• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI MORAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI MORAL"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN SOSIAL, EMOSI, MORAL dan SIKAP ANAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

DOSEN PENGAMPU : Zuhriatul Fithriah, M.Pd

DI SUSUN OLEH : 1. Warda Firdausi Azizah 2. Yati Ludiana

3. Royis Banu Sholeh

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan

nikmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Perkembangan Peserta Didik ini,

yang diberikan oleh Ibu Zuhriatul Fithriah, M.Pd. selaku dosen Pengampu mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kuliah dari dosen

yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap

mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Perkembangan

Sosial, Emosi, Moral dan Sikap Anak”.

Adapun sumber-sember dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa

buku yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami sebagai penyusun makalah ini,

sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk

mengucapkannya.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ...1

Rumusan Masalah ...1

Tujuan ...1

BAB II PEMBAHASAN

HAM (Hak Asasi Manusia)...2

Perkembangan

HAM ...2

HAK dan

KEWAJIBAN ...9

HAM : Antara Universalitas dan

Relatifitas...9

Pelanggaran dan

Pengadilan ...10

GENDER dan

HAM ...11

Sejarah Perjuangan Perempuan dalam Menegakkan

HAM...12

Islam

dan

HAM ...16

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ...20

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai

akibat dari proses kematangan dan pengalaman, baik dalam hal emosi, kepribadian,

maupun hubungan interpersonal yang diterima dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial

inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi

diri. Seorang anak yang berdiri sendiri, terpisah secara total dari masyarakat dan dari

pengaruh kulturil orang dewasa, tidak mungkin jadi anak normal. Tanpa bantuan orang

dewasa, anak akan mati. Tanpa bantuan manusia lain, anak tidak mungkin mencapai taraf

kemanusiaan yang normal.

1.

Ciri-ciri Perkembangan Sosial

Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya, yaitu

sebagai berikut.

1.

Periode Bayi (0-2 tahun)

Masa bayi adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam sejarah

kehidupan manusia. Periode ini juga dianggap periode vital karena masa ini merupakan

masa pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya. Pada saat bayi lahir,

kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan sekitar 50% dan kemampuan itu

terus bertambah sampai dengan umur lima tahun. Pertumbuhan jasmani otak sangat

bergantung kepada kodisi kesehatan.

Pada usia 1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan 25% sisanya

terdiri atas gerak spontan, makan, minum,reaksi negatif seperti menangis, dan keadaan

samar-samar.

(5)

Pada usia 7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50% lainnya

digunakan untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi negatif, antara

bangun dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya. Beberapa perubahan aktivitas

bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis, menampilkan ekspresi muka yang

lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri, berupaya menjangkau dan memegang benda

sekitarnya dan memasukannya ke mulut, mulai belajar mengucapkan kata-kata untuk

menyatakan pikiran dan perasaannya.

Berikut rincian perkembangan sosial anak pada periode sampai 2 tahun.

Usia Keterangan

1-3 bulan

Belum mampu membedakan objek dan benda

Otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek dan mengikuti gerakan

Telinga sudah mampu membedakan suara. Mulai mampu membedakan objek dan orang, siap untuk belajar menjadi manusia

sosial.

Senyum sosial (

social smiles

) apabila orang yang dikenalnya datang dan menangis apabila ditinggal.

4-6 bulan

Meperlihatkan tingkah laku, memperhatikan apabila ada orang yang bicara

Tersenyum dengan bayi lain

Membuat Penyesuaian diri dengan tertawa pada seseorang

7-9 bulan

Kadang-kadang agresif, menjambak, mencakar, dan sebagainya.

Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain

Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana

10-13 bulan

Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa bermain dengan permainan tanpa komunikasi.

Mengenal larangan.

Mulai minat terhadap bayi lain.

14-18 bulan

Mulai minat terhadap bayi lain.

Memperlihatkan minat yan tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi dengan mereka.

Dapat membantu melakukan aktivitas sederhana.

24 bulan

Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan sosial. Disini mereka bermain bersama, tetapi tidak ada interaksi

2.

Periode Kecil (2-3 tahun)

(6)

bereksplorasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Apa saja yang ada disekitarnya ingin di

pegang, dicari tahu apa, mengapa, bagaimana.

Rasa ingin tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh. Anak mulai mengembangkan

hubungan sosial. Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya,

walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya senang

berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan aturan permainan.

Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja sebagai awal dari masa

menggambar sebenarnya.

Masa anak kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara

intensif, sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai

mengembangkan kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk

berkomunikasi, menggambar, dan bermain.

3.

Periode Prasekolah (4-5 tahun)

Adapun ciri sosialisasi periode prasekolah adalah sebagai berikut :

1.

Membuat kontaksosial dengan orang di luar rumahnya.

2.

Dikenal dengan istilah

Pregang Age

. Dikatakan

pregang

karena anak prasekolah

berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar

menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.

3.

Hubungan dengan orang dewasa.

Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua

maupun guru. Mereka berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa.

4.

Hubungan dengan teman sebaya

5.

3-4 tahun mulai bermain bersama (

cooperative play

). Mereka tampak mulai

mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku

bermusuhan

(7)

Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas

keluarga. Mereka membentuk kelompok (

gang

) sehingga ini disebut

gang age

. Oeranan

teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial

anak. Di antara pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak

diantaranya sebagai berikut :

1.

Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang

dapat diterima oleh kelompok.

2.

Membantu anak mengembangkan nila-nilai sosial lain di luar nilai orang tua.

3.

Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan

kepuasan emosional dari

rasa berkawan

.

1.

Macam-macam Perkembangan Sosial

1.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal

(8)

Hubungan dengan orang dewasa

Dengan berkembangnya keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas

orang dewasa. Jika mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan pada masa

kanak-kanak, mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan

orang dewasa, terutama anggota keluarga.

Hubungan dengan anak lain

Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak

umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok, berbicara satu

sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan

dipilih untuk bermain.

Bentuk umum prilaku sosial

Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak

menyesuaikan diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan semakin

meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari orang tua sejak

bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga hal:

1.

Seberapa kuat keinginan untuk diterima secara social

2.

Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku

3.

Kemampuan intelektual yang semakin berkembang dan memungkinkan

pemahaman hubungan antara prilaku mereka dengan penerimaan sosial.

1.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir

Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu kesadaran

sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu tugas perkembangan

yang terutama. Pada masa transisi dari usia pragang masa kanak-kanak akhir, anak beralih

dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari aktivitas ke kelompok ke aktivitas

individual. Pola prilaku yang dipelajari dari keangotaan gang:

(9)

2.

Kepekaan yang belebihan

3.

Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi

4.

Persaingan

5.

Sikap sportif

6.

Tanggung jawab

7.

Wawasan sosial

8.

Diskriminasi sosial

9.

Prasangka

10.

Antagonisme jenis kelamin

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD

Menurut Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu :

1.

Keluarga

Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak dengan orang tua. Hubungan

anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan

lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang di

tunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk

mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

2.

Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)

Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan

anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua dan saudaranya.

Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.

(10)

Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit,

maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk

aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu. Hal ii berbeda dengan anak dengan keluarga yang

besar.

4.

Perlakuan keluarga terhadap anak

Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi

pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian,

tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap

perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.

5.

Harapan orang tua terhadap anak

Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam

masa depannya. Harapan orangtua adalah mempunyai anak yang memilikiperkembangan

sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa perkembangan anak pra sekolah yang

sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.

2.

Factor diluar keluarga

3.

Interaksi dengan teman sebaya

Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat

berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena anak

memiliki arahan yang jelas.

1.

Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah

Jika seorang anak selalu bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan

lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang yang

lebih dewasa darinya.

Juga menurut Hurlock:

(11)

Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan kelompok

lebih di pengaruhi kelompok, kurang di pengaruhi keluarga dibangdingkan hubungan

anak-anak yang pergaulannya dengan kelompok tidak begitu akrab. Anak-anak-anak yang hanya

melihat adanya kesempatan kecil untuk dapat diterima kelompok mempunyai motivasi

kecil pula untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok

Keamanan karena status dalam kelompok

Anak-anak yang merasa aman dalam kelompok akan lebih bebas dalam mengekspresikan

ketidak cocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya. Sebaliknya, mereka yang

merasa tidak aman akan menyesuikan diri sebaik mungkin dan mengukuti anggota lainnya.

Tipe kelompok

Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang diantara

para anggota kelompok. Pada kelompok primer ( antara lain keluarga atau kelompok

teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat dibandingkan dengan pada

kelompok sekunder(antara lain kelompok bermain yang diorganisasikan atau perkumpulan

sosial) atau pada kelompok tertier ( antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak

minsalnya di dalam bus)

Perbedaan keanggotaan dalam kelompok

Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin kelompok dan

pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak populer.

Kepribadiaan

Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi oleh

kelompok di bandingkan dengan mereka yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang

besar dan yang lebih menerima diri sendiri.

(12)

Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri ( affilation motive) yaitu,

keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh anggota lainnya,

terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok.

B. Perkembangan emosi pada anak 1. Pengertian Emosi

Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain. Sedangkan menurut Goleman Bahasa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak (Syamsu, 2008).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.

2. Pengelompokan Emosi

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).

(13)

Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :

1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup

kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk : a) Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah

b) Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran

c) Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus dipecahkan

2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :

a) Rasa solidaritas

b) Persaudaraan (ukhuwah) c) Simpati

d) Kasih sayang, dan sebagainya

3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya :

a) Rasa tanggung jawab (responsibility)

b) Rasa bersalah apabila melanggar norma c) Rasa tentram dalam mentaati norma

4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian

(14)

Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).

c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain

Tabel 2.1 Jenis – jenis emosi dan dampaknya pada perubahan fisik Jenis emosi Perubahan fisik

1. Reaksi elektris pada kulit

2. Peredaraan darah bertambah cepat 3. Denyut jantung bertambah cepat 4. Bernafas panjang

5. Pupil mata bertambah besar 6. Air liur mongering

7. Berdiri bulu roma

8. Otot – otot menegang atau bergetar

4. Mekanisme Emosi

(15)

banjir, gempa bumi maka timbullah perasaan emosi seseorang.

b. Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh : Akibat peristiwa banjir tersebut maka berfungsi sebagai indera penerima.

c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi contoh : Gerakan reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.

d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh : Tubuh tegang pada saat tatap muka.

Menurut Syamsuddin Kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel

yaitu:

a. Variabel Stimulus: rangsangan yang menimbulkan emosi.

b. Variabel Organismik: Perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi.

c. Variabel Respon : Pada sambutan ekspresik atas terjadinya pengalaman emosi (Reza dkk, 2010)

5. Perkembangan emosi pada anak usia sekolah Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu : a. Pada bayi hingga 18 bulan

1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.

2) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.

(16)

semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya.

Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orang- orang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.

b. 18 bulan sampai 3 tahun

1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.

c. Usia antara 3 sampai 5 tahun

1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa

(17)

senang, sementara yang kalah akan sedih. d. Usia antara 5 sampai 12 tahun

1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak

mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi-informasi secara.

2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.

3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat

berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat

dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).

4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

6. Fungsi emosi pada anak

(18)

b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.

c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.

d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.

e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak (Resa, 2010).

7. Ciri Khas Emosi Anak Ciri khas emosi pada anak antara lain : a. Emosi yang kuat

Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.

b. Emosi seringkali tampak

Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau

bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima. c. Emosi bersifat sementara

Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3 faktor, yaitu :

1) Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang.

(19)

meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.

d. Reaksi mencerminkan individualitas

Semua bayi yang baru lahir mempunyai pola reaksi yang sama. Secara bertahap dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai macam emosi semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari keluar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di belakang

kursi atau di balik punggung seseorang. e. Emosi berubah kekuatannya

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat. Variasi ini sebagian disebabkan oleh perubahan dorongan, sebagian oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lagi oleh perubahan minat dan nilai.

f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku

Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

8. Tingkat perkembangan emosi

(20)

berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Tingkat perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilan emosi seseorang yang meliputi :

a. Emosi stabil

Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga pikiran walaupun dalam keadaan kritis, sedangkan orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.

b. Emosi stabil rata-rata

Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional mempunyai kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak, berkepala dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah pengecualian daripada kebiasaan.

c. Emosi labil

Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu, sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat mereka mudah terkena hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya untuk bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa tersebut dalam hidup (Wijaya, 2004). 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

a. Keadaan anak

(21)

Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:

1) Belajar dengan coba-coba

Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi kepuasan.

2) Belajar dengan meniru

Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-orang yang diamati.

3) Belajar dengan mempersamakan diri

Anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

4) Belajar melalui pengondisian

Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi

emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal- awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,

mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. 5) Belajar dengan bimbingan dan pengawasan.

(22)

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi d. Lingkungan keluarga

Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.

Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya negatif seperti,

melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif

(Syamsu, 2008).

(23)

atau sesuatu yang selalu direspon orang tua dengan penolakan. Pada masa dewasa,

anak tersebut tidak akan menghargai emosinya sendiri yang menimbulkan keterbatasan dalam mengungkapkan emosinya. Sebaliknya, pada kelurga yang

menghargai emosi anak yang dibuktikan dengan penerimaan orang tua terhadap ungkapan emosi anak, pada masa dewasa nanti anak akan menghargai emosinya sendiri sehingga ia mampu mengungkapkan emosinya pada orang lain.

10. Pola Emosi pada Anak menurut Syamsu (2008) a. Rasa takut

Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan.

1) Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan yang terdapat pada objek

2) Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya

3) Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari bahaya

b. Rasa malu

Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.

c. Rasa canggung

(24)

distress).

d. Rasa khawatir

Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah

tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.

e. Rasa cemas

Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang

mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh

seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.

f. Rasa marah

Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini

anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.

g. Rasa cemburu

(25)

Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.

i. Keingintahuan

Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri sendiri.

j. Kegembiraan

Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan

keriangan, kesenangan, atau kebahagian. Setiap anak berbeda-beda intensitas kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.

Daftar pustaka

http://elvirakhori.16mb.com/paud/mata-kuliah/perkembangan-sosial-anak-usia-dini/

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf

Gambar

Tabel 2.1 Jenis – jenis emosi dan dampaknya pada perubahan fisik

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa kanak-kanak ini anak yang mampu melakukan hubungan sosial dengan baik akan memudahkan anak dalam melakukan penyesuaian sosial dan anak akan mudah

Disamping siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri pada masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan tingkat pertama, siswa yang masuk dalam kelas akselerasi

Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Organisasi sosial

Karena itu pengalaman negatif anak berkebutuhan khusus dalam berinteraksi dengan lingkungan yang terjadi pada masa awal kehidupannya akan dapat merugikan perkembangan sosial

terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu tatkala anak menyadari bahwa sebagian orang dari mereka dalam hal penampilan dan perilaku dan bahwa perbedaan ini oleh kelompok sosial

1) Kesesuaian lingkungan sosial dengan keadaan diri artinya menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial. Hakikat manusia sebagai

Perkembangan sosial anak memiliki peran penting untuk bersosialisasi dengan luar lingkup keluarganya dengan adanya perkembangan sosial anak mampu menyesuaikan diri dengan hal yang baru

Selama masa ini anak terlihat semakin langsing sementara batang tubuh mereka semakin panjang Pertumbuhan gigi selama 4-6 bulan pertama dari awal masa anak pra sekolah, 4 gigi bayi yang