• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombo"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi

Untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi

pasti memiliki cara atau teknik tertentu. Teknik yang

digunakan sebisa mungkin tidak dimiliki oleh

organisasi yang lain sehingga orang akan mudah

mengenal organisasi tersebut dari ciri khusus yang

dimilikinya, maka perlu perencanaan yang matang

baik untuk jangka waktu panjang maupun untuk

kurun waktu yang pendek. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rangkuti (2006: 3), Johnson dan Scholes

(2013) yang menjelaskan Strategi ialah arah dan

ruang lingkup dari sebuah organisasi atau lembaga

dalam jangka panjang, yang mencapai keuntungan

melalui konfigurasi demi memenuhi kebutuhan pasar

dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan

(stakeholder). Jadi untuk memenehui kebutuhan

pasar dan harapan pihak yang berkepentingan

diperlukan sekumpulan keputusan & tindakan

manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang

perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi

(2)

16

Dengan mengetahui kebutuhan lingkungan, maka

organisasi dapat merencanakan strategi untuk

pelaksanaan kegiatan, perencanaan untuk

mengetahui keberhasilan dan bagaimana cara

pengendalian kegiatan agar tujuan dapat tercapai.

Konsep yang senada menjelaskan strategi

merupakan suatu cara dari sebuah lembaga atau

organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan

peluang dan ancaman lingkungan eksternal serta

kemampuan internal dan sumber daya (Halim , 2001).

Dari pendapat tersebut mengandung makna agar

organisasi dapat mencapai tujuan maka organisasi

tersebut harus tahu kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman. Karena dengan mengetahui

pemasalahan tersebut organisasi akan dapat

merencanakan strategi yang tepat yang diyakini

sebagai alat yang ampuh untuk mencapai tujuan.

Pendapat di atas dipertegas oleh (Siagian,

Morrisey, Ali Bakir dan Milan Todorovic, 2010: 1042)

yang mengatakan bahwa strategi merupakan

serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar

yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan

di seluruh jajaran dalam suatu organisasi demi

pencapaian tujuan organisasi tersebut. Jadi seorang

pimpinan hendaknya mampu mengambil keputusan

(3)

17

perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya

serta merupakan tindakan-tindakan yang berguna

untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan baik

jangka panjang maupun jangka pendek serta

meningkatkan kesejahteraan perusahaan

Definisi yang agak berbeda disampaikan Porter

(2007:15) menyatakan bahwa strategi adalah alat

yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing”. Porter mendefinisikan 3 jenis strategi generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership),

Pembedaan Produk (Differentiation), dan Fokus.

Pendapat Porter ini mengandung maksud agar suatu

perusahaan dapat bertahan dan lebih kuat dibanding

pesaingnya, perusahaan hendaknya dapat menekan

biaya serendah mungkin dengan produk yang berbeda

dari pesaing namun dengan mutu yang baik, selain itu

perusahaan harus membatasai apa produknya

sehingga tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa Strategi itu merupakan alat atau

cara dan arah yang digunakan oleh suatu organisasi

atau lembaga sesuai dengan peluang dan ancaman

yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang menjadi

misi organisasinya, sebab dengan strategi yang pas

dan tepat maka suatu lembaga atau orgaisasi tersebut

(4)

18

dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dengan demikian agar lembaga pendidikan termasuk

SD Negeri Jombor dapat mencapai tujuan sesuai

dengan keinginan pengguna maka sekolah harus

menentukan cara, arah yang tepat agar pelanggan

jasa pendidikan mersa puas dan senang sehingga

dapat meningkatkan jumlah peserta didik.

Strategi sangat diperlukan untuk menentukan

arah, dan tujuan yang jelas. Dengan strategi yang

jelas, dan tidak mudah ditiru oleh lembaga yang lain,

maka lebih baik jika lembaga tersebut memiliki ciri

khusus yang menjadi pembeda, sehingga orang akan

mudah mengenal karena cirinya tersebut. Dengan

strategi yang jelas suatu organisasi dapat mengetahui

arah yang jelas kemana akan dibawa..

2.1.1.2. Pengertian Strategi Bersaing

Strategi bersaing adalah langkah-langkah

strategis yang terencana maupun tidak terencana

untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga

dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat

posisi dalam pasar, dan bertahan terhadap tekanan

persaingan (Hariadi: 2005,99). Jadi agar suatu

perusahaan dapat mempertahankan posisinya dalam

(5)

19

yang menarik konsumen untuk setia menjadi

pelanggan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Porter (2008)

strategi bersaing merupakan upaya yang dilakukan

oleh suatu organisasi untuk menghadapi persaingan

dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik

guna memenuhi keinginan dan kebutuhan

masyarakat, sehingga mereka akan menaruh

kepercayaan terhadap organisasi tersebut. Pendapat

ini diperkuat Kotler (2001:312) yang mengatakan

strategi bersaing adalah strategi yang secara kuat

menempatkan perusahaan terhadap pesaing dan yang

memberi perusahaan keunggulan bersaing yang

sekuat mungkin. Pendapat tersebut mengandung

substansi bahwa bila suatu perusahaan, organisasi

atau Lembaga bisnis ingin kuat maka harus

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan

pesaing.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan

mengapa strategi bersaing itu diperlukan oleh suatu

perusahaan /lembaga? Strategi bersaing sangat

diperlukan oleh perusahaan, karena agar dapat

memenangkan persaingan dan mempertahankan

eksistensinya di tengah tekanan pesaing, maka

perusahaan tersebut harus memiliki langkah-langkah

(6)

20

dimana perusahaan tersebut dapat memberikan ciri

khusus sebagai pembeda dari perusahaan pesaing.

