ANALISIS KTSP SMK NEGERI KAINUI
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini
sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya
inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda
dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak
pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan
utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap
siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan dimana IPTEK sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan. Oleh karena itu, kurikulum dalam pendidikan harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan IPTEK.
Perubahan yang terjadi pada kurikulum diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kurikulum yang diberlakukan sekarang
yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat berjalan secara operasional,
sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari peraturan dan
B. Profil SMK N 1 Serui
SMK N 1 Serui terdapat di Kabupaten Kepulauan Yapen. Kabupaten
Kepulauan Yapen adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia.
Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Serui. Kabupaten ini dahulu bernama
Kabupaten Yapen Waropen, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan
Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.
Secara geografis, SMK N 1 Serui berada di sebelah timur Kota Serui dan
berjarak lebih kurang 14 Km. Akses jalan menuju sekolah cukup sulit yang harus
melintasi lereng gunung dan jurang-jurang yang cukup dalam. Walaupun begitu
alat transformasi berupa angkot telah dapat masuk.
Visi Smk Negeri 1 Kainui
Menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang menghasilkan sumber
daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek), serta
berakhlak mulia dan mampu bersaing mengisi lapangan kerja secara nasional
maupun Internasional
Melaksanakan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan SMK yang mandiri dengan upaya menggali potensi dari dalam dan luar sekolah, guna menghasilkan
tamatan yang berpotensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Tujuan SMK Negeri 1 KAINUI
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,
mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Dunia Usaha
/ Dunia Industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian pilihannya.
b. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih
dalam berkompetensi, beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan
sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri
BAB II. PENGERTIAN, PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Jadi kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar
tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan
nilai-nilai agama, social, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian
dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
2. Fungsi Dan Peran Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi
siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum sebagai berikut: (a)
fungsi penyesuaian, (b) fungsi integrasi, (c) fungsi diferensiasi, (d) fungsi
persiapan, (e) fungsi pemilihan, dan (f) fungsi diagnostik. Kurikulum dalam
pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat strategis
dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai
sangat penting, yaitu: (a) peranan konservatif, (2) peranan kreatif, dan (3) peranan
kritis/evaluative.
3. KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang d KTSP
dimasing-masing satuan pendidikan, dibandingkan dengan dengan kurikulum sebelumnya
(kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004) KTSP memuat dua
ketentuan yakni standar isi dan standar kelulusan.
BAB III. KTSP SMK N 1 SERUI
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sekolah kejuruan sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia, dituntut untuk terus mengikuti dan menerapkan berbagai perubahan kurikulum dalam periode tertentu sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam sistem pendidikan nasionalnya. Sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah umum, terutama kompetensi lulusannya serta keterkaitannya secara langsung dengan dunia kerja, menyebabkan kurikulum untuk sekolah kejuruan tidak pernah bisa dilepaskan dari kondisi dan situasi dunia kerja yang sedang berkembang. Penyesuaian kurikulum dengan dunia kerja serta tetap dilandasi oleh minat dan kebutuhan siswa, menjadikan kurikulum sekolah kejuruan memiliki kerumitan tertentu baik dalam proses penyusunan maupun implementasinya
Ada dua prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
Pertama. Prinsip umum meliputi:
1. Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan harus relevan dengan kebutuhan peserta didik
3. Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan harus memungkinkan peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak dalam rencana belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat). 4. Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat
sederhana dan biaya relatif murah, terutama dalam situasi ekonomi dewasa ini.
5. Prinsip efektivitas. Prinsip ini mengacu kepada masalah keberhasilan kurikulum itu sendiri. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari sejauhmana perubahan hidup dialami oleh peserta didik, sebagaimana nampak dalam kehidupan dan karyanya.
Kedua. Prinsip khusus, yang terkait dengan sejumlah komponen dari kurikulum itu sendiri. Jika kita berbicara mengenai kurikulum maka sedikitnya terdapat sejumlah unsur di dalamnya yakni tujuan, isi atau bahan pengajaran, metode pembelajaran, media dan alat pembelajara serta kegiatan evaluasi pembelajaran. Jadi, kurikulum bukan hanya daftar mata pelajaran atau pokok-pokok pengajaran. Lebih dari itu, bagaimanakah kita mengembangkan masing-masing komponen itu, inilah juga pekerjaan pengembangan kurikulum.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan prinsip khusus yaitu :
– Penjabaran tujuan ke dalam bentuk pengalaman belajar yang diharapkan
– Isi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
– Disusun berdasarkan urutan logis dan sistematis
3. Proses belajar mengajar, keselarasannya meliputi :
– Pemilihan metode
– Memperhatikan perbedaan individual
– Pencapaian aspek kognitif, afektif, skills
4. Pemilihan media
– Ketersediaan alat yang sesuai dengan situasi
– Pengorganisasian alat dan bahan
– Pengintegrasian ke dalam proses
5. Kegiatan penilaian/evaluasi
– Kesesuaian dengan isi dan tingkat perkembangan siswa
– Waktu
– Administrasi penilaian
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan, dibandingkan dengan dengan kurikulum
sebelumnya (1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004). KTSP memuat
dua ketentuan yakni standar isi dan standar kelulusan. Pada pelaksanaannya
proses pencapaian kedua standar tersebut sangat terbuka dan diserahkan kepada
daerah masing-masing dan memberikan keleluasaan kepada tingkat satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan Satuan
Pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
Secara garis besar kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berlaku di
SMK N 1 Serui belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyaknya
ketimpangan-ketimpangan dan permasalahanan yang timbul baik dari dalam
maupun luar instansi.
Permasalahan yang mendasar adalah letak geografis yang tidak menunjang
terlaksananya sistim kegiatan belajar mengajar (KBM). Jarak yang cukup jauh di
tengah hutan. Akses jalan yang cukup berbahaya untuk di tempuh. Apalagi
sewaktu hujan turun, longsor, licin, dan gangguan keamanan guru yang mengajar.
Penyusunan KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan, dibandingkan dengan dengan kurikulum
sebelumnya (1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004) KTSP memuat dua
ketentuan yakni standar isi dan standar kelulusan. Pada pelaksanaannya proses
pencapaian kedua standar tersebut sangat terbuka dan diserahkan kepada daerah
masing-masing dan memberikan keleluasaan kepada tingkat satuan pendidikan
untuk mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan Satuan Pendidikan,
potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
Peserta didik disekolah masing-masing
Dalam penyusunan KTSP, sekolah memerlukan sumber daya manusia
(Tenaga Kependidikan dan tenaga non kependidikan disekolah) yang memiliki
kemampuan menganalisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada disekolah 2)
menganalisis peluang dan tantangan yang ada dimasyarakat dan lingkungan
sekitar, dan 3) mengidentifikasi standar isi dan Standar Kompetensi lulusan.
Ketiga kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
sekolah terutama guru sebagai sumberdaya tetapi kenyataannya, SMK N 1 Serui
belum mampu. KTSP menuntut guru untuk berkreasi dalam menterjemahkan
standar isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) kedalam silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), proses pembelajaran, ekstrakurikuler, dan
komponen-komponen kurikulum lainya yang disesuaikan dengan kondisi objektif
masing-masing satuan pendidikan.
Dari 290 000 lebih sekolah di Indonesia mungkin hanya sedikit sekolah
yang memiliki kemampuan menyusun KTSP dengan mandiri dan ideal, sementara
masih banyak sekolah-sekolah yang tidak mampu menyusun KTSP sendiri,
kondisi ini menyebabkan Departemen Pendidikan Nasional memberikan
keleluasaan kepada sekolah tersebut untuk mengunakan KTSP produk Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP), namun tidak sedikit sekolah-sekolah yang
menyusun kurikulum dengan “copy paste” dari sekolah lain atau menyusun KTSP
asal-asalan dengan tujuan memenuhi syarat administrasi saja. SMK N 1 Serui saat
ini menggunakan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Dalam penyusunannya
belum atau kurang memperhatikan potensi yang ada di lingkungan daerah atau
sekolah.
Indikator ketidakmampuan sekolah/guru menyusun KTSP sebenarnya
sudah dapat diprediksi sejak pemerintah pemberlakukan Kurikulum 1994 dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, dimana ke dua kurikulum
disediakan seratus persen oleh pemerintah, sekolah atau guru hanya tinggal
mengimplementasikanya melalui komponen-komponenya, Sekolah atau guru
berusaha melengkapi komponen-komponen kurikulum tersebut akan tetapi
banyak sekolah/guru yang menyusunnya sebagai syarat administrasi saja. Hal ini
dapat dilihat dari Komponen–komponen kurikulum sebelumnya yang disusun
oleh sekolah maupun guru dengan motto “yang penting ada”.
Sekolah yang dapat menyusunan KTSP adalah sekolah yang mempunyai
sumber daya manusia terutama guru dan kepala sekolah yang memiliki
kemampuan menganalisis masalah, kreatif dan inovatif. Sekolah yang memiliki
kemampuan tersebut sangat langka di negri ini, seiring dengan rendahnya kualitas
guru di Indonesia.
Kemampuan menganalisis potensi dan kelemahan sekolah, menganalisis
peluang dan tantangan dimasyarakat serta mengidentifikasi Standar Isi sangat sulit
muncul pada diri guru, karena sudah sangat lama guru/sekolah dikekang oleh
kurikulum sebelum KTSP, ditambah lagi dengan Mutu tenaga pendidikan yang
rendah, kemampuan akademis guru yang rendah, rekrutment guru tidak selektif,
serta pelatihan/studi lanjut/penataran/seminar/ lokakarya tentang kurikulum bagi
guru sangat minim. Sekalipun ada, kegiatan tersebut hasilnya tidak dapat atau
Sosialisasi KTSP sebenarnya sudah dilaksanakan sejak diterapkanya KBK
tahun 2004 sampai sekarang, jadi sudah menelan waktu yang lama, biaya yang
mahal serta menguras energi birokrasi pendidikan dan guru yang sudah tidak
terukur, sementara usaha peningkatan kretifitas guru, belum nampak, sehingga
ada kesenjangan antara KTSP dengan Kreatifitas guru artinya KTSP menuntut
guru kreatif sedangkan guru tidak atau kurang kreatif.
Kreatifitas Guru harus menjadi prioritas utama pemerintah, sekolah, dan
guru itu sendiri agar kreatifitas bangsa ini semakin baik. Saat ini pemerintah
sudah memulai program peningkatan mutu tenaga kependidikan dengan
mengadakan program studi lanjut, pelatihan, setifikasi dan kegiatan sejenis yang
dapat meningkatkan kompetensi guru, bahkan pemerintah telah membuat
kurikulum yang fleksibel, usaha-usaha tersebut tidak akan berpengaruh positif
apabila guru tidak mau kreatif, apalagi masih banyak guru di Indonesia yang
belum mau berubah (masih seperti yang dulu) sementara anak didiknya dituntut
untuk berubah atau anak didiknya sudah jauh berubah kemampuannya
meninggalkan kemampuan gurunya.
Kurikulum selalu sering berganti seiring dengan pergantian pemerintahan,
anggaran pendidikan sudah mulai meningkat dari tahun ke tahunnya, hal ini tidak
akan ada manfaatnya jika tidak didukung oleh sumber daya manusia di sekolah
terutama guru yang professional. Guru tidak hanya dituntut mampu mengajar
dikelas dan melengkapi administrasi pembelajaran, yang terpenting adalah guru
kemampuan tersebut dimiliki oleh guru smk apapun kurikulumnya akan dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas bangsa ini.
Masih diberlakukannya sistem ranking (padahal penilaian harus mencakup
aspek holistik : kognitif, psikomotorik, afektif dan kecakapan hidup (life skill)
-(IQ dan EQ/EI) yang tidak mungkin mampu ditunjukkan perfomance-nya secara
prima oleh seorang siswa/beberapa siswa saja - sebarannya pasti merata) sampai
pada masih adanya penghakiman untuk kemampuan belajar siswa (masih ada
siswa yang tidak naik kelas) - lalu untuk apa program remedial diselenggarakan
dan untuk apa guru harus mengubah strategi pembelajaran bila siswa gagal
memenuhi SKBM (standar kompetensi belajar minimal)/KKM (kriteria
ketuntasan minimal), mulai dari guru yang masih aktif memberikan ceramah
(padahal model pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran harus sudah
dirumuskan) , sampai pada kesalahkaprahan fungsi BK sebagai tempat penyaluran
siswa bermasalah, bukan sebagai tempat siswa untuk merencanakan studi lanjut
dan menyiapkan diri untuk bekerja bila tak bisa studi lanjut melalui pendalaman
materi pada kecakapan hidup (life skill). Bahkan yang paling fatal adalah
munculnya pemahaman bahwa KTSP itu adalah mainan Menteri baru (ganti
Menteri ganti kurikulum), tanpa melihat bahwa KTSP terdiri dari dua dokumen :
Dokumen I tentang Isi Pendidikan dan Dokumen II tentang Kurikulum, Proses
Pembelajaran dan Evaluasi, Sarana dan Prasarana Sekolah dan Buku Ajar. KTSP
juga tidak berdiri sendiri, karena KTSP juga menuntut kompetensi guru yang
diejawantahkan dalam Program Sertifikasi Guru, sehingga kualitas guru dapat
Mata Pelajaran
KTSP akan mengurangi beban belajar siswa kurang lebih 20% (100-200
jam per tahun). Seperti kita ketahui bahwa KTSP merupakan kurikulum yang
lebih menitikberatkan pada keahlian/kompetensi, dimana seseorang untuk menjadi
ahli memerlukan pengalaman praktek yang cukup banyak. Dengan pengurangan
jam, otomatis pengalaman praktek yang dimiliki siswa menjadi berkurang.
Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak pada keikutsertaan program sertifikasi guru. Dari 37 guru yang
ada di SMK N 1 Serui, baru ada 6 orang yang sudah memperoleh tunjangan
professional. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan
KTSP (jumlah jam minimal 24) tersebut berimplikasi pada kurangnya jumlah jam
mengajar.
KTSP mendominasi segi Psikomotorik siswa. KTSP memberi penekanan
yang dominan pada berbagi kompetensi yang harus dikuasai oleh anak didik
dalam setiap bidang studi pada setiap jenjang sekolah. Implikasinya, akan terjadi
pergeseran dari penguasaan pengetahuan (kognitif) atau dominasi kognitif menuju
kepada penguasaan kompetensi tertentu
KTSP kontradiktif dengan Ujian Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dibuat sesuai kreativitas guru, dan kondisi muatan lokal
sangat kontradiktif dengan penyelenggaraan ujian nasional (UN). Prinsip UN
kurikulumnya. Budaya masyarakat yang belum bisa menerima adanya siswa yang
tidak lulus mengakibatkan Ujian Nasional yang menjadi satu-satunya tolok ukur
kelulusan siswa. Padalah kita ketahui yang menjadi tolok ukur kelulusan bukan
hanya didasarkan nilai-nilai ujian nasional, tetapi nilai-nilai pelajaran yang ada di
sekolah juga bisa menjadi tolok ukur kelulusan peserta didik.
Muatan lokal. Muatan lokal bukanlah nama suatu mata pelajaran tertentu, tetapi merupakan kelompok mata pelajaran atau mata pelajaran yang dikaitkan
dengan daerah atau lingkungan tempat tinggal peserta didik. Kemasan mata
pelajaran mulok harus mempertimbangkan manfaat untuk peserta didik bukan
sebaliknya. Pengenalan daerahnya penting sehingga dia tahu potensi daerahnya,
sehingga peserta didik tahu apa yang akan dia kerjakan di masa setelah dia lulus
nantinya. Tetapi sudah salah kaprah, sebab banyak orang yang keliru memilih
materi mulok, bukan bermanfaat malah menjadi beban. Salah satu contoh
umpamanya, apabila pada daerah itu banyak penenun batik, maka Menenun Batik
dijadikan mulok, atau apabila pada suatu daerah terdapat banyak pabrik keramik,
maka Pengelolaan dan Pembuatan Keramik menjadi muloknya. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaan di lapangan, mulok lebih diposisikan sebagai mata pelajaran
“kelas dua”. Hal ini dikarenakan penentuan mulok belum didasarkan pada analisis
kebutuhan dan minat peserta didik. Untuk mengatasi hal ini cara adalah agar
istilah “mulok” dihilangkan dari dokumen laporan prestasi hasil belajar peserta
didik, dan langsung ditulis nama mata pelajaran yang diajarkan, atau, langsung
diintegrasikan ke dalam kelompok mata pelajaran adaptif. Pengembangan diri
kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan
sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri,
khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan
karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan
peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/
dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh
konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan
kewenangnya.
Pengembangan diri. Pengembangan diri dikemas dalam Program Bimbingan Konseling dan ektra kurikuler. Pengembangan diri bukan merupakan
mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kajian dilapangan menunjukkan bahwa
Implementsi Pengembangan diri pelaksanaannya masih parsial, dan belum
terintegrited dengan program Intra. Untuk terpadunya kegiatan pengembangan
diri, maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan diri
peserta didik di SMK melalui antara lain ; Mengintegrasikan kedalam setiap mata
SKKS adalah satuan kredit kegiatan kesiswaan dalam jangka waktu tertentu yang
diprogramkan untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik serta merupakan
bentuk pengakuan sekolah. Dalam pelaksanaannya Pendidikan Kecakapan Hidup
tertuang dalam pengembangan orientasi kurikulum di SMK N 1 Serui belum
mengalami rekonstruksi dan rekulturisasi, hal ini di tandai dengan :
a. Orientasi pendidikan dan pelatihan masih berazas penyediaan (supply driven)
yang seharusnya berazas permintaan pasar (market driven)
b. Pendidikan dan pelatihan berorientasi pada kecakapan hidup (life skill) dan
berwawasan lingkungan belum berjalan terlaksana, pendidikan berlangsung hanya
kewajiban memenuhi jam mengajar.
c. Lulusan SMK N 1 Serui belum bisa bekerja secara mandiri (wiraswasta)
d. Penyusunan kurikulum menggunakan pendekatan berbasis luas dan mendasar
(broad based), berbasis kompetensi (competency-based) dan berbasis produksi
(productionbased learning) belum terlaksana.
e. Memberdayakan seluruh potensi masyarakat (orang tua, dunia kerja dan
sebagainya) belum bisa.
Konsep KTSP kurang didukung oleh tersedianya industry. Seperti diketahui
bahwa konsep KTSP adalah pembelajaran berbasis kompetensi, dimana siswa
mampu atau harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industry.
Kenyataan dilapangan bahwa, di daaerah kota Serui boleh dibilang tidak memiliki
industry/perusahaan. Pilihan lain dengan tidak adanya dunia industry adalah
menghadirkan suasana industry di sekolah tentunya bukanlah hal yang mudah.
Guru dituntut memiliki jiwa interprener/bisnis. Hal inilah yang mengakibatkan
suasana industry tidak bisa berjalan.
Kerangka Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh sekolah. Ini merupakan kebijakan baru dari
pemerintah dalam rangka mengakomodasi kepentingan sekolah, daerah dan
sekaligus untuk mengembangkan potensi masyarakat. Namun dalam
implementasinya SMK N 1 Serui masih menghadapi berbagai kendala yang
meliputi antara lain manajemen kurikulum, organisasi dan manajemen sekolah,
ketenagaan, sarana prasarana, peserta didik, pembiayaan, peran serta masyarakat,
lingkungan dan kultur sekolah, dan unit produksi.
a. Aspek manajemen kurikulum
1) Persepsi dalam menjabarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi ke dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan rencana proses
pembelajaran (silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),di lingkungan
guru masih relative beragam
2) Beban belajar dirasakan sangat berat dengan adanya tuntutan perbandingan
alokasi waktu tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri adalah 1:2:4
3) Sebagian besar warga sekolah belum memahami secara memadai mengenai
standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) secara substantive
4) Belum tersusun KTSP yang berdasarkan hasil analisis kebutuhan sekolah dan
hasil analisis keunggulan lokal (potensi daerah).
b. Aspek organisasi dan manajemen sekolah
1) Belum memadainya wawasan tentang manajemen penjaminan mutu (Quality
Assurance) sehingga belum dapat menyusun program-program peningkatan mutu
sekolah secara komprehensif
2) Masih terbatasnya sarana prasana dan penguasaan teknologi informasi oleh
komponen sekolah.
c. Aspek ketenagaan
1) Sebagaian besar guru SMK N 1 Serui masih kurang memahami standar isi
yang harus dijabarkan dalam pengembangan kurikulum tingkat intruksional,
operasional dan eksperensial.
2) Adanya keterbatasan jumlah tenaga pengajar/guru untuk mengampuh mata
pelajaran baru antara lain, seni budaya dan muatan local.
d. Aspek sarana dan prasarana
1) Adanya keterbatasan jumlah, kualitas dan relevansi fasilitas pembelajaran
khususnya mata pelajaran produktif bila dikaitkan terhadap tuntutan pemenuhan
standar isi dan perkembangan Ipteks.
2) Adanya keterbatasan jumlah judul, banyak buku, dan keluasan akses dalam
3) Adanya keterbatasan jumlah ruang kelas bila dibandingkan dengan jumlah
rombongan belajar dan tuntutan pelaksanaan pembelajaran moving class.
e. Aspek peserta didik
1) Tingkat kemampuan bekal ajar siswa yang masuk ke SMK N 1 Serui sebagaian
besar masih relatif rendah bila dilihat dari prasyarat untuk mengikuti
pembelajaran sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
2) Tingkat kedisiplinan sebagian siswa SMK N 1 masih relatif rendah, hal ini
ditunjukkan oleh tingginya tingkat kenakalan dan pemakaian minum-minuman
keras..
f. Aspek pembiayaan
1) Besarnya alokasi anggaran untuk operasional sekolah sesuai dengan tuntutan
KTSP baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih relative
terbatas.
2) Relevansi alokasi anggaran baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
masih relatif rendah bila dikaitkan dengan tuntutan pelaksanaan standar isi,
standar proses dan standar kelulusan.
3) Kepedulian dan kemampuan masyarakat dalam peran sertanya yang terkait
dengan pembiayaan pendidikan masih relatif rendah.
1) Peran serta institusi pasangan (dunia usaha dan dunia industri) dalam
pelaksanaan pembelajaran untuk bidang produktif masih relatif rendah bila
dikaitkan dengan tuntutan pelaksanaan standar isi, standar proses dan standar
kelulusan.
2) Jaringan kerjasama antara sekolah dan institusi pasangan (dunia usaha dan
dunia industri) dalam upaya untuk optimalisasi pemanfaatan sumber belajar sesuai
dengan tuntutan pelaksanaan standar isi, standar proses dan standar kelulusan
masih relatif rendah.
h. Aspek lingkungan dan kultur sekolah
1) Adanya sebagian warga sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan) yang
masih relatif belum memiliki kemandirian/otoritas profesional dalam menjalankan
perannnya melaksanakan KTSP sesuai dengan tuntutan, jiwa dan karakteristik
dari kurikulum tersebut.
2) Adanya sebagian warga sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan) yang
masih terbiasa menunggu instruksi untuk melaksanakan sesuatu, terbiasa dengan
pola seragam dan kurang kreatif dalam menjalankan perannya sesuai dengan
tuntutan KTSP.
i. Aspek unit produksi
1) Belum berfungsinya secara optimal baik secara kuantitas, kualitas dan relevansi
keberadaan unit produksi di sekolah bila dikaitkan dengan upaya sebagai
pendukung penguatan pelaksanaan standar isi, standar proses dan standar
2) Belum optimalnya pengelolaan unit produksi di sekolah bila dikaitkan dengan
prinsip-prinsip wirausaha yang lebih berorientasi pada kemandirian, pelaksanaan
teaching industry dan memberikan income generating bagi pemberdayaan dan
penguatan lembaga sekolah dalam memenuhi tuntutan pelaksanaan KTSP.
BAB IV. KESIMPULAN
Dari hasil analisis KTSP dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kurikulum 2006 (KTSP) mempunyai tujuan untuk melahirkan peserta didik
sebagai ilmuan professional sekaligus warga negara Indonesia yang taat
terhadap peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat .
2. Kurikulum 2006 (KTSP) mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan, mendorong guru dan pihak manajemen sekolah
untuk meningkatkan kreatifitas dalam program pendidikan, menitikberatkan
dan mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan peserta didik, dan
memberikan peluang yang lebih luas untuk mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
3. KTSP dikembangkan atas konsep muatan dan budaya lokal. Indonesia adalah
sebuah negara yang menaungi beragam kearifan lokal (local wisdom) dan
nilai-nilai budaya (culture values) setempat yang apabila tidak dipahami tentunya
Untuk itu sikap toleransi setiap elemen masyarakat yang menunjang
pengembangan kurikulum amat diperlukan.
Referensi :
Depdiknas , (2007). Panduan Lengkap KTSP.
Depdiknas. (2008). Keputusan Direktorat Jenderal Mentri Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor 251/C/KEP/MN/2008 Tahun 2008 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan
Imam Mawardi, (2010). Kritik Terhadap Pendidikan Dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Diambil pada tanggal 20 Oktober 2010, dari
http://mawardiumm.blogspot.com/2010/02/kritik-dan-fokus-kurikulum-berbasisi.html
Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Edisi
Pertama. . Jakarta. Bina Aksara
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Tyler, R.W. 1975. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago &