• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dasar dalam Mengajar (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Dasar dalam Mengajar (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Dasar dalam Mengajar

Strategi dasar dalam mengajar

- Strategi dasar

mengajar adalah pendekatan pokok yang harus

diperhatikan oleh guru. Dengan mengetahui strategi

dasar berarti mengetahui hal-hal minimal yang harus

dikuasai oleh guru maupun calon guru sebelum

melaksanakan tugas mengajar.

Mengajar merupakan salah satu tugas pokok profesi guru

yang bersifat komplek. Kompleksitas mengajar terlihat

dari awal guru mengajar sampai proses penilaian. Guru

perlu membuat sebuah perencanaan tertulis dan tak

tertulis. Perencanaan tertulis ini dikenal dengan istilah

perangkat pembelajaran. Ada rumusan tujuan, tahapan

pembelajaran, strategi dan metode, serta evaluasi.

(2)

tertulis yang tak kalah pentingnya adalah penguasaan

materi pelajaran. Proses mengajar akan terkendala jika

guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan

diajarkan kepada siswa.

Mengajar merupakan aktivitas guru untuk

memaksimalkan proses belajar siswa. Hal ini syarat

mutlak yang harus dikuasai adalah bagaimana

merangsang keaktifan seluruh aktivitas fisik dan psikis

siswa. Guru perlu menggunakan berbagai metode secara

bervariasi. Metode seperti akan dapat mengurangi

kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini disebabkan

adanya variasi aktivitas anggota fisik dengan psikis

siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal pokok

yang perlu mendapat perhatian guru dalam mengajar.

1.Pembelajaran melibatkan aktivitas pisik dan psikis.

(3)

2.Penggunaan metode pembelajaran.

Pembelajaran mengisyaratkan agar guru menggunakan

berbagai metode (multimetode) dalam menyampaikan

materi pelajaran. Barangkali, tidak satupun metode

pembelajaran yang dianggap paling bagus atau paling

tidak bagus. Metode pembelajaran apapun bisa

digunakan asal sesuai dengan karakter materi pelajaran

dan ketersediaan sarana belajar. Yang penting metode itu

bisa melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa secara

optimal.

3.Berorientasi pada siswa.

Aktivitas guru di ruang kelas seyogyanya lebih dikurangi

sehingga guru tidak lebih sibuk dari pada siswanya. Guru

harus mampu menekan dirinya untuk mau memberikan

waktu belajar kepada siswa sebanyak mungkin dalam

pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang

dipilih guru sangat menentukan terlaksananya hal ini.

4.Motivator pembelajaran.

(4)

dan bisa pula dari luar diri siswa. Inilah peran guru,

psikomotorik. Demikianlah beberapa strategi dasar

mengajar yang perlu diperhatikan oleh calon guru

maupun guru baru.

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Adapun strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Menurut Mansyur (1991), batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yaitu:

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajamya.

(5)

kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempumaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti. Akibat selanjutnya perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahui, karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar. Karena itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adiI kalau seseorang guru menggunakan pendekatan agama, karena pengertian konsep dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar. Belajar menurut Teori Asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut Teori Problem Solving. Suatu topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal, akan berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikata topik yang sama dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori.

(6)

satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran seperti buku, atau mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, di laboratorium, di mesjid, atau di kebun, tentu metode yang diperlukan agar tujuan tercapai. Untuk masing-masing tempat seperti itu tidak sama. Tujuan instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.

Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.

Apa yang harus dinilai, dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang anak didik dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, dan sebagainya. Atau dapat pula dilihat dari gabungan berbagai aspek.

B. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar

Menurut Tabrani Rusyan, dkk. terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku.

b. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar. c. Memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.

d. Menetapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

2. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.

(7)

pengembangan bakat secara optimal, b) hubungan antarmanusia, c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab selaku warga negara. Pandangan hidup para guru maupun anak didik akan turut mewamai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya akan mempengaruhijuga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, serta penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar,

3. Belajar Mengajar sebagai Suatu Sistem

Sistem merupakan seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Belajar mengajar dikatakan sebagai suatu sistem berarti bahwa terdapat berbagai komponen yang saling bergantung satu sama lain dalam proses belajar mengajar tersebut, seperti tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan tersebut tercapai, maka semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga antara komponen satu dengan komponen lainnya dapat terjalin kerja sama. Karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain adalah:

a) Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai.

b) Materi pelajaran apa yang diperlukan.

c) Metode, alat mana yang harus dipakai.

d) Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.

Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti:

1) Kecerdasan dan bakat khusus.

2) Prestasi sejak permulaan sekolah.

3) Perkembangan jasmani dan kesehatannya.

(8)

10) Latar belakang keluarga.

11) Lingkungan tempat tinggal.

12) Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik.

Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evauasi. Selain itu, guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, dan instansi yang terkait.

4. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu(2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut C.T. Morgan dalam bukunya Introducing to Psychology (1962) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang baru.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

Sedangkan mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa saja, melainkan banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan (Muhammad Ali, 1992).

Bohar Suharto (1997) mendefinisikan mengajar sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Sementara Oemar Hamalik (1992) mendefinisikan mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Dalam pengertian yang lain, juga dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan (Davies, 1991).

Jadi dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggungjawab guru.

5. Entering Behavior Siswa

(9)

mengajar yang bersangkutan. Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang dimaksudkan dengan entering behavior siswa.

Menurut Abin Syamsudin, entering behavior dapat diidentifikasikan dengan cara:

a. Secara tradisional, yaitu guru memberikan sejumlah pertaanyaan kepada peserta didik mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.

b. Secara inovatif, yaitu guru memberikan pre-test kepada peserta didik sebelum memulai program belajar mengajar.

Gambaran tentang entering behavior ini dapat membantu guru dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui seberapa jauh kesamaan individual siswa dalam taraf kesiapannya (readiness), kematangan (maturation), serta tingkat penguasaan (matery) pengetahuan serta keterampilan dasar.

b. Guru dapat memilih bahan, prosedur, metode, teknik, serta alat bantu belajar mengajar yang sesuai.

c. Guru dapat mengetahui seberapa jauh dan seberapa banyak perubahan perilaku peserta didik dengan membandingkan nilai pre-test dengan nilai-nilai hasil pasca-test.

Ada tiga dimensi dari entering behavior yang perlu diketahui oleh guru:

a. Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa.

b. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.

c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik. Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan

6. Pola-pola Belajar Siswa

Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe, di mana yang satu merupakan prasarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Tipe-tipe belajar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Belajar Tipe 1: Signal Learning (Belajar Isyarat)

(10)

b. Belajar Tipe 2: Stimulus Respons Learning (Belajar Stimulus Respons)

Bila tipe di atas dapat digolongkan dalam jenis classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental conditioning (Kimble-1961) atau belajar dengan trial and error. Menurut Gagne, proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Dalam tipe belajar ini memerlukan kondisi inforcement. Waktu antara simulus pertama dan berikutnya amat penting. Semakin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcementnya.

c. Belajar Tipe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)

Chainning adalah belajar menhubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan , pengulangan, dan reinforcement juga penting. Chainning terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Contoh dalam bahasa kita sering menggunakan rangkaian kata seperti selamat-tinggal, kampung-halaman, makan malam, dan sebagainya.

d. Belajar Tipe 4: Verbal Assosiation (Asosiasi Verba)

Belajar tipe ini setaraf dengan belajar tipe chainning, yaitu sama-sama menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lain.

e. Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)

Discrimination learning atau belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama dalam berlangsungnya proses belajar ini adalah siswa rnempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R).

f. Belajar Tipe 6: Concept Learning (Belajar Konsep)

Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, maka dapat membentuk suatu pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental berikutnya. Proses ini memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur. g. Belajar Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)

Pada tingkat ini, siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan rnengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan kesimpulan tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai aturan: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya.Misalnya benda yang dipanaskan memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum, dan sebagainya. Kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini, disarankan:

(11)

b) Kepada anak didik diberikan sejumlah pertanyaan yang merangsang,mengingatkan (recall) konsep-konsep yang telah dipelajari dan dimilikinya untuk mengungkapkan perbendaharaan pengetahuannya.

c) Kepada anak didik mereka diberikan beberapa kata kunci yang menyarankan siswa ke arah pembentukan kaidah tertentu yang diharapkan.

d) Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengekspresikan dan menyatakan kaidah tersebut dengan kata-katanya sendiri.

e) Kepada anak didik diberikan kesempatan selanjutnya untuk menyusun rumusan rule tersebut dalam bentuk statement formal.

h. Belajar Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini peserta didik merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, dengan mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.Menurut John Dewey belajar memecahkan masalah ini berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila dia dihadapkan pada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.

a) Merumuskan dan menegaskan masalah.

Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip yang diketahuinya sebagai pegangan.

b) Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.

Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan, termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengindentifikasi berbagai alternatif (kemungkinan) pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai jawaban sementara. c) Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan.

Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untungruginya. Selanjutnya, dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntumgkan.

d) Mengadakan pengujian alternative pemecahan yang dipilih.

Dari hasil pelaksanaan itu, diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan.

Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung kalau proses-proses belajar fundamentalis lainnya telah dimiliki dan dikuasai. Kepada anak didik hendaknya:

a. Diberikan stimulus (rangsangan) yang dapat menimbulkan situasi bermasalah dalam diri anak didik.

(12)

c. Diberikan kesempatan untuk berlatih melaksanakanpemecahan dan pembuktiannya.

Dengan proses pengindentifikasian entering behavior seperti dijelaskan di atas, guru akan dapat mengindentifikasi tahap belajar atau tipe belajar yang telah dijalaninya. Atas dasar itu, guru dapat memilih alternatif strategi pengorganisasian bahan dan kegiatan belajar mengajar.

7. Memilih Pendekatan Belajar Mengajar

Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai pendekatan atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Enquiry Discovery Learning

Dalam sistem belajar mengajar ini, guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan mempergunakan tehnik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, prosedurnya adalah: 1. Simulation. Guru memulai proses belajar mengajar dengan bertanya, mengajukan persoalan,

atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. 2. Problem Statement. Anak didik yang diberi kesempatan mengidentifikasikan berbagai

permasalahan, sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan, selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis( jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan).

3. Data collection (mengumpulkan data). Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, melakukan wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya

4. Data processing ( mengolah data ). Semua informasi hasil bacaan, wawancara, diolah, diobservasi, serta diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu. 5. Verification. Berdasarkan hasil pengolalahan informasi yang ada, pertanyaan, atau hipotesis

terdahulu dicek, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalation. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil vertifikasi tadi, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

Sistem belajar yang dikembangkan Burner ini menggunakan landasan pemikiran belajar mengajar. Hasil belajar dengan sistem ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah.

Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.

b. Ekspository Learning

Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik hanya menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar, prosedur ini adalah:

1. Preparasi. Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.

(13)

3. Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yag ditulis guru sendiri.

4. Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang pokok masalah-masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara tulisan maupun lisan.

Keuggulan strategi pembelajaran ekspositori, antara lain:

- Lebih mudah mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, sehingga dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

- SPE sangat efektif, bila materi pelajaran cukup luas sementara waktu terbatas.

- Melalui SPE selain siswa dapat mendengar suatu materi pelajaran , juga dapat melihat atau mengobservasi ( melalui demonstrasi ).

- SPE bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Sedangkan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut:

- SPE hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

- SPE tidak dapat melayani perbedaan setiap individu.

- Karena SPE memberikan materi melalui ceramah maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan internasional, serta kemampuan berpikir kritis.

- Keberhasilan SPE sangat tercapai kepada yang dimiliki guru.

c. Mastery Learning

Salah satu cara untuk mengadaptasi keberagaman belajar adalah dengan melakukan apa yang disebut dengan mastery learning yaitu sebuah sistem pembelajaran yang menekankan pada perolehan tujuan pembelajaran oleh semua siswa dengan memberikan kebebasan atau variasi waktu.

Konsep dasar dari mastery learning adalah membantu semua atau kebanyakan peserta didik untuk menguasai keterampilan khusus yang level penguasaanya telah ditetapkan sebelumnya, sebelum peserta didik melanjutkan ke keterampilan selanjutnya.

Permasalahan yang biasanya muncul dalam mastery learning adalah bagaimana cara memberikan waktu tambahan untuk pembelajaran. Dalam beberapa penelitian mastery learning, waktu tambahan untuk pembelajaran ini diberikan seusai jam pelajaran yang ditetapkan dan ada juga alternatif yang dapat dipakai untuk menambah jam pelajaran selama waktu pembelajaran. Setiap siswa diwajibkan melewati fase mastery criterion yaitu tingkatan standart tertentu yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang gagal memenuhi standart tersebut nantinya akan diberikan corrective instruction yaitu pemebelajaran yang diberikan kepada siswa yang gagal menguasai atau memenuhi tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini bertujuan meningkatkan penguasaan siswa pada tujuan pembelajaran tersebut sehingga ia dapat mencapai standart yang telah ditetapkan.

Block dan Anderson dalam Slavin (1994) , mengembangkan model mastery learning sebagai berikut:

(14)

 Menyampaikan materi pelajaran,

 Memberikan kuis formatif (evaluasi yang dilakukan untuk menentukan apakah perlu dilakukan pembelajaran tambahan atau tidak),

 Memberikan corrective instruction (untuk yang belum mencapai taraf penguasaan tertentu berdasarkan hasil kuis formatif yang sudah dilakukan) atau enrichment activities (untuk yang sudah mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan),

 Memberikan kuis sumatif (tes akhir dari tujuan pembelajaran).

Hasil-hasil penelitian tentang mastery learning menunjukkan bahwa:

- Mastery learning dapat menjadi efektif bila ada waktu di luar waktu pembelajaran.

- Mastery learning dapat membantu guru untuk dapat mengetahui tujuan pembelajaran dengan lebih jelas, penilaian yang terus menerus, dan modifikasi pembelajaranberdasarkan kemajuan belajar.

- Mastery learning akan menjadi lebih efektif bila diajarkan untuk level yang lebih tinggi dari keterampilan yang disajikan.

d. Humanistic Education

Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.

8. Pengorganisasian satuan kelompok belajar siswa

Gagne dan Barliner (1975:447-450), juga Norman MacKenzie dan rekan-rekannya (UNESCO,1972:126) menyarankan pengorganisasian kelompok belajar siswa ke dalam susunan sebagai berikut:

 N=1. Pada situasi ekstrem, kelompok belajar mungkin hanya terdiri atas seorang siswa atau seorang siswa bekerja individual saja.metode belajarnya bisa disebut dengan tutorial, pengajaran berprogram, studi individual, atauindependent study,

 N=2-20. Kelompok belajar kecil, mungkin terdiri atas 2 sampai 20 siswa. Metode belajar seperti ini biasanya disebut dengan metode diskusi atau seminar.

 N=2-40. Kelompok besar mungkin berkisar antar 20-40 siswa. Metode ini disebut metode belajar mengajar kelas. Metodenya mungkin bervariasi, sesuai dengan kesenangan dan kemampuan guru unuk mengelolanya.

 N=40 lebih besar atau ukuran kelompok melebihi 40 orang. Metode belajar-mengajar lazim disebut (ceramah) atau the lecture.

C. Implementasi Belajar Mengajar

(15)

mengajar untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:

1. Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.

2. Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar.Penggerak atau motivasi bagi peserta didik.

3. Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa. Penggerak atau motivasi di sini pada dasamya mempunyai makna lebih dari pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.

4. Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.

5. Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assessment) yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.

Sedangkan upaya-upaya yang diusahakan untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar meliputi:

a. Perencanaan

a) Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya.

b) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan terget

c) Mengambangkan altematif-altematif.

d) Mengumpulkan dan menganalisis informasi.

e) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.

b. Pengorganisasian

a) Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yg diperlukan untuk menyelesaikan.

b) Pengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.

c) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.

(16)

e) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber lain yg diperlukan.

c. Pengarahan

a) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci;

b) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.

c) Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik.

d) Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi. d. Pengawasan

a) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibandingkan dengan rencana.

b) Melaporkan penyimpanan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.

c) Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.

D. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen yang terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan (Gordon, 1990 ; Puxty, 1990). Proses belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri atas : 1) Siswa, 2) Guru, 3) Tujuan, 4) Materi, 5) Metode, 6) Sarana atau Alat, 7) Evaluasi, dan 8) Lingkungan.

Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri-sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai Pendidikan. Tiada Pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik. Mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka dating ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah.

2. Guru

(17)

menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. 3. Tujuan

Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusu pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.

4. Materi

Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.

5. Metode

Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, anak, materi dan metode pembelajaran.

7. Evaluasi

Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.

8. Lingkungan

Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung.

Semua komponen PBM itu harus dikelola sedemikian rupa sehingga belajar anak dapat

maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.

(18)

Macam - Macam

Strategi Pembelajaran

dan Metodenya

Macam – Macam Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak

tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu

guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.

Berikut macam – macam strategi pembelajaran:

(19)

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar

siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang

berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang

sangat penting atau dominan.

Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik,

dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada

sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.

Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini

merupakan strategi ceramah atau satu arah.

(20)

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik

sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada

siswanya.

c. Metode sosiodrama

Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi

dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk

memberikan contoh kepada siswa.

b. Strategi Inquiry

Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari

(21)

Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:

a) Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi

inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.

b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi

sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir,

atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk

berpikir.

e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa

SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak.

Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,

physical experience, social experience, dan equilibration.

(22)

a. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui

pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat

terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru,

sehingga siswa menjadi aktif.

b. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa

untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk

diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.

c. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan

aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi

metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas

aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

(23)

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,

terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan

waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.

c. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,

kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode eksperimen

Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa

dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil

dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

(24)

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas

tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan

pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

c. Metode latihan

Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan

tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan

yang dimiliki tersebut.

d. Metode karya wisata

Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat

atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa diajak untuk

mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.

(25)

Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Karakteristik pembelajaran kontekstual:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang

bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by

doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning

in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling

(26)

6) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to

ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan(learning ask an enjoy activity).

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode demonstrasi

Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan

kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.

b. Metode sosiodrama

Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang

berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa, sehingga

siswa lebih paham

e.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

(27)

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :

a. Metode problem solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode

berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai

dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

b. Metode diskusi

Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi

dengan cara berdiskusi.

f.

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan

begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang

(28)

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran

yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau

pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode diskusi

Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi

dengan cara berdiskusi.

b. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,

terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan

waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.

c. Metode eksperimen

Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas

(29)

g.

Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan

sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar

belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem

penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika

kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode diskusi

Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi

dengan cara berdiskusi.

b. Metode karya wisata

Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek

(30)

c. Metode eksperimen

Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna melatih

kemampuan dan pemahaman mereka.

d. Metode tugas atau resitasi

Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali

kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.

h.

Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan

keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran

seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian

behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan

membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :

a. Metode tugas atau resitasi

(31)

b. Metode latihan

Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Locus of Control dan kompleksitas tugas mempengaruhi kinerja internal auditor dan budaya Tri Hita Karana sebagai

Hasil analisis tanggapan responden yang juga memperkuat hasil analisis regresi diatas pada variabel disiplin kerja, dimensi kemampuan menguasai diri pegawai

Dalam pasal dari undang-undang tersebut hanya disebutkan penyelenggara jalan, tetapi tidak secara langsung disebutkan lembaganya. Jadi dalam hal ini masih

Kondisi ini berkaitan dengan letak pantai barat yang lebih terbuka terhadap pengaruh gelombang musim timur yang dominan dari arah tenggara, sehingga arus yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat konservatisma akuntansi terhadap praktik manajemen laba, serta untuk mengetahui apakah mekanisme

12 Saya membeli produk di online shop lazada agar mendapatkan pengakuan dari teman atas produk yang saya gunakan adalah produk yang juga digunakan oleh model iklan atau

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Perencanaan Jembatan Ruas Pudaria - Sumber Sari pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Selatan, dengan ini

Peneliti menganggap faktor ini perlu diteliti, apakah STMIK STIKOM Bali merupakan kampus tujuan utama bagi para Dosen berkualitas untuk mengabdi, sehingga menjadi referensi