BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai cabang dari manajemen juga merupakan
seni dan ilmu,hanya perbedaannya jika manajemen menitik beratkan perhatiannya pada
soal-soal manual dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor produksi lainnya,
maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan perhatiannya kepada faktor
produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan
perhatiannya kepada faktor produksi tenaga kerja dalam prakteknya manajamen sumber daya
manusia dikenal juga dengan sebutan manajemen personalia. Sasaran manjemen personalian
adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang harus diambil untuk menciptakan tenaga kerja
yang sesuai dengan pekerjaan dengan perkataan lain mengusahakan agar terdapat suatu
bentuk kerja yang harmonis diantara manusia-manusia yang bekerja dalam pekerjaan itu
sendiri.
Berkembangnya pembangunan dewasa ini, ditandai oleh kemajuan disektor industri
dan jasa yang telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh
dan memberikan dampak yang besar dalam perluasan kesempatan kerja. Peranan dunia usaha
atau sekotor swasta ini tidak terlepas dari permanfaatan sumber daya manusia atau tenaga
kerja karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting untuk kegiatan usaha tersebut,
dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan tujuan supaya tenaga kerja merasa adanya
jaminan keselamata dan kesehatan dalam bekerja.
Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja.
Sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik dan
mental. Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktifitas yang dilakukan
karyawan di perusahaan yang menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah tindakan
yang tidak terduga dan tidak diharapkan karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan terlebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan kerja tidak hanya terbatas
pada Insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja, tetapi juga meliputi
kerugian fisik dan materiil sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan
selalu disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paing ringan sampai yang
paling berat dan bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu
dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau keselamatan.
Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi,dapat menimbulkan kerugian yang
dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan berupa biayaa pengobatan, hilangnya tenaga
kerja yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya sebahagian waktu yang
produktif disamping kerugian yang di alami oleh karyawan yang bersangkutan, berupa
kerugian fisik yang diderita dan kekurangan sumber penghasilan untuk kebutuhan hidupnya.
Untuk pekerjaan yang dilaksanakan karyawan, apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan yang telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam mempergunakan
Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan
bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu perlu
diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat diambil, sehingga
kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan. Untuk
itu perlu tindakan penyelamatan atau yang dikenal dengan program keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,pesawat, bahan dan
proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara untuk melakan
perkerjaan. Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum adalah untuk menunjang
tercapainya rencana produksi dengan peralatan, lingkungan dan pekerjaan selamat. Agar
tindakan lebih efektif, maka perlu dibuat program keselamatan kerja. Program tersebut dapat
kompleks dapat pula sederhana.
Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, perusahaan perlu juga
memelihara kesehatan karyawannya baik fisik maupun mental apakah itu disebabkan oleh
penyakit, ketegangan/stress, maupun karena kecelakaan. Dalam hal ini pengetahuan
lingkungan kerja adalah faktor utama yang perlu diperhatikan, utnuk itulah pemeriksaan yang
berkesinambungan terhadap kondisi kerja dan kesehatan karyawan perlu diperhatikan.
Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan bahaya kesehatan yang
berhubungan dengan lingkungan kerja yang telah menyebabkan berkembang luasnya
usaha-usaha/program kesehatan kerja dalam perusahaan. Kadang-kadang program kesehatan ini
disalurkan dalam program keselamatan kerja.
Kepentingan perusahaan menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi
kecelakaan, cacat, dan kematian akibat kerja. Dimana keselamatan dan kesehatan kerja yang
baik dapat memberikan perlindungan dan keamanan bagi tenaga kerja itu sendiri.
Tersedianya fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja pada hakekatnya
memberikan keuntungan bagi tenaga kerja itu sendiri dan perusahaan karena dengan tidak
terdapatnya kecelakaan kerja dari karyawan makan target produksi dapat dicapai dan juga
biaya dalam mengatasi kecelakaan yang terjadi dapat dihinari.
Disampng ini pula pimpinan perusahaan bukan saja memperhatikan labour turn over,
tetapi juga harus memperhatikan kecelakaan kerja yang terjadi di dalam perusahaan pada
waktu karyawan melaksanakan pekerjaannya. Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi
dapat menimbulkan kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan biaya
pengobatan, hilangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya
sebahagian waktu yang produktiv disamping kerugian yang dialami oleh karyawan yang
bersangkutan, berupa kerugian fisik yang di derita dan kekurangan sumber penghasilan untuk
kebutuhan hidupnya. Untuk pekerjaan yang dilaksanankan karyawan, apakah pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam
memperguanakan peralatan-peralatan yang ada.
PT. Meridan Sejati Suryaplantation merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Di dalam melakukan aktivitasnya perusahaan ini
memounyai kebun seluas 2.573 Ha. Perkebunan sawit tersebut membutuhkan banyak tenaga
kerja baik itu yang bersifat tetap, harian maupun tenaga kerja honoran. Adapun pemakaian
tenaga kerja tersebut digunakan untuk pembersihan area, pembibitan, penanaman,
perusahaan sangat bergantung daripada hasil output yang dihasilkan. Semakin kecil hasil
output yang dihasilkan akan mengakibatkan kemacetan atau mengurangi kelancaran
perusahaan, begitu juga apabila kondisi perusahaan sebaliknya. Dalam 5 tahun terakhir ini,
bagian tanaman berhasil meningkatkan produktivitas kerjanya, hal ini dapat dilihat pada tabel
1:
Tabel 1 Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrik pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation Tahun 2010 - 2014
Thn
2010 150 32 25 57 11.530,76 202,29 0
2011 648 38 18 56 15.501,81 276,82 36,84
2012 1.820 42 25 67 13.137,46 196,08 (29,17)
2013 2.575 58 22 80 11.372,01 142,15 (27,50)
2014 2.575 62 18 80 13.760,81 172,01 21,01
Sumber : Bagian Pabrik Pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Dari tabel 1 dia atas secara umum terlihat dari tahun ke tahun produktivitas tenaga
kerja karyawan pabrik perusahaan PT.Meridian Sejati Suryaplantation mengalami fluktuasi.
Berfluktuasinya tingkat produksi CPO (Crude Palm Oil) perusahaan karena penggunaan alat
berat yang membantu kegiatan produksi perkebunan sawit. Dalam kegiatannya, perusahaan
ini melaksanakan kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB selama 6
hari dalam seminggu.
Dengan adanya jam kerja yang telah ditentukan oleh peusahaan, maka setiap
karyawan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Masing-masing karyawan hanya
kurang berhati-hati dalam menggunakan peralatan yang ada, akan dapat menimbulkan
terjadinya kecelakaan. Dalam pelakasanaan tugas dan untuk keselamatan kerja karyawan PT.
Meridan Sejati Suryaplantation menggunakan alat-alat pengaman sebagai berikut : kacamata,
safety belt, helm, safety shoes, sarung tangan, masker hidung,penutup telinga, dan baju kerja.
Perusahaan ini belum mempunyai klinik sendiri untuk mengantisipasi timbunya kecelakaan
kerja pada lingkungan perusahaan namun perusahaan telah menyediakan kotak P3K untuk
keperluan pertolongan pertama bagi karyawan yang mengalami kecelakaan di tempat kerja
dan jika tidak memungkinkan ditangani oleh obat-obatan dalam P3K maka perusahaan
membawa ke rumah sakit terdekat.
Pekerjaan yang dilaksanakan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation cukup
berbahaya, yang dapat membahayakan jiwa seseorang, maka hal-hal yang berhubungan
dengan keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Kurangnya perhatian
perusahaan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yang berarti akan menyebabkan
timbulnya kerugian material dan penderitaan bagi karyawan dan keluarganya yang
mengalami kecelakaan tersebut.
Agar mengecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut dibentuklah
Enviromental Health & Safety (EHS) di lingkungan PT. Meridan Sejati Suryaplantation, yang
mana berarti Enviromental Health & Safety (EHS) adalah orang-orang/team yang diberi tugas
oleh perusahaan dalam mengidentifikasikan dan mengevaluasi masalah keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) serta merekomendasikan prioritas. Adapun tugas-tugas dari
Enviromental Health & Safety (EHS) adalah sebagai berikut : mengembangkan
efektif, mencegah kecelakaan dan pernyakit akibat kerja serta memelihara kondisi kerja yang
selamat dan sehat serta dan cara kerja yang aman, memelihara tata rumah tangga yang baik,
sebab tata rumah tangga (house keeping) yang baik adalah indikasi dari departemen yang
efisien, mendorong agar karyawan mau memberikan sumbang saran tentang EHS dan
sumbang saran tersebut hendaknya diperhatikan dengan seksama, menegakkan peraturan
EHS perusahaan dengan tegas dan melaporkan kecelakaan, pemakaian obat-obatan dari kotak
P3K dan memeriksa kecelakaan baik berat,sedang dan ringan,menemukan penyebabnya
untuk mencegah kecelakaan serupa dimasa mendatang (tidak terulang lagi).
Mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan salah satu faktor penting dalam
memberikan rasa tentram, kegiatan bekerja pada pegawai,sehingga dapat mempertinggi mutu
pekerjaan, meningkatkan produksi perusahaan dan prestasi kerja, mempersiapkan karyawan
untuk dapat bekerja secara aman dengan jalan memberikan bimbingan sebelum bekerja dan
bimbingan harus menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti serta berguna.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena
hubungan kerja dan kemungkinan disebabka oleh bahaya yang ada kaitannya dengan
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Data-data mengenai kecelakaan kerja
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Klasifiasi aan Jumlah Kecelaiaaan Karyawaan Pabrii Pa a PT.Meri aan Sejati Suryaplaantatioan Perio e Tahuan 2010 – 2014
Sumber : PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Keterangan :
R : Ringan
B : Berat
MD : Meninggal Dunia
Dari tabel atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
tersebut terjadi kecelakaan kerja yang meningkat pada perusahaan yang bersangkutan.
Dimana dilihat dari total jumlah kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun yakni 62
orang, tampak ada peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 dengan jumlah
karyawan pabrik sebanyak 57 orang maka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 7 orang
dengan perincian 5 orang kecelakaan ringan dan 2 orang diklasifikasikan kecelakaan berat.
Dan persentase kecelakaan yang terjadi sebesar 11,29% dan dari tahun ke tahun jumlah
kecelakaan kerja mengalami peningkatan sampai tahun 2014 dengan jumlah karyawan
sebanyak 80 orang dan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 18 orang
dengan kategori 16 orang kecelakaan ringan dan 2 orang kecelakaan berat.
Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Meridan Sejati Suryaplantion
memnunjukkan klasifikasi kecelakaan yang terdiri dari ringan dan berat, sedangkan karyawan
yang menyebabkan meninggal dunia tidak ada. Di sini dikatakan kecelakaan ringan yaitu
karyawan yang mengalami kecelakaan dapat ditangani langsung oleh P3K yang ada di
perusahaan, sedangkan kecelakaan berat adalah karyawan yang mengalami kecelakaan
dimana karyawan tidak bisa ditangani langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, karena
si korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Kecelakaan yang menimbulkan cacat fisik bagi si korban, yang menyebabkan meninggal
dunia disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa dirinya sewaktu karyawan tersebut bekerja
belum ada.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan
menganalisa lebih lanjut tentang pengawasan keselamatan kerja karyawan pada perusahaan
ini dengan judul : “ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI SURYAPLANTATION”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
2. Bagaimanakah pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation?
3. Bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara bersamaan terhadap kepuasan kerja PT. Meridan Sejati Suryaplantion?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
b. Unruk mengetahui pengaruh variabel kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
c. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
2. Manfaat penelitian ini adalah :
a. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan program keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Menambah pengalamanpenulis dalam mengembangkan wawasan dan menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.