Demikian juga dalam dunia pendidikan jika

suatu lembaga pendidikan ingin memenangkan

persaingan maka lembaga pendidikan tersebut harus

memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan yang dapat

memberikan kepuasan pelanggan. Itulah mengapa

Strategi Bersaing diperlukan oleh suatu perusahaan

atau lebaga pendidikan.

2.1.2. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi

dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan

produk dan jasa, pelanggan puas apabila setelah

membeli produk dan menggunakan produk tersebut,

ternyata kualitas produknya baik, (Irawan, 2008: 3)

Kemudian dijelaskan kembali kepuasan pelanggan

ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

produk atau jasa dalam memenuhi harapan

pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapanya

terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan

pelanggan terlampaui. Apabila pelanggan merasa

puas karena kualitas produknya sesuai dengan apa

yang diharapkan, maka akan mengabarkan berita

tersebut kepada orang lain, akhirnya orang lain pun

(7)

21

Menurut Irawan ada lima faktor utama yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu kualitas

produk, harga, service quality, emotional factor, biaya

dan kemudahan. Pendapat tersebut mengandung

substansi jika perusahaan termasuk Lembaga

Pendidikan ingin pelanggan atau pengguna jasa

pendidikan merasa puas dan menaruh kepercayaan

maka sekolah harus berusaha memenuhi keinginan/

harapannya baik pelayanan yang diberikan, sikap/

tanggapan dari sekolah, maupun out put yang

dihasilkan. Sehingga akan sama-sama

menguntungkan baik pengguna jasa Pendidikan

maupun Lembaga Pendidikan itu sendiri. Jadi

kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai

respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara

tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual

yang dirasakannya setelah pemakaian.

Sejalan dengan pendapat tersebut dijelaskan

Kotler dan Keller dalam Sunyoto (2013: 35)

mengatakan bahwa Kepuasan Konsumen adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang

dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan.

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa jika

pelanggan merasa puas terhadap produk/out put

(8)

22

maka mereka akan merasa puasa dan akan menaruh

kepercayaan terhadap sekolah, namun jika mereka

tidak puas terhadap produk yang dihasilkan maka

mereka akan kecewa. Apabila pelanggan merasa

kecewa maka akan menjadi ancaman bagi

perusahaan/lembaga pendidikan, karena mereka

akan membawa pengaruh buruk terhadap pelanggan

yang lain yang akan berakibat menurunnya animo

pelanggan terhadap perusahaan/lembaga

pendidikan.

2.1.3. Manajemen Kurikulum

Menurut Rusman (2012: 3) Manajeman

kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan

kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik

dan sistematik dalam rangka mewujudkan

ketercapaian tujuan kurikulum. Yang dikembangkan

sesuai dengan konteks MBS. Keterlibatan masyarakat

dalam menajemen kurikulum di maksudkan agar

dapat memahami, membantu, dan mengontrol

implementasi kurikulum, sehingga lembaga

pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif

juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan

kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,

menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan

(9)

23

serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik

kepada masyarakat maupun pada pemerintah.

Jadi manajemen kurikulum merupakan suatu

sistem kurikulum yang berorientasi pada

produktivitas peserta didik, kurikulum dibuat

bagaimana peserta didik dapat mencapai tujuan

dengan pemberdayaan dan pendayagunaan manusia,

materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat

mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam

berbagai kehidupan yang dipelajarinya, juga

merupakan upaya untuk mengurus, mengatur, dan

mengelola perangkat mata pelajaran yang akan

diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kebebasan

sekolah mengembangkan kurikulum sesuai dengan

kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah dipertegas

dengan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum yang berbunyi

Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi

dengan maksud agar memungkinkan penyesuaian

program pendidikan pada satuan pendidikan

dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di

daerah serta peserta didik; Kurikulum dikembangkan

dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan

(10)

24

kurikulum sekolahnya sesuai kebutuhan dan sesuai

dengan keinginan masyarakat pengguna pendidikan

di mana sekolah berada.

Manajemen kurikulum merupakan salah satu

aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan

pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping

itu, kurikulum merupakan suatu sistem program

pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional

pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum

memegang peranan penting dalam mewujudkan

sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk

menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan

upaya pemberdayaan bidang manajemen atau

pengelolaan kurikulum.

a) Tujuan Pengembangan Manajemen Kurikulum

Permendikbud No.81a Tahun 2013 tentang

implementasi kurikulum memberikan kebebasan

pada sekolah untuk mengembangkan kurikulum

sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi

sekolah, sehingga dengan dikembangkannya

manajemen kurikulum memungkinkan adanya

penyesuaiain program Pendidikan pada satuan

Pendidikan dengan kondisi dan ke khasan potensi

yang ada di sekolah. Adapun tujuannya adalah:

1) Menjawab atau antisipasi yang merupakan

(11)

25

2) Kurikulum haruslah bersifat dinamis. Yang

dimaksud dinamis yaitu senantiasa berubah

menyesuaikan keadaan supaya dapat

memantapkan belajar dan hasil belajar.

Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan

sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak

sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan

sebuah problem, karena itu haruslah dirubah

dan dikembangkan kurikulum tersebut.

3) Memenuhi kebutuhan yang ada dalam

masyarakat dan untuk meningkatkan kemajuan

masyarakat.

4) Dengan dikembangkannya suatu kruikulum maka

pendidikan yang ada di masyaraka baik

pendidikan formal maupun non formal akan

mengalami peningkatan, dengan adanya

peningkatan tersebut maka masyarakat akan

mengalami perubahan ke arah yang lebih baik

pula baik pengetahuan maupun pola

kehidupannya dan apabila pemenuhan tersebut

telah terpenuhi maka masyarakat akan

mengalami kemajuan.

5) Memenuhi kebutuhan peserta didik.

6) Perubahan cara pandang kurikulum, dari

(12)

26

sebagai tujuan akhir yang akan dicapai. Karena

hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar

bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan

kegiatan pembelajaran.

7) Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam

megembangkan bakat dan minatnya maka

diperlukan tenaga pendidik atau guru - guru yang

berkualitas sesuai dengan kompetensinya.

b) Langkah-langkah Pengembangan Manajemen Kurikulum

Pegembangan kurikulum meliputi empat

langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran

(instructional objective), menyeleksi

pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences),

mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar

(organization of learning experiences), dan

mengevaluasi (evaluating).

1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional

objective)

Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan

pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus

diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah

memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of

student), masyarakat (source of society), dan

konten (source of content). Tahap kedua adalah

(13)

27

standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan

landasan sosiologi, kemudian discreen melalui dua

landasan lain dalam pengembangan kurikulum

yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of

learning) dan psikologi belajar (psychology of

learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan

precise education atau kompetensi dasar (KD).

2)Merumuskan dan Menyeleksi

Pengalaman-Pengalaman Belajar (selection of learning

experiences)

Dalam merumuskan dan menyeleksi

pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan

kurikulum harus memahami definisi pengalaman

belajar dan landasan psikologi belajar (psychology

of learning). Pengalaman belajar merupakan

bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh

siswa yang dirancang oleh guru untuk

memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

Pengalaman belajar yang harus dialami siswa

sebagai learning activity menggambarkan interaksi

siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung

melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan

adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang

dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan

menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga

(14)

28

3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar

(organization of learning experiences).

Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan

untuk memudahkan anak didik untuk belajar.

Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas

dari beberapa hal penting yang mendukung,

yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang

pendidikan, perkembangan anak didik, dan

kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian

kurikulum bertalian erat dengan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu

kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari,

kapan waktu yang tepat untuk mempelajari,

keseimbangan bahan pelajaran, dan

keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan

yang akan disampaikan.

4)Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum

Langkah terakhir dalam pengembangan

kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah

proses yang berkelanjutan di mana data yang

terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan

memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama

adalah sangat esensial dalam pengembangan

kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses

(15)

29

proses pengumpulan data sebagai dasar

pengambilan keputusan.

c) Kurikulum Berbasis Kearifan Religi

Pada saat ini kearifan religi menjadi

kecenderu-ngan umum masyarakat Indonesia yang khawatir

dengan perkembangan zaman yang semakin

mendunia sehingga nilai karakter anak mulai

merosot. Untuk itu lembaga pendidikan berusaha

membangkitkan nilai-nilai religi untuk menjadi

benteng generasi bangsa agar tidak mudah

terpengaruh dengan perbuatan yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai keagamaan. Selama ini sekolah

selalu terbebani untuk mengejar peningkatan mutu

akademik, sehingga melupakan nilai-nilai karakter

bangsa ini. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk

menggali lebih banyak kearifan-kearifan religi sebagai

alat atau cara untuk mendorong generasi bangsa

khususnya para siswa untuk mengenyam pendidikan

yang berkarakter. Nilai –nilai karakter itu terkandung

dalam norma-norma keagamaan.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Religi

berarti kepercayaan terhadap Tuhan, sedangkan

kearifan adalah kebijaksanaan. menurut Gusdur:

(2015:150) mengatakan kearifan religi dalam

pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan harus

(16)

30

kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi dan

nilai-nilai dalam ajaran agama. Kearifan lokal itu

disebut dengan Pribumisasi Islam dimana ajaran

Islam dan tradisi local dijadikan sebagai landasan

moral dalam nyata kehidupan, oleh Karena itu

penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui

pendidikan kearifan local yang didalamnya

mengandung tradisi dan ajaran agama Islam yang

harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan. Dari

pendapat tersebut jelas bahwa agar tujuan pendidikan

dapat diterima oleh lingkungan masyarakat yang

mayoritas beragama Islam maka lembaga pedidikan

harus menghasilkan out put yang berpribadi Islami.

