• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHAT"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai cabang dari manajemen juga merupakan

seni dan ilmu,hanya perbedaannya jika manajemen menitik beratkan perhatiannya pada

soal-soal manual dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor produksi lainnya,

maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan perhatiannya kepada faktor

produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan

perhatiannya kepada faktor produksi tenaga kerja dalam prakteknya manajamen sumber daya

manusia dikenal juga dengan sebutan manajemen personalia. Sasaran manjemen personalian

adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang harus diambil untuk menciptakan tenaga kerja

yang sesuai dengan pekerjaan dengan perkataan lain mengusahakan agar terdapat suatu

bentuk kerja yang harmonis diantara manusia-manusia yang bekerja dalam pekerjaan itu

sendiri.

Berkembangnya pembangunan dewasa ini, ditandai oleh kemajuan disektor industri

dan jasa yang telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh

dan memberikan dampak yang besar dalam perluasan kesempatan kerja. Peranan dunia usaha

atau sekotor swasta ini tidak terlepas dari permanfaatan sumber daya manusia atau tenaga

kerja karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting untuk kegiatan usaha tersebut,

(2)

dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan tujuan supaya tenaga kerja merasa adanya

jaminan keselamata dan kesehatan dalam bekerja.

Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja.

Sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik dan

mental. Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktifitas yang dilakukan

karyawan di perusahaan yang menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah tindakan

yang tidak terduga dan tidak diharapkan karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur

kesengajaan terlebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan kerja tidak hanya terbatas

pada Insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja, tetapi juga meliputi

kerugian fisik dan materiil sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan

selalu disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paing ringan sampai yang

paling berat dan bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu

dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau keselamatan.

Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi,dapat menimbulkan kerugian yang

dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan berupa biayaa pengobatan, hilangnya tenaga

kerja yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya sebahagian waktu yang

produktif disamping kerugian yang di alami oleh karyawan yang bersangkutan, berupa

kerugian fisik yang diderita dan kekurangan sumber penghasilan untuk kebutuhan hidupnya.

Untuk pekerjaan yang dilaksanakan karyawan, apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai

dengan yang telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam mempergunakan

(3)

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan

bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu perlu

diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat diambil, sehingga

kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan. Untuk

itu perlu tindakan penyelamatan atau yang dikenal dengan program keselamatan kerja.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,pesawat, bahan dan

proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara untuk melakan

perkerjaan. Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum adalah untuk menunjang

tercapainya rencana produksi dengan peralatan, lingkungan dan pekerjaan selamat. Agar

tindakan lebih efektif, maka perlu dibuat program keselamatan kerja. Program tersebut dapat

kompleks dapat pula sederhana.

Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, perusahaan perlu juga

memelihara kesehatan karyawannya baik fisik maupun mental apakah itu disebabkan oleh

penyakit, ketegangan/stress, maupun karena kecelakaan. Dalam hal ini pengetahuan

lingkungan kerja adalah faktor utama yang perlu diperhatikan, utnuk itulah pemeriksaan yang

berkesinambungan terhadap kondisi kerja dan kesehatan karyawan perlu diperhatikan.

Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan bahaya kesehatan yang

berhubungan dengan lingkungan kerja yang telah menyebabkan berkembang luasnya

usaha-usaha/program kesehatan kerja dalam perusahaan. Kadang-kadang program kesehatan ini

disalurkan dalam program keselamatan kerja.

Kepentingan perusahaan menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi

(4)

kecelakaan, cacat, dan kematian akibat kerja. Dimana keselamatan dan kesehatan kerja yang

baik dapat memberikan perlindungan dan keamanan bagi tenaga kerja itu sendiri.

Tersedianya fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja pada hakekatnya

memberikan keuntungan bagi tenaga kerja itu sendiri dan perusahaan karena dengan tidak

terdapatnya kecelakaan kerja dari karyawan makan target produksi dapat dicapai dan juga

biaya dalam mengatasi kecelakaan yang terjadi dapat dihinari.

Disampng ini pula pimpinan perusahaan bukan saja memperhatikan labour turn over,

tetapi juga harus memperhatikan kecelakaan kerja yang terjadi di dalam perusahaan pada

waktu karyawan melaksanakan pekerjaannya. Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi

dapat menimbulkan kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan biaya

pengobatan, hilangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya

sebahagian waktu yang produktiv disamping kerugian yang dialami oleh karyawan yang

bersangkutan, berupa kerugian fisik yang di derita dan kekurangan sumber penghasilan untuk

kebutuhan hidupnya. Untuk pekerjaan yang dilaksanankan karyawan, apakah pekerjaan yang

dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam

memperguanakan peralatan-peralatan yang ada.

PT. Meridan Sejati Suryaplantation merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Di dalam melakukan aktivitasnya perusahaan ini

memounyai kebun seluas 2.573 Ha. Perkebunan sawit tersebut membutuhkan banyak tenaga

kerja baik itu yang bersifat tetap, harian maupun tenaga kerja honoran. Adapun pemakaian

tenaga kerja tersebut digunakan untuk pembersihan area, pembibitan, penanaman,

(5)

perusahaan sangat bergantung daripada hasil output yang dihasilkan. Semakin kecil hasil

output yang dihasilkan akan mengakibatkan kemacetan atau mengurangi kelancaran

perusahaan, begitu juga apabila kondisi perusahaan sebaliknya. Dalam 5 tahun terakhir ini,

bagian tanaman berhasil meningkatkan produktivitas kerjanya, hal ini dapat dilihat pada tabel

1:

Tabel 1 Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrik pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation Tahun 2010 - 2014

Thn

2010 150 32 25 57 11.530,76 202,29 0

2011 648 38 18 56 15.501,81 276,82 36,84

2012 1.820 42 25 67 13.137,46 196,08 (29,17)

2013 2.575 58 22 80 11.372,01 142,15 (27,50)

2014 2.575 62 18 80 13.760,81 172,01 21,01

Sumber : Bagian Pabrik Pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Dari tabel 1 dia atas secara umum terlihat dari tahun ke tahun produktivitas tenaga

kerja karyawan pabrik perusahaan PT.Meridian Sejati Suryaplantation mengalami fluktuasi.

Berfluktuasinya tingkat produksi CPO (Crude Palm Oil) perusahaan karena penggunaan alat

berat yang membantu kegiatan produksi perkebunan sawit. Dalam kegiatannya, perusahaan

ini melaksanakan kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB selama 6

hari dalam seminggu.

Dengan adanya jam kerja yang telah ditentukan oleh peusahaan, maka setiap

karyawan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Masing-masing karyawan hanya

(6)

kurang berhati-hati dalam menggunakan peralatan yang ada, akan dapat menimbulkan

terjadinya kecelakaan. Dalam pelakasanaan tugas dan untuk keselamatan kerja karyawan PT.

Meridan Sejati Suryaplantation menggunakan alat-alat pengaman sebagai berikut : kacamata,

safety belt, helm, safety shoes, sarung tangan, masker hidung,penutup telinga, dan baju kerja.

Perusahaan ini belum mempunyai klinik sendiri untuk mengantisipasi timbunya kecelakaan

kerja pada lingkungan perusahaan namun perusahaan telah menyediakan kotak P3K untuk

keperluan pertolongan pertama bagi karyawan yang mengalami kecelakaan di tempat kerja

dan jika tidak memungkinkan ditangani oleh obat-obatan dalam P3K maka perusahaan

membawa ke rumah sakit terdekat.

Pekerjaan yang dilaksanakan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation cukup

berbahaya, yang dapat membahayakan jiwa seseorang, maka hal-hal yang berhubungan

dengan keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Kurangnya perhatian

perusahaan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yang berarti akan menyebabkan

timbulnya kerugian material dan penderitaan bagi karyawan dan keluarganya yang

mengalami kecelakaan tersebut.

Agar mengecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut dibentuklah

Enviromental Health & Safety (EHS) di lingkungan PT. Meridan Sejati Suryaplantation, yang

mana berarti Enviromental Health & Safety (EHS) adalah orang-orang/team yang diberi tugas

oleh perusahaan dalam mengidentifikasikan dan mengevaluasi masalah keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) serta merekomendasikan prioritas. Adapun tugas-tugas dari

Enviromental Health & Safety (EHS) adalah sebagai berikut : mengembangkan

(7)

efektif, mencegah kecelakaan dan pernyakit akibat kerja serta memelihara kondisi kerja yang

selamat dan sehat serta dan cara kerja yang aman, memelihara tata rumah tangga yang baik,

sebab tata rumah tangga (house keeping) yang baik adalah indikasi dari departemen yang

efisien, mendorong agar karyawan mau memberikan sumbang saran tentang EHS dan

sumbang saran tersebut hendaknya diperhatikan dengan seksama, menegakkan peraturan

EHS perusahaan dengan tegas dan melaporkan kecelakaan, pemakaian obat-obatan dari kotak

P3K dan memeriksa kecelakaan baik berat,sedang dan ringan,menemukan penyebabnya

untuk mencegah kecelakaan serupa dimasa mendatang (tidak terulang lagi).

Mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan salah satu faktor penting dalam

memberikan rasa tentram, kegiatan bekerja pada pegawai,sehingga dapat mempertinggi mutu

pekerjaan, meningkatkan produksi perusahaan dan prestasi kerja, mempersiapkan karyawan

untuk dapat bekerja secara aman dengan jalan memberikan bimbingan sebelum bekerja dan

bimbingan harus menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti serta berguna.

Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena

hubungan kerja dan kemungkinan disebabka oleh bahaya yang ada kaitannya dengan

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Data-data mengenai kecelakaan kerja

tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Klasifiasi aan Jumlah Kecelaiaaan Karyawaan Pabrii Pa a PT.Meri aan Sejati Suryaplaantatioan Perio e Tahuan 2010 – 2014

(8)

Sumber : PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Keterangan :

R : Ringan

B : Berat

MD : Meninggal Dunia

Dari tabel atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

tersebut terjadi kecelakaan kerja yang meningkat pada perusahaan yang bersangkutan.

Dimana dilihat dari total jumlah kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun yakni 62

orang, tampak ada peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 dengan jumlah

karyawan pabrik sebanyak 57 orang maka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 7 orang

dengan perincian 5 orang kecelakaan ringan dan 2 orang diklasifikasikan kecelakaan berat.

Dan persentase kecelakaan yang terjadi sebesar 11,29% dan dari tahun ke tahun jumlah

kecelakaan kerja mengalami peningkatan sampai tahun 2014 dengan jumlah karyawan

sebanyak 80 orang dan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 18 orang

dengan kategori 16 orang kecelakaan ringan dan 2 orang kecelakaan berat.

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Meridan Sejati Suryaplantion

memnunjukkan klasifikasi kecelakaan yang terdiri dari ringan dan berat, sedangkan karyawan

yang menyebabkan meninggal dunia tidak ada. Di sini dikatakan kecelakaan ringan yaitu

karyawan yang mengalami kecelakaan dapat ditangani langsung oleh P3K yang ada di

perusahaan, sedangkan kecelakaan berat adalah karyawan yang mengalami kecelakaan

dimana karyawan tidak bisa ditangani langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, karena

(9)

si korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Kecelakaan yang menimbulkan cacat fisik bagi si korban, yang menyebabkan meninggal

dunia disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa dirinya sewaktu karyawan tersebut bekerja

belum ada.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan

menganalisa lebih lanjut tentang pengawasan keselamatan kerja karyawan pada perusahaan

ini dengan judul : “ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI SURYAPLANTATION”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

2. Bagaimanakah pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation?

3. Bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara bersamaan terhadap kepuasan kerja PT. Meridan Sejati Suryaplantion?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian :

(10)

b. Unruk mengetahui pengaruh variabel kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

c. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

2. Manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan program keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Menambah pengalamanpenulis dalam mengembangkan wawasan dan menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.

(11)

D. Sistimatika Penulisan

Dalam penulisan ini penulis akan membaginya kedalam 6 bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terlebih dahulu penulis mengemukakan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan seistimatika

penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA & HIPOTESA

Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai pengertian keselamatan dan

kesehatan kerja, peneyebab kecelakaan kerja, tujuan program keselamatan dan

kesehatan kerja, pengertian produktivitas kerja, metode penilaian

produktivitas, penelitian terdahulu serta hipotesa dan variabel penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data,analisa data dan variabel penelitian.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini dijelaskan secara singkat tentang sejarah berdirinya

perusahaan,struktur organisasi perusahaan, aktivitas perusahaan.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kebijaksanaan perusahaan

dalam menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja untuk tenaga

kerja.

(12)

Dalam bab ini merupakan bab terakhir, dimana penulis mengemukakan suatu

kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya kemudian penulis

(13)

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA

A.Telaah Pustaka

1. Konsep Keselamatan Kerja

Dahulu, bidang kesehatan kerja disebut dengan istilah “perlindungan buruh”, namun

istilah itu tidak lagi dianggap tepat digunakan untuk kondisi saat ini. Semua bidang dalam

hukum perburuhan bertujuan elindungi buruh dari pihak ekonomi kuat. Dengan demikian,

kesehatan kerja bukanlah satu-satunya bidang yang berbicara menegnai perlindungan

buruh,karena sesungguhnya perlindungan tersebut merupakan hakikat dari hukum

perburuhan secara keseluruhan. Sementara itu, bidang keselamatan kerja, dahulu lebih

ditujukan untuk menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan karena kecelakaan, untuk

selanjutnya menyelamatkan para pekerja di tempat kerja.

Prof. Iman Soepomo dalam bukunya “ Pengantar Hukum Perburuhan” yang dikutip

oleh Helena Poerwanto dan Syaifulla (2005:18) membagi hukum perburuhan mejadi 5 bidang

sebagai berikut.

a. Bidang pengerahan dan penempatan tenaga kerja

b. Bidang hubungan kerja

c. Bidang kesehatan kerja

d. Bidang keselamatan/keamanan kerja

e. Bidang jaminan sosial

Kelima bidang yang dikenal sebagai sistematika panca warna tersebut didasarkan

(14)

Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum

penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai

aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Di Indonesia, sumber-sumber

hukum yang menjadi dasar penerapan K3 adalah sebagai berikut.

a. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

c. Peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelanggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

d. Keputusan presiden nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja

e. Peraturan menteri tenaga kerja nomor per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendafaran Kepesertaan,

f. Pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan Pelayanan Sosial Tenaga Kerja.

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif, sebagaimana terlihat pada

daftar perundang-udangangan K3. Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah

undang-undang no. 1/1970 tentang kesalamatan kerja. Undang-undang ini meliputi semua

tempat kerja dan menekankan pentinganya upaya atau tindakan pencegahan primer.

Undang-Undang no.23/1992 tentang kesehatan memberikan ketentuan mengenai

kesehatan kerja dalam pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan

supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan

(15)

kerja merka sesuai dengan program perlindungan tenga kerja. Adapun 3 (tiga) alasan yang

paling mendasar perusahaan memerlukan manajemen keselamatan kerja,diantaranya :

a. Alasan hukum (Legal Complience). Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja di perusahaan tertuang kepada UU No. 1 tahun 1970.

Undang-undang ini merupakan dasar pengolahan keselamatan kerja. Di samping itu,

juga tertuang dalam keputusan meteri pertambangan no.555k/26/M.PE/1995.

Keputusan ini lebih jauh mengatur keslamatan kerja di tambang. Kedua peraturan di

atas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin perusahaan memenuhi

peraturan tersebut.

b. Alasan Ekonomi (Business Reason). Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan,

dan ini berarti membantu menaikkan profit perusahaan.

c. Alasan moral (Moral Complience). Dalam undang-undang dasar tahun 1945 (UUD 1945), dikatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti lingkungan kerja yang

nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi

dalam meningkatkan suasana pekerjaan bagi karyawan.

Menurut Moenir (1999:5):

Keselamatan kerja adalah suatu usaha yang dapat mendorong terciptanya keadaan

yang aman dan sehat di tempat kerja, baik bagi tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu

(16)

Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas

maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan kesalamatan.

Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang hak dan

kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan kerja untuk:

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

f. Olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat

bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan

kerja atau penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali

hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipasif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah

(17)

kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan

bagaimana implementasinya dalam lingkungan perusahaan. Menurut Suma’mur (2000:1):

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

cara-cara melakukan pekerjaan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa keselamatan kerja memegang

pernaan penting dalam lingkungan kerja. Keselamatan kerja diperukan tenaga kerja untuk

memberikan jaminan atas kenyamanan dan keselamatan diri dalam lingkungan kerja. Selain

tiu juga keselamatan kerja berkaitan berkaitan erat dengan produktivitas perusahaa. Dengan

keselamatan kerja yang tinggi, maka kecelakaan kerja dapat berkurang, sehingga tenaga kerja

yang tinggi, maka kecelakaan dapat berkurang, sehinggan tenaga kerj adapat lebih produktif

bekerja. Oleh karena itu, keselamatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja,

tetapi juga kesadaran dan tanggung jawab tenaga kerja dengan disertai pengawasan yang bai

dari pemerintah.

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagi berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

yaitu:

(18)

b. Mencegah,mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,peracunan, infeksi dan penularan;

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Meneyelenggarakan peneygaran udara yang cukup;

k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

l. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penympanan barang;

(19)

q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi dibuatnya aturan

penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja

dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja, serta pengaturan dalam

penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut, potensi bahaya kecelakaan

kerja dapat dieliminasi atau setidaknya direduksi.

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal 3 ayat 1.

Penyelanggaran K3, yaitu:

a. Seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan;

b. Pemebentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak melaksanakan K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat pekerja dalam

pelaksanaan program K3 di tempat kerja; dan

c. Kualitas program pelatihan K3 di tempat kerja sebagai sarana sosialisasi.

Hal lain yang lain juga diperlukan dalam rangka mendukung terlaksananya program

K3 adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi

program serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja untuk dan atas nama

pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja. Apabila terjadi peristiwa demikian, maka

hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

(20)

b. Pelatihan, Intruksi, informasi dan pengawasan kecelakaan kerja

c. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja

d. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan perlatan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan

e. Perlindungan bagi bekerja lain sebagai tindakan preventif

f. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi)

g. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja

h. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja

i. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak yang berwenang

j. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja

Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya tidak

sama sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus menjadikan perhatian dari pihak

manajemen dan unit-unti teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap keselamatan

kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan merupakan bagian yang selalu

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehigga upaya

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak perencanaan. Pada

setiap perusahaan diharuskan berdiri panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja

(P2K3), berdasarkan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970.

Inti dari terlaksannya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan standar berupa

(21)

dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu K3 yang dijadikan

pedoman bagi pekerja dan pengusaha.

b. Konsep Kesehatan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang slaah

atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagi sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri

dari teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk

menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap

karyawan pabrik. Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,

ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan

pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang

tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang

aman slaah satunya diklasifikasikan deperti latihan sebagi kegagalan menggunakan peralatan

keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai

kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan

biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya

satu saja.

Menurut Silalahi (1999:22) : Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak

membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selama. Dengan kata lain kecelakaan

kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan

kecelakaan.

Menurut Suma’mur (2000:5) : Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

(22)

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilu kesehatan atau ilmu kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan, agar bekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan yang setinggi-setingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha

preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,serta terhadap penyakit-penyakit

umum.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa kesehatan kerja berpusat pada

manusia dan bersifat medis. Sebagai pelaksana kegiatan produksi, manusia harus selalu

dalam keadaan sehat baik fisik maupun mental. Dengan demikian tenaga kerja dapat bekerj

adengan tenang tanpa gangguan apapun.

Kesehatan kerja berkaitan dengan aspek-aspek kesehatan kerja dan lingkungannya.

Kesehatan kerja dilaksanakan pada komunitas tenaga kerja melalui upaya pencegahan

penyakit umum maupun penyakit akibat kerja, pengobatan tenaga kerja yang sakit serta

rehabilitasi tenaga kerja yang cacat akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja.

Sumber-sumber bahaya ini berasal dari bangunan, peralatan, instalasi, bahan baku, proses dan cara

kerja, serta lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, fasal

kerja atau ergonomo dan psikologi.

Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi

merupakan akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

(23)

kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Secara umum

kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh :

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan

b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman

ILO mengklasifikasikan kecelakaan kaibat kerja sebagai berikut :

a. Kalsifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan

1. Orang jatuh

2. Terpukul benda jatuh

3. Tersentuh/ terpukul benda yang tidak bergerak

4. Terjepit di antara dua benda

5. Gerakan yang dipakasakan

6. Terkena suhu yang ekstrem

7. Tersengat arus listrik

8. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi

9. Lain-lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini

b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda

1) Mesin

 Penggerak utama terkecuali motor listrik

 Gigi transmisi mesin

 Mesin pemotong/ pembentuk logam

 Mesin kayu

(24)

 Mesin pertambangan

 Lain-lain mesin yang tidak termasuk klasifikasi ini

2) Alat pengangkat dan sarana angkutan

 Mesin dan perlengkapan pengangkat

 Pengangkut di atas rel

 Alat pengangkut lainnya selain di atas rel

 Pengangkut udara

 Pengangkut perairan

 Lain-lain sarana angkutan

3) Perlengakapan lainnya

 Bejana bertekanan

 Dapur, oven, pembakaran

 Pusat-pusat pendingin

 Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan listrik

 Alat-alat listrik tangan

 Alat-alat listrik tangan

 Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik

 Tangga, jalur landai (ramp)

 Perancah

4) Material, bahan dan radiasi

(25)

 Serbuk, gas, cairan dan kimia

 Pecahan terpelanting

 Radiasi

 Lain-lain

5) Lingkungan kerja

 Di luar gedung

 Di dalam gedung

 Di bawah tanah

6) Lain-lain

 Hewan

 Lain-lain

c. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka

 Fraktur/retak

 Diskolasi

 Terkilir

 Geger otak dan luka di dalam lainnya

 Amputasi dan enukleasi

 Luka-luka lainnya

 Luka-luka ringan

 Memar dan remuk

 Terbakar

(26)

 Pengaruh cuaca

 Sesak nafas

 Akibat arus listrik

 Akibat radiasi

 Lain-lain luka

d. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka pada bagian

 Kepala

 Leher

 Badan

 Tangan

 Tungkai

 Aneka lokasi

 Luka-luka lainnya

Analisa sebab kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab kecelakaan. Analisa ini

dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaa.

Kecelakaan diselidiki dengan maksud untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas

terjadinya kecelakaan dan mencegah terulangnya peristiwa yang serupa. Untuk mengurangu

terjadinya kecelakaan kerja harus dilakukan segala upaya untuk mencegah kecelakaan kerja,

natara lain dengan:

(27)

kerja perlaatan industri, tugas-tugas pengawas dan buruh, latihan, supervisi medis,

pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan keselamatan.

b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi misalnya mengenai kontruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis

peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan hygiene umum, atau

alat-alat perlindungan diri.

c. Pengawasan, yaitu pengawasan yang bertujuan agar dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

d. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar tanaman, pengujian alat-alat perlindungan diri,penelitian

tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau pemilihan tentang bahan dan desain

paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

e. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, serta keadaa-keadaan fisik yang

mengakibatkan kecelakaan

f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya kecelakaan, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa

penyebabnya

(28)

i. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan untuk menumbuhkan sikap untuk selamat

j. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatakan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaa, jika

tindakan-tindakan keselamatan sangat baik

k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Kecelakaan terjadi pada perusahaan,

sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada

tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Tujan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif. Kesehatan kerja dalam hal ini berguna sebagai:

a. Alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-setingginya

b. Hal ini dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja

c. Alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

Kesehatan kerja juga mencegah penyakit yang timbul karena hubungan kerja atau

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Adapun yang menjadi faktor penyebab

penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:

a. Golongan fisik, seperti :

1) Getaran atau suara yang terlalu tinggi dapat meneybabkan ketulian

(29)

3) Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu terlalu rendah dapat menimbulkan frostbite

4) Tekanan udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketulian permanent dan penyakit Caisson

5) Penerangan lampu yang kurang baik dapat mengganggu indera penglihatan, sedangkan yang terlalu silau dapat memudahkan terjadinya kecelakaan.

b. Golongan kimia, seperti :

1) Debu yang dapat menimbulkan penyakit saluran pernafasan, misalnya silika dan asbes

2) Uap yang dapat menimbulkan keracunan dan penyakit kulit

3) Kabut yang dapat menimbulkan keracunan. Misalnya racun serangga atau insektisida

4) Gas, misalnya keracunan karbon monoksida dan lain-lain

5) Larutan atau cairan beracun

c. Golongan biologis, seperti:

1) Tumbuhan yang beracun atau yang dapat menimbulkan alergi

2) Bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja penyamak kulit

d. Golongan Fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, kesalahan cara melakukan pekerjaan dan lain-lain, yang dapat

menimbulkan keletihan dan kelelahan fisik

(30)

Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit akibat kerja

adalah sebagai berikut:

a. Substitusi, bahwa yang berbahaya atau yang terbukti dapat menyebabkan penyakit secara tepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.

b. Isolasi, yaitu mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan atau larutan yang menimbulkan gas berbahaya.

c. Ventilasi penyedotan, dengan menggunakan kipas penyedot atau exhaust fan agar gas yang berbahaya dapat keluar dan ditukar dengan udara bersih.

d. Ventilasi umum, pada tempat kerja untuk memudahkan pertukaran udara.

e. Alat perlindungan diri, yaitu alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh yang wajib dipakai untuk mencegah terjadinya kecelakaan misalnya helm pengaman,

sepatu, masker, sarung tangan dan lain-lain.

f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, merupakan pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui apakah pekerjaan yang akan diberikan sesuai dengan

keadaan fisik dan mental calon pekerja.

g. Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk mengetahui apakah faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja tersebut telah menimbulkan gangguan

atau kelainan dalam tubuh pekerja atau tidak.

h. Pemeriksaan kesehatan khusus, pemeriksaan ini dilakukan pada pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya.

Pekerja tersebut harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan

(31)

i. Penerangan sebelum kerja, yaitu karyawan yang bekerja terlebih dahulu harus menjalani induksi atau pengenalan lingkungan pekerjaan dan semua peraturan

kesalamatan dan kesehatan kerja, sehingga nantinya mereka lebih berhati-berhati dan

dapat meningkatkan kewaspadaan dalam melaksanakan pekerjaannya.

j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja diberikan kepada setiap tenaga kerja secara berlanjut, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan dan

bekerja dalam keadaan sehat dan selamat.

3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Menurut peraturan menteri tenaga kerja NO. PER 04/MEN/1987, panitia pembina

keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang

merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja, untuk mengembangkan

kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja.

Adapun yang merupakan syarat pembentukan panitia pembina keselamatan dan

kesehatan kerja (P2K3) adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500 orang wajib membentuk P2K3, dengan jumlah anggota 12 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang mewakili

unsur pengusaha dan 6 orang mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk

2 orang yang ditunjuk sebagai sekretaris.

(32)

3 orang mewakili unsur pengusaha dan 3 ornag mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah

termasuk 1 orang yang ditunjuk sebagai sekretaris.

c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 50 orang sampai dengan 100 orang dengan:

1) Tingkat bahaya tinggi wajib membentuk P2K3 dengan jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3 orang mewakili unsur pengusaha dan 3 orang

mewakili unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk 1 orang yang ditunjuk

sebagai sekretaris.

2) Tingkat baha rendah wajib mempunyai 1 orang ahli keselamtan dan kesahatan kerja.

d. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang dengan:

1) Tingkat bahaya tinggi wajib mempunyai 1 orang ahli keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.

2) Tingkat bahaya rendah wajib mempunyai 1 orang ahli keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya

terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Sekretaris P2K3 adalah ahli keselamatan dan

kesehatan kerja atau petugas keselamatan dan kesehatan kerja. Ketua P2K3 adalah pimpinan

perusahaan atau salah satu petugas yang ditunjuk khusus untuk kelompok sentra industri.

4. Tahap Pembentukan P2K3

(33)

1) Kebijakan perusahaan. Kebijakan P2K3 perusahaan harus terlebih dahulu menggariskan dan menjalankan pokok-pokok pikrian mengenai pelaksanaan K3

serta membentuk P2K3. Kebijakan ini biasa disebut Safety and Health Policy,

yang isinya antara lain menegaskan bahwa:

 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam kelancaran produksi.

 Pimpinan perusahaan brtanggung jawab atas pelaksanaan usaha K3.

 Semua karyawan harus memahami dan ikut dalam kegiatan K3.

 Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan tentang K3.

 Penyediaan anggaran. P2K3 sebagai koordinator pelaksana kegiatan K3.

2) Inventarisasi calon anggota. Pimpinan perusahaan menyusun daftar calon anggota P2K3 yang digariskan oleh unit masing-masing dan memutuskan diantara calon

tersebut yang akan menjadi calon anggota P2K3. Setelah itu, calon anggota

dikumpulkan dan diberi pengarahan tentang kebijaksanaan pimpinan perusahaan

dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Konsultasi ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk teknis yang diperlukan terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan pembentukan P2K3.

b. Tahap Pelaksanaan

(34)

2) Perusahaan melaporkan ke Departemen Tenaga Kejra setempat dan membuat permohonan tertulis untuk pengesahan secara resmi. Pada waktu melaporkan

pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan pembentukan P2K3

dapat sekaligus mengajukan permohonan secara tertulis untuk mendapatkan

pengesahan.

Secara umum tugas pokok dari Pembina Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3) adalah sebagai badan pertimbangan di tempat kerja, yaitu badan yang memberikan

saran dan pertimbangan baik diminta atau tidak kepada pengusaha atau pengurus di tempat

kerja yang bersangkuran, mengenai masalah-masalah keselamatan keselamatan dan

kesehatan kerja. Fungsi dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04/MEN/1987 adalah menghimpun dan

mengolah segala data dan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pelatihan dan

penelitian keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Konsep Kepuasan Kerja

Jika membicarakan tentang produk barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

maka tidak akan terlepas dari permasalahan kepuasan kerja. Menurut Kartono (1999:32)

pengertian kepuasan kerja:

Kondisi dimana karyawan dalam menjalankan tugas dan pencapaian standar

keberhasilan yang telah ditentukan oleh instansi kepada karyawan sesuai dnegan job yang

(35)

Menurut Siagian (2003:195) penegrtian dari kepuasan kerja adalah cara pandang

seorang baik yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya.

Pengertian kepuasan kerja menurut T.Hani Handoko (2000:76) adalah sebagai

berikut : kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadapt pekerjaannya.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap

individu memiliki kepuasan yang berbeda-beda sesuai degan sistem nilai yang berlaku pada

dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan

individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian,

kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya

senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Adapun teori kepuasan kerja

yang cukup dikenal adalah :

1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan mnghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan

kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari

yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat

discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang

tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa

yang dicapai.

(36)

situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori

keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai

bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,

pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang

dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang

dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti :

upah/gaji, keuntungan sampingan, symbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk

berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan ornag selalu membandingkan dapat berupa

seorang diperusahaan yang sama, atau ditempat lain atau bisa pula dengan dirinya

sendiri di masa lalu. Menurut teori ini setiap karyawan akan membandingkan rasio

input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila pertandingan itu dianggap

cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila pertandingan itu tidak seimbang

tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila

perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.

3. Teori dua faktor (Two Factor Theory). Menurut teori ini kepuasankerja dan ketidakpuasan kerja ini merupakan hal ang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan

terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan

karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau motivator dan

dissatisfies. Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber

kepuasan kerja yang terdiri dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada

kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi.

(37)

faktor ini tidak selalu megakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene factors)

adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari : upah/gaji,

pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini diperlukan

untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika todak

terpenuhi faktor ini, karyawan tidak akan puas. Namun jika besarnya faktor ini

memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa

meskipun belum terpuaskan.

Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah

keadaan, kondisi ataupun cara pandang seseorang pada saat ia melakukan pekerjaan baik itu

sisi positif maupun sisi negatifnya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak

jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, locus of control, pemenuhan

harapan penggajian dan efektifitas kerja. Menurut Job Descriptive Index (JDI), faktor-faktor

penyebab kepuasan kerja menrut Veithzal (2004:45) ialah :

a. Bekerja pada tempat yang tepat

b. Pembayaran yang sesuai

c. Organisasi dan manajemen

d. Supervise pada pekerjaan yang tepat dan,

(38)

Pendapat Siagian menyatakan bahwa dalam menilai tentang kepuasan kerja maka

perlu dilakukan analisis kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat

kemangkiran, keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.

Selanjutnya Siagian (2003:201) menambahkan bahwa ada empat faktor yang

mempengaruhi terhadapt kepuasan kerja seseorang yaitu:

a. Pekerjaan yang penuh tantangan

b. Penerapan sistem penghargaan yang adil

c. Kondisi yang sifatnya mendukung

d. Sikap rekan sekerja

Berikut ini uraian tentang faktor yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis

kepuasan kerja seseorang menurut pendapat Siagian (2003:1208):

a. Kepuasan Kerja dan Prestasi

Pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat korelasi positif antara kepuasan

kerja dan prestasi kerja seseorang. Pada hal berbagai penelitian membuktikan bahwa

seorang karyawan yang puas tidak dengan sendirinya merupakan karyawan yang

berprestasi tinggi, melainkan sering hanya berprestasi biasa-biasa saja. Jika demikian

halnya dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor

motivasional kuat untuk berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu

mendorong untuk berprestasi karena kepuasannya tidak terletak pada motivasinya

akan tetapi terletak pada faktor-faktor lain misalnya imbalan.

(39)

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli serta pengalaman

organisasi terlihat bahwa korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingakt

kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan

kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya.

c. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah

Salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah adalah ketidakpuasan pada

tempat bekerja sekarang. Sebab-sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti

penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang

memuaskan, hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan maupun dengan para

rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesaui dan berbagai faktor lainnya.

d. Kepuasan Kerja dan Usia

Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara oraganisasi dengan para

anggoatnya. Kaitan antara usia karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat

perhatian. Berbagai alasan sering dikemukakan terhadap fenomena ini yaitu:

1) Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karir baru ditempat lain

2) Sikap yang dewasa dan amatang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan dan cita-cita

3) Gaya hidup yang sudah mapan

4) Sumber penghasilan yang relatif terjamin

(40)

e. Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan

Umumnya tingkat kepuasan cenderung lebih tinggi pada karyawan dengan jabatan

yang tinggi. Alasannya antara lain :

1) Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak

2) Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuas kerjanya

3) Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar organisasi

Alasan tersebut bertalian erat dengan prospek bagi seseorang untuk dipromosikan,

perencanaan karir dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi

f. Kepuasan kerja dan Besar Kecilnya Organisasi

Kehidupan di dunia kerja tidak hanya digunakan oleh manusia untuk memuaskan

kebutuhan materiil saja, akan tetapi juga untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya

seperti mental, psikologikal, sosial dan spiritual. Maka besar kecilnya organisasi turut

berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Artinya jika karena besar kecilnya organisasi

karyawan terbenam dalam masa pekerja yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan

identitasnya menjadi kabur karena hanya dikenal dengan nomor pegawai, hal tersebut

dapat menjadi dampak negatif pada kepuasan kerjanya.

Oleh karena itu organisasi yang besar perlu mencari cara pengelompokan para

karyawan sedemikian rupa sehingga masing0masing karyawan tetap merasa mendapat

perlakuan dan perhatian individual sesaui jati diri masing-masing dan tidak sekedar alat

produksi yang diberi nomor pegawai sebagai peunjuk identitasnya. Seseorang mempunyai

(41)

didukung oleh manajemen yang mapan. Kelemahan manajemen dapat menimbulkan

kesalahan dalam menetapkan tenaga kerjanya.

Hal tersebut dapat berakibat timbulnya keresahan kerja, turunnya seangan dan gairah

kerja, kekeliruan dalam melaksanakan tugas, turunnya produktivitas kerja. Akibat dari

timbulnya masalah di atas akan dapat membawa pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas

yang diharapkan.

Untuk memelihara kondisi ini karyawan/pekerja harus mendapatkan perhatian

sungguh-sungguh dari instansinya. Program pelatihan dan pendidikan serta fasilitas kerja

mempunyai dampak yang cukup besar, karena kemampuan dan keterampilan serta skill para

karyawan/pekerja perlu didukung oleh instansinya melalui pendidikan, latihan dan

pengembangan. Sleain itu efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang telah dirancang secara

efisien mendorong para karyawan yang mempunyai kemampuan dan termotivasi untuk

mencapai keberhasilan.

7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diantaranya adalah:

a. Noor Eva Koesumawati, Tahun 2004 dari Universitas Widya Dharma Klaten dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan kerja dan jaminan keselamatan kerja terhadap

produktivitas kerja karyawan pada PT Kusumatex Yogyakarta”. Metode analisis data

dengan regresi linier berganda dan analisis korelasi berganda, dan menyimpulkan ada

pengaruh signifikan antara jaminan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap

(42)

ini ditunjukkan dengan diperolehnya untuk jaminan kesehatan dan keselamatan

berpengaruh secara bersama-sama yaitu nilai F hitung > F tabel, yaitu 6,448 > 2,021.

b. Dewi Muthmainah tahun 2004 dari Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan bagian produksi pada CV Agung Klaten”. Metode analisis data dengan

regresi berganda, uji signifikan dan determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh

secara bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja

terhadapproduktivitas kerja karyawan di bagian produksi pada CV Agung Klaten, F

hitung > F tabel yaitu 6,362 >4,17. Serta secara individu jaminan kesehatan dan

jaminan kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada CV

Agung Klaten, untuk variabel independent jaminan kesehatan kerja nilai t hitung > t

tabel yaitu 2,215 > 2,048 dan kesejahteraan kerja nilai t hitung > t tabel yaitu 2,104 >

2,048. Jadi variabel independent yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas

adalah jaminan kesehatan kerja. Posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti mengambil judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di Klaten”, tempat

penelitian yang dilakukan adalah diperusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan

dua dari peneliti terdahulu adalah di perusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan

dua dari peneliti terdahulu dari perusahaan konveksi dan mebel. Dan metode penilaian

yang dilakukan adalah validitas dan reliabilitas utnuk mengukur questionaire, regresi

berganda, uji statistik yaitu uji F dan uji t, dan menggunakan sample 30 responden

(43)

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan hasil

perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung 7,485 yaitu lebih besar dari

nilai F tabel 4. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh

secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Niali t hitung untuk program

keselamatan kerja (X) 2,102 > t tabel 2,048. Nilai t hitung untuk program kesehatan

(44)

B. Hipotesis

Bertitik tolak dari perumusan maslah dan dikaitka dengan teori maka dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga keselamatan kerja berpengaruh terhadap keputusan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

2. Diduga kesehatan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

3. Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas variabel penelitian yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah:

Variabel Dependen/Terikat (Y) : Kepuasan Kerja

Variabel Independen?Bebas (X)

1. Keselamatan kerja (X1)

(45)

BABIII

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) PT.Meridan Sejati

Suryaplantation yang terletak di Desa Kerinci kiri Kabupaten Siak-Riau.

B.Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi :

1. Data primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari para responden yang berhubungan dengan

obyek penelitian pada PT. Meridan Sejati Suryaplantaion berupa kebijaksanaan dalam

penyelidikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan seperti jumlah karyawan,

kasus kecelakaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain.

C.Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah karyawan lapangan pada bagian produksi di PT.

Meridan Sejati Plantation tahun 2007 berjumlah 80 orang. Pengambilan sampel dengan

menggunakan metode Slovin (Husein Umar,2005), yaitu:

n= N

1 + Ne2

Dimana :

(46)

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang

masih

dapat ditolerir atau diinginkan, diambil contoh 10%

Rumus pengambilan sampel yang diambil adalah :

80 = 80 = 44,44 orang

1 + (80 . (0,102)) 1,80

Sampel yang diambil sebanyak 45 orang. (Pembulatan)

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Quesioner. Metode yang dilakkan untuk memperoleh data primer yaitu dengan membuat suatu daftar pertanyaan secara sistematik dengan tujuan mendapat data yang

diinginkan. Daftar pertanyaan yang dibuat diedarkan pada responden yaitu karyawan

yang menjadi sampel penelitian.

2. Interview (wawancara). Metode ini dilakukan dengan wawancara pihak perusahaan dan karyawan yang berkaitan langsung dengan objek penelitian.

E. Operasional Variabel

Keselamatan Kerja a. Kelengkapan alat pengaman keselmatan kerja

b. Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja

c. Frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja

d. Kerusakan alat pengaman keselamatan kerja e. Alat penerangan yang disediakan oleh

(47)

Kesehatan Kerja (Variabel X2) Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesejatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

(Suma’mur,2000:5)

Kesehatan Kerja a. Waktu istirahat yang disediakan perusahaan b. Tingkat kebisingan lokasi kerja

c. Keadaan atau lingkungan tempat kerja d. Hubungan karyawan dengan karyawan atau

hubungan karyawan dengan atasan pada emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

c. Kualitas hasil kerja sesuai dengan standart d. Kualitas hasil kerja sesuai perintah pimpinan e. Lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart

perusahaan

f. Jarang terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan

F. Metode Analisa Data

Dalam membahas hasil penelitian penulis menggunakan metode analisis deskriptif,

yaitu suatu cara penulisan yang mengumpulakn, mengklasifikasikan data-data serta

selanjutnya menganalisa data sedemikian rupa dihubungkan dengan teori-teori yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas untuk mengambil kesimpulan.

Untuk menilai pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation maka penulis menggunakan formula regresi berganda sebagai

beikut : (J.Supranto : 278)

Y =

(48)

βo = Bilangan konstan yang merupakan titik potong dengan sumbu

vertikal

pada gambar kalau dilihat nilai x=0

β = Slop, yaitu kecondongan

X1 = Keselamatan kerja

X2 = Kesehatan kerja

e = Epsilon/variabel pengganggu

Sebelumnya penulis telah menetapkan bobot atau nilai dari masing-masing jawaban

yang dipilih oleh responden menurut Skala Likert adalah sebagai berikut :

a. Jika jawaban yang dipilih adalah A maka mempunyai bobot nilai 5

b. Jika jawaban yang dipilih adalah B maka mempunyai bobot nilai 4

c. Jika jawaban yang dipilih adalah C maka mempunyai bobot nilai 3

d. Jika jawaban yang dipilih adalah D maka mempunyai bobot nilai 2

e. Jika jawaban yang dipilih adalah E maka mempunyai bobot nilai 1

Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil penghitungan masing-masing variabel pada

questionaire yang disebarkan pada 45 orang responden maka data-data tersebut

dimasukkan/diproses ke dalam Program SPSS for Windows versi 12.00 untuk melihat

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh masing-masing variabel.

Dengan menggunakan regresi berganda akan dibahas mengenai :

1. Uji F

Kriteria penolakan untuk uji F

(49)

Jika F-hitung < F tabel,maka Ho diterima

Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana

RJK Regresi = Rata-rata jumlah kuadrat regresi

RJK Residu = Rata-rata jumlah kuadrat residu

Lalu untuk F-Tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana:

F α = Diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang k-1 dan dk penyebut nk

n = ukuran sampel

k = jumlah variabel independent + 1

2. Uji t

Selanjutnya dilakukan uji t (Analysis Test of Significant). Uji t sendiri dilaukan untuk

menguji tingkat signifikasi variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.

Berdasarkan nilai t signifikan bila probabilita > 0,05 maka Ho diterima dan bila probabilitas

< 0,05 maka Ho ditolak.

Kemudian setelah uji t, penulis akan menguji kembali melalui uji F, uji F sendiri

digunakan untuk menguji pengaruh-pengaruh variabel-variabel bebas. Dengan tingkat

spesifikasi (α) sebesar 5% atau 0,05. Pengolahan data untuk analisa di atas menggunakan

program pengolahan data statistik SPSS for Windows versi 11. F – Hitung = RJK Rregresi

RJK Residu

(50)

Kriteria Penolakan Hipotesis untuk uji t :

Jika t-hitung > t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho ditolak

Jika t-hitung < t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho diterima

Untuk menghitung-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

b= koefisien regresi

Sb= simpangan baku koefisien regresi

Lalu untuk t-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :

3. Pengujian Keeratan Hubungan (Korelasi)

Untuk menguji keeratan hubungan variabel beas (X) terhadap variabel terikat

(Y),maka dilakukan dengan cara melihat nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa

keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dinyatakan dengan interval sebagai berikut :

Tabel 3 Keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dengan interval

(51)
(52)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation didirikan pada tanggal 4 November 1992

Berdasarkan akta nomor 2 oleh Notaris Esther Liliansari, SH. Akta pendirian ini telah

disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

C2-6634.HT.01.01.TH.93 tanggal 27 Juli 1993. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami

beberapa kali perubahan terakhir dengan akta Nomor 26 tanggal 24 Oktober 1997 oleh

Notaris P. Sutrisno A. Tambolon,SH mengenai peningkatan mdal dasar dan modal

ditempatkan perseroan dan perubahan seluruh anggaran dasar perusahaan berdasarkan

Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Erubahan anggaran dasar

tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan

Surat Keputusan No. C2-25.178.HT.01.04.Th.1998 tanggal 16 November 1998.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Perkebunan, pertanian dan kehutanan;

2. Industri pengolahan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan;

3. Memperdagangkan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan baik dalam maupun di luar negeri.

Kegiatan perusahaan saat ini adalah perkebunan sawit yang terletak di Kabupaten

(53)

2000 adalah sejumlah 7.833 Ha dari seluruh areal yang telah ditanami terdapat 4.310 Ha yang

telah menghasilkan. Perusahaan ini memulai kegiatan usahanya secara komersial bulan Juli

1999.

Berdasarkan rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang diaktakan pada akta

Notaris Ira Widya Sari Juwono, SH Nomor 2 tanggal 8 Maret 1999, susunan Dewan

Komisaris dan Direksi ditetapkan sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Martias

Komisaris : Nurhandy

Komisaris : Meryani

Komisaris : Bambang Ari Priambodo

Sedangkan susunan Direksi adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : Sifan Triyono

Direktur : Wirastuty Fangiono

Direktor : Sucitho

B.Struktur Organisasi

Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian dalam rincian tugas operasional dari

dewan direksi perusahaan ini adalah meliputi :

1. Mempersiapkan dan menyusulkan rencana tahunan berupa rencana anggaran biaya tahunan.

Gambar

Tabel 1 Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrik pada
Tabel 2 Klasifiasi  aan Jumlah Kecelaiaaan Karyawaan PabriiPa a PT.Meri aan Sejati Suryaplaantatioan Perio e Tahuan 2010 – 2014
Tabel 3 Keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dengan interval
Tabel 3 Tiangiat Umur Respoan ean KaryawaanPT. Meri aan Sejati Suryaplaantatioan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan

Tujuanya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.Adapun mengenai tujuan

Di awal pelaksanaannya permasalahan yang dijumpai di IGD RSUD Kota Semarang diantaranya menunjukkan adanya kejadian yang beresiko penyakit akibat kerja

zero accident diharapkan mampu meminimalisasikan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja karena kondisi pekerja yang sehat berdampak pada produksi kerja yang baik dari

Kecelakaan kerja ialah suatu kejadian yg tidak dikehendaki dan tdk diduga semula yg menimpa tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja.. Penyakit akibat kerja ialah penyakit

Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah Universitas Sumatera Utarakecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke

Manfaat budaya keselamatan di tempat kerja:  Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian yang dilakukan individu  Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan

Dokumen ini membahas dasar-dasar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk sejarah, pengertian, tujuan, sebab-akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja, serta pentingnya Alat Pelindung