• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga keuangan, mulai dari bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Namun yang saat ini memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia adalah lembaga keuangan bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta maupun perorangan menyimpan dana-dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme system pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

Perbankan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat. Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi oleh kepercayaan nasabah atau masyarakat luas. Apabila dalam perkembangannya terjadi gejolak maka akan muncul reaksi keras dari masyarakat luas.

Bank dianggap sabagai penggerak roda perekonomian suatu negara. Fungsi bank adalah sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam penciptaan dari peredaran uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa keuangan lainnya.

Pada krisis ekonomi yang diawali dengan dilikuidasinya 16 bank pada bulan November 1997, telah menyebabkan Indonesia terjerumus dalam tingkat kemiskinan yang meningkat secara drastis yaitu mencapai 49,5 juta orang. Tahun 1999 walau tingkat kemiskinan mengalami penurunan namun tingkat keparahannnya lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Kemiskinan di Indonesia terlihat dari meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya anak usia sekolah yang putus sekolah dan turunnya kualitas kesehatan masyarakat.

(2)

menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, sedangkan peneliti mikro berpendapat bahwa industry perbankan memiliki peran besar terjadinya krisis.

Perbankan nasional yang tidak dilikuidasi tetap bersaing untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat ditengah krisis yang terjadi. Nasabah ataupun calon nasabah tentunya akan memilih bank yang sehat dan dapat dipercaya untuk melakukan jasa perbankan. Sebuah tantangan bebrat yang harus dihadapi oleh perbankan.

Saat ini perusahaan go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternative pembiayaan. Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus. Para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaa adalah sangat penting.

Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan di masa yang akan datang dapa berakibat fatal yaitu kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu perusahaan. Oleh karena itu, pentingya suatu modal prediksi kebangkrutan suatu perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti pemberi pinjaman, investor, pemerintah, akuntan, dan manajemen. Sehingga bank sangat memperhatikan kinerjanya, dengan kata lain yaitu bagaimana kinerja perusahaan bank tersebut. Banyak para pemegang rekening giro, deposito ataupun tabungan ingin mengetahui seberapa besar perusahaan ini dapat bertahan atau berapa besar prediksi kebangkrutannya. Untuk mendapatkan info ini, dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

(3)

Liquidity dan Sensivity to Market Risik (CAMELS). Dalam prakteknya di Indonesia CAMELS digunakan sebagai indikator penilaian kesehatan bank umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress

perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tidakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.

Financial distress merupakan sebuah tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi dan mengalami laba bersih negatif selama beberapa tahun. Hal ini didukung oleh penelitian Plat dan Plat (2002), Hofer (1980) dan Whitaker (1999).

Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupkan antisipasi dan system peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis atau kebangkrutan. Hal lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problematik keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Faktor modal dan risiko keuangan ditengarai mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan atau tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi perusahaam, sangat memungkinkan bagi perusahaan, investor dan para kreditur (lembaga keuangan) serta pemerintah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah krisis keuangan segera tertangani.

(4)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh CAR, ROA, dan ROE terhadap Kondisi Financial Distress (Studi pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016)”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian empiris, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

a. Bagaimana pengaruh rasio CAR, ROA, ROE secara simultan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI?

b. Apakah terdapat pengaruh rasio CAR terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI? c. Apakah terdapat pengaruh rasio ROA terhadap kondisi financial

distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI? d. Apakah terdapat pengaruh rasio ROE terhadap kondisi financial

distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI? 3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

a. Rasio CAR berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap kondisi

financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI.

b. Rasio ROA berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap kondisi

financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI.

c. Rasio ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap terhadap kondisi

financial distress pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI.

d. CAR, ROA dan ROE berpengaruh simultan signifikan terhadap kondisi financial distress

4. Manfaat Penelitian

(5)

a. Bagi manajemen

Penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan dari informasi yang dihasilkan.

b. Bagi investor

Informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan mengambil keputusan mengenai sekutitas yang dimiliki pada perusahaan di mana ia berinvestasi.

c. Bagi akademis

Dapat digunakan untuk memperluas wacana dan untuk referensi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai rasio keuangan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress perusahaan. d. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat memberikan masukan atau wawasan dan pengetahuan mengenai rasio keuangan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress perusahaan, serta memberikan informasi yang relevan bagi peneliti selanjutnya baik yang bersifat melanjutkan, melengkapi atau yang menyempurnakan.

5. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (UM, 2010: 17). Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dan diambil oleh peneliti pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016 adalah data yang valid.

b. Perusahaan perbankan mengalami laba bersih yang bernilai negatif. c. Perusahaan perbakan tidak melakukan pembayaran dividen tunai. 6. Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan oleh peneliti, maka perlu untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diuraikan definisi operasional variabel sebagai berikut:

(6)

dari modal sendiri disamping dana-dana dari sumber luar bank. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

b. Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total asset yang ada.

c. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tertentu. adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri.

d. Financial Distress

(7)

BAB II KAJIAN TEORI 1. Penelitian Sebelumnya

a. Rizky Indriyani dan Syarif Fauzie (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Mempredisksi

Financial Distress pada Perbankan (2007-2012) mengungkapkan CAR, ROA dan ROE memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

Financial Distress.

b. Agus Baskoro Adi (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis Rasio-Rasio Keuangan untuk Memprediksi Financial Distress Bank Devisa periode 2006-2011 didapatkan hasil variabel ROA dan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap Financial Distress.

c. Adila Rusaly (2016) melakukan penelitian Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Financial Distress pada Perusahaan Transportasi yang Terdaftar di BEI tahun 2010-2016 menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

d. Sugeng Riyadi (2016) melakukan penelitian Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial Distress pada Perusahaan Bank Pekreditan Rakyat mendapatkan hasil CAR berpengaruh positif siginifikan terhadap

Financial Distress.

e. Meilita Fitri Rahmania (2014) melakukan penelitian Analisis Rasio Keuangan terhadap Financial Distress Perusahaan Perbankan Studi Empiris di BEI 2010-2012 mendapatkan hasil variabel ROE memiliki pengaruh positif signifikan, sedangkan CAR dan ROA memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Financial Distress.

2. Kajian Teori a. Rasio Keuangan

(8)

akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan Rasio keuangan yang lazim digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau tidak adalah rasio keuangan CAMEL. Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan adalah rasio CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOP, dan LDR. Namun dalam penelitian ini hanya diambil beberapa.

1) CAR (Capital Adequency Ratio)

(9)

untuk mengukur jumlah aktiva yang mengandung risiko yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping dana-dana dari sumber luar bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehar harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Rasio CAR dapat diperoleh dengan rumus:

CAR = Aktiva Tertimbang Menurut RisikoModal Bank x 100%

2) Return on Asset (ROA)

ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan atau laba secara keseluruhan terhadap total asset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2001: 120). Menurut Almia dan Herdininngtyas (2005) ROA merupakan salah satu dari rasio yang digunakan untuk menilai aspek earning. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) bank dikatakan sehat apabila rasio laba terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.

Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah kecil. Bank Indonesia menetapkan bank akan dikatakan sehat apabila memiliki rasio ROA minimal sebesar 1,215% dan dikatakan sehat apabila bank memiliki rasio ROA antara 0,99% sampai dengan 1,214%. Rasio ROA dapat diperoleh dengan rumus:

ROA = Laba Bersih

Total Aktiva x 100%

3) Return on Equity (ROE)

(10)

menunjukkan tingkat persentase (%) yang dapat dihasilkan. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga memungkinkan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdinityas, 2005). Menurut Dendawijaya (2001) ROE merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri. Angka ROE yang ideal adalah sesuai dengan tingkat bung rata-rata bank yang terjadi di pasar (Irmayanto et al, 2004). Rasio ROE dapat diperoleh dengan rumus:

ROE = Modal SendiriLaba Besih x 100%

b. Financial Distress

Financial distress adalah kondisi suatu perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan. Suatu perusahaan dikatakan sedang berada dalam keadaaan financial distress apabila perusahaan tersebut tidak mampu mengalami kesulitan dalam membiayai kewajiban keuangannya dengan menghasilkan laba yang negatif. Financial distress umumnya terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen (Fachruddin, 2008).

Khaliq dkk (2014) mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi dimana perusahaan tidak bisa atau mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Peluang terjadinya financial distress meningkat ketika biaya tetap perusahaan tinggi sehingga manajemen terpaksa melakukan pinjaman kepada pihak lain. Baimwera dan Muriuki (2014) menyatakan bahwa financial distress

sebagai kemungkinan dimana perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Platt dan Platt (dikutip oleh Almilia, 2003) menyatakan bahwa

(11)

ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban menunjukkan bahwa peusahaan tersebut kekurangna modal kerja atau

working capital (Aghaei, 2013).

Altman dan Hotckiss (2006) mengatakan bahwa financial distress atau

insolvency terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Technical Insolvency yaitu keadaan dimana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam waktu tertentu dan mengalami masalah likuiditas. Tahap ini bersifat sementara dan masih dapat dilakukan perbaikan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kebangkrutan.

2) Bankruptcy Insolvency yaitu keadaan dimana perusahaan berada pada kondisi kritis yang lebih buruk dari sekedar kondisi bermaslaah yang bersifat sementara.

3. Hubungan antar Variabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

financial distress terhadap variabel dependen yaitu CAR, ROA dan ROE. a. Pengaruh CAR terhadap Financial Distress

Capital Adequacy Ratio merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Bank Indonesia mensyaratkan apabila bank mengalami penurunan CAR < 8, maka dapat disimpulkan bank mengalami Financial Distress. Dengan demikian, semakin tinggi nilai CAR maka kemungkinan bank mengalami Financial Distress akan semakin kecil dan CAR berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

Hasil penelitian Titik Aryati dan Hekinus Manao (2002) dan Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) menunjukkan bahwa CAR dapat digunakan sebagai prediktor bank bermasalah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress.

(12)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dengan sistem CAMELS laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin tinggi asset bank dialokasikan pada pinjaman maka kemungkinan bank untuk gagal akan semakin meningkat, sedangkan semakin tinggi ROA maka kemungkinan ank akan gagal akan semakin kecil. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

c. Pengaruh ROE terhadap Financial Distress

Rasio ROE digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat equity

yang dimiliki bank. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi untuk mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan peneliti (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang 2010: 18). Rancangan penelitian menjabarkan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empirik yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang akan diteliti dan termasuk ke dalam jenis penelitian pengujian hipotesis (Hypothesis Testing). Analisis dilakukan dengan kajian eksplanatif yang menjelaskan hubungan dan perbedaan satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian yang akan dikumpulkan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan alat bantu statistik (Sugiono, 2014). Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai dari hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin

CAR X1

ROA X2

ROE X3

(14)

dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002: 6). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016 dengan jumlah 30 perusahaan perbankan.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel dari target spesifikasi yang akan mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan atau karena sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari target spesifikasi yang akan mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan atau karena sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Adapun kriteria pengambilan sampel dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel

NO Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan

1 Perusahaan perbankan yang listing di

BEI tahun 2012-2016 30

Berdasarkan kriteria tersebut, dari total 30 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2016, maka terpilih 19 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Perbanakan Terpilih

NO Kode

Saham

Nama Emiten Tanggal IPO

1 BABP Bank MNC Internasional Tbk 15 Juli 202

2 BACA Bank Capital Indonesia 8 Oktober 2007

3 BBCA Bank Central Asia 31 Mei 2000

4 BBKP Bank Bukopin 10 Juli 2006

5 BBNI Bank Negara Indonesia 25 November 1996

6 BBRI Bank Rakyat Indonesia 10 November 2003

(15)

8 BDMN Bank Danamon Indonesia 6 Desember 1989

9 BKSW Bank QNB Indonesia 21 November 2002

10 BMRI Bank Mandiri 14 Juli 2003

11 BNBA Bank Bumi Artha 31 Desember 1999

12 BNGA Bank CIMB Niaga 29 November 1989

13 BNII Bank Maybank Indonesia 21 November 1989

14 BNLI Bank Permata 15 Januari 1990

15 BSIM Bank Sinas Mas 13 Desember 2010

16 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional 12 Maret 2008

17 MCOR Bank China Construction Ind 3 Juli 2007

18 MEGA Bank Mega 17 April 2000

19 NISP Bank OCBC NISP 20 Oktober 1994

Sumber: idx.co.id 3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Pada penelitian ini, jenis pendekatan data yang digunakan adalah pendekatan data kuantitatif dimana data berupa angka-anga yang memiliki satuan hitung dapat dapat dihitung secara matematik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak lain.

b. Sumber data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) selain itu data dan informasi lain diperoleh dari jurnal dan internet.

(16)

dipertanggung jawabkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Arikunto (2002) menjelaskan bahwa data kuantitatif yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dioleh dengan menggunakan rumus-rumus stastistik yang sudah disediakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari rasio keuangan yang berupa CAR, ROA dan ROE dan variabel terikat yaitu Financial Distress. Dengan analisis sebagai berikut:

1) CAR = Aktiva Tertimbang Menurut RisikoModal Bank x 100%

2) ROA = Laba BersihTotal Aktiva x 100%

3) ROE = Laba Besih

Modal Sendiri x 100%

Setelah mendapatkan data dari masing-masing berdasarkan perhitungan rumus tersebut, langkah selanjutnya yaitu mendeskrisikan variabel yang terlah dihitung seperti langkah sebelumnya. Pendeskripsian ini digunakan dengan menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2012)

(17)

b. Uji Asumsi Klasik

Langkah awal sebelum melakukan uji statistik adalah screening terhadap data yang akan dioleh (Ghozali, 2011). Jika regresi berganda digunakan untuk mengoleh data, pengujian hipotesis harus menghindari terjadinya penyimpangan uji asumsi klasik yang bertujuan agar tidak terjadi masalah dalam penggunaan analisis (Gujarati, 2005) dalam (Kamaludin, 2011) oleh karena itu penelitian ini juga akan diuji hubungan antar variabelnya dengan uji multikolonieritas.

1) Uji Multikolonieritas

Tujuan uji ini adalah apakah terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah yang tidak ada korelasi antar variabel independennya. Jika terjadi korelasi berarti korelasi antar variabel independennya tidak sama dengan 0. Ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dideteksi dengan cara sebagai berikut:

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi regresi empiris sangat tinggi

b) Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi, maka hal ini mengindikasi adanya gejala multikolinearitas c) Melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)

yang menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan: 1) Analisis Regresi Logistik

Regresi logistic ini dapat digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2011). Regresi logistik digunakan karena variabel dependennya berupa variabel dummy

(18)

Sedangkan variabel independennya diukkur dengan skala rasio yang tidak perlu asumsi normalitas data.

2) Koefisien Determinasi

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat memotret segenap skenario yang telah menimpa pendidikan kita, maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita lakukan adalah langsung menuju kepada berbagai

Halaman ini merupakan halaman awal user mengakses website ini, yang terdiri dari 3 menu yaitu menu home untuk melakukan pemilihan data IKM berdasarkan

Karena setting sosial muculnya pemikiran pendidikan ketiga tokoh ini sama, maka usaha-usaha mereka dalam bidang pendidikan diarahkan pada tujuan yang sama yaitu

terhadap sengketa pajak penghasilan, Return on Asset (ROA) tidak terbukti berpengaruh negatif secara signifikan terhadap sengketa pajak penghasilan, Sales growth terbukti

Jika dikaitkan dengan jam tidur responden, jam tidur responden divisi warehouse dapat dikatakan kurang cukup ideal, karena beberapa responden jam tidurnya &lt; 7

Meskipun hasil evaluasi pada siklus pertama sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) secara klasikal yaitu sebesar ≥ 75% namun,h asil tersebut belum

A study of the e€ects of grid discretization on the migration of DNAPL within a discrete-fracture network embedded in a porous rock matrix is presented.. It is shown that

Bintang Lima Citra Cemerlang tersedia Dokumen V-Legal untuk produk yang wajib dilengkapi dengan Dokumen V-Legal, dan telah sesuai dengan dokumen PEB dan dokumen