Menurut PP Nomor 55 Tahun 2007 pasal 24 ayat

1 menyebutkan Tujuan Pendidikan Al Quran adalah

meningkatkan kemampuan peserta didik membaca,

menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan

Al Quran, lalu pada Kurikulum Pendidikan Agama

Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan

Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008

tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di

Madrasah terdiri dari 6 BAB Standar Kompetensi

Lulusan. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri dari

(17)

31

dan memahami surat-surat pendek dalam al-Qur’an:

al-Fatihah, al-Naas, sampai dengan al-Duha’ dan

menghafal, memahami arti, dan mengamalkan

hadis-hadis pilihan tentang akhlak dan amal salih);

2)Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman

mulai dari iman kepada Allah sampai dengan iman

kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan

mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah,

pengenalan, pemahaman sederhana, dan

penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma

alhusna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak

terpuji dan ada Islami serta menjauhi akhlak tercela

dalam perilaku sehari-hari; 3)Fikih (mengenal dan

melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan

ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara

pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat sampai

dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta ketentuan

makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara

pelaksanaan jual beli dalam pinjam meminjam), 4)

Sejarah Kebudaya-an Islam (mengenal,

mengidentifikasi, meneladani dan mengambil ibrah

dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW,

Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh

agama Islam di daerah masing-masing, dan 5) Bahasa

Arab (a) menyimak: memahami wacana lisan dalam

(18)

32

hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun

madrasah; (b) berbicara: mengungkapkan makna

secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog

tentang perkenanalan dan hal-hal yang ada di

lingkungan rumah maupun madrasah; (c)

membaca:membaca dan memahami makna wacana

tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang

perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah

maupun madrasah; dan (d) menulis: menuliskan kata,

ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana

dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

2.1.4. Peserta Didik

Peserta didik atau murid diartikan sebagai orang

yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan

kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar

bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar

sungguh-sungguh (Ali, 2008). Agar orang tersebut

dapat mengalami perubahan yang dikehendaki, maka

Lembaga Pendidikan harus memberikan layanan yang

sesuai dengan harapan mereka, baik fisik maupun

non fisiknya.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang system pendidikan nasional, peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha

(19)

33

pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pasal tersebut mengandung amanat bahwa

pemerintah harus menyediakan dan memfasilitasi

lembaga Pendidikan sesuai jalur dan jenjangnya agar

anggota masyarakat dapat mengembangkan dirinya

sesuai dengan kemampuan,bakat, dan minatnya.

Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar

sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan

Arikunto (1986:12), substansi dari pendapat itu

siapun itu yang terdaftar pada dokumen sekolah

maka dia mempunyai hak dan kewajiban yang sama

untuk dibimbing, diperhatikan, dan dilayani dengan

fasilitas yang ada tanpa adanya diskriminasi.

Berdasarkan defenisi-defenisi yang

diungkap-kan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpuldiungkap-kan

bahwa peserta didik adalah orang yang memiliki

potensi dasar, baik secara fisik maupun psikis yang

memerlukan bantuan orang lain melalui proses

pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan

tertentu. Bantuan yang diberikan tentunya sesuai

dengan perkembangan, bakat dan minatnya seuai

dengan program yang dilaksankan oleh suatu

(20)

34

2.2. Model Pengembangan

Model pengembangan diartikan sebagai proses

desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi

dari model yang telah ada sebelumnya, melalui

penambahan komponen pembelajaran yang dianggap

dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan

(Sugiarta, 2007:11). Pengembangan model dapat

diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa

suatu keadaan atau situasi secara berjenjang kepada

situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap

maupun keadaan yang lebih baik. Ada beberapa

model pengembangan seperti Four-D, ADDIE, Asure,

dll. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan

model ADDIE. ADDIE merupakan singkatan dari

Analysis, Design, Development or Production,

Implementation or Delivery and Evaluations. Model

ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada 1996

untuk merancang sistem pembelajaran.

Tahap I: Analysis

Tahap analisis merupakan suatu proses

mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta

didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis

kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan),

dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh

(21)

35

berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar,

identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan

analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

Lembaga Pendidikan itu dapat mengetahui

kebutuhannya melalui analisis SWOT.

Tahap-II: Design

Yang kita lakukan dalam tahap desain ini,

pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang

SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic).

Selanjutnya menyusun materi, dimana materi

tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan

strategi pembelajaran media dan metode yang tepat

untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu,

dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung

lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan

belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.

Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama

blue-print yang jelas dan rinci. Langkah ini

merupakan gambaran produk yang akan dilaksankan.

Tahap-III: Development (pengembangan)

Pengembangan adalah proses mewujudkan

blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya,

jika dalam desain diperlukan suatu software berupa

(22)

36

harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam

tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang

merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE.

Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat,

membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata

lain mencakup kegiatan memilih, menentukan

metode, media serta strategi pembelajaran yang

sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi

atau substansi program. Dalam melakukan langkah

pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu

dicapai. 1) Memproduksi atau merevisi bahan ajar

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya,

2) Memilih media atau kombinasi media terbaik

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pada saat melakukan langkah

pengembangan, seorang perancang akan membuat

pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari

jawabannya. Pertanyaan-pertanyaannya antaralain:

Bahan ajar seperti apa yang harus dibuat untuk dapat

digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran?

Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk

memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?

Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan

(23)

37

memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?,

Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam

menyelenggarakan program pembelajaran?. Setelah

perancangan jadi, lalu diujicoba terbatas kemudian

dievaluasi kendala apa yang dihadapi. Dengan

mengetahui kendala-kendala yang diadapi maka

racangan produk segera bisa diperbaharui sesuai

dengan kendala yang ditemui.

