• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP ISPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP ISPA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

1.

1. DefinisiDefinisi

ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau

saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).berurutan.(Nelson,edisi 15).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung  paru,

 paru, beserta beserta organ-organ organ-organ disekitarnya disekitarnya seperti seperti : : sinus, sinus, ruang ruang telinga telinga tengah tengah dan dan selaputselaput  paru.

 paru.

2.

2. EtilogiEtilogi a.

a. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteriBakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.  b.

 b. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yangBiasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.

kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. c.

c. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA. d.

d. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA padaBeberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

lingkungan. e.

e. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yangISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

3.

3. PatofisiologiPatofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat  pada

 pada permukaan permukaan saluran saluran nafas nafas bergerak bergerak ke ke atas atas mendorong mendorong virus virus ke ke arah arah faring faring atauatau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus

(2)

merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).

1983 dalam DepKes RI, 1992).

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : a.

a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reakTahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reak si apa-apasi apa-apa  b.

 b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuhTahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. c.

c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demamTahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.

dan batuk. d.

d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuhTahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

4.

4. Manifestasi KlinisManifestasi Klinis a.

a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:

 BatukBatuk 

  Nafas cepat Nafas cepat 

 BersinBersin 

 Pengeluaran sekret atau lendir dari hidungPengeluaran sekret atau lendir dari hidung 

  Nyeri kepala Nyeri kepala 

 Demam ringanDemam ringan 

 Tidak enak badanTidak enak badan 

 Hidung tersumbatHidung tersumbat 

 Kadang-kadang sakit saat menelanKadang-kadang sakit saat menelan

 b.

 b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPATanda-tanda bahaya klinis ISPA

 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksiPada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

grunting expiratoir dan wheezing.

 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi danPada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest. cardiac arrest.

 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

 papil bendung, kejang dan coma.  papil bendung, kejang dan coma.

(3)

 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.

 Kultur : Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang

menyebabkan faringitis.

 Biopsi : Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,

dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung.

 Pemeriksaan pencitraan

Termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi.

6. Penatalaksanan

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan  penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan o bat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

a) Pencegahan dapat dilakukan dengan :

 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.  Immunisasi.

 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.  Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

 b) Prinsip perawatan ISPA antara lain :

 Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari  Meningkatkan makanan bergizi

(4)

 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan

yang bersih

 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.  Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih

menetek

c) Penatalaksanaan Medis

 Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari atau

sesuai yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.

 Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri.

7. Komplikasi

SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : sinusitis paranosal, penutupan tuba eustac hii, laryngitis, tracheitis, bronchitis, dan  brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas

A. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal  pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan,

agama, alamat, dan lain-lain.  b. Riwayat Kesehatan

 Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, b adan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

 Riwayat penyakit dahulu

Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini

(5)

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

 Riwayat social

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat  penduduknya

c. Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.  Tanda vital :

- Kepala :

Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala

- Wajah :

Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak. - Mata :

Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan - Hidung :

Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman - Mulut :

Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.

- Leher :

Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena  jugularis

- Thoraks :

Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

(6)

 Inspeksi

- Membran mukosa- faring tamppak kemerahan - Tonsil tampak kemerahan dan edema

- Tampak batuk tidak produktif - Tidak ada jaringan parut dan leher

- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung

 Palpasi

- Adanya demam

- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

 Perkusi

Suara paru normal (resonance)

 Auskultasi

Suara nafas terdengar ronchi pada kedua sisi paru

 Abdomen :

Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat n yeri tekan  pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus,

apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.

 Genitalia :

Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.

 Integumen :

Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.

 Ekstremitas atas :

(7)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas  b. Ketidakefektifan Pola Nafas

c. Gangguan pertukaran gas

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh e. Hipertermi

f.  Nyeri akut

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Definisi 

 :

Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran

 pernafasan u/

mempertahankan kebersihan  jalan nafas.

