• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI

6.1 Karakteristik Kedaulatan Pangan

Kedaulatan masyarakat mempunyai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam proses membangun kedaulatan pangan terdapat karakteristik yang mencerminkan bahwa suatu kondisi mencapai karakter yang ideal. Kedaulatan pangan suatu masyarakat mempunyai karakter: produksi pangan lokal serta memanfaatkan usahatani petani kecil dan keluarga yang agro-ekologis; menjamin akses tanah dan sumber-sumber daya yang vital; menghormati peran wanita dalam produksi pangan, akses atas sumberdaya; mendorong kontrol komunitas atas sumberdaya produktif; dan melindungi benih dari pematenan. 6.2 Sistem Pertanian Lokal

Kegiatan pertanian merupakan salah satu sektor utama penghidupan rumahtangga masyarakat Kampung di Sinar Resmi. Ada kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat kasepuhan bahwa siapa yang menggarap lahan pertanian dan bermatapencaharian sebagai petani, tentu hidupnya tidak akan kekurangan. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat adalah pertanian sawah tadah hujan, huma (ladang), dan kebun. Pertanian di huma maupun sawah merupakan kegiatan pertanian yang mendominasi masyarakat kasepuhan karena dari huma dan sawah ini masyarakat menanam padi yang merupakan komoditi pertanian utama. Padi yang dihasilkan merupakan padi lokal yang disebut pare ageung.

Huma merupakan hal yang diutamakan dalam budaya masyarakat. Posisi huma ini menganjurkan agar mengelola huma harus lebih dulu kemudian mengelola sawah. Kegiatan ber-huma memanfaatkan musim penghujan, dimulai sekitar bulan September sampai Oktober, kemudian diikuti menanam padi sawah. Hasil dari menanam padi di huma dan sawah, nantinya ada yang masuk ke leuit masing-masing rumahtangga dan adapula yang masuk ke leuit sijimat (lumbung kasepuhan). Saat upacara seren Taun (pesta panen), setiap rumahtangga akan memberi hasil padinya sekitar dua pocong untuk dimasukkan ke dalam leuit sijimat yang digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat saat musim

(2)

paceklik. Selain itu, leuit sijimat dapat digunakan oleh masyarakat untuk keperluan meminjam padi.

Dalam melaksanakan kegiatan menanam padi di huma maupun sawah, masyarakat memiliki prosesi kegiatan sesuai dengan aturan adat yang berlaku. Tahapan kegiatan menanam padi di huma dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Huma menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

No Kegiatan Bulan (Sistem

Kalender Islam)

Pelaksana*

1 Narawas

(menandai lokasi yang akan dijadikan huma)

Jumadil Awal Lk

2 Nyacar

(membersihkan lahan, biasanya selama 1 minggu kemudian dikeringkan selama 15 hari sampai 1 bulan)

Jumadil Awal Lk, Pr, P

3 Ngaruhu

(membakar semak yang kering untuk dijadikan pupuk)

Jumadil Akhir Lk

4 Ngerukan

(membakar sisa-sisa yang belum terbakar) Jumadil Akhir Lk, Pr, P 5 Ngaduruk (membakar sisa-sisanya) Jumadil Akhir Lk, Pr 6 Nyara (meremahkan tanah) Jumadil Akhir Lk, Pr, P 7 Ngaseuk

(penanaman bibit padi dengan menggunakan tongkat atau aseuk)

Rajab Lk, Pr, P

8 Ngored

(menyiangi rumput)

Ruwah Lk, Pr, P 9 Mipit/ Dibuat

(memotong padi/ panen)

Haji Lk, Pr

10 Ngadamet lantayan

(membuat tempat menjemur padi)

Haji Lk 11 Mocong

(mengikat padi yang kering)

Muharram Lk, Pr, P 12 Ngalantaykeun

(proses menjemur padi pada lantayakan)

Muharram Lk, Pr

13 Ngunjal

(diangkut ke lumbung padi)

Muharram Lk 14 Ngaleuitkeun (memasukkan ke lumbung) Muharram Lk, Pr 15 Ngeuleupkeun (dirapikan) Muharram Lk

16 Ngadieukeun indung pare

(3)

17 Selametan

(ampih pare)

Muharram Lk, Pr, P

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P: pemuda/pemudi

Tabel 13 menggambarkan mengenai prosesi kegiatan menanam padi di huma, yang dilakukan pada bulan tertentu dan ada pembagian tugas antara laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan sudah cukup merata. Peran wanita dalam produksi yang besar membuat posisi wanita penting dalam membangun kedaulatan pangan. Masyarakat kasepuhan diwajibkan untuk menanam padi di huma karena merupakan salah satu sistem pertanian warisan leluhur.

Tabel 14. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Sawah menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

No. Kegiatan Bulan

(Sistem Kalender Islam) Pelaksana* 1 Numpang Galeng (membuat pematang) Muharram Lk, P 2 Ngabaladah (menyiangi lahan) Silih Mulud Lk, P 3 Ngambangkeun

(mengisi lahan dengan air/ merendam)

Jumadil Awal Lk, P

4 Ngangler

(membersihkan permukaan lahan dari gulma yang tumbuh sebagian persiapan untuk tebar)

Ruwah Lk, Pr, P

5 Tebar/ Ngipuk

(membuat persemaian padi dengan cara menebar untaian padi)

Jumadil Akhir Lk, Pr

6 Tandur

(menanam padi)

Ruwah Lk, Pr, P 7 Ngarambet

(membersihkan gulma yang ada di sawah) Puasa Pr 8 Babat galeng (membersihkan rumput di pematang sawah) Syawal Lk, Pr, P

9 Dibuat ku etem/ neugel

(panen padi dengan alat etem/ ani-ani)

Haji Lk, Pr, P

10 Ngadamel lantayan

(membuat tempat jemuran padi)

Haji Lk

11 Ngalantay

(menjemur padi di lantayan)

Haji Lk

12 Mocong pare

(mengikat padi menjadi pocong)

(4)

13 Diangkut ka leuit/ Ngunjal

(mengangkut padi ke leuit/ lumbung)

Sapar Lk

14 Ngaleuitkeun

(memasukkan ke leuit/ lumbung)

Sapar Lk 15 Dieulep di leuit

(merapikan padi di dalam leuit/ lumbung)

Sapar Lk, Pr

16 Ngadiukkeun indung

(memasukkan padi induk ke dalam

leuit)

Sapar Lk, Pr

17 Disalametan nganyaran

(selamatan sebagai tanda syukur dengan memasak padi pertama kali)

Silih mulud Pr

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P:pemuda/pemudi

Tabel diatas menggambarkan prosesi kegiatan menanam padi di sawah, yang dilakukan pada bulan tertentu dan pembagian peran antara laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Peran tersebut relatif seimbang dan sama-sama dalam mengerjakan budidaya pertanian mulai dari persiapan lahan sampai proses pengolahan hasil panen. Meskipun demikian terdapat juga beberapa perbedaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Terdapat aturan adat tertentu yang hanya memperbolehkan laki-laki atau perempuan saja mengerjakan suatu kegiatan budidaya pertanian. Dalam persiapan lahan sawah yang menggunakan bajak dan cangkul khusus dilakukan oleh laki-laki. Begitu pula yang memberi do’a dan pemilihan benih padi harus Abah sebagai ketua adat. Untuk menanam, memeliihara tanaman (ngoret), memupuk dan memanen dapat dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun untuk menumbuk padi hanya diperbolehkan dilakukan oleh perempuan. Dari pembagian kerja tersebut, peran laki-laki dan perempuan sudah cukup seimbang dalam pertanian.

Selain rangkaian tahapan menanam masyarakat Kampung Sinar Resmi juga memiliki berbagai kegiatan pertanian. Rangkaian seluruh kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Sinar Resmi antara lain:

1. Ngaseuk, merupakan dimulainya kegiatan menanam padi di huma dengan memasukan benih ke dalam lubang.

2. Beberes mager, merupakan ritual untuk menjaga padi dari serangan hama. Kegiatan ini dilakukan oleh pemburu di ladang milik kasepuhan dengan

(5)

diawali dengan pembacaan doa. Kegiatan ini dilaksanakan sekitar bulan Muharam.

3. Ngarawunan, merupakan ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh subur dan tidak ada gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua incu putu setelah padi berumur tiga sampai empat bulan.

4. Mipit, merupakan kegiatan memanen padi yang dilakukan lebih dahulu oleh Abah sebagai pertanda masuknya musim panen.

5. Nutu, merupakan kegiatan menumbuk padi pertama setelah panen.

6. Nganyaran, merupakan kegiatan memasak nasi menggunakan padi hasil penen pertama, dua bulan setelah masa panen.

7. Tutup nyambut, merupakan kegiatan yang menandakan selesainya semua aktivitas pertanian di sawah yang ditandai dengan acara selamatan. Tutup nyambut juga dijadikan sebagai pertanda dimulainya masa untuk membajak sawah dan mempersiapkan lahan untuk ditanam kembali.

8. Seren taun, merupakan acara yang ditujukan untuk mensyukuri hasil panen pada tahun tersebut. Acara tersebut berisi hiburan untuk masyarakat yang telah bekerja dalam pertanian selama satu tahun. Sebulan sebelum acara saren taun dimulai, sebelumnya ada musyawarah yang melibatkan seluruh incu putu untuk menentukan besarnya anggaran yang dibutuhkan. Kegiatan pertanian sudah menjadi ciri khas, tradisi, dan cara hidup pada rumahtangga masyarakat Kampung Sinar Resmi. Gambaran rumahtangga masyarakat menunjukkan pencapaian dalam memenuhi kebutuhannya. Rumahtangga masyarakat di Kampung Sinar Resmi pada umumnya memiliki jumlah tanggungan tiga orang. Lahan garapan yang dikelola oleh rumahtangga di Kampung Sinar Resmi adalah 9.68 patok (3872 m2). Ukuran patok merupakan ukuran yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat kasepuhan untuk mengetahui luas lahan yang digarap. Satu patok bila dikonversi dalam satuan luas sama artinya dengan 400 m2. Sistem pertanian yang diterapkan yaitu huma, sawah, dan kebun dengan komoditi utama adalah padi lokal. Tanaman padi meskipun merupakan komoditi utama tetapi bukan untuk diperjualbelikan. Aturan adat kasepuhan melarang bagi para incu putu (pengikut) Kasepuhan Sinar Resmi untuk menjual padi apalagi dalam bentuk beras. Masyarakat percaya beras

(6)

merupakan sosok ibu yang filosofinya tidak boleh menjual “ibu” karena akan dianggap berdosa. Padi yang dihasilkan, hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja. Kalaupun ada rumahtangga yang kekurangan pangan dan membutuhkan padi, mereka bisa meminjam padi dari lumbung kasepuhan atas seizin Abah.

Mengenai produktivitas padi, dalam sekali panen yakni satu tahun sekali, sesuai dengan aturan adat kasepuhan. Hasil yang diperoleh juga beragam sesuai dengan pengusahaan masing-masing rumahtangga. Jumlah padi yang dihasilkan dihitung berdasarkan satuan lokal yakni “pocong”. Jika dikonversikan menjadi kilogram maka 1 pocong sama dengan 4 kilogram. Berikut Tabel 15 menyajikan data hasil pertanian menurut luas pengusahaan di Kampung Sinar Resmi:

Tabel 15. Jumlah Padi yang Dihasilkan Rumahtangga menurut Luas pengusahaan Tanah di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

Luas Pengusahaan Tanah Jumlah padi yang dihasilkan (pocong) Luas 3767 Sedang 2112 Sempit 1991

Total 7870

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Rumahtangga responden masyarakat Kampung Sinar Resmi menghasilkan padi 7870 pocong atau sekitar 31,480 kilogram. Jika dihitung berdasarkan jumlah tanggungan rumahtangga, maka tiap rumahtangga memiliki produktivitas hasil pertanian rata-rata 253.8 pocong atau 1015.4 kg/rumahtangga. Jumlah tersebut dirasakan cukup oleh responden untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama satu musim tanam.

Tanaman pertanian lain yang biasanya dibudidayakan adalah tanaman palawija dan tanaman obat-obatan jenis kapulaga. Biji kapulaga biasanya dikeringkan dan dijual ke pedagang yang datang ke kampung ini. Selain dari tanaman, beberapa masyarakat memelihara ternak sebagai usaha sampingan dan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak.

Untuk menopang kebutuhan masyarakat juga ada yang mengolah aren. Masyarakat memposisikan pohon aren sebagai pohon yang cukup istimewa karena seluruh bagian dari pohon aren bermanfaat. Karena manfaat yang banyak inilah, orangtua atau kolot di masyarakat kasepuhan menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak-anaknya yaitu ‘hirup kudu siga tangkal kawung’ yang artinya

(7)

‘sebagai manusia hidup harus seperti pohon aren yang memiliki banyak manfaat dan dapat berguna bagi orang lain’. Semua bagian pohon aren dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, antara lain air nira untuk gula aren dan cuka, buah aren (kolang kaling) untuk dikonsumsi sebagai makanan, akarnya untuk obat tradisional, daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok, dan batangnya untuk membuat sagu aren serta berbagai macam peralatan dan bangunan. Masyarakat memanfaatkan air niranya untuk dijadikan gula aren dalam bentuk gula batok/kojor. Namun seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai mengolah gula aren dalam bentuk gula semut.

Awalnya aren merupakan salah satu hasil hutan atau kebun yang dimanfaatkan masyarakat kasepuhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu hasil aren pun ternyata memiliki nilai ekonomis sehingga masyaarakat kasepuhan pun mulai memanfatkan aren sebagai sumber pendapatan bagi rumah tangga. Mata pencaharian utama masyarakat kasepuhan yang umumnya adalah petani padi, baik sawah maupun huma. Oleh karena itu, menyadap aren merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh masyarakat kasepuhan untuk menambah pendapatan mereka berupa uang. Selain itu, mereka juga memperoleh pendapatan dari menjual hasil kebun lain seperti sayur, buah-buahan, dan kayu serta pekerjaan lainnya sebagai tukang ojek dan kuli

Terkait dengan pengolahan lahan pertanian., tidak semua pekerjaan bisa dilakukan sendiri oleh anggota rumahtangga. Selama satu musim tanam yang dilakukan terdapat kegiatan yang dilakukan dengan bantuan orang lain. Seperti pada saat kegiatan panen, masyarakat lain yang ingin membantu dapat ikut memanen.

Karakteristik sistem penghidupan dan nafkah yang dikembangkan rumahtangga di pedesaan sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya masyarakat setempat dengan tiga elemen penting, yaitu: infrastruktur sosial, struktur sosial, dan supra struktur sosial. Terkait dengan struktur sosial (setting lapisan sosial, struktur sosial, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal).

Infrastruktur sosial dalam hal ini adalah setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku. Infrastruktur sosial ini dilandasi oleh elemen supra

(8)

struktur sosial yang terdiri dari setting ideologi, etika moral ekonomi, dan sistem nilai yang berlaku. Kedua elemen ini satu sama lain saling berkaitan dan menjadi dasar pengembangan sistem kelembagaan ekonomi di masyarakat pedesaan. Dari elemen supra struktur sosial masyarakat kasepuhan yang mewakili masyarakat pedesaan tradisional setting ideologi, etika moral ekonomi dan sistem adat yang berlaku dilandaskan pada peraturan adat dimana manusia selaras dengan alam. Dengan sendirinya kelembagaan sosial dan tatanan sosial yang dibuat selalu menjaga agar terjadi harmonisasi dengan alam sekitarnya. Oleh karenanya kelembagaan ekonomi yang dibangun masih berupa sistem produksi subsisten yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri.

Masyarakat Desa Sinar Resmi dalam kehidupan sehari-hari patuh terhadap peraturan adat yang berlaku. Peraturan adat sebagai infrastruktur sosial dalam komunitas ini dilandasi oleh supra struktur sosial yang menyelaraskan kehidupan antara manusia dengan alam.

6.3 Pertanian Agro-ekologis

Ideologi yang paling mendasar pada masyarakat ini adalah menjunjung tinggi falsafah hidup “Ibu Bumi Bapak Langit dan Guru Mangsa”. Falsafah tersebut berarti bahwa manusia tergantung dengan alam seperti anak yang tergantung pada ibunya. Oleh karena itu, dimanapun tempat tinggalnya harus selalu menghormati alam di tempat tinggalnya. Falsafah ini yang kemudian juga diwujudkan dengan adanya aturan bahwa menanam padi hanya boleh satu tahun sekali. Menurut falsafah ini “ibu” sebagai bumi dengan Dewi Sri sebagai simbol kesuburan diibaratkan seperti ibu dan tanaman merupakan anak-anaknya. Oleh karena itu,jika bumi dieksploitasi dengan menanam padi lebih dari satu kali dalam satu tahun sama seperti seorang ibu yang dipaksakan melahirkan anak lebih dari satu tahun sekali, maka bumi akan menjadi rusak. Dasar falsafah ini menitikberatkan pada penyelarasan manusia dengan alam. Dalam istilah ekologi falsafah ini dapat disejajarkan dengan agro-ekologis, sehingga kebutuhan manusia terpenuhi namun alam tidak mengalami krisis ekologi yang berlebihan. Dari falsafah tersebut, masyarakat Sinar Resmi mengembangkan tiga konsep adat sebagai dasar kelembagaan/tatanan kehidupan sehari-hari (norma), yaitu:

(9)

a) Nyangkulu ka hukum, yang lebih tinggi dari kepala adalah hukum sehingga hukum harus asli dan diikuti oleh masyarakat. Manusia jika ingin teratur maka harus mengikuti aturan yang dibuat oleh pencipta manusia. Menurut dasar ini, norma utama yang harus dipegang oleh masyarakat adalah aturan agama. Dalam hal ini, bagi anggota masyarakat aturan agama yang dipegang adalah aturan agama Islam.

b) Nunjang ka nagara, norma kedua yang harus dipatuhi oleh anggota komunitas adalah ketundukan kepada peraturan negara (hukum formal). Dengan dasar ini sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia, masyarakat kasepuhan juga merupakan warga negara dan sebagai warga negara harus patuh terhadap hukum yang berlaku di negara ini. Salah satu bentuk kepatuhan anggota komunitas adalah mendukung program-program yang dicanangkan oleh pemerintah sepanjang tidak bertentangan dengan falsafah hidup dan hukum agama yang dipegang oleh masyarakat. c) Mupakat jeng balarea, norma yang ketiga bermanfaat untuk mengambil

keputusan yang menjadi landasan dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam norma ini, pengambilan keputusan harus didasarkan pada musyawarah. Hal ini untuk memutuskan permasalahan – permasalahan yang tidak ada dalam aturan agama atau aturan negara. Terkadang juga untuk menentukan keputusan apakah program-program pemerintah sesuai atau tidak dengan falsafah adat yang dijunjung. Hal ini terutama terkait dengan program modernisasi pedesaan dan pertanian yang seringkali bertentangan dengan falsafah adat.

Ketiga norma di atas oleh masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama. Jika norma-norma tersebut dilanggar, maka hidupnya di dunia tidak akan selamat. Untuk menuntun aktivitas kehidupan anggota komunitas, banyak simbol-simbol adat yang dibuat yang menggambarkan tiga persenyawaan:

1. Tilu sapanulu: tekad, ucap, lampah (niat, ucapan, tindakan/perilaku). Ketiga hal ini harus sama-sama dilakukan dimana setiap tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang diniatkan/hati dan ucapan.

(10)

2. Dua saka rupa: buhun/mukaha, nagara, syara (aturan adat, pemerintah dan agama). Tiga kesatuan ini merupakan norma yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat dan tidak boleh dipisahkan.

3. Nu hiji eta kene: nyawa/ruh, raga, pakaian. Manusia harus memiliki ketiganya sehingga memiliki kemanusiaan. Jika tidak maka tidak akan disebut sebagai manusiawi karena manusia tanpa nyawa berarti mayat, manusia tanpa raga berarti makhluk gaib (tidak terlihat) dan manusia tanpa pakaian diibaratkan makhluk hidup yang telanjang (hewan).

Dari ketiga kesatuan tersebut kemudian dijadikan pegangan masyarakat dalam bentuk aturan-aturan adat yang tidak tertulis untuk menjaga agar masyarakat hidup dengan teratur. Bagi masyarakat modern sekarang ini, bentuk-bentuk dari penerapan dari aturan ini dikenal dengan kearifan lokal. Bagi masyarakat Sinar Resmi, kearifan lokal ini dikembangkan dalam pengelolaan sumberdaya alam baik tanah, air maupun hutan. Ketiga komponen tersebut merupakan sumber alam yang mendukung sistem penghidupan masyarakatnya dan diatur dalam kelembagaan.

Sistem kelembagaan masyarakat tersebut diwujudkan dalam bentuk tata aturan budidaya padi mulai dari menanam sampai menyimpan ke dalam leuit dengan beragam tata upacara adat didalamnya. Dalam budidaya tanaman padi mulai dari pola tanam memperlihatkan bahwa tanah yang diibaratkan sebagai “ibu” tidak boleh dipaksakan untuk ditanami lebih dari sekali dalam satu tahun. Jika dipaksa seperti seorang ibu yang harus melahirkan dua orang anak dalam satu tahun maka dalam jangka waktu pendek akan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, meskipun mendapat beberapa lahan sawah yang pengairannya mengalir sepanjang tahun tetap hanya dilakukan penanaman padi sekali dalam setahun. Hal ini sesuai dengan penuturan tokoh adat di kasepuhan:

“…masyarakat sini masih menjalankan pola tanam satu kali setahun dan menggunakan pupuk buatan sendiri (kotoran ternak) untuk kegiatan pertanian. Bibit yang ditanam adalah bibit padi lokal. Hasil panen padi lokal disimpan dalam leuit…”

(11)

Padi sebagai tanaman pokok masyarakat sesuai dengan tiga persenyawaan diatas juga tidak boleh untuk dijual dalam bentuk beras maupun olahannya. Padi yang dijual dalam bentuk beras diibaratkan sama dengan manusia yang menjual diri. Dengan kiasan tersebut memperlihatkan bahwa dalam upaya menjaga kedaulatan pangan masyarakat keberadaan padi/beras yang merupakan bahan pokok untuk bertahan hidup tetap dijaga. Karena hal inilah, pengenalan program yang memperkenalkan pola tanam padi tiga kali dalam satu tahun ‘ditolak’ oleh anggota komunitas melalui pimpinan adatnya.

6.4 Lumbung Pangan (leuit): Jaminan Pangan Masyarakat

Hal yang juga penting bagi masyarakat Sinar Resmi dalam menjaga ketersediaan pangan adalah leuit/lumbung pangan yang digunakan untuk menyimpan padi sebagai hasil bumi. Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan leuit juga memiliki fungsi simbol kesejahteraan bagi anggota komunitas. Hal ini juga menunjukkan semakin banyak jumlah padi yang dihasilkan dan berarti semakin luas tanah yang dikuasai oleh seseorang. Hal tersebut karena stratifikasi masyarakat dapat berupa penguasaan tanah yang dikelola oleh suatu rumahtangga.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Rumahtangga menurut Luas Penguasaan Tanah dan Jumlah Leuit yang Dimiliki di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

Luasan Penguasaan tanah

Jumlah leuit Total 1 2 ≥3

n % n % n % n %

Luas 1 14 4 56 2 26 7 100

Sedang 2 25 6 75 0 0 8 100

Sempit 14 84 2 12 0 0 16 100

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkatan penguasaan tanah yang mempengaruhi kepemilikan leuit. Pada penguasaan tanah sempit (0-0.25 hektar) sebagian besar memiliki satu leuit, hanya 2 orang yang memiliki 2 leuit. Hal tersebut dikarenakan dulunya rumahtangga tersebut memiliki tanah yang cukup luas sebelum akhirnya dijual. Tingkat selanjutnya yakni penguasaan tanah sedang (0.25-0.5 hektar) sebagian besar memiliki dua leuit. Tingkat paling luas

(12)

yakni lebih dari 0.5 hektar yang memiliki dua atau lebih. Pada tingkatan ini terdapat yang memiliki satu leuit, karena si pemilik hanya ingin mempunyai satu leuit untuk dimaksimalkan.

Pemenuhan subsistensi pangan merupakan hal utama yang menjaga keamanan sosial dalam masyarakat. Leuit kemudian menjadi simbol utama bagi upaya menjaga keterjaminan keamanan sosial sebagai penyimpanan bahan pangan terutama pada leuit rumahtangga. Leuit komunal yang dikenal dengan nama leuit sijimat merupakan penjamin kebutuhan incidental bagi anggota masyarakat yang dapat diakses dengan mudah dan tersedia di setiap kampung. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk:

“…abdi teu punya tanah buat bertani, cuma kerja di orang. Kadang-kadang teh abdi kurang buat makan, jadi abdi pinjam ka leuit sijimat. Panen berikutnya baru dikembalikan. Kadang-kadang banyak juga yang ngebantu ngasi padi. Orang sini mah masi suka tolong menolong…”

Masyarakat Kampung Sinar Resmi masih mempunyai hubungan yang kuat dalam memenuhi kebutuhannya. Adanya rasa tolong menolong menjadikan masyarakat yang kurang mampu memenuhi kebutuhannya dapat diselesaikan bersama-sama oleh masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas oleh peran leuit sijimat yang mengumpulkan partisipasi masyarakat untuk dapat saling berbagi. Masyarakat yang kekurangan padi pada musim paceklik dapat meminjam ke leuit sijimat. Padi yang yang sudah dipinjam tersebut akan dikembalikan sesuai dengan jumlah pinjaman pada musim panen berikutnya. Peminjaman padi di leuit sijimat berlaku bagi semua masyarakat selama rumahtangga tersebut kekurangan.

Leuit memiliki aturan tersendiri dalam pembangunan dan pemanfaatannya. Aturan pendirian leuit mengikuti pola hitungan adat-istiadat yang digunakan oleh masyarakat. Hitungan tersebut dimulai dari tanggal pertama yang disebut kuta yang dikhususkan untuk tanggal membangun kandang kambing atau kerbau. Tanggal kedua disebut kusang yang dikhususkan untuk membangun kandang ayam. Tanggal ketiga disebut gelar yang ditujukan sebagai tanggal membangun masjid atau fasilitas publik. Tanggal keempat disebut naga yang digunakan untuk

(13)

membangun leuit. Tanggal kelima disebut jaya yang digunakan untuk membangun rumah. Arah leuit dikhususkan membujur dari selatan ke utara dengan salah satu ujungnya terdapat satu pintu. Masing-masing pojok bangunan terdapat daun-daun tertentu yang dimaknai sebagai penjaga leuit dari hama dan pencuri.

Hasil panen padi selain disimpan pada masing-masing leuit rumahtangga, masyarakat juga menyimpan hasil panen ke leuit sijimat (komunal) dengan aturan 100 : 2 yang berarti hasil panen 100 pocong, menyimpan ke leuit si jimat sebanyak 2 pocong. Namun, pada dasarnya masyarakat dapat menyimpan lebih sesuai dengan keinginan individu masing-masing. Leuit sijimat digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat Kampung Sinar Resmi saat musim paceklik dan sebagai cadangan dalam berbagai kegiatan kasepuhan seperti seren taun. Tabel 17 menyajikan data yang menggambarkan partispasi masyarakat terhadap leuit sijimat sesuai dengan luasan yang dikelola.

Tabel 17. Rata-rata Jumlah Padi yang diberikan ke Leuit Sijimat di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

Luas lahan Rata-rata yang diberikan ke leuit

sijimat (pocong)

Luas 6.37 Sedang 8.42 Sempit 2.25

Sumber: data primer (diolah), 2011

Jumlah padi yang diberikan beragam sesuai dengan panen yang dihasilkan dan keinginan untuk menyimpan lebih kepada leuit sijimat. Namun, umumnya semakin banyak hasil panen, maka semakin banyak yang disimpan. Pada pemilikan 0.25-0.5 hektar, rata-rata yang disimpan di leuit sijimat lebih banyak karena dengan menyimpan lebih banyak mereka akan merasa lebih aman jika kekurangan dengan meminjam pada masa paceklik, sedangkan, masyarakat yang memiliki lebih besar dari 0.5 hektar menyimpan hanya sebagai keharusan mereka untuk berpartisipasi dalam menyimpan di leuit sijimat, untuk kebutuhan selanjutnya cukup dengan padi sendiri dan tidak perlu meminjam.

6.5 Kontrol Komunitas atas Sumberdaya Produktif

Pertanian dijadikan sebagai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat kasepuhan. Selain sebagai mata pencaharian utama masyarakat,

(14)

pertanian juga menjadi bagian budaya masyarakat. Kegiatan pertanian masyarakat kasepuhan masih bersifat tradisional dan memiliki hubungan yang erat dengan sistem kepercayaan serta unsur-unsur alam seperti tanah, air, udara, cuaca, sinar matahari, dan lain-lain. Kegiatan pertanian masyarakat bertumpu pada filosofi “Ibu Bumi, Bapak Langit, dan Guru Mangsa” Aturan dalam memulai waktu musim tanam ditentukan berdasarkan filosofi bapak langit dan guru mangsa. Fisosofi bapak langit menunjukkan adanya pengetahuan masyarakat yang didasarkan pada peredaran rasi bintang di langit sebagai acuan dalam mengelola lahan garapan sedangkan filosofi guru mangsa untuk mengetahui waktu yang tepat dalam bertani dengan melihat kondisi alam sekitar. Rasi bintang yang dijadikan sebagai acuan terdiri dari rasi bintang kerti dan rasi bintang kidang. Berikut adalah beberapa posisi rasi bintang yang menentukan kegiatan dalam pertanian:

1. Tanggal kerti kana beusi, tanggal kidang turun kujang, yang berarti masyarakat harus mempersiapkan alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, garpu, dan lain sebagainya.

2. Kidang ngrangsang ti wetan, kerti ngrangsang ti kulon atau kidang-kerti paharep-harep, artinya pertanda musim panas yang lama sehingga waktu yang tepat untuk membakar ranting dan daun di huma.

3. Kerti mudun matang mencrang di tengah langit, artinya saat menanam padi di huma sudah tiba.

4. Kidang dan kerti ka kulon, yang berarti musim hujan akan segera tiba. 5. Kidang medang turun kukang, artinya pertanda adanya hama dan penyakit

yang akan menyerang tanaman padi.

Segala bentuk kegiatan pertanian dari masa persiapan hingga pascapanen dilakukan ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan. Kegiatan pertanian dapat dimulai setelah mendapat izin dari Abah yang diikuti dengan upacara ritual seperti membakar kemenyan dan memanjatkan doa. Awal tanam padi dilakukan secara serentak bersama-sama agar waktu panen juga dilaksanakan secara bersamaan. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk kekompakan dan kekeluargaan yang erat antar anggota masyarakat Kampung Sinar Resmi.

(15)

Jenis lahan pertanian yang terdapat di masyarakat Kampung Sinar Resmi terdiri dari tiga jenis lahan yaitu: lahan kering atau huma, sawah tadah hujan, dan sawah setengah irigasi. Huma merupakan sistem pertanian yang secara turun-temurun diwariskan oleh leluhur mereka. Lahan yang digunakan dalam huma, yaitu lahan kering yang biasanya cara penanaman padi berada disela-sela tanaman hutan sedangkan lahan sawah tadah hujan dan setengah irigasi yang membedakan hanya asal sumber airnya. Sawah tadah hujan sumber air berasal dari air hujan sedangkan sawah setengah irigasi sumber airnya dari mata air dengan irigasi yang masih sedarhana. Sawah tadah hujan lebih mendominasi dibandingkan sawah setengah irigasi karena tidak ada infrastruktur irigasi yang memadahi.

Jenis padi yang ditanam merupakan padi lokal yang biasa disebut pare ageung. Jenis padi tersebut memiliki perbedaan dengan jenis padi varietas pada umumnya. Perbedaan yang mencolok pada usia tanam, tinggi tanaman, dan bulir-bulir padi yang memiliki bulu halus berwarna hitam. Pemerintah telah mencoba untuk mengganti padi lokal dengan padi verietas unggulan tetapi masyarakat menolak dengan alasan padi lokal lebih baik dan cocok dengan kondisi iklim dan topografi Desa Sinar Resmi. Padi lokal memiliki beberapa jenis yang disesuaikan dengan jenis lahan yang digunakan. Tabel 18menyajikan data jenis padi dan jenis lahan yang digunakan:

Tabel 18. Jenis Padi Lokal yang Digunakan menurut Jenis Lahan di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

Jenis Lahan Jenis Padi Lokal

Huma Pare Batu, Jamudin, Loyor, dan Gadog. Sawah Tadah Hujan Pare Hawara, Cere Buni, dan Sadam. Sawah Setengah

Irigasi

Sri Kuning, Sri Mahi, Raja Denok, Raja Wesi, Para Nemol, Angsana, Para Terong, Tampeu, Pare Jambu, Pare Peteu, Cere Layung, Cere Gelas, dan Cere Kawat.

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Terdapat aturan dalam prosesi panen padi di masyarakat Kampung Sinar Resmi. Setelah dipanen, padi harus dijemur dengan cara digantung di sekitar areal lahan tanam menggunakan bambu yang disusun yang biasa disebut nglantai. Padi yang dipanen tersebut dipotong menggunakan ani-ani yang hanya memotong bagian ujung bulir-bulir padi. Setelah dipotong, padi diikat sebesar satu genggam ikatan tangan lalu dijemur. Seteleh kering padi diikat kembali dengan aturan dua

(16)

ikat padi yang basah menjadi satu ikat padi yang kering. Padi yang kering tersebut diangkut dengan sebilah bambu dan dimasukan dalam leuit rumahtangga. Aturan dalam memasuki leuit adalah tidak diperkenankan masuk leuit yang bersamaan dengan hari lahir yang punya leuit tersebut.

Padi sebagai makanan pokok masyarakat disimbolkan sebagai Dewi Sri. Sesuai dengan aturan adat, padi tidak boleh dijual kecuali masih dalam bentuk pocong. Menurut filosofi masyarakat kasepuhan, padi itu seperti seorang ibu sehingga bila dijual sama dengan menjual ibu sendiri. Kegiatan menumbuk padi tidak boleh menggunakan mesin tetapi menggunakan halu dan ditumbuk di lesung. Padi juga harus dimasak menggunakan kayu bakar.

Keterjaminan pangan merupakan bentuk jaminan kondisi yang baik bagi masyarakat Sinar Resmi. Dalam hal ini modernisasi pertanian melalui Revolusi Hijau yang pernah diperkenalkan dengan sistem pola tanam tiga kali dalam setahun dan menjanjikan peningkatan produksi padi sampai tiga kali lipat ternyata tidak mampu mengubah sistem budidaya pertanian yang merupakan sistem bagi masyarakat tani. BIMAS yang pernah memperkenalkan bibit unggul dan pernah dicoba ditanam oleh masyarakat dengan seizin pemimpin adat ternyata tidak tahan disimpan terlalu lama di lumbung sehingga masyarakat tidak menggunakannya dan kembali menggunakan bibit lokal. Penggunaan pupuk buatan untuk peningkatan produktivitas juga ditolak oleh masyarakat karena terkait dengan penggunaan biaya. Dalam praktek budidaya pertanian beberapa pendatang yang tinggal di Desa Sinar Resmi menggunakan pupuk buatan. Menurut penuturan responden setelah dibandingkan ternyata keuntungan lebih besar yang tanpa pupuk buatan tapi menggunakan pupuk organik (pupuk kandang). Hal ini terjadi karena terkait dengan biaya yang digunakan untuk pembelian pupuk lebih besar. Berikut penuturan salah satu responden mengenai program pertanian yang masuk ke lingkungan masyarakat:

“menanam pare ageung lebih bagus karena lebih tahan lama disimpan dan kalo dimakan lebih enak. Makan nya tidak usah banyak-banyak sudah kenyang. Nanam tidak pakai pupuk buatan juga menghasilkan padi yang lebih banyak. Dari pengalaman tetangga juga pernah pake pupuk tapi hasilnya malah sedikit”

(17)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa masyarakat lebih memilih cara pertanian yang sudah diterapkan sebelumnya jauh sebelum program tersebut masuk. Masuknya program tidak membuat mereka beralih ke tatacara yang baru untuk menanam dengan menggunakan bibit unggul dan pupuk buatan.

Dengan ketertutupan terhadap inovasi dalam bidang pertanian yang merupakan sistem penghidupan masyarakat, ketergantungan masyarakat akan input pertanian dari luar sangat rendah bahkan bisa dikatakan tidak ada. Kapitalisme pasar yang selama ini menjadi sumber utama permasalahan kemiskinan di pedesaan akibat tergantungnya petani dari input pertanian dari luar tidak berimbas pada masyarakat tani.

6.6 Ikhtisar

Kedaulatan pangan masyarakat sangat ditentukan oleh kondisi masyarakat. Sistem pertanian lokal yang dikembangkan oleh masyarakat mengandung cara-cara yang jauh sebelumnya sudah terintegrasi. Masyarakat Kampung Sinar Resmi memproduksi pangan secara mandiri. Produksi pangan pada umumnya skala kecil untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Dalam proses produksi masyarakat Kampung Sinar Resmi menerapkan pertanian agro-ekologis. Pertanian yang menjadikan alam sebagai faktor yang harus dijaga keberlanjutannya. Hal tersebut tercermin dari cara masyarakat menghormati alam dengan menanam padi sekali setahun dan proses-proses yang berusaha tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam pengusahaan pertanian peran wanita juga dihormati terlihat peran wanita cukup besar mulai pra produksi sampai pasca panen.

Rumahtangga di Kampung Sinar Resmi pada umumnya sedikit yakni rata-rata mempunyai anggota rumahtangga tiga orang. Mereka dapat memenuhi pangan keluarga dengan jumlah yang cukup. Padi yang mereka konsumsi merupakan padi lokal yang dikembangkan sejak zaman nenek moyang. Varietas unggul pernah dicoba dikembangkan namun respon yang muncul kurang karena varietas unggul tidak tahan disimpan dalam leuit dalam jangka wakru panjang dan masyarakat merasakan padi varietas lokal lebih baik. masyarakat menolak berbagai inovasi pertanian melalui Kasepuhan Sinar Resmi. Selain fungsi penyimpanan leuit merupakan suatu salah satu cara masyarakat dalam membangun kedaulatan pangan. Masyarakat mengusahakan padi yang kemudian

(18)

disimpan di leuit sijimat yakni leuit komunal. Masing-masing rumahtangga menyimpan padi untuk dijadikan simpanan dan diberikan pinjaman ketika ada rumahtangga yang kekurangan padi pada musim paceklik. Keberadaan leuit dapat menjadi suatu jaminan bagi masyarakat Kampung Sinar Resmi untuk membangun kedaulatan pangan lokal.

Gambar

Tabel 13. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Huma menurut Bulan dan  Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011
Tabel 13 menggambarkan mengenai prosesi kegiatan menanam padi di  huma, yang dilakukan pada bulan tertentu dan ada pembagian tugas antara  laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR

Pengendalian dan pengawasan Penegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Kepala Daerah dan Kesekretariatan PPNS.. Pengendalian dan Pengawasan Penegakkan Perda

Melalui hasil analisis jalur diperoleh hasil bahwa jaminan sosial tenaga kerja yang dialami karyawan PT Pelindo I Medan memiliki pengaruh yang positif terhadap

Indikator kinerja Satuan Polisi Pamong Praja mengacu pada Indikator kinerja pembangunan daerah Kabupaten Batang yang telah ditetapkan dalam RPJM 2012-2017

Analisis camels dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank muamalat Indonesia dengan PT. Menyajikan data tentang ROE PT. Melakukan analisis perbandingan profitabilitas

Untuk melakukan perubahan target maka klik Tombol maka akan memunculkan detail dari rencana SKP, kemudian klik ikon sedangkan untuk hapus target klik ikon Uraian

Berdasarkan hasil keseluruhan rata- rata nilai yang diperoleh untuk seluruh komponen adalah 3,6 (tiga koma enam) poin, dinyatakan baik dan berhasil, dalam artian bahwa website