Tahap-IV: Implementation

Implementasi adalah langkah nyata untuk

menerapkan produk yang sedang kita buat. Artinya,

pada tahap ini semua yang telah dikembangkan

dikemas atau diseting sedemikian rupa sesuai dengan

peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

Tahap-V: Evaluation

Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk

yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan

harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi

bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi

yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu

dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk

kebutuhan revisi. Evaluasi merupakan langkah

terakhir dari model desain sistem pembelajaran

ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang

(24)

38

pembelajaran. Evaluasi terhadap program

pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa

hal, yaitu :

1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran

secara keseluruhan.

2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang

merupakan dampak dari keikutsertaan dalam

program pembelajaran..

3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat

adanya peningkatan kompetensi siswa setelah

mengikuti program pembelajaran.

4) Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah

meningkat.

2.3. Analisis SWOT

(Dewi Asri, Haris, Mustain dan Very Budiman,

2013) Analisis SWOT adalah alat perencanaan

stratejik yang penting untuk membantu perencanaan

sehingga dapat membandingkan kekuatan dan

kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan

ancaman dari eksternal , (Wanti et.al, 2014.). Sejalan

dengan itu menurut Blocher et al., (2007) analisis

SWOT merupakan prosedur sistematis untuk

mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan

yang dimiliki oleh perusahaan yakni kekuatan dan

kelemahan internal, serta peluang dan ancaman

(25)

39

mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi.

Menurut Gunn (2011: 245) kekuatan dan kelemahan,

dapat meliputi kemampuan, keahlian atau

pengetahuan teknologi, sumber daya organisasi,

kemampuan bersaing atau potensi keunggulan.

Dengan demikian agar lembaga pendidikan mampu

menyusun rencana stratejik yang tepat, maka satuan

pendidikan hendaknya mengetahui apa kekuatan dan

kelemahan organisasinya, bahkan penting untuk

mengetahui pula bagaimana ancaman dan peluang

yang mungkin diperoleh. Untuk itu sekolah perlu

melaksanakan Analisis SWOT. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan

dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

Oportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Setiap

satuan pendidikan tentu memiliki Faktor kekuatan

dan kelemahan, sedangkan peluang dan ancaman

merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi

oleh satuan pendidikan dalam suatu bisnis yang

bersangkutan. Dengan analisis tersebut diharapkan

lembaga pendidikan dapat menyeimbangkan ke 4

apek itu sehingga mampu menentukan strategi

(26)

40

2.3.1. Tujuan Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2011:197), tujuan analisis

SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal

peluang dan ancaman dengan faktor internal

kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis

tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis

suatu organisasi.

Suatu perusahaan atau organisasi sangat

penting melakukan analisis SWOT, karena dengan

analisis SWOT perusahaan itu akan dapat

menentukan:

a. Panduan bagi perusahaan/organisasi termasuk

lembaga Pendidikan untuk menyusun berbagai

kebijakan strategis terkait rencana dan

pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya

analisa ini, maka diharapkan

perusaha-an/organisasi akan mampu memilih kebijakan

dan rencana terbaik untuk perkembangan bisnis

di masa akan datang.

b. Bentuk evaluasi kebijakan strategis dan sistem

perencanaan sebuah perusahaan/organisasi.

Analisa SWOT akan membantu perusahaan /

organisasi dalam memikirkan berbagai upaya

evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan

mana yang menguntungkan. Menetapkan

(27)

41

berbagai masalah yang ditemukan melalui

evaluasi analisa SWOT tersebut.

c. Berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan

/ organisasi, selanjutnya melalui informasi yang

ada tersebut akan menjadi pedoman bagi pemilik

perusahaan maupun perancang kebijakan untuk

melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi

atas hasil analisa yang sudah ada.

d. Berbagai tantangan ide-ide baru bagi pihak

manajemen perusahaan/organisasi. Adanya

berbagai permasalahan seperti kelemahan,

peluang serta kekuatan yang kecil ataupun

ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian

dari manajemen perusahan untuk menemukan

berbagai ide kebijakan yang lebih fresh dan akan

lebih efektif menjadi solusi atas berbagai

permasa-lahan yang ada.

2.3.2. Langkah-langkah Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2013: 23) menjelaskan bahwa

penyusunan perencaaan srategis dapat dilakukan

melalui 3 tahap analisis yaitu:

1) Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan suatu kegiatan

pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini

data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data

(28)

42

perusahaan yang meliputi analisis pasar, analisis

competitor, analisis komunitas, analisis pemasok,

analisis pemerintah, analisis kepentingan tertentu

dan data internal yang dapat diperoleh dari dalam

perusahaan itu sendiri meliputi laporan keuangan,

laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan

kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.

Tahap pengumpulan data ini dapat diperoleh

melalui wawancara, angket, dokumen laporan,

maupun FGD (Focus Group Discussion). Adapun

model-model yang digunakan dalam analisis SWOT

antara lain sebagai berikut :

a.Matriks Faktor Staretegi Eksternal EFAS (Eksternal

Strategic Factor Analysis Summary)

Cara penentuan faktor energi eksternal (Rangkuti,

2013 : 25) yaitu

(1) Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan

ancaman pada kolom 1.

(2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis

pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)

sampai dengan 0,0 (tidak penting).Faktor-faktor

itu diberi bobot didasarkan pada dapat

memberikan dampak pada faktor strategis.

(3) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk

masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4

(29)

43

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat

positif (semua variabel yang masuk kategori

peluang) diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan

membandingkan dari rata-rata pesaing utama.

Sedangkan variabel yang bersifat negatif

kebalikannya, jika ancaman besar sekali

nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/

di bawah pesaing-pesaingnya nilainya 4

(4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan nilai

(rating) pada kolom 3, untuk memperoleh faktor

pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa

skor pembobotan untuk masing-masing faktor

yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0

(menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

(5) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan

komentar atau catatan mengapa faktor-faktor

tertentu dipilih dan bagaimana skor

pembobotannya.

(6) Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom

4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total

ini menunjukan bagaimana perusahaan

bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan

(30)

44

objek industri lainnya dalam kelompok industri

yang sama.

b.Matrik Faktor Strategi Internal IFAS (Internal

Strategic Factor Analysis Summary)

Cara penentuan faktor energi internal yaitu :

(1) Menentukan faktor-faktor kekuatan dan

kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. (Rangkuti,

2014)

(2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis

pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)

sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor

itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi

strategis (Rangkuti, 2014)

(3) Menghitung rating pada kolom 3 untuk

masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat

kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi

kawasan yang bersangkutan. Variabel yang

bersifat positif pada variabel kekuatan diberi

nilai dari 1 sampai 4 dengan cara

membandingkan terhadap rata-rata pesaing

utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif

kebalikannya jika kelemahan besar sekali

(dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis)

(31)

45

kelemahan rendah/di bawah rata-rata

pesaing-pesaingnya nilainya 4.

(4) Mengalikan bobot dengan nilai (rating) untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

(5) Menjumlahkan skor pembobotan untuk

mempe- roleh total skor pembobotan bagi

perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi

terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

Skor total ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan

perusahaan lainnya dalam kelompok industri

yang sama.

2) Tahap Analisis

Tahapan analisis dalam SWOT adalah

memanfaatkan semua data dan informasi dalam

model-model kuantitatif perumusan strategi

(Rangkuti, 2001:30). Analisis SWOT terlebih dahulu

dilakukan pencermatan (scanning) yang pada

hakekatnya merupakan pendataan dan pengidenti-

fikasian sebagai pra analisis (Diklat Spamen, 2000 :

3). Dalam tahapan ini akan tampak jelas bila dibuat

(32)

46

Matrik TOWS atau Matriks SWOT, Matrik BCG, Matrik

Internal Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand

Starategy. Namun pada penelitian ini penulis

menggunakan Matrik TOWS atau SWOT.

Matrik SWOT adalah matrik yang

menginteraksikan faktor strategis internal dan

eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal)

yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Rangkuti,

2001:31).

Hasil dari interaksi faktor strategis internal

dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif

strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai

alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan

hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah,

1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan

dengan memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan

yang dimilikinya untuk memanfaatkan berbagai

peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi

yang digunakan seoptimal mungkin untuk

meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi

yang digunakan dengan memanfatkan

/mengop-timalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai

(33)

47

digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam

rangka meminimalisir/menghidari ancaman.

Tabel 2.1Matrik SWOT

Sumber: Rangkuti.2014

3 ) Tahap Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan tahap dalam

pemilihan strategi-strategi alternatif. Analisis dan

intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan

perumusan strategi setelah melalui teknik-teknik

pada tahap pencocokan (matching stage).Teknik

matrik ini secara objektif menunjukkan strategi mana

yang terbaik. Dari analisis data SWOT yang telah

dilakukan, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut

mempengaruhi dan menjadi dasar dari pengambilan

(34)

48

Tahapan tersebut diperkuat dengan pendapat Umar

(2013: 87-88) yang menjelaskan bahwa tahapan

proses penentuan strategi berdasarkan matrik SWOT

adalah:

a. Menentukan peluang -peluang penting bagi

sekolah

b. Menentukan ancaman-ancaman serius bagi

sekolah

c. Menentukan kekuatan-kekuatan utama

internal sekolah

d. Menentukan kelemahan-kelemahan dominan

internal sekolah

e. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

perlu dilakukan setelah mengombinasikan

antara kekuatan-kekuatan internal yang dapat

dimanfaatkan dan peluang-peluang eksternal

yang dicoba untuk diraih dan hasilnya dicatat

dalam sel SO

f. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

perlu dilakukan setelah mengombinasikan

antara kelemahan-kelemahan internal yang ada

dan peluang-peluang eksternal yang dicoba

untuk diraih dan hasinya dicatat dalam sel WO

g. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

perlu dilakukan setelah mengombinasikan

(35)

49

dan ancaman-ancaman yang mungin timbul

dan hasinya dicatat dalam sel ST

h. Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang

perlu dilakukan setelah mengombinasikan

antara kelemahan-kelemahan internal yang ada

dan ancaman-ancaman eksternal yang mungin

timbul dan hasinya dicatat dalam sel WT.