Batasan K arakteristik:

 Dispneu, Penurunan suara

nafas

 Orthopneu  Cyanosis

 Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)

 Kesulitan berbicara

 Batuk, tidak efekotif atau

tidak ada  Mata melebar  NOC:  Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Aspiration Control

Tujuan dan Kriteria Hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bersihan jalan napas tidak efektof teratasi/  berkurang dgn indicator :

 Mendemonstrasikan

 batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada  pursed lips)

 NIC

Airway Manajemen

1. Monitor status oksigen  pasien

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

4. Minta klien nafas dlm sebelum suction dilakukan. 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

6. Gunakan alat yg bersih atau steril sitiap melakukan tindakan

7. Hentikan suksion dan  berikan oksigen apabila  pasien menunjukkan

(8)

 Produksi sputum  Gelisah

 Perubahan frekuensi dan

irama nafas

F aktor - F aktor yang

berhubungan:

 Lingkungan : merokok,

menghirup asap rokok,  perokok pasif-POK,

infeksi

 Fisiologis : disfungsi

neuromuskular,

hiperplasia dinding  bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

 Obstruksi jalan nafas :

spasme jalan nafas, sekresi tertahan,  banyaknya mukus, adanya  jalan nafas buatan, sekresi  bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

 Menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frek pernafasan dlm rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

 Mampu

mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

 bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

8. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

9. Monitor respirasi dan status O2

10.Identifikasi pasien  perlunya pemasangan alat  jalan nafas buatan

11.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan

12.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jawthrust bila perlu 13.Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi 14.Lakukan fisioterapi dada

 jika perlu

15.Keluarkan sekret dengan  batuk atau suction

16.Berikan bronkodilator bila  perlu

HE

17.Ajarkan keluarga  bagaimana cara melakukan

suksion

18.Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

(9)

setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

19.Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

2. Ketidakefektifan Pola Nafas

Definisi 

inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat

Batasan Karakteristik 

 Penurunan kapasitas vital  Penurunan tekanan

inspirasi

 Penurunan tekanan

ekspirasi

 Perubahan gerakan dada   Napas dalam

  Napas cuping hidung  Fase ekspirasi yang lama  Penggunaan otot-otot

 bantu untuk bernapas

F aktor yang berhubungan

 Posisi tubuh

 Deformitas dinding dada  Kerusakan kognitif  Kerusakan

musculoskeletal

 Disfungsi neuromuskular

Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas

Status Pernapasan: Ventilasi Status Tanda-Tanda Vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam klien dapat menunjukkan efektifnya pola nafas dengan kriteria hasil:

 Klien tidak menunjukkan

sesak nafas

 Tidak adanya suara nafas

tambahan

 Klien menunjukkan

frekuensi nafas dalam rentang normal

 Perkembangan dada

simetris

 Tidak menggunakan otot

 pernafasan tambahan

Memfasilitasi Jalan Nafas 1. Membuka jalan nafas

dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan. 2. Memposisikan pasien agar

mendapatkan ventilasi yg maksimal.

3. Mengidentifikasi pasien  berdasarkan penghirupan nafas yang potensial pada  jalan nafas

4. Memberikan terapi fisik  pada dada

5. Mengeluarkan sekret dengan cara batuk atau  penyedotan

6. Mendengarkan bunyi nafas, mancatat daerah yang mangalami  penurunan atau ada tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan 7. Memberikan oksigen yang

tepat

(10)

8. Monitor tingkat, irama, kedalaman, dan upaya  bernapas

9. Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan,  penggunaan otot bantu, dan retraction otot intercostals dan supraclavicular

10. Palpasi ekspansi paru-paru di kedua sisi (kiri-kanan) 11. Tentukan kebutuhan untuk

suction

12. Monitor bila ada kelelahan dari otot diafragma

13. Lakukan pengobatan terapi pernapasan (seperti nebulizer) jika dibutuhkan Peningkatan Batuk 

14. Memeriksa hasil tes fungsi  paru-paru, bagian dari kapasitas vital, kekuatan inspirasi maksimal, kekuatan volume ekspirasi dalam 1 detik (FEV1), dan

FEV1/ FVO2

15. Pada waktu pasien batuk,  perut bagian bawah xiphoid dipadatkan dengan telapak tangan

(11)

ketika membantu pasien untruk fleksi

16. Menginstruksikan pasien untuk batuk yang dimulai dengan penghirupan nafas secara maksimal

Ventilasi Mekanik 

17. Memeriksa kelelahan otot  pernafasan

18. Memeriksa gangguan pada  pernafasan 19. Merencanakan dan mengaplikasikan ventilator 20. Memeriksa ketidakefektifan ventilasi mekanik baik keadaan fisik maupun mekanik 21. Memastikan pertukaran

ventilasi setiap 24 jam Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

22. Memeriksa tekanan darah ,nadi, suhu tubuh, dan  pernapasan dengan tepat. 23. Mencatat kecenderungan

dan pelebaran fluktuasi dalam tekanan darah. 24. Mendengarkan dan

(12)

tekanan darah di kedua lengan dengan tepat.

25. Memeriksa dengan tepat tekanan darah denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan sesudah  beraktivitas.

Kolaborasi

26. Pemberian obat anti lumpuh, obat bius, dan narkotik analgesic

HE

27. Menginstruksikan

 bagaimana batuk yang efektif

28. Mengajarkan pasien  bagaimana penghirupan 3. Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli Batasan karakteristik : - Gangguan penglihatan - Penurunan CO2 - Takikardi - Hiperkapnia - Keletihan - Somnolen - Iritabilitas

- Respiratory Status : Gas exchange

- Respiratory Status : ventilation

- Vital Sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24  jam diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas dengan Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan

 peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya

 pemasangan alat jalan nafas  buatan

4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada

 jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan  batuk atau suction

(13)

- Hypoxia - Kebingungan - Dyspnoe -  Nasal faring - AGD Normal - sianosis

- warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)

- Hipoksemia - Hiperkarbia

- sakit kepala ketika bangun - frekuensi dan kedalaman

nafas abnormal

Faktor - faktor yang  berhubungan : - ketidakseimbangan  perfusi ventilasi -  perubahan membran kapiler-alveolar  Memelihara kebersihan

 paru paru dan bebas dari tanda2 distress Pernafasan

 Mendemonstrasikan batuk

efektif & suara nafas yang  bersih, tidak ada sianosis & dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dgn mudah, tidak ada pursed lips)

 Tanda tanda vital dalam

rentang norma

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berika bronkodilator bial

 perlu

10. Barikan pelembab udara

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring 1. Monitor rata  –   rata,

kedalaman, irama dan usaha respirasi

2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,  penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals

3. Monitor suara nafas, seperti dengkur

4. Monitor pola nafas :  bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

(14)

6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan  paradoksis)

7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

9. auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

4. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi 

Ketidakseimbangan nutrisi adalah resiko asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan metabolik.

Batasan Karakteristik 

 Persepesi ketidakmampuan untuk mencerna makanan.  Kekurangan makanan  Tonus otot buruk

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24  jam klien menunjukkan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil:

 Laporkan nutrisi adekuat  Masukan makanan dan

cairan adekuat

 Energi adekuat  Massa tubuh normal  Ukuran biokimia normal

Dengan skala :

1 = Sangat kompromi 2 = Cukup kompromi 3 = Sedang kompromi

Nutritiont Management  Kaji makanan yang

disukai oleh klien

 Kaji adanya alergi

makanan

 Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori.

 Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

 Pantau adanya mual atau

muntah.

 Yakinkan diet yang

(15)

 Kelemahan otot yang

 berfungsi untuk menelan atau mengunyah

F aktor yang berhubungan

Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap nurtien akibat faktor biologi :

 Penyakit kronis

 Kesulitan mengunyah

atau menelan

4 = Sedikit kompromi 5 = Tidak kompromi

tinggi serat untuk mencegah konstipasi

 Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan  jumlah kalori dan nutrisi

yg dibutuhkan pasien.

 Berikan makanan yg

terpilih

 Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk diet yang tepat  bagi anak dengan sindrom

nefrotik.

Weight Management

 Diskusikan bersama

 pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan,  peningkatan BB dan  penurunan BB.

 Diskusikan bersama

 pasien mengani kondisi medis yang dapat mempengaruhi BB

 Diskusikan bersama

 pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB

 Diskusikan bersama

(16)

yang berhubungan dengan BB berlebih dan  penurunan BB

 Perkirakan BB badan ideal

 pasien

Weight reduction Assistance  Fasilitasi keinginan pasien

untuk menurunkan BB

 Perkirakan bersama pasien

mengenai penurunan BB

 Tentukan tujuan

 penurunan BB

 Beri pujian/reward saat

 pasien berhasil mencapai tujuan

HE

 Dorong pasien untuk

merubah kebiasaan makan

 Ajarkan pemilihan

makanan

 Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

 Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan vitamin C

 Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

 Anjurkan klien untuk

makan sedikit namun sering.

(17)

 Anjurkan keluarga untuk

tidak membolehkan anak makan-makanan yang  banyak mengandung

garam. 5.

