi
14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral. 15. Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 3. Berikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
4. Elevasikan kepala bayi Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip gravitasi dengan
dari kepala bayi Berikan makanan dengan suhu ruangan Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien. 5. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama... diharapkan masalah hipertermi teratasi
Thermoregulation Kriteria hasil : Indikator IR ER 1. Suhu tubuh dalam rentang normal
Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri 4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada
perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan
sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru 9. Monitor pola
pernapasan abnormal 10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital sign
Fever treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
tingkat kesadaran
6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
7. Monitor intake dan output
8. Selimuti pasien
9. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila 10. Tingkatkan sirkulasi
udara
11. Lakukan tapid sponge 12. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
13. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas 14. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dan kedinginan 15. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
16. Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
18. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam 19. Kolaborasi pemberian cairan intravena 20. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil 21. Temperature regulation 22. Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
Temperature Regulation (Pengaturan Suhu)
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti bayi untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada keluarga cara mencegah keletihan akibat panas 9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dan kedinginan 10. Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan pananganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu 6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . . . diharapkan
Kekurangan volume cairan teratasi
-
Fluid balance-
Hydration-
Nutritional Status: Food andFluid Intake
Fluid Management
1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan
2. Monitor vital sign 3. Monitor masu kan
Kriteria hasil : Indikator IR ER 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, 2. Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan 4. Orientasi
terhadap waktu dan tempat baik 5. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal 6. Elektrolit, Hb,
makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
4. Monitor status nutrisi 5. Timbang
popok/pembalut jika di perlukan
6. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
7. Kolaborasikan
pemberian cairan IV 8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral 10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk membantu pemberian ASI 12. Kolaborasi dengan dokter Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Hmt dalam batas normal
7. pH urin dalam batas normal 8. Intake oral dan
intravena adekuat Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan
3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit 4. Monitor tanda vital 5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan 7. monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
8. Dorong pasien untuk menambah intake oral 9. Pemberian cairan IV 10. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
7. Ansietas berhubungan
dengan dampak hospitalisasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . . .
diharapkan kecemasan teratasi
-
Anxiety self-control-
Anxiety level-
Coping Kriteria hasil : Indikator IR ER Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelasharapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
stres
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. 2. Mengidentifikasi ,mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal. 4. Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivfitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. Keterangan : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringa 5. Tidak ada keluhan
memberikan keamanan dan mengurangi takut 6. Dorong keluarga untuk
menemani anak 7. Lakukan back / neck
rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Dorong ibu / keluarga klien mensufort
anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien.
14. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu
berperan serta merawat anaknya
15. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien 16. Anjurkan keluarga
yang lain mengunjungi klien
17. Berikan mainan sesuai kesukaan klien
dirumah
18. Berikan obat untuk mengurangi
DAFTAR PUSTAKA
Asril Aminullah & Arwin Akib. Penyakit membran Hialin, dalam Markum (editor), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler . EGC : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut untuk penanggulangan pneumonisa pada Balita: Jakarta.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Gordon,et.al,2006, Nursing Diagnoses : definition & Classification 20052006,Philadelpia,USA.
Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:P ediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama.
Naning R,2006, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Soegijanto, S (2007). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan .Jakarta: Salemba medika
Suriadi,Yuliani R,2005, Asuhan Keperawatan pada Anak ,CV sagung Seto,Jakarta Susanti, Nurlaili. 2012. Efektivitas Kompres Dingin dan Hangat Dalam
Penatalaksanaan Demam. Jurnal Sainstis. Volume 1, Nomor 1 , April – September 2012 ISSN: 2089-0699
Susilo, Wawan. 2012. ISPA. [cited 18 Februari 2013). Available from: http://id.scribd.com/doc/111347924/Ispa