2.3.3.Manfaat Analisis SWOT

Dengan melakukan analisis SWOT maka sekolah

dapat menentukan langkah-langkah untuk

membuat keputusan yang sifatnya strategik.:

1) Analisis SWOT memungkinkan para pengambil keputusan kunci dalam satuan pendidikan

menggunakan kerangka berfikir yang logis

dalam pembahasan yang mereka lakukan yang

menyangkut situasi dimana organisasi berada,

identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang

layak untuk dipertimbangkan dan akhirnya

menjatuhkan pilihan pada alternatif yang

diperkirakan paling ampuh.

2) Penerapan kedua dari analisis SWOT adalah dengan pembandingan secara sistematik antara

peluang dan ancaman eksternal disatu pihak

dan kekuatan dan kelemahan internal di lain

pihak. Maka sekolah dapat mengidentifiasikan

(36)

50

bersifat khas dalam keselarasan situasi internal

dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis

yang bersangkutan

3) Dengan memahami dan menggunakan analisis SWOT maka sekolah akan menyadari tantangan

utama yang harus mendapatkan perhatian dari

suatu satuan bisnis. Karena tidak mustahil

suatu satuan bisnis yang menjadi pesaing juga

berupaya menghilangkan berbagai

ancaman. Sehingga sekolah dapat menentukan

strategi yang tepat untuk memenangkan

persaingan dalam dunia bisnis.

2.4. Langkah-langkah Pengembangan

Untuk merumuskan strategi yang tepat

dibutuhkan langkah-langkah pengembangan

strategi. Menurut Sugiyono (2014) memberikan

10 langkah-langkah pengembangan. Adapun

langkah yang peneliti gunakan untuk

mengembangkan rencana strategis peningkatan

(37)

51 Gambar 2.1 Langkah-langkah Pengembangan Sugiyono

(2014).

Tahapan Penelitian Menurut Sugiyono (2014) :

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan

akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah

adalah penyimpangan antara yang diharapkan dan

yang terjadi. Potensi dan masalah yang

dikemukakakn dalam penelitian ditunjukan dengan

data yang empiric dan masih up to date.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah

ditunjukkan secara faktual, selanjutnya

dikumpulkan sebagai informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk merencanakan

(38)

52

suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi

masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari

berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi

dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).

3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai

pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana

strategis ini masih bersifat hipotetik karena

efektifitasnya belum terbukti dan akan diketahui

setelah melalui pengkajian.

4. Validasi desain

Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan

untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat

secara rasional dan efektif digunakan sebagai usaha

peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat

menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli

untuk menilai desain tersebut, selanjutnya dapat

diketahui kelemahan dan kekuatan.

5. Perbaikan desain

Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan

dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya

diujicoba untuk memperbaiki rencana strategis

tersebut. Yang bertugas memperbaiki rencana

strategis adalah peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat

(39)

53

diberikan kepada sekolah sebagai upaya

peningkatan mutu.

6. Uji Coba Produk

Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa

langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi dan

revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan

simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.

7. Revisi Produk

Dalam revisi produk dilakukan untuk mencari

efektifitas dan efisiensi system kerja baru dengan

cara membandingkan strategi lama dengan strategi

baru.

8. Uji Coba Produk

Setela pengujian terhadap strategi berhasil dan

mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka

selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan

di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya

strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan /

hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih

lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukaan apabila dalam

pelaksanaan strategi di sekolah terdapat kekurangan

dan kelemahan, mamka dalam uji pemakaian selalu

mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.

(40)

54

Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah

dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,

maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap

lembaga Pendidikan.

Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang

telah dikemukakan oleh Sugiyono, peneliti

melakukan penelitian sampai pada tahap uji coba

produk, karena disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada.

2.5. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu Urquiola

(2016) Competition Among Schools: Traditional Public

and Private Schools menunjukkan bahwa persaingan

dari sekolah swasta dengan negeri memerlukan

peningkatan prestasi dengan cara pemberian

beasiswa terhadap anak-anak yang kurang mampu

ekonominya namun berprestasi untuk dapat masuk

ke sekolah swasta. Meskipun penelitian ini

merupakan strategi yang diterapkan oleh sekolah

swasta, namun langkah-langkah strategi tersebut

dapat pula diterapkan pada sekolah negeri, karena

sekolah negeripun memerlukan strategi untuk

menarik minat peserta didik agar masuk ke

sekolahnya. Sekaligus sebagai strategi untuk

(41)

55

Harapannya peserta didik akan berlomba-lomba

untuk berprestasi agar dapat memperoleh beasiswa..

Berbeda dengan Khasanah, (2015: 161-175)

untuk meningkatkan jumlah peserta didik melalui

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi

Peningkatan Mutu di SD Alam Baturraden yaitu

dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan sekolah

menggunakan jasa pemasaran bauran 7 P, (product,

price, place, promotion, people, physical evidence,

process). Produk yang ditawarkan oleh Sekolah Alam

Baturraden kepada pelanggan adalah dua varian

yakni program reguler dan program inklusi. Selain

menggunakan strategi pemasaran bauran. SD Alam

Baturraden dalam perekrutan tenaga sangat selektif

Rekrutmen, di SD Alam Baturaden, pengajar tidak

diwajibkan hanya berasal dari kalangan pendidikan

saja, akan tetapi juga dari lulusan beberapa disiplin

ilmu non-kependidikan. Hal ini terkait dengan tujuan

sekolah tersebut yang ingin menjadikan siswa

memiliki berbagai wacana keilmuan yang luas yang

bersumber dari para guru pengajar, Staffing,

penempatan jabatan ditentukan oleh pengelola

sekolah, Pelatihan kinerja, seperti yang telah

dijabarkan di atas, Evaluasi kinerja, dilakukan setiap

6 bulan sekali seperti diadakannya progress report

(42)

56

yakni menganalisis penempatan kembali setelah

evaluasi. Dari aspek kurikulum, Sekolah Alam

Baturraden mengikuti standar yang telah ditetapkan

oleh Kementrian Pendidikan Nasional, akan tetapi

dalam hal penyajian SD Alam Baturraden memiliki ciri

khas tersendiri dari sekolah alam. Kegiatan

pembelajaran dilakukan secara terintegrasi dan juga

belajar langsung dari alam dan berbasis pengalaman.