Hipertermi

Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal

Batasan Karakteristik:

 kenaikan suhu tubuh

diatas rentang normal

 serangan atau konvulsi

(kejang)

 kulit kemeraha   pertambahan RR  takikardi

 saat disentuh tangan

terasa hangat

Faktor2 yang berhubungan :

  penyakit/ trauma

  peningkatan metabolism  aktivitas yang berlebih   pengaruh medikasi/anastesi  ketidakmampuan /  penurunan kemampuan u/  berkeringat Thermoregulation

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24  jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan Kriteria Hasil :

 Suhu tubuh dalam

rentang normal

  Nadi dan RR dalam

rentang normal

 Tidak ada perubahan

warna kulit dan tidak ada  pusing

Fever treatment

 Monitor suhu sesering

mungkin

 Monitor warna dan suhu

kulit

 Monitor tekanan darah,

nadi dan RR

 Monitor penurunan tingkat

kesadaran

 Monitor WBC, Hb, dan

Hct

 Monitor intake dan output  Berikan anti piretik

 Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam

 Selimuti pasien

 Berikan cairan intravena  Kompres pasien pada lipat

 paha dan aksila

 Tingkatkan sirkulasi udara  Berikan pengobatan untuk

mencegah terjadinya menggigil

(18)

 terpapar dilingkungan

 panas

 dehidrasi

  pakaian yang tidak tepat

 Monitor suhu minimal tiap

2 jam

 Rencanakan monitoring

suhu secara kontinyu

 Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi

 Ajarkan pada pasien cara

mencegah keletihan akibat  panas

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

 Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

 Monitor pola pernapasan

abnormal

 Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer  Identifikasi penyebab dari

 perubahan vital sign 6. Nyeri akut

Definisi:

Sensori yang tidak menyenangkan dan  pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau  potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi

 NOC :

 Pain Level,

 pain control,

 comfort level

Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24

 NIC

Pain Management

 Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

(19)

 Nyeri Internasional):serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6  bulan.

Batasan karakteristik:

 Mengungkapkan secara

verbal atau melaporkan dengan isyarat

 Posisi untuk menghindari

nyeri

 Mengkomunikasikan

deskriptor nyeri (misalnya rasa tidak nyaman).

F aktor yang berhubungan :

 Agen-agen penyebab

cedera (misalnya biologis, kimia, fisik dan  psikologis.

 jam, nyeri berkurang atau terkontrol.

 Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

 Menggunakan tehnik

nonfarmakologi

 untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

 Melaporkan bahwa nyeri

 berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

 Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman

setelah

 nyeri berkurang

 Tanda vital dalam

rentang normal

 Observasi reaksi

nonverbal dari ketidaknyamanan

 Kaji kultur yang

mempengaruhi respon nyeri

 Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

 Monitor penerimaan klien

tentang manajemen nyeri

 Gunakan teknik

komunikasi terapeutik untuk mengetahui  pengalaman nyeri klien

 Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,  pencahayaan dan

kebisingan

 Kurangi faktor presipitasi

nyeri

 Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri

 Tingkatkan istirahat

 Pilih dan lakukan

 penanganan nyeri (farmakologi,

nonfarmakologi dan inter  personal)

(20)

 Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

 Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak  berhasil

Analgesic Administration  Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum  pemberian obat

 Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

 Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika  pemberian lebih dari satu

 Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

 Tentukan pilihan

analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

(21)

 Tentukan analgesik

 pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian

secara IV, IM untuk  pengobatan nyeri secara

teratur

 Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri hebat

HE :

 Instrusikan pasien untuk

menginformasikan kepada  peraway jika peredaan

nyeri tidak dapat dicapai

 Informasikan kepada klien

tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.

 Berikan informasi tentang

nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan  berlangsung,

dan antisipasi ketidaknyamanan akibat  prosedur

(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical  Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC.

 Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.

 Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6 . EGC: Jakarta.

 Wilkinson, Judith M. 2011.  Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC . Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pasca bencana banjir

Samsuddin :Gambaran Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di..., 2005 USU Repository © 2009... GAMBARAN DISTRIBUSI FREKUENSI PENYAKIT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).. DI RSUD PANEMBAHAN

Ispa merupakan infeksi saluran pernafasan akut yang bisa menyerang saluran pernafasan atas maupun bawah.penyakit ini sering terjadi pada balita karena balita

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Model Epidemik SEIRS pada Penyebaran Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di

,Hubungan Status Gizi terhadap Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial Palembang.. (Jurnal Pembangunan Manusia)

Infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit, makanan atau udara.. Gejalanya batuk, pilek, panas

Berdasarkan gambaran umum yang dikemukakan diatas, permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara membuat Prediksi Penyebaran Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut