• Tidak ada hasil yang ditemukan

Max Lane Unifinished Nation ingatan revo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Max Lane Unifinished Nation ingatan revo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Bayu Dwi Atmoko

Fakultas : Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Max Lane: Unifinished Nation; ingatan revolusi aksi massa dan sejarah indonesia

Pendahuluan

Mei 1998 kekuasaan kediktatoran Masa Soeharto berhasil ditumbangkan oleh protes masa yang di pimpin oleh mahasiswa yang terus meningkat. Soeharto dipaksa untuk mengundurkan diri karena tidak mampu lagi untuk menghadapi protes masa sejak akhir 1980 yang kemudian terulang kembali dengan puncaknya pada tahun 1998. Mereka sebagian besar masyarakat dan mahasiswa menolak untuk hidup dalam cengkraman kediktatoran lebih lama lagi.

Menteri – menteri kabinet,jendral – jendral dan para politikus Soeharto kemudian dihadapkan oleh beberapa pilihan besar dan beresiko yakni:

a. Meningkatkan radikalisasi di kalangan masyarakat dan memperparah situasi yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi

b. Melepas dukungan kepada Soeharto

Kemudian para kabinet dan jajarannya Soeharto untuk memilih melepaskan dukungan daripada Soeharto serta memutus segala akses dukungan apapun kepada Soeharto dan secara langsung Soeharto untuk kemudian hanya dapat mengundurkan diri dari jabatannya selaku Presiden kala itu karena tidak mendapatkan simpatik dan partisipasi dari pihak manapun untuk meneruskan kediktatorannya.

(2)

Walaupun gerakan massa menentang kediktatoran telah berhasil merebut kembali budaya politik indonesia yang dibutuhkan untuk revolusi nasional namun proses merebut kembali ideologi dan budaya yang dibutuhkan bagi revolusi nasional yang saat ini sedang dimulai.

Ringkasan

Analisis kajian buku ini setelah dicoba untuk dikaji kembali berdasarkan pertanyaan yang tengah diangkat yakni sejak kekuasan kediktatoran Era Presiden Soeharto yang akhirnya berhasil ditumbangkan oleh sebagian rakyat yang dipimpin oleh mahasiswa pada bulan Mei 1998 dengan gema tuntutan atau semboyan “reformasi total”. Kemudian selepas peristiwa tersebut timbulah pertanyaan yang muncul dan begitu menagih kepada mereka yang terperangkap dalam peduli terhadap perubahan tersebut yakni apa yang kemudian terjadi dalam bangsa ini, akan seperti apakah Indonesia ke depan dan sejauh mana Indonesia dapat bertahan setelah ditanggalkan. Mobilisasi politik memegang peranan penting dalam perjuangan anti – kolonial hingga 1945 dan di dalam upaya memperjuangkan penuntasan revolusi yang berkembang antara 1945 – 1965, oleh karenanya selama 60 tahun tersebut untuk membentuk dan mengkonsolidasi bangsa Indonesia itu sendiri ke dalam revolusi nasional.

Setelah keberhasilannya merebut kekuasaan oleh Jendral Soeharto dengan watak Kontra – revolusinya. Antara 1965 – 1970 hampir semua mobilisasi KAMI yang pada awalnya ditujukan untuk untuk menentang Soekarno dan pada 1970 banyak pemimpin KAMI telah diserap dalam anggota parlemen dan Golkar serta beberapa menggunakan relasinya dan muncul sebagai pengusaha besar. Beberapa menjadi akademikus. Namun selang waktu tidak lama beberapa masalah mulai muncul dengan isu: pengumuman pemerintah Soeharto untuk menaikan harga minyak tanah dan bensin sebesar 100%; 2 Juli, Komisi Empat menyerahkan laporan kepada Presiden Soeharto dan menuntut untuk di publikasikan namun pemerintah tidak sanggup memberikan jaminan publikasi padaa umum dan memang tidak ada komitmen untuk mempublikasika dan pada 18 Juli pemimpin mahasiswa menyerahkan langsung dokumen kepada presiden atas bukti kasus korupsi oleh Asisten Pribadi Jendral Soeharto; keprihatinan atas pembangunan TMII yang menghabiskan dana sebesar 20 M oleh karenanya terkesan memboroskan namun dengan mudahnya mendapat dukungan pemerintah bukannya untuk memperbaiki sarana museum atau perpustakan atau membangun pabrik yang lebih produktif namun malah mengedepankan Ego-nya selaku kuasa pemerintahan tanpa memperhatikan kepentingan lebih luas; Kemudahan Ibu Tien dalam pemenuhan keinginannya; cara pejabat tentara melakukan pelarangan diskusi membicarakan hal tersebut; melarang pertemuan – pertemuan dan menangkapi pemrotes merupakan indikasi lain dari hakikat pemerintah sebagai kediktatoran.

(3)

kalangan penduduk. Lebih dari 1 Juta orang dibunuh, puluhan ribu dipenjara lebih dari setahun dan hamipr 20.000 dita,han selama 10 – 14 tahun. Politik dan kebudayaan nasional secara umum benar – benar telah ditransformasikan bersamaan dengan sistem politik itu sendiri. Pentingnya aksi dalam proses tersebut, kecepatan aksi massa dibangkitkan serta pola perlawanan yang muncul kemudian isu – isu yang diangkat dan menyertainya merupakan bagian dari sejarah panjang Indonesia pada masa itu sampai pada proses bergejolaknya aksi massa yang memberontak ingin memberhentikan kepemimpinan Era Soeharto pada Mei 1998. Dengan memobilisis massa yang melibatkan ratusan ribu kaum miskin kota – buru – dan semi proletariat – mahasiswa. Kondisi politik yang memungkinkan terjadinya peningkatan mobilisasi jalan diciptakan oleh kesuksesan gerakan yang memaksa Soeharto mundur dan menghancurkan kesatuan elit politik yang dibentuk selama periode Soeharto.

Mobilisasi politik pergerakan aksi massa merupakan proses menciptakan Indonesia, termasuk menciptakan cara pandang budaya nasional yang baru. Dalam upaya revolusi nasional Indonesia atau dalam proses pembangunan bangsa Indonesia diluar pengaruh kediktatoran yang merugikan bangsa Indonesia, kemampuan metode mobilisasi massa sangat penting dan besar pengaruhnya untuk menghancurkan semua gagasan yang berkaitan dengan masa itu dan faktor ingatan atas pengalaman apapun yang menyertai semua kalangan orang – orang dimasa itu atas dampak kediktatoran masa itu pun menjadi sentral dalam Kontra – Revolusi yang diterapkan oleh Jenderal Soeharto setelah 1965. Selain itu dari Orde Baru-nya Soeharto dari Kontra – Revolusi dan penindasannya terhadap mobilisasi politik makan kebangkitan perjuangan politik akan menekan jantung sistem Soeharto.

Pada 1990-an dan saat ini, gemanya bahkan kedekatan dengan gagasan – gagasan tersebut dan dokumen – dokumennya, semakin melemah. Yang mengarahkan upaya ideologis PRD (dan kelompok – kelompok aktivis lainnya) bukanlah gelombang besar revolusi antikolonial dan kemajuan ekonomi Uni soviet dan Cina. Kekalahan kiri pada 1965, 30 tahun kediktatoran yang didukung tentara di Indonesia, dan kemunduran kiri secara internasional, merupakan medan yang baru.

(4)

hal tersebut yang memastikan bahwa perasaan kesadaran – kelas di kalangan kelas popular, yakni merasa menjadi bagian dari rakyat, masih tetap kuat. Perasaan tersebut juga telah menemukan jalannya untuk masuk kedalam pemikiran dan budaya politik semua gelombang protes dan perjuangan melawan kediktatoran. Di kalangan kelas – kelas tersebut, dan dikalangan lapisan lainnya seperti mahasiswa dan intelegtual, kesadaran – kelas tersebut diwujudkan dalam bentuk pembangunan organisasi di tingkat nasional dan pengembangan kritik radikal. Telah ada kekuatan sosial yang berpotensi menjadi agen yang memulai suatu proses, suatu perjuangan revolusioner.

Pramodya Anantaoer menyerukan agar proses tersebut juga tidak sekedar merebut kembali ingatan sejarah kelas popular lebih dari itu. Di bawah kakuasaan Soeharto, yang demikian itu sudah mulai dikerjakan sebagai bagian untuk melawan kediktatorannya. Aktivitas generasi Intelektual 1980 – an telah memulainya. Langkah awal untuk memenuhi seruan Pramoedya, yakni menghubungkannya kembali dengan “perjuangan untuk menyelesaikan revolusi” dan menghidupkan kembali, setelah tahun – tahun prmberangusan, telah benar – benar dimulai dengan baik. Merebut kembali aksi merupakan awal kemajuan besar, mengawali gerak jaman baru. Merebut kembali sejarah akan akan menjadi kemajuan besar berikutnya, terlebih urusan politik sehari-hari dan kampanye sosio-ekonomi menyediakan medan bagi upaya tersebut. Perjuangan mengatasi persoalan sejarah tersebut dan merebut kembali gagasan revolusi menjadi perhatian utama dalam sejarah Indonesia dalam dekade selanjutnya.

Analisis/Komentar:

Ditulis dari sudut pandang seorang aktivis yang ikut terjun dan terlibat di dalam suatu

proses dan dinamika pergerakan di masa itu. Manfaat buku ini tidak terbatas hanya pada

pembaca yang memiliki perhatian yang sama dengannya melainkan dapat menjadi suatu

sumber kajian yang berguna kepada mereka yang berkepentingan untuk mendalami

suatu informasi terkait perjuangan bangsa Indonesia – dinamika pemerintahan – sampai

proses pergerakan massa yang menuntut perubahan bangsa Indonesia itu sendiri dalam

arti sejarah dan sudut pandang yang sebenarnya. Selain itu, pola penyampaian artikulasi

bahasa yang dipaparkan cukup memicu gairah untuk lebih membacanya dengan asumsi

ingin mendalami isi kajian buku ini lebih dalam dan mengetahui lebih lanjut terkait isi

dari buku ini terlebih bagi seorang pelajar, mahasiswa dan para akademikus lainnya yang

memang berkepentingan untuk mengetahui perkembangan serta informasi kesejarahan

bangsa Indonesia terkait pergerakan massa dan sangat cocok bagi para kalangan umum

atau kalangan awam dari kebangsaan Indonesia sendiri untuk mengetahui

perkembangan bangsa Inonesia yang dipicu oleh pergerakan revormasi yang dipelopori

oleh aksi massa dari sudut pandang aktivis sehingga menjadi tambahan pengetahuan,

kajian dan perspektif terkait perubahan dan perkembangan bangsa Indonesia.

(5)

buku ini hampir sepenuhnya berlawanan dengan pandangan peneliti tentang Indonesia

selama ini, baik dari Indonesia sendiri maupun luar negeri, yang selalu menghilangkan

peran massa, mobilisasi massa, aksi massa dan ingatan akan revolusi dalam melihat

sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Selain itu, karya ini merupakan kajian

mendalam,serius dan berbobot serta menyenangkan terkait sejarah Indonesia

khususnya peran grakan pelopor, mobilisasi massa dan aksi massa. Penjelasan seputar

peran ingatan rakyat terhadap jaman revolusi dan hal – hal yang memiliki kaitan dengan

jaman tersebut dalam aspek penting dari aktivisme mereka. Unsur sastra yang

ditampilkan tidak hanya sebagai penghias namun juga menjadi kerangka dan data dalam

analisis.

Mengetengahkan peran kekuatan rakyat dalam mengarahkan alih – ubah Indonesia,

penulisnya merujuk dan memberikan ilham yang sangat bernilai. Unfinished Nation

adalah kajian yang bernilai, sangat kaya secara empirik dan menunjuk hal – hal yang

penting bagi kalangan luas pembaca baik baik peneliti maupun secara umum. Unfinished

Nation adalah karya yang menakjubkan dalam berbagai segi yang menawarkan tinjauan

mengenai Indonesia dengan padat dan menyeluruh sejak kemerdekaan. Ini adalah

sebuah bahan yang bermanfaat, bagi mereka yang tahu dan tidak tahu tentang

Indonesia, inilah buku yang hebat. Unfinished Nation tentu saja salah satu karya sejarah

dan analisis poltik terbaik saat ini. Max Lane berhak mendapatkan penghargaan dari kita

karena telah menulisnya.

Kesepakatan para sarjana ilmu politik pengamat Indonesia ditandai oleh

ketidakpercayaan pada kemungkinan perubahan revolusioner ataupun kemampuan

transtormatif dari kelompok-kelompok tertundukkan. Pada studi politik Indonesia di

Australia kita lantas menemui sedikit sekali perbedaan pendapat mengenai dinamika

dasar dari politik Indonesia, sifat dasar masyarakatnya atau arah dari transtormasi

demokratik yang sebaiknya dijalani. Namun Max Lane merupakan satu-satunya penulis

Australia ahli Indonesia yang berdiri di luar kesepakatan para ahli tadi sehingga dari

sudut pandang yang ia miliki tersebut atas pergerakan reformasi di Indonesia menjadi

suatu perspektif tambahan atau informasi tembahan bagi bangsa Indonesia sendiri atau

khalayak umum yang bermaksud ingin mendapatkan informasi terkait sejarah Indonesia

saat itu.

Kesimpulan

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar, dapat dilihat bahwa yang memperoleh nilai maksimal pada atribut aroma, tekstur, rasa dan penampakan adalah perlakuan suhu 95 0 C dengan waktu pemasakan 115

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa raja tidak mampu memberikan rasa keadilan kepada rakyatnya. Justru, raja dengan sengaja melakukan pembiaran

pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan. Kegiatan keantariksaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasional. Pembangunan penerbangan dan antariksa LAPAN

ƒ Diagenesis ketiga terjadi dalam lingkungan fresh water phreatic, yang ditandai oleh pelarutan butiran, matriks dan semen yang membentuk porositas vuggy dan moldic; pelarutan

[r]

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi (pengetahuan dan ketrampilan) serta iklim organisasi

b) Rekomendasi Working Group untuk mengundang Negara anggota IMO dan organisasi Internasional untuk memasukkan usulan terkait konsep dari verifikasi sistematik

Jika