Dengan strategi tersebut SD Alam Baturraden sangat

diminati masyarakat sehingga dapat memenangkan

persaingan

Demikian pula hasil penelitian Supar (2014)

tentang Strategi Pemasaran Sekolah Dasar Islam

Terpadu Nurul Fikri Tulungagung menggunakan

Strategi Deferensiasi penawaran produk Kurikulum

Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dengan hafalan Al Qur’an, hafalan doa-doa keseharian dan membuka layanan melalui jaringan internet , hal ini

merupakan produk baru bagi masyarakat, sehingga

layak dipasarkan kepada wali murid, dan hal ini

menjadi daya tarik tersendiri. Produk baru ini

ditawarkan lewat strategi pemasaran melalui kegiatan

menjalin silaturahmi tanpa batas membuka peluang

mendapatkan siswa, bekerjasama dengan

lembaga-lembaga lain untuk mencari murid, pengadaan sarana

(43)

57

operasional sekolah dan pembinaan guru serta anak

murindnya, sekolah menyediakan kendaraan antar

jemput untuk memfasilitasi murid yang jauh. Strategi

pemasaran yang dilakukan SDIT Nurul Fikri ini

membuat jumlah siswa semakin meningkat sampai

melebihi kuota. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara, studi dokumen dan

observasi, Trianggulasi dalam penelitian ini

membandingkan sumber data utama kepala Sekolah,

kedua guru dan ke tiga ketua yayasan.

Penelitian di atas sejalan dengan Sa’adah (2015)

Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Minat

Pengguna Layanan Jasa Pendidikan Pada SD Islamic

Global School di Kota Malangmenggunakan Strategi

Pemasaran melalui berbagai promosi dengan

melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan,

mengadakan even/lomba, serta membuka gelombang

inden dalam penerimaan peserta didik baru, serta

strategi diferensiasi fullday school . Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, Analisis data

peneliti dilakuakn melalui reduksi data yaitu

pemilihan, pengurangan data yang tidak sesuai

dengan fokus penelitian, pengelompokan data

kemudian diberi kode sesuai dengan teknik

pengumpulan, informan, kode fokus dan waktu

(44)

58

pemaparan semua informasi yang telah direduksi.

Ketiga, verifikasi/conclusion dengan membandingkan

hasil penyajian data dengan sumber data lain,

kemudian menarik kesimpulan dari data yang telah

ditemukan dan dipaparkan. Hasil evaluasi

menunjukkan jumlah peserta didik mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.

Kemudian Pertiwi (2017) menggunakan Srategi

Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan

Peminat dan Daya Tarik untuk Menyekolahkan Anak

Ke SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta

menggunakan Strategi pemasaran jasa pendidikan

dan strategi diferensiasi, dengan menunjukkan proses

pembelajaran yang menyenangkan (outing class) dan

menampilkan ekstrakulikuler unggulan sekolah

sebagai taktik persaingan dalam pemasaran, (d)

Promosi; menerapkan teori bauran pemasaran. (e)

Evaluasi promosi, kegiatan akhir yang dilakukan

setelah melakukan promosi.

Rohmitriasih dan Soetopo (2015: 402-407)

tentang Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam

Meningkatkan Loyalitas Pelanggan adalah dengan

pengimplementasian strategi pemasaran jasa

pendidikan di SD Laboratorium UM yang pertama

adalah perencanaan strategi pemasaran dengan

(45)

59

yang langsung di bawah naungan International

Cambrigde Center (Inggris) juga menjaga hubungan

baik dengan pelanggan pendidikan dan pemberian

pelayanan yang maksimal melalui pembelajaran yang

real dan memberikan kepuasan bagi peserta didik

ataupun pelanggan pendidikan, Implementasi

selanjutnya adalah dengan publikasi sekolah.

Publikasi dilakukan setiap tahunnya saat PMB, dan

Evaluasi mengenai keberhasilan implementasi

pembelajaran juga pelayanan. Instrumen yang

digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yakni

peneliti sendiri. Prosedur pengumpulan data yakni

dengan teknik wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

Hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa

dalam rangka menarik pengguna jasa pendidikan

untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga

pendidikan yang bersangkuatan rata-rata

menggunakan strategi pemasaran. Namun di

dalamnya terdapat strategi bersaing diferensiasi yaitu

setiap sekolah menawarkan produk yang merupakan

ciri khusus yang menjadi pembeda dengan sekolah

lain. Inilah yang menjadi kesamaan dengan strategi

yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan

(46)

rata-60

rata di sekolah swasta, sedang yang penulis lