• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA MERUPAKAN KEKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA MERUPAKAN KEKU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA MERUPAKAN

KEKUATAN BAGI NKRI

Oleh :

IDHAM SYAHRIR METARIUM / 1431140041 RIFKY MAULANA IBRAHIM / 143140042

▸ Baca selengkapnya: jelaskan upaya untuk mencegah munculnya masalah keragaman suku bangsa dengan cara

(2)

ABSTRAK

Pembukaan UUD 1945 secara historis sebagai Indonesian Declaration of Independence dirumuskan sebuah konsep kecerdasan kehidupan bangsa. Konsep pendidikan Indonesia sesungguhnya memiliki akar yang

Pelanggaran atas hak pendidikan akan membawa akibat panjang. Dengan tingkat buta huruf yang tinggi maka kualitas sumber daya manusia tentu rendah. Dengan banyaknya bangunan sekolah yang rusak pasti membawa dampak pada kualitas pembelajaran. alokasi budget yang rendah akan membuat beban pembiayaan pendidikan terus-terusan ditanggung oleh masyarakat. Negara yang ditunjuk sebagai pengemban tugas pencerdasan mulai tak mampu berperan. Kini negara hanya memasrahkan pendidikan pada arena pasar sosial yang buas. Pasar identik dengan wilayah dimana hukum jual beli yang berlaku.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional belum cukup melindungi masyarakat (khususnya pendidik dan peserta didik) dalam hal penerapan sistem pendidikan nasional, hal ini menunjukan bahwa dalam Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ada kesenjangan antara jiwa konstitusi dengan semangat Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional itu sendiri. Ini mengakibatkan konsep, istilah, dan rumusan keduanya tidak sejalan. Disamping itu, antara Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan perundang-undangan turunannya juga tidak semuanya konsisten. Demikian juga dengan Peraturan Pemerintah dan berbagai Peraturan Menteri. Pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional masih belum cukup mengakomodasi masalah pendidikan, masih ada pasal-pasal yang tidak konsisten dan bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

(3)

A. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. suku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda. selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera di dalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda.

Keragaman budaya bisa menjadi peluang kekuatan dalam membangun bangsa, jika keragaman budaya itu dikelola dengan baik, namun bisa menjadi ancaman perpecahan bangsa, bila tidak mampu mengelolanya. Peluang kekuatan itu bisa tercipta ketika orang berkumpul bersama dalam keragaman tersebut, namun dapat menjadi ancaman ketika orang sulit untuk bersosialisasi, lebih banyak menutup diri, tidak mau membuka pikiran, lebih banyak mempertimbangkan sesuatu dari satu sisi, egois, dengan terjadinya hal tersebut ia membiarkan keegoisan dan emosinya untuk menjalankan pola pikirnya terhadap sesuatu.

Dengan didukung oleh sistem pemerintahan yang bercorak demokrasi, keragaman budaya selalu dijaga dan dijamin “perkembangbiakkan-nya” di wilayah NKRI. Peluang dan ancaman keragaman budaya pun turut menyertai kelestarian keragaman budaya tersebut.

(4)

keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok suku bangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu budaya dan keragaman budaya?

2. Bagaimana mengelola keragaman budaya?

3. Bagaimana cara menyikapi perbedaan budaya di masyarakat?

C. PEMBAHASAN

1. Budaya dan Keragaman Budaya BUDAYA DAN KEBUDAYAAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran; akal budi, adat istiadat, dan sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Dalam keseharian kita, budaya sering diartikan sebagai kebiasaan yang sudah mengakar lama hingga dianggap berasal dari suku atau struktur genetika seseorang. Kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, dan juga keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

Menurut Raymond Williams, pengamat dan kritikus kebudayaan terkemuka, kata budaya (culture) pada awalnya dekat pengertiannya dengan kata “kultivasi” (cultivation), yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upacara religius yang kemudian muncul istilah kultus atau cult. Sejak abad ke-16 hingga 19, istilah ini mulai diterapkan secara luas untuk pengembangan akal budi manusia dan sikap-perilaku pribadi lewat pembelajaran. Dalam konteks ini, kita bisa memahami mengapa seseorang disebut berbudaya atau tidak berbudaya. Selama periode panjang ini pula istilah budaya diterapkan untuk entitas yang lebih besar yaitu masyarakat sebagai keseluruhan, dan dianggap merupakan padanan kata dari peradaban. Atas dasar itu, Williams berani berpendapat bahwa perubahan-perubahan historis tersebut bisa direfleksikan ke dalam tiga arus penggunaan istilah budaya, yaitu:

(5)

2. Yang mencoba memetakan khazanah kegiatan intelektual dan artistik sekaligus produk-produk yang dihasilkan (film,benda-benda seni, dan teater). Dalam penggunaan ini budaya kerap diidentikkan dengan istilah “kesenian”.

3. Mengambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan, dan adat kebiasaan sejumlah orang, kelompok atau masyarakat.

Antropolog A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn mendata hingga 160 definisi kebudayaan. Dari sekian banyak definisi yang juga banyak saling tumpang tindih, mereka mengidentifikasi enam pengertian utama kebudayaan yaitu: 1. Definisi deskriptif; cenderung melihat budaya sebagai totalitas komprehensif

yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan sejumlah ranah yang membentuk budaya.

2. Definisi historis; cenderung melihat budaya sebagai warisan yang dialih-turunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya.

3. Definisi normatif; bisa mengambil dua bentuk. Yang pertama, budaya adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku tindakan yang konkret. Yang kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku.

4. Definisi psikologis; cenderung memberi tekanan peran budaya sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar, atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya.

5. Definisi struktural; mau menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret.

6. Definisi genetis; definisi budaya yang melihat asal-usul bagaimana budaya itu bisa eksis atau tetap bertahan. Definisi ini cenderung melihat budaya lahir dari interaksi antar-manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(6)

struktur sosial. Bisa dikatakan bahwa kebudayaan merupakan hasil akal budi yang hanya bisa dihidupi dan dilihat dalam akal budi manusia berbudaya.

Selain itu, Edward Burnett Tylor dalam karyanya berjudul Primitive Culture, mengartikan kebudayaan sebagai kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai suatu anggota masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa ketiga tokoh tersebut menyetujui arti budaya sebagai akal budi, pikiran, spirit; dan kebudayan sebagai hasil dari akal budi atau pikiran tersebut yang kemudian menciptakan seluruh pengetahuan manusia yang nampak dalam kebiasaaan, adat istiadat, keyakinan-keyakinan dan warisannya.

KERAGAMAN BUDAYA

Keragaman atau keberagaman (plurality) adalah sebuah tren yang pada saat sekarang berhadapan dengan sebuah proses lain yang membuat dunia ini menjadi desa global, a global village, sebuah desa yang dicirikan oleh kekuatan kapitalisme di bidang ekonomi dan inforamsi. Selain itu keragaman budaya adalah kumpulan budaya yang berbeda dengan saling menghormati perbedaan dalam budaya orang lain. Ini juga bisa berarti berbagai manusia dan

masyarakat atau budaya di daerah tertentu, atau di dunia secara keseluruhan. Jacques Derrida menekankan keragaman dalam keanekaan cara berpikir dan pendekatan terhadap teks yang ada. Derrida memang memproklamasikan kebebasan untuk mengeksplorasi realitas atau teks yang akan membawa pada keberagaman makna atau polisemi. Menurutnya setiap komunitas mempunyai cara pandang sendiri yang tentu saja dipengaruhi oleh situasi dan sejarah.

(7)

berbeda. Alasannya ialah bahwa semua nilai yang sungguh-sungguh manusiawi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan masyara

2. Mengelola Keragaman Budaya

Pada era globalisasi saat ini, mengelola suatu bangsa yang luas dan besar seperti bangsa Indonesia tentu bukan merupakan hal yang mudah. Tantangan globalisasi menjadi bagian dari tantangan yang bersifat eksternal selain dari tantangan, bahkan ancaman yang berasal dari keanekaragaman budaya dan suku bangsa yang bersifat internal.

Keragaman suku bangsa yang ada di Tanah Air merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa yang besar diperlukan untuk mencegah terjadinya perpecahan yang akhirnya akan mengganggu kesatuan bangsa. Etnosentrisme yang dilestarikan hanya akan menghilangkan kekuatan bangsa.

Menanggapi hal ini, Michel Foucault[9] memberi pemahaman untuk mengelola keragaman budaya dengan terlebih dahulu mengajak kita memahami manusia sebagai pengelola keragaman budaya. Ia melihat manusia sebagai subjek rasional yang memiliki kesadaran akan kolektivitas dan pluralitas peradaban. Maka manusia sebagai anggota etnis tertentu harus mengeksplorasi keberadaanya, melalui usaha-usaha menafsirkan kebenaran, membangun sistem makna, serta merumuskan tujuan dan arah hidup, baik secara personal maupun kolektif dengan berpijak pada kearifan lokal masing-masing etnis. Dengan demikian, setiap etnis pun memiliki hasrat dan kemauan untuk membangun dialog antarperadaban dan etnnis.

(8)

mencoba untuk menghilangkan sikap merasa diri lebih unggul daripada orang lain dan kebudayaan lain.

Gereja dalam Gaudium et Spes artikel 54, menghimbau agar membuka cara-cara baru mengembangkan dan menyebarluaskan kebudayaan. Cara-cara itu lahir berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian menghasilkan ilmu-ilmu eksata yang mengembangkan penilaian kritis, penelitian-penelitian yang memberi penjelasan lebih mendalam tentang kegiatan manusiawi, kebiasaan hidup serta adat istiadat menjadi semakin beragam, yang serta-merta meningkatkan pertukaran antara pelbagai bangsa dan golongan masyarakat dan membentuk kebudayaan bagi semua dan setiap orang. Kebudayaan harus ditumbuhkan sedemikian rupa sehingga mengembangkan pribadi manusia seutuhnya secara seimbang, dan membantunya dalam tugas yang pelaksanaanya merupakan panggilan semua umat beriman Kristen.

Oleh karena itu, untuk bisa mengelola keragaman budaya, kita harus kembali untuk menyadari hakikat diri kita sebagai makhluk rasional yang mampu menciptakan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk bisa memaknai keragaman budaya sebagai hasil dari berbagai ilmu pengetahuan yang beragam itu. Maka hasil ciptaan manusia yang beragam itu harus mampu membuat kita menjadi pribadi yang utuh, karena penghargaan dan penerimaan akan keragaman budaya, hasil ciptaan kita sendiri. Seandainya kita mengikari keragaman kebudayaan, berarti kita mengingkari keragaman pola pikiran kita sendiri yang merupakan pencetus lahirnya kebudayaan.

3. Menyikapi Perbedaan Budaya Di Masyarakat

menyikapi perbedaan bukanlah hal yang mudah dan bukan pula hal yang susah bila kita mau berusaha. Perbedaan budaya adalah bukan pemicu pertengkaran dan perpisahan atau perselisihan tapi perbedaan budaya sesungguhnya kekayaan bila kita mau berfikir positif.

(9)

Masyarakat terkadang lupa pada dasarnya setiap masyarakat memiliki pola dan corak kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga mereka cenderung memperlakukan sama pada setiap bebtuk kebudayaan. Padahal budaya itu sendiri berbebtuk sesuai dengan corak masyarakat yang bersangkutan. Sikap seperti inilah sering kali memicu kesalahpahaman yang berujung konflik etnis. Dengan kesadaran yang di terpkan anggota masyarakt hendaknya integrasi sosial akan tetap terjaga.

Budaya yang berkembang di masyarakat sejak dahulu membuat masyarakat di indonesia pada saat ini harus sadar bahwa mereka mempunyai budaya yang berbeda-beda dan kaya. Dan masyarakat juga harus menyadari bahwa tidak selamanya budaya yang mereka miliki itu baik, seperti budaya korupsi dan sebagainya.

Beberapa cara agar kita bisa menerima perbedaan budaya:

1. Sadar bahwa setiap manusia di ciptakan berbeda.

2. Sadar bahwa semua manusia tidak bisa menentukan akan terlahir sebagai suku apa dan bangsa apa.

3. Menjadikan perbedaan sebagai kekayaan bukan kekurangan. 4. Membicarakan baik-baik jika ada perselisihan

MENYIKAPI PERBEDAAN BUDAYA DI MASYARAKAT BERDASARKAN “BHINEKA TUNGGAL IKA”

Banyaknya perbedaan kebudayaan dalam suku bangsa bisa menjadi sumber-sumber untuk dapat menyebabkan terjadinya konflik antara suku-suku bangsa dan golongan pada umumnya dalam negara-negara yang berkembang seperti negara Indonesia, ada paling sedikit lima macam:

1. Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku-bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.

(10)

3. Konflik yang sama dasarnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku-bangsa lain yang berbeda agama.

4. Konflik terang akan terjadi kalau satu suku-bangsa berusaha mendominasi suatu suku-bangsa lain secara politis.

5. Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat.

Potensi untuk bersatu atau paling sedikit untuk bekerjasama tentu ada dalam tiap-tiap hubungan antara suku bangsa dan golongan. Potensi itu ada dua, yaitu:

1. Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara sosial-ekonomis, kalu mereka masing-masing bisa mendapatkan lapangan-lapangan mata pencaharian hidup yang berbeda-beda dan yang saling lenglap-melengkapi. Dalam keadaan saling butuh-membutuhkan itu, akan berkembang suatu hubungan , yang di dalam ilmu antropologi sering disebut dengan hubungan simbiotik. Dalam hal itu sikap warga dari satu suku-bangsa terhadap yang lain dijiwai oleh suasana toleransi.

2. Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat juga hidup berdampingan tanpa konflik, kalau ada orientasi ke arah suatu golongan ketiga, yang dapat menetralisasi hubungan antara kedua suku-bangsa tadi.

Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman budaya, mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda. Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang tinggi dan tidak ada kebudayaan yang rendah di antara keragaman budaya tersebut. Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada dan karena itu harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.

Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam semboyan yaitu “bhineka tunggal ika”.

(11)

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.

Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara keragaman budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar bahasa persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran yang tinggi semua komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan antar komponen bangsa.

Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.

Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.

Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.

(12)

Amerika dikenal semboyan et pluribus unum, yang mirip dengan bhineka tunggal ika, yang berarti banyak namun hakikatnya satu.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika memang menjadi sangat penting ditengah beragamnya adat dan budaya Indonesia. Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut hanya menjadi pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika bermakna berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah semboyan jitu yang terbukti berhasil menyatukan bangsa dengan sejuta suku, bangsa yang kaya akan ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh dan merdeka.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain yakni:

1. Dasar Negara Pancasila

2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan

3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan 4. Lambang Negara Burung Garuda

5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya 6. Lagu-lagu perjuangan

Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Persatuan dalam keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang 2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab

3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah 4. Pembangunan berjalan lancar

Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman antara lain:

1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain

2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Belajar Cara Belajar Belajar Cara Belajar PEDAGOGI Kemahira n Berfikir Dalam P&P Kemahira n Berfikir Dalam P&P Aplikasi Teori

Namun keadaan tersebut belum tentu patologis, karena dapat disebabkan oleh faktor genetik/familial, atau lambat tumbuh konstistusional akibat keter- lambatan maturasi (usia)

KELOMPOK KERJA - ULP POKJA II JASA KONSTRUKSI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG DAN PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN2. KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

Dengan ini diumumkan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pada Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Bener Meriah menurut

185.055.000,00 (Seratus delapan puluh lima juta lima puluh lima ribu rupiah) termasuk pajak yang tertanggung. Hasil evaluasi penawaran :

Maka Pejabat Pengadaan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kab. BARETO JAYA Memenuhi Syarat -

Padding  adalah  sebuah  properti  untuk  mengatur  jarak  pisah  antara  tepi  suatu  elemen,  satuannya  adalah  pixel.  Padding  ini  dimiliki  oleh  semua 

Adam Malik Medan guru penulis yang tidak pernah bosan dan penuh kesabaran dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis