• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acara III PENGARUH KmnO4 CaCl2 CaC2 DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Acara III PENGARUH KmnO4 CaCl2 CaC2 DAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA III

PENGARUH KMnO4, CaCl2, CaC2 DAN ETHILEN DALAM PROSES PEMATANGAN BUAH

OLEH:

NAMA : MIRA IDORA

NIM : J1A 013 081

KELOMPO

K : II

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 03 Desember 2015 Mengetahui,

Co. Ass. Praktikum Fisiologi dan Tekologi Pasca Panen

Rina Heldiyanti NIM. J1A 012 115

Praktikan

Mira Idora

(3)

ACARA III

PENGARUH KmnO4, CaCl2, CaC2 DAN ETHILEN DALAM PROSES PEMATANGAN BUAH

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara alami, tanaman memproduksi hormon untuk mematangkan buah. Namun banyak petani atau pedagang yang mematangkan buahnya dengan cara diperam. Proses ini menghasilkan gas etilen yang merambat dari molekul ke molekul. Hal itu yang mendasari memberi kalsium karbida (kalsium karbit) dalam proses pematangan buah.

Karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas asetilen yang memiliki struktur kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi berlangsung serentak sehingga terjadi pematangan merata. Secara alami karbohidrat dalam kandungan daging buahnya berubah menjadi glukosa, yang membuat rasa manis dan melunak. Dibandingkan dengan hasil karbitan, zat pati berkurang, sehingga kemanisan juga menjadi berkurang.

Selain mempercepat kematangan buah ada juga upaya yang dilakukan untuk menghambat proses pematangan dan mempertahankan kualitas buah. Salah satunya adalah dengan pemberian bahan-bahan kimia secara eksogen. Penggunaan KMnO4, KOH, CaCl2 dan Ethylene Block mampu menyerap gas etilen yang

keluar dari jaringan buah. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mempelajari pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan ethilen dalam proses pematangan

buah.

Tujuan Praktikum

(4)
(5)

TINAJUAN PUSTAKA

Pematangan adalah proses perubahan susunan yang terjadi dari tingkat akhir pertumbuhan dan perkembangan yang terus-menerus akan menyebabkan kelayuan dan menentukan kualitas, yang ditandai dengan perubahan komposisi, warna, tekstur, dan sifat sensorik lainnya. Buah digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu : 1) buah yang tidak mengalami proses pematangan ketika sudah dipetik (non-klimaterik), dan 2) buah yang dapat dipanen dalam keadaan optimal dan akan melanjutkan proses pematangan ketika sudah dipetik atau buah klimaterik. Pada kelompok pertama, buah akan memproduksi etilen dalam jumlah yang sangat sedikit dan tidak merespon perlakuan terhadap etilen kecuali dalam proses degreening (perombakan klorofil) sehingga harus dipanen dalam keadaan matang optimal yang mentukan kualitas flavor seperti pada ketimun, jeruk, dan nenas. Sedangkan kelompok kedua, buah akan menghasilkan etilen dalam jumlah yang besar untuk proses pematangannya dan perlakuan dengan etilen dapat mempercepat pematangan. Pada buah non klimakterik, pemberian etilen mempengaruhi aktivitas respirasinya menjadi lebih meningkat seperti pada buah apel, pisang dan mangga (Irawati, 2002).

Berbagai hasil penelitian mengenai metode memperpanjang daya simpan buah-buahan segar telah banyak dihasilkan, misalnya sistem pengemasan atmosfir termodifikasi yang biasanya dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu rendah (dingin) ataupun dengan penambahan bahan penunda kematangan dan penggunaan kemasan yang sesuai sebagai kemasan primer dan sekunder. Pengemasan dengan sistem MAP dengan penggunaan plastik sebagai kemasan primer biasanya dikombinasi dengan penggunaan bahan penyerap etilen berupa KMnO4.Meski cara ini membutuhkan tambahan biaya, tetapi kondisi atmosfir

yang diinginkan lebih cepat tercapai, sehingga masa simpan dapat diperpanjang dan dapat dilakukan penataan distribusi pemasaran yang lebih luas (Napitupulu, 2013).

(6)

KMnO4 banyak diaplikasikan untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan.

Penggunaan KMnO4 pada vermikulit dengan konsentrasi sebesar 400 g/l dapat

memperpanjang masa simpan buah pisang dan penggunaan larutan KMnO4 pada

butiran tanah liat dengan konsentrasi 30 g per kg buah segar dapat mempertahankan masa simpan pisang Raja Bulu sampai 18 hari disimpan pada suhu kamar (27–30oC). Mekanisme penyerapan atau pengikatan etilen yang dihasilkan buah-buahan terjadi karena KMnO4 sebagai pengoksida dapat bereaksi

atau mengikat etilen dengan memecah ikatan rangkap yang ada pada senyawa etilen menjadi bentuk etilen glikol dan mangan dioksida. (Santosa et al. 2010).

Pematangan buah dengan menggunakan bahan perangsang pematangan bertujuan untuk mendapatkan buah dengan warna yang menarik dan rasa yang lebih enak. Pematangan dapat dilakukan dengan pengaturan suhu dan penggunaan bahan-bahan kimia. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk mempercepat pematangan buah dapat berbentuk larutan (cairan) atau gas, diantaranya adalah etilen (C2H4), CO2. Etilen adalah zat yang berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa mengetahui penyebabnya. , karbit, sulfur oksida, dan sulfida-sulfida, sodium klorioda, beberapa asam tertentu, dan borat. Pematangan dapat juga menggunakan pengasapan (Sambeganarko, 2008).

(7)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 November 2015 di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum a. Alat-alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan analitik, lemari es, tempat buah, piring, penetrometer dan thermometer. b. Bahan-bahan Praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah buah pisang, nanas, KOH, CaC2, kantong plastic, tisu dan kertas label.

Prosedur Kerja

a. Pengaruh KOH dalam Proses Pematangan Buah

Pisang, dan nanas

Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal

Diukur tekstur dan diamati kenampakan maasing-masing

Dibagi masing-masing bahan menjadi 2 bagian dan diberi perlakuan penyimpanan sebagai berikut:

a. Disimpan di suhu ruang

b. Disimpan di suhu dingin (di dalam lemari es)

Ditimbang KOH sebanyak 5 gram, dibungkus dengan kertas saring

Dimasukkan buah pisang dan nanas beserta kantong yang berisi KOH masing-masing ke dalam kantong plastic, dengan 2 kondisi yaitu

terbuka dan tertutup.

(8)

b. Pengaruh CaC2 dalam Proses Pematangan Buah

Pisang, dan nanas

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Hari ke-0 Komodit

i KondisiPlastik Kondisi Suhu Tekstur Kenampakan

Pisang, KOH

Terbuka DinginKamar 0,50,5 Hijau, bercak hitamHijau, becak hitam

Tertutup Kamar 2,0 Hijau

Dingin 2,0 Hijau

Pisang, Terbuka Kamar 1,0 Hijau

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan masing-masing bahan pada berbagai kondisi tersebut pada hari ke-3 dan ke-7

Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal

Diukur tekstur dan diamati kenampakan maasing-masing

Dibagi masing-masing bahan menjadi 2 bagian dan diberi perlakuan penyimpanan sebagai berikut:

c. Disimpan di suhu ruang

d. Disimpan di suhu dingin (di dalam lemari es)

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan masing-masing bahan pada berbagai kondisi tersebut pada hari ke-3 dan ke-7 Ditimbang CaC2 sebanyak 5 gram, dibungkus dengan kertas saring

Dimasukkan buah pisang dan nanas beserta kantong yang berisi CaC2

masing-masing ke dalam kantong plastic, dengan 2 kondisi yaitu terbuka dan tertutup.

(9)

CaC2

Dingin 1,0 Hijau

Tertutup Kamar 2,0 Hijau

Dingin 2,0 Hijau

Kontrol

Terbuka DinginKamar 3,01,5 Hijau, bercak hitamHijau, bercak hitam

Tertutup DinginKamar 1,251,5 Hijau, bercak hitamHijau, bercak hitam

Nanas, KOH

Terbuka DinginKamar 2,02,5 Seperempat hijau, seperempat kuningSetengah hijau, setengah kuning

Tertutup Kamar 2,0 Kuning kehijauan

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan KOH selama Proses Pematangan

Komoditi KondisiPlastik KondisiSuhu

(10)

Dingin 2,5 2,5 Hijau perubahan, hijauTidak terjadi kekuningan

Tabel 3.3. Hasil Pengamatan CaC2 selama Proses Pematangan

Komodit

Kamar 1,5 0,5 Hijau kekuningan,bercak hitam kehitamanHijau

Dingin 1,5 1,5 Hijau bercakcoklat, segar kehitamanKuning

Tertutup

Kamar 1,0 1,0 Hijau kekuningan kekuninganHijau tumbuh jamur Dingin 1,0 1,5 Hijau kecoklatan Warna hijaukecoklatan

Nanas

Terbuka

Kamar 3,0 2,5 Dominan kuning Kuning bercakhitam

Dingin 3,0 2,5 Hijau kekuningan kekuninganKuning keras

Tertutup

Kamar 2,75 2,0 Kuning dominanhijau, keras Kuning rusak

Dingin 3,5 3 Hijau dominan kuning

Hijau kekuningan

kasar

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Kontrol selama Proses Pematangan Komodit

Kamar 1,0 0,25 Hijau kekuningan Kuningkehitaman

Dingin 1,25 1,5 Hijau Hijau, bercakhitam Tertutup Kamar 1,25 0,25 Hijau Kuning bercak

(11)

Dingin 1,5 1,25 Hijau tua Hijaukehitaman tua

Nanas

Terbuka Kamar 3 1 Hijau dominan

kuning Kuningcoklat, rusak Dingin 2,75 2,5 Kuning dominan,

hijau rusak

Kuning keras

Tertutup Kamar 3 1,5 Kuning rusak ada hijau

(12)

PEMBAHASAN

Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung setelah dipanen, sampai buah dan sayuran tersebut membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan suhu optimum, yaitu suhu dimana proses metabolisma (termasuk respirasi) berlangsung dengan sempurna. Praktikum kali ini digunakan empat bahan yaitu Pisang, Apel, Wortel dan Timun. Empat jenis bahan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengaruh perlakuan suhu kamar, suhu dingin dan suhu bekupun akan mengasilkan kenampakan dan tekstur yang berbeda. Laju respirasi apel dan pisang termasuk laju respirasi kelompok klimaterik, sedangkan laju respirasi untuk komoditi timun dan wortel termasuk laju respirasi kelompok non klimaterik. Buah klimakterik adalah buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian menurun secara

cepat. Buah klimakterik mengalami peningkatan laju respirasi pada akhir fase kemasakan, sedang pada buah non klimakterik tidak terjadi peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan sehingga tidak mampu melanjutkan proses pematangan (perubahan fisiologis) ketika terlepas dari tanaman. Penyimpanan bahan pada suhu rendah dapat mengurangi laju respirasi, pada suhu lebih rendah dari suhu optimum, metabolisma akan berjalan kurang sampurna bahkan berhenti sama sekali (Diana, 2010).

Berdasarkan praktikum ini digunakan dua sampel yaitu Pisang dan Nanas. Kedua sampel tersebut (Pisang dan Nanas) diberi perlakuan yang berbeda-beda untuk mengetahui laju pematangannya. Penyimpanan Pisang dan Nanas dilakukan dengan penambahan KOH, CaC2 dan tanpa ditambahkan KOH dan CaC2 yang

(13)

suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan warna menjadi kuning kehitaman ditumbuhi jamur dan berair yang awalnya berwarna hijau terdapat bintik hitam agak lembek. Untuk tekstur yang awalnya 0,5 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 1,75. Hasil pengamatan untuk pisang yang ditambahkan dengan KOH yang disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi kuning kehitaman ditumbuhi jamur yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 1,0. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan warna hitam kehijauan yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 2,5.

Hasil pengamatan untuk pisang yang ditambahkan dengan CaC2 yang

disimpan dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi hijau kehitaman yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 1,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 0,5. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang terjadi yaitu kenampakkan warna kuning kehitaman yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 1,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 1,5. Hasil pengamatan untuk pisang yang ditambahkan dengan CaC2 yang disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu

(14)

Hasil pengamatan Nanas yang ditambahkan dengan KOH yang disimpan dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan yaitu matang, busuk bagian bawah, lembek berair yang awalnya berwarna setengah hijau, setengah kuning. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 1,5. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan keras, warna tetap, sedikit berair yang awalnya berwarna seperempat hijau, seperempat kuning. Untuk tekstur yang awalnya 2,5 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 2,0. Hasil pengamatan untuk Nanas yang ditambahkan dengan KOH yang disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi berwarna orange, berair banyak lembek yang awalnya berwarna kuning kehijauan. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 0,5. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan warna hitam kehijauan yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 2,5.

Hasil pengamatan untuk Nanas yang ditambahkan dengan CaC2 yang

disimpan dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi kuning bercak hitam yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 0,5. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang terjadi yaitu kenampakkan warna kuning kekuningan keras yang awalnya berwarna hijau. Untuk tekstur yang awalnya 2,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 2,5. Hasil pengamatan untuk Nanas yang ditambahkan dengan CaC2 yang disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu

(15)

berubah menjadi 2,0. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan warna hijau kekuningan kasar yang awalnya berwarna hijau segar. Untuk tekstur yang awalnya 3,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 3,0.

Hasil pengamatan Pisang tanpa diberikan perlakuan tambahan KOH dan CaC2 yang disimpan dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami

perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan yaitu berwarna kuning kehitaman yang awalnya berwarna Hijau, 2/5 kuning. Untuk tekstur yang awalnya 3,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 0,25. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kuning bercak hitam, berjamur, berair yang awalnya berwarna hijau segar. Untuk tekstur yang awalnya 3,5 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 0,25. Hasil pengamatan untuk Nanas yang ditambahkan dengan KOH dan CaC2 yang disimpan dengan plastik

yang tertutup pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi kuning coklat, rusak awalnya berwarna hijau segar Untuk tekstur yang awalnya 3,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 1,5. Untuk penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari perubahan yang trejadi yaitu kenampakkan warna kuning keras yang awalnya berwarna hijau, 1/5 kuning. Untuk tekstur yang awalnya 3,0 setelah 7 hari penyimpanan berubah menjadi 2,5. Perubahan yang terjadi selama penyimpanan baik Pisang maupun Nanas dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan, dari penambahan KOH, CaC2,

(16)

hijau, tekstur serta aroma. Penggunaan plastik untuk penyimpanan buah-buahan merupakan salah satu upaya penyimpanan untuk menciptakan sistem atmosfer termodifikasi, yaitu kondisi penyimpanan dimana terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dan penurunan O2 sampai batas tertentu. Timbulnya udara termodifikasi dapat menguntungkan karena akan menghambat pemasakan dan memperpanjang umur simpan buah seperti tomat dan pisang (Pantastico et al, 1986). Dan suhu dingin atau pendinginan dapat mengawetkan berapa hari atau minggu tergantung dari macarn bahan pangannya dengan menghambat proses respirasi.

Hasil pengamatan buah Pisang maupun Nanas yang ditambahkan dengan CaC2 dengan diberikan perlakuan penyimpanan pada suhu kamar menggunakan

plastik tertutup menunjukkan proses pematangan yang sangat cepat samapi buah menjadi busuk. Hal ini dikarenakan Kalsium karbida (CaC2) digunakan dalam

proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan buah. Kalsium karbida berupa batu berwarna abu-abu dimana bersama air atau ruang lembab, batu karbit akan terurai menjadi gas asetilen (C2H2) dan air kapur yang berwarna putih

(Ca(OH)2) gas asetilen akan merangsang aktivitas sel buah sehingga akan memacu

kematangan buah (Sunarjono, 2002). Kalsium karbida (CaC2) adalah sumber yang

dapat menyediakan C2H2. Reaksi dari CaC2 dengan air yang diabsorbsi dari hasil

transpirasi buah-buahan dan menghasilkan C2H2. Kegunaaan C2H2 yang

dihasilkan dari CaC2 sebagai salah satu zat perangsang kematangan pada buah

(17)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditari beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penambahan bahan penunda dan pemicu pematangan berpengaruh nyata terhadap pematangan buah pisang dan nanas.

2. Pemberian etilen eksogen CaC2 pada buah dapat mempercepat proses

pematangan.

3. KOH mampu menyerap gas etilen yang keluar dari jaringan buah sehingga menghambat proses pematangan dan mempertahankan kualitas buah.

4. Perlakuan penambahan KOH sebagai bahan penunda kematangan pada penyimpanan dingin dengan kondisi plastic tertutup relatif lebih baik dalam menunda kematangan baik pisang maupun nanas.

5. Perlakuan penambahan CaC2 sebagai bahan pemicu kematangan pada

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Irawati. 2002. Proses Terjadinya Pematangan Buah. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Napitupulu. 2013. Kajian Beberapa Bahan Penunda Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan Selama Penyimpanan. J. Hort. Vol. 23(3): 263-275.

Sambeganarko. 2008. Pengaruh Aplikasi KMNO4, Ethylene Block, Larutan Cacl2

Dan CaO Terhadap Kualitas Dan Umur Simpan Pisang (Musa Paradisiaca.L) Varietas Raja Bulu. Bogor: IPB.

Santosa et al. 2010. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia University Project. Mataram: Universitas Mataram.

Gambar

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Hari ke-0
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan KOH selama Proses Pematangan
Tabel 3.3. Hasil Pengamatan CaC2 selama Proses Pematangan

Referensi

Dokumen terkait

Warna dodol markisa subtitusi fabu kuning dan ubi jalar berwarna kuning dengan skor masing-masing 4,7 dan 5,7 pada awal penyimpanan dan pada 4 bulan simpan warna menjadi lebih

dari gambir terhadap sifat kimia air kelapa selama penyimpanan suhu dingin.

Suhu penyimpanan yang dingin (15 0 C) ternyata dapat menekan proses respirasi buah markisa kuning sehingga susut bobot markisa kuning lebih rendah dari buah markisa

4.2 Pengaruh Jenis Kemasan Dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Jamur Tiram (Pleorotus, sp) Kering Selama

Hasil penelitian diperoleh bahwa selama penyimpanan terjadi penurunan warna (lightness dan tingkat kekuningan), peningkatan kadar air dan jumlah kontaminasi jamur

Grafik Pengaruh Jenis Mikroorganisme dan pH Terhadap Viabilitas BAL Selama Penyimpanan Dingin Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa selama penyimpanan dingin minuman

Perlakuan penyimpanan suhu dingin mampu memperlambat pertumbuhan tunas selama penyimpanan, yaitu selama 13,35 minggu serta tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman,

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis air kelapa dalam pengencer skim kuning telur dapat ditambahkan sampai 90% dengan lama penyimpanan pada suhu dingin 4-5ºC selama 3