D. Sistimatika Penulisan
Dalam penulisan ini penulis akan membaginya kedalam 6 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini terlebih dahulu penulis mengemukakan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan seistimatika
penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA & HIPOTESA
Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja, peneyebab kecelakaan kerja, tujuan program keselamatan dan
kesehatan kerja, pengertian produktivitas kerja, metode penilaian
produktivitas, penelitian terdahulu serta hipotesa dan variabel penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data,analisa data dan variabel penelitian.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini dijelaskan secara singkat tentang sejarah berdirinya
perusahaan,struktur organisasi perusahaan, aktivitas perusahaan.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kebijaksanaan perusahaan
dalam menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja untuk tenaga
kerja.
Dalam bab ini merupakan bab terakhir, dimana penulis mengemukakan suatu
kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya kemudian penulis
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA
A.Telaah Pustaka
1. Konsep Keselamatan Kerja
Dahulu, bidang kesehatan kerja disebut dengan istilah “perlindungan buruh”, namun
istilah itu tidak lagi dianggap tepat digunakan untuk kondisi saat ini. Semua bidang dalam
hukum perburuhan bertujuan elindungi buruh dari pihak ekonomi kuat. Dengan demikian,
kesehatan kerja bukanlah satu-satunya bidang yang berbicara menegnai perlindungan
buruh,karena sesungguhnya perlindungan tersebut merupakan hakikat dari hukum
perburuhan secara keseluruhan. Sementara itu, bidang keselamatan kerja, dahulu lebih
ditujukan untuk menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan karena kecelakaan, untuk
selanjutnya menyelamatkan para pekerja di tempat kerja.
Prof. Iman Soepomo dalam bukunya “ Pengantar Hukum Perburuhan” yang dikutip
oleh Helena Poerwanto dan Syaifulla (2005:18) membagi hukum perburuhan mejadi 5 bidang
sebagai berikut.
a. Bidang pengerahan dan penempatan tenaga kerja
b. Bidang hubungan kerja
c. Bidang kesehatan kerja
d. Bidang keselamatan/keamanan kerja
e. Bidang jaminan sosial
Kelima bidang yang dikenal sebagai sistematika panca warna tersebut didasarkan
Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum
penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai
aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Di Indonesia, sumber-sumber
hukum yang menjadi dasar penerapan K3 adalah sebagai berikut.
a. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
c. Peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelanggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
d. Keputusan presiden nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja
e. Peraturan menteri tenaga kerja nomor per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendafaran Kepesertaan,
f. Pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan Pelayanan Sosial Tenaga Kerja.
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif, sebagaimana terlihat pada
daftar perundang-udangangan K3. Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah
undang-undang no. 1/1970 tentang kesalamatan kerja. Undang-undang ini meliputi semua
tempat kerja dan menekankan pentinganya upaya atau tindakan pencegahan primer.
Undang-Undang no.23/1992 tentang kesehatan memberikan ketentuan mengenai
kesehatan kerja dalam pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan
supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan
kerja merka sesuai dengan program perlindungan tenga kerja. Adapun 3 (tiga) alasan yang
paling mendasar perusahaan memerlukan manajemen keselamatan kerja,diantaranya :
a. Alasan hukum (Legal Complience). Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja di perusahaan tertuang kepada UU No. 1 tahun 1970.
Undang-undang ini merupakan dasar pengolahan keselamatan kerja. Di samping itu,
juga tertuang dalam keputusan meteri pertambangan no.555k/26/M.PE/1995.
Keputusan ini lebih jauh mengatur keslamatan kerja di tambang. Kedua peraturan di
atas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin perusahaan memenuhi
peraturan tersebut.
b. Alasan Ekonomi (Business Reason). Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan,
dan ini berarti membantu menaikkan profit perusahaan.
c. Alasan moral (Moral Complience). Dalam undang-undang dasar tahun 1945 (UUD 1945), dikatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti lingkungan kerja yang
nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi
dalam meningkatkan suasana pekerjaan bagi karyawan.
Menurut Moenir (1999:5):
Keselamatan kerja adalah suatu usaha yang dapat mendorong terciptanya keadaan
yang aman dan sehat di tempat kerja, baik bagi tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan kesalamatan.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang hak dan
kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
f. Olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan
kerja atau penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali
hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,
dan tindakan antisipasif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah
kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan
bagaimana implementasinya dalam lingkungan perusahaan. Menurut Suma’mur (2000:1):
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa keselamatan kerja memegang
pernaan penting dalam lingkungan kerja. Keselamatan kerja diperukan tenaga kerja untuk
memberikan jaminan atas kenyamanan dan keselamatan diri dalam lingkungan kerja. Selain
tiu juga keselamatan kerja berkaitan berkaitan erat dengan produktivitas perusahaa. Dengan
keselamatan kerja yang tinggi, maka kecelakaan kerja dapat berkurang, sehingga tenaga kerja
yang tinggi, maka kecelakaan dapat berkurang, sehinggan tenaga kerj adapat lebih produktif
bekerja. Oleh karena itu, keselamatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja,
tetapi juga kesadaran dan tanggung jawab tenaga kerja dengan disertai pengawasan yang bai
dari pemerintah.
Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagi berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
yaitu:
b. Mencegah,mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,peracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Meneyelenggarakan peneygaran udara yang cukup;
k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
l. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penympanan barang;
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi dibuatnya aturan
penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja, serta pengaturan dalam
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut, potensi bahaya kecelakaan
kerja dapat dieliminasi atau setidaknya direduksi.
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal 3 ayat 1.
Penyelanggaran K3, yaitu:
a. Seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan;
b. Pemebentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak melaksanakan K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat pekerja dalam
pelaksanaan program K3 di tempat kerja; dan
c. Kualitas program pelatihan K3 di tempat kerja sebagai sarana sosialisasi.
Hal lain yang lain juga diperlukan dalam rangka mendukung terlaksananya program
K3 adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi
program serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja untuk dan atas nama
pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja. Apabila terjadi peristiwa demikian, maka
hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
b. Pelatihan, Intruksi, informasi dan pengawasan kecelakaan kerja
c. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja
d. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan perlatan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan
e. Perlindungan bagi bekerja lain sebagai tindakan preventif
f. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi)
g. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja
h. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja
i. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak yang berwenang
j. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja
Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya tidak
sama sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus menjadikan perhatian dari pihak
manajemen dan unit-unti teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap keselamatan
kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan merupakan bagian yang selalu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehigga upaya
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak perencanaan. Pada
setiap perusahaan diharuskan berdiri panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
(P2K3), berdasarkan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970.
Inti dari terlaksannya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan standar berupa
dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu K3 yang dijadikan
pedoman bagi pekerja dan pengusaha.
b. Konsep Kesehatan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang slaah
atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagi sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri
dari teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap
karyawan pabrik. Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan
pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang
tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang
aman slaah satunya diklasifikasikan deperti latihan sebagi kegagalan menggunakan peralatan
keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai
kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan
biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya
satu saja.
Menurut Silalahi (1999:22) : Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak
membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selama. Dengan kata lain kecelakaan
kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Menurut Suma’mur (2000:5) : Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilu kesehatan atau ilmu kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar bekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-setingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa kesehatan kerja berpusat pada
manusia dan bersifat medis. Sebagai pelaksana kegiatan produksi, manusia harus selalu
dalam keadaan sehat baik fisik maupun mental. Dengan demikian tenaga kerja dapat bekerj
adengan tenang tanpa gangguan apapun.
Kesehatan kerja berkaitan dengan aspek-aspek kesehatan kerja dan lingkungannya.
Kesehatan kerja dilaksanakan pada komunitas tenaga kerja melalui upaya pencegahan
penyakit umum maupun penyakit akibat kerja, pengobatan tenaga kerja yang sakit serta
rehabilitasi tenaga kerja yang cacat akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja.
Sumber-sumber bahaya ini berasal dari bangunan, peralatan, instalasi, bahan baku, proses dan cara
kerja, serta lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, fasal
kerja atau ergonomo dan psikologi.
Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi
merupakan akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Secara umum
kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh :
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman
ILO mengklasifikasikan kecelakaan kaibat kerja sebagai berikut :
a. Kalsifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan
1. Orang jatuh
2. Terpukul benda jatuh
3. Tersentuh/ terpukul benda yang tidak bergerak
4. Terjepit di antara dua benda
5. Gerakan yang dipakasakan
6. Terkena suhu yang ekstrem
7. Tersengat arus listrik
8. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi
9. Lain-lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini
b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda
1) Mesin
Penggerak utama terkecuali motor listrik
Gigi transmisi mesin
Mesin pemotong/ pembentuk logam
Mesin kayu
Mesin pertambangan
Lain-lain mesin yang tidak termasuk klasifikasi ini
2) Alat pengangkat dan sarana angkutan
Mesin dan perlengkapan pengangkat
Pengangkut di atas rel
Alat pengangkut lainnya selain di atas rel
Pengangkut udara
Pengangkut perairan
Lain-lain sarana angkutan
3) Perlengakapan lainnya
Bejana bertekanan
Dapur, oven, pembakaran
Pusat-pusat pendingin
Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan listrik
Alat-alat listrik tangan
Alat-alat listrik tangan
Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik
Tangga, jalur landai (ramp)
Perancah
4) Material, bahan dan radiasi
Serbuk, gas, cairan dan kimia
Pecahan terpelanting
Radiasi
Lain-lain
5) Lingkungan kerja
Di luar gedung
Di dalam gedung
Di bawah tanah
6) Lain-lain
Hewan
Lain-lain
c. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka
Fraktur/retak
Diskolasi
Terkilir
Geger otak dan luka di dalam lainnya
Amputasi dan enukleasi
Luka-luka lainnya
Luka-luka ringan
Memar dan remuk
Terbakar
Pengaruh cuaca
Sesak nafas
Akibat arus listrik
Akibat radiasi
Lain-lain luka
d. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka pada bagian
Kepala
Leher
Badan
Tangan
Tungkai
Aneka lokasi
Luka-luka lainnya
Analisa sebab kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab kecelakaan. Analisa ini
dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaa.
Kecelakaan diselidiki dengan maksud untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan dan mencegah terulangnya peristiwa yang serupa. Untuk mengurangu
terjadinya kecelakaan kerja harus dilakukan segala upaya untuk mencegah kecelakaan kerja,
natara lain dengan:
kerja perlaatan industri, tugas-tugas pengawas dan buruh, latihan, supervisi medis,
pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan keselamatan.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi misalnya mengenai kontruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis
peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan hygiene umum, atau
alat-alat perlindungan diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan yang bertujuan agar dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar tanaman, pengujian alat-alat perlindungan diri,penelitian
tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau pemilihan tentang bahan dan desain
paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
e. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, serta keadaa-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan
f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya kecelakaan, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
penyebabnya
i. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan untuk menumbuhkan sikap untuk selamat
j. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatakan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaa, jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik
k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Kecelakaan terjadi pada perusahaan,
sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada
tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Tujan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Kesehatan kerja dalam hal ini berguna sebagai:
a. Alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-setingginya
b. Hal ini dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja
c. Alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
Kesehatan kerja juga mencegah penyakit yang timbul karena hubungan kerja atau
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Adapun yang menjadi faktor penyebab
penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:
a. Golongan fisik, seperti :
1) Getaran atau suara yang terlalu tinggi dapat meneybabkan ketulian
3) Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu terlalu rendah dapat menimbulkan frostbite
4) Tekanan udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketulian permanent dan penyakit Caisson
5) Penerangan lampu yang kurang baik dapat mengganggu indera penglihatan, sedangkan yang terlalu silau dapat memudahkan terjadinya kecelakaan.
b. Golongan kimia, seperti :
1) Debu yang dapat menimbulkan penyakit saluran pernafasan, misalnya silika dan asbes
2) Uap yang dapat menimbulkan keracunan dan penyakit kulit
3) Kabut yang dapat menimbulkan keracunan. Misalnya racun serangga atau insektisida
4) Gas, misalnya keracunan karbon monoksida dan lain-lain
5) Larutan atau cairan beracun
c. Golongan biologis, seperti:
1) Tumbuhan yang beracun atau yang dapat menimbulkan alergi
2) Bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja penyamak kulit
d. Golongan Fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, kesalahan cara melakukan pekerjaan dan lain-lain, yang dapat
menimbulkan keletihan dan kelelahan fisik
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit akibat kerja
adalah sebagai berikut:
a. Substitusi, bahwa yang berbahaya atau yang terbukti dapat menyebabkan penyakit secara tepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.
b. Isolasi, yaitu mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan atau larutan yang menimbulkan gas berbahaya.
c. Ventilasi penyedotan, dengan menggunakan kipas penyedot atau exhaust fan agar gas yang berbahaya dapat keluar dan ditukar dengan udara bersih.
d. Ventilasi umum, pada tempat kerja untuk memudahkan pertukaran udara.
e. Alat perlindungan diri, yaitu alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh yang wajib dipakai untuk mencegah terjadinya kecelakaan misalnya helm pengaman,
sepatu, masker, sarung tangan dan lain-lain.
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, merupakan pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui apakah pekerjaan yang akan diberikan sesuai dengan
keadaan fisik dan mental calon pekerja.
g. Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk mengetahui apakah faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja tersebut telah menimbulkan gangguan
atau kelainan dalam tubuh pekerja atau tidak.
h. Pemeriksaan kesehatan khusus, pemeriksaan ini dilakukan pada pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya.
Pekerja tersebut harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan
i. Penerangan sebelum kerja, yaitu karyawan yang bekerja terlebih dahulu harus menjalani induksi atau pengenalan lingkungan pekerjaan dan semua peraturan
kesalamatan dan kesehatan kerja, sehingga nantinya mereka lebih berhati-berhati dan
dapat meningkatkan kewaspadaan dalam melaksanakan pekerjaannya.
j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja diberikan kepada setiap tenaga kerja secara berlanjut, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan dan
bekerja dalam keadaan sehat dan selamat.
3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Menurut peraturan menteri tenaga kerja NO. PER 04/MEN/1987, panitia pembina
keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja, untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Adapun yang merupakan syarat pembentukan panitia pembina keselamatan dan
kesehatan kerja (P2K3) adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500 orang wajib membentuk P2K3, dengan jumlah anggota 12 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang mewakili
unsur pengusaha dan 6 orang mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk
2 orang yang ditunjuk sebagai sekretaris.
3 orang mewakili unsur pengusaha dan 3 ornag mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah
termasuk 1 orang yang ditunjuk sebagai sekretaris.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 50 orang sampai dengan 100 orang dengan:
1) Tingkat bahaya tinggi wajib membentuk P2K3 dengan jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3 orang mewakili unsur pengusaha dan 3 orang
mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk 1 orang yang ditunjuk
sebagai sekretaris.
2) Tingkat baha rendah wajib mempunyai 1 orang ahli keselamtan dan kesahatan kerja.
d. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang dengan:
1) Tingkat bahaya tinggi wajib mempunyai 1 orang ahli keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.
2) Tingkat bahaya rendah wajib mempunyai 1 orang ahli keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya
terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Sekretaris P2K3 adalah ahli keselamatan dan
kesehatan kerja atau petugas keselamatan dan kesehatan kerja. Ketua P2K3 adalah pimpinan
perusahaan atau salah satu petugas yang ditunjuk khusus untuk kelompok sentra industri.
4. Tahap Pembentukan P2K3
1) Kebijakan perusahaan. Kebijakan P2K3 perusahaan harus terlebih dahulu menggariskan dan menjalankan pokok-pokok pikrian mengenai pelaksanaan K3
serta membentuk P2K3. Kebijakan ini biasa disebut Safety and Health Policy,
yang isinya antara lain menegaskan bahwa:
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam kelancaran produksi.
Pimpinan perusahaan brtanggung jawab atas pelaksanaan usaha K3.
Semua karyawan harus memahami dan ikut dalam kegiatan K3.
Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan tentang K3.
Penyediaan anggaran. P2K3 sebagai koordinator pelaksana kegiatan K3.
2) Inventarisasi calon anggota. Pimpinan perusahaan menyusun daftar calon anggota P2K3 yang digariskan oleh unit masing-masing dan memutuskan diantara calon
tersebut yang akan menjadi calon anggota P2K3. Setelah itu, calon anggota
dikumpulkan dan diberi pengarahan tentang kebijaksanaan pimpinan perusahaan
dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Konsultasi ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk teknis yang diperlukan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pembentukan P2K3.
b. Tahap Pelaksanaan
2) Perusahaan melaporkan ke Departemen Tenaga Kejra setempat dan membuat permohonan tertulis untuk pengesahan secara resmi. Pada waktu melaporkan
pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan pembentukan P2K3
dapat sekaligus mengajukan permohonan secara tertulis untuk mendapatkan
pengesahan.
Secara umum tugas pokok dari Pembina Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) adalah sebagai badan pertimbangan di tempat kerja, yaitu badan yang memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta atau tidak kepada pengusaha atau pengurus di tempat
kerja yang bersangkuran, mengenai masalah-masalah keselamatan keselamatan dan
kesehatan kerja. Fungsi dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04/MEN/1987 adalah menghimpun dan
mengolah segala data dan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pelatihan dan
penelitian keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Konsep Kepuasan Kerja
Jika membicarakan tentang produk barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
maka tidak akan terlepas dari permasalahan kepuasan kerja. Menurut Kartono (1999:32)
pengertian kepuasan kerja:
Kondisi dimana karyawan dalam menjalankan tugas dan pencapaian standar
keberhasilan yang telah ditentukan oleh instansi kepada karyawan sesuai dnegan job yang
Menurut Siagian (2003:195) penegrtian dari kepuasan kerja adalah cara pandang
seorang baik yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya.
Pengertian kepuasan kerja menurut T.Hani Handoko (2000:76) adalah sebagai
berikut : kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadapt pekerjaannya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap
individu memiliki kepuasan yang berbeda-beda sesuai degan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan
individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian,
kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya
senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Adapun teori kepuasan kerja
yang cukup dikenal adalah :
1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan mnghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari
yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat
discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang
tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa
yang dicapai.
situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori
keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai
bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,
pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang
dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti :
upah/gaji, keuntungan sampingan, symbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk
berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan ornag selalu membandingkan dapat berupa
seorang diperusahaan yang sama, atau ditempat lain atau bisa pula dengan dirinya
sendiri di masa lalu. Menurut teori ini setiap karyawan akan membandingkan rasio
input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila pertandingan itu dianggap
cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila pertandingan itu tidak seimbang
tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.
3. Teori dua faktor (Two Factor Theory). Menurut teori ini kepuasankerja dan ketidakpuasan kerja ini merupakan hal ang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan
terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan
karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau motivator dan
dissatisfies. Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber
kepuasan kerja yang terdiri dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada
kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi.
faktor ini tidak selalu megakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene factors)
adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari : upah/gaji,
pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini diperlukan
untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika todak
terpenuhi faktor ini, karyawan tidak akan puas. Namun jika besarnya faktor ini
memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa
meskipun belum terpuaskan.
Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
keadaan, kondisi ataupun cara pandang seseorang pada saat ia melakukan pekerjaan baik itu
sisi positif maupun sisi negatifnya.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak
jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, locus of control, pemenuhan
harapan penggajian dan efektifitas kerja. Menurut Job Descriptive Index (JDI), faktor-faktor
penyebab kepuasan kerja menrut Veithzal (2004:45) ialah :
a. Bekerja pada tempat yang tepat
b. Pembayaran yang sesuai
c. Organisasi dan manajemen
d. Supervise pada pekerjaan yang tepat dan,
Pendapat Siagian menyatakan bahwa dalam menilai tentang kepuasan kerja maka
perlu dilakukan analisis kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat
kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Selanjutnya Siagian (2003:201) menambahkan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi terhadapt kepuasan kerja seseorang yaitu:
a. Pekerjaan yang penuh tantangan
b. Penerapan sistem penghargaan yang adil
c. Kondisi yang sifatnya mendukung
d. Sikap rekan sekerja
Berikut ini uraian tentang faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis
kepuasan kerja seseorang menurut pendapat Siagian (2003:1208):
a. Kepuasan Kerja dan Prestasi
Pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat korelasi positif antara kepuasan
kerja dan prestasi kerja seseorang. Pada hal berbagai penelitian membuktikan bahwa
seorang karyawan yang puas tidak dengan sendirinya merupakan karyawan yang
berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi biasa-biasa saja. Jika demikian
halnya dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor
motivasional kuat untuk berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu
mendorong untuk berprestasi karena kepuasannya tidak terletak pada motivasinya
akan tetapi terletak pada faktor-faktor lain misalnya imbalan.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli serta pengalaman
organisasi terlihat bahwa korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingakt
kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan
kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya.
c. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah
Salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah adalah ketidakpuasan pada
tempat bekerja sekarang. Sebab-sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti
penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang
memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan maupun dengan para
rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesaui dan berbagai faktor lainnya.
d. Kepuasan Kerja dan Usia
Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara oraganisasi dengan para
anggoatnya. Kaitan antara usia karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat
perhatian. Berbagai alasan sering dikemukakan terhadap fenomena ini yaitu:
1) Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karir baru ditempat lain
2) Sikap yang dewasa dan amatang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita-cita
3) Gaya hidup yang sudah mapan
4) Sumber penghasilan yang relatif terjamin
e. Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan
Umumnya tingkat kepuasan cenderung lebih tinggi pada karyawan dengan jabatan
yang tinggi. Alasannya antara lain :
1) Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak
2) Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuas kerjanya
3) Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi
Alasan tersebut bertalian erat dengan prospek bagi seseorang untuk dipromosikan,
perencanaan karir dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi
f. Kepuasan kerja dan Besar Kecilnya Organisasi
Kehidupan di dunia kerja tidak hanya digunakan oleh manusia untuk memuaskan
kebutuhan materiil saja, akan tetapi juga untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya
seperti mental, psikologikal, sosial dan spiritual. Maka besar kecilnya organisasi turut
berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Artinya jika karena besar kecilnya organisasi
karyawan terbenam dalam masa pekerja yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan
identitasnya menjadi kabur karena hanya dikenal dengan nomor pegawai, hal tersebut
dapat menjadi dampak negatif pada kepuasan kerjanya.
Oleh karena itu organisasi yang besar perlu mencari cara pengelompokan para
karyawan sedemikian rupa sehingga masing0masing karyawan tetap merasa mendapat
perlakuan dan perhatian individual sesaui jati diri masing-masing dan tidak sekedar alat
produksi yang diberi nomor pegawai sebagai peunjuk identitasnya. Seseorang mempunyai
didukung oleh manajemen yang mapan. Kelemahan manajemen dapat menimbulkan
kesalahan dalam menetapkan tenaga kerjanya.
Hal tersebut dapat berakibat timbulnya keresahan kerja, turunnya seangan dan gairah
kerja, kekeliruan dalam melaksanakan tugas, turunnya produktivitas kerja. Akibat dari
timbulnya masalah di atas akan dapat membawa pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
yang diharapkan.
Untuk memelihara kondisi ini karyawan/pekerja harus mendapatkan perhatian
sungguh-sungguh dari instansinya. Program pelatihan dan pendidikan serta fasilitas kerja
mempunyai dampak yang cukup besar, karena kemampuan dan keterampilan serta skill para
karyawan/pekerja perlu didukung oleh instansinya melalui pendidikan, latihan dan
pengembangan. Sleain itu efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang telah dirancang secara
efisien mendorong para karyawan yang mempunyai kemampuan dan termotivasi untuk
mencapai keberhasilan.
7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diantaranya adalah:
a. Noor Eva Koesumawati, Tahun 2004 dari Universitas Widya Dharma Klaten dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan kerja dan jaminan keselamatan kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PT Kusumatex Yogyakarta”. Metode analisis data
dengan regresi linier berganda dan analisis korelasi berganda, dan menyimpulkan ada
pengaruh signifikan antara jaminan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
ini ditunjukkan dengan diperolehnya untuk jaminan kesehatan dan keselamatan
berpengaruh secara bersama-sama yaitu nilai F hitung > F tabel, yaitu 6,448 > 2,021.
b. Dewi Muthmainah tahun 2004 dari Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan bagian produksi pada CV Agung Klaten”. Metode analisis data dengan
regresi berganda, uji signifikan dan determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh
secara bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja
terhadapproduktivitas kerja karyawan di bagian produksi pada CV Agung Klaten, F
hitung > F tabel yaitu 6,362 >4,17. Serta secara individu jaminan kesehatan dan
jaminan kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada CV
Agung Klaten, untuk variabel independent jaminan kesehatan kerja nilai t hitung > t
tabel yaitu 2,215 > 2,048 dan kesejahteraan kerja nilai t hitung > t tabel yaitu 2,104 >
2,048. Jadi variabel independent yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas
adalah jaminan kesehatan kerja. Posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
peneliti mengambil judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di Klaten”, tempat
penelitian yang dilakukan adalah diperusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan
dua dari peneliti terdahulu adalah di perusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan
dua dari peneliti terdahulu dari perusahaan konveksi dan mebel. Dan metode penilaian
yang dilakukan adalah validitas dan reliabilitas utnuk mengukur questionaire, regresi
berganda, uji statistik yaitu uji F dan uji t, dan menggunakan sample 30 responden
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan hasil
perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung 7,485 yaitu lebih besar dari
nilai F tabel 4. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh
secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Niali t hitung untuk program
keselamatan kerja (X) 2,102 > t tabel 2,048. Nilai t hitung untuk program kesehatan
B. Hipotesis
Bertitik tolak dari perumusan maslah dan dikaitka dengan teori maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga keselamatan kerja berpengaruh terhadap keputusan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
2. Diduga kesehatan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
3. Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
C. Variabel Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas variabel penelitian yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah:
Variabel Dependen/Terikat (Y) : Kepuasan Kerja
Variabel Independen?Bebas (X)
1. Keselamatan kerja (X1)
BABIII
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) PT.Meridan Sejati
Suryaplantation yang terletak di Desa Kerinci kiri Kabupaten Siak-Riau.
B.Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi :
1. Data primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari para responden yang berhubungan dengan
obyek penelitian pada PT. Meridan Sejati Suryaplantaion berupa kebijaksanaan dalam
penyelidikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan seperti jumlah karyawan,
kasus kecelakaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain.
C.Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah karyawan lapangan pada bagian produksi di PT.
Meridan Sejati Plantation tahun 2007 berjumlah 80 orang. Pengambilan sampel dengan
menggunakan metode Slovin (Husein Umar,2005), yaitu:
n= N
1 + Ne2
Dimana :
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang
masih
dapat ditolerir atau diinginkan, diambil contoh 10%
Rumus pengambilan sampel yang diambil adalah :
80 = 80 = 44,44 orang
1 + (80 . (0,102)) 1,80
Sampel yang diambil sebanyak 45 orang. (Pembulatan)
D.Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Quesioner. Metode yang dilakkan untuk memperoleh data primer yaitu dengan membuat suatu daftar pertanyaan secara sistematik dengan tujuan mendapat data yang
diinginkan. Daftar pertanyaan yang dibuat diedarkan pada responden yaitu karyawan
yang menjadi sampel penelitian.
2. Interview (wawancara). Metode ini dilakukan dengan wawancara pihak perusahaan dan karyawan yang berkaitan langsung dengan objek penelitian.
E. Operasional Variabel
Keselamatan Kerja a. Kelengkapan alat pengaman keselmatan kerja
b. Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja
c. Frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja
d. Kerusakan alat pengaman keselamatan kerja e. Alat penerangan yang disediakan oleh
Kesehatan Kerja (Variabel X2) Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesejatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
(Suma’mur,2000:5)
Kesehatan Kerja a. Waktu istirahat yang disediakan perusahaan b. Tingkat kebisingan lokasi kerja
c. Keadaan atau lingkungan tempat kerja d. Hubungan karyawan dengan karyawan atau
hubungan karyawan dengan atasan pada emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan
c. Kualitas hasil kerja sesuai dengan standart d. Kualitas hasil kerja sesuai perintah pimpinan e. Lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart
perusahaan
f. Jarang terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan
F. Metode Analisa Data
Dalam membahas hasil penelitian penulis menggunakan metode analisis deskriptif,
yaitu suatu cara penulisan yang mengumpulakn, mengklasifikasikan data-data serta
selanjutnya menganalisa data sedemikian rupa dihubungkan dengan teori-teori yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas untuk mengambil kesimpulan.
Untuk menilai pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation maka penulis menggunakan formula regresi berganda sebagai
beikut : (J.Supranto : 278)
Y =
βo = Bilangan konstan yang merupakan titik potong dengan sumbu
vertikal
pada gambar kalau dilihat nilai x=0
β = Slop, yaitu kecondongan
X1 = Keselamatan kerja
X2 = Kesehatan kerja
e = Epsilon/variabel pengganggu
Sebelumnya penulis telah menetapkan bobot atau nilai dari masing-masing jawaban
yang dipilih oleh responden menurut Skala Likert adalah sebagai berikut :
a. Jika jawaban yang dipilih adalah A maka mempunyai bobot nilai 5
b. Jika jawaban yang dipilih adalah B maka mempunyai bobot nilai 4
c. Jika jawaban yang dipilih adalah C maka mempunyai bobot nilai 3
d. Jika jawaban yang dipilih adalah D maka mempunyai bobot nilai 2
e. Jika jawaban yang dipilih adalah E maka mempunyai bobot nilai 1
Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil penghitungan masing-masing variabel pada
questionaire yang disebarkan pada 45 orang responden maka data-data tersebut
dimasukkan/diproses ke dalam Program SPSS for Windows versi 12.00 untuk melihat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh masing-masing variabel.
Dengan menggunakan regresi berganda akan dibahas mengenai :
1. Uji F
Kriteria penolakan untuk uji F
Jika F-hitung < F tabel,maka Ho diterima
Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana
RJK Regresi = Rata-rata jumlah kuadrat regresi
RJK Residu = Rata-rata jumlah kuadrat residu
Lalu untuk F-Tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana:
F α = Diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang k-1 dan dk penyebut nk
n = ukuran sampel
k = jumlah variabel independent + 1
2. Uji t
Selanjutnya dilakukan uji t (Analysis Test of Significant). Uji t sendiri dilaukan untuk
menguji tingkat signifikasi variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.
Berdasarkan nilai t signifikan bila probabilita > 0,05 maka Ho diterima dan bila probabilitas
< 0,05 maka Ho ditolak.
Kemudian setelah uji t, penulis akan menguji kembali melalui uji F, uji F sendiri
digunakan untuk menguji pengaruh-pengaruh variabel-variabel bebas. Dengan tingkat
spesifikasi (α) sebesar 5% atau 0,05. Pengolahan data untuk analisa di atas menggunakan
program pengolahan data statistik SPSS for Windows versi 11. F – Hitung = RJK Rregresi
RJK Residu
Kriteria Penolakan Hipotesis untuk uji t :
Jika t-hitung > t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho ditolak
Jika t-hitung < t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho diterima
Untuk menghitung-hitung digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
b= koefisien regresi
Sb= simpangan baku koefisien regresi
Lalu untuk t-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :
3. Pengujian Keeratan Hubungan (Korelasi)
Untuk menguji keeratan hubungan variabel beas (X) terhadap variabel terikat
(Y),maka dilakukan dengan cara melihat nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa
keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dinyatakan dengan interval sebagai berikut :
Tabel 3 Keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dengan interval
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A.Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation didirikan pada tanggal 4 November 1992
Berdasarkan akta nomor 2 oleh Notaris Esther Liliansari, SH. Akta pendirian ini telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
C2-6634.HT.01.01.TH.93 tanggal 27 Juli 1993. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan terakhir dengan akta Nomor 26 tanggal 24 Oktober 1997 oleh
Notaris P. Sutrisno A. Tambolon,SH mengenai peningkatan mdal dasar dan modal
ditempatkan perseroan dan perubahan seluruh anggaran dasar perusahaan berdasarkan
Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Erubahan anggaran dasar
tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No. C2-25.178.HT.01.04.Th.1998 tanggal 16 November 1998.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Perkebunan, pertanian dan kehutanan;
2. Industri pengolahan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan;
3. Memperdagangkan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan baik dalam maupun di luar negeri.
Kegiatan perusahaan saat ini adalah perkebunan sawit yang terletak di Kabupaten
2000 adalah sejumlah 7.833 Ha dari seluruh areal yang telah ditanami terdapat 4.310 Ha yang
telah menghasilkan. Perusahaan ini memulai kegiatan usahanya secara komersial bulan Juli
1999.
Berdasarkan rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang diaktakan pada akta
Notaris Ira Widya Sari Juwono, SH Nomor 2 tanggal 8 Maret 1999, susunan Dewan
Komisaris dan Direksi ditetapkan sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Martias
Komisaris : Nurhandy
Komisaris : Meryani
Komisaris : Bambang Ari Priambodo
Sedangkan susunan Direksi adalah sebagai berikut :
Direktur Utama : Sifan Triyono
Direktur : Wirastuty Fangiono
Direktor : Sucitho
B.Struktur Organisasi
Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian dalam rincian tugas operasional dari
dewan direksi perusahaan ini adalah meliputi :
1. Mempersiapkan dan menyusulkan rencana tahunan berupa rencana anggaran biaya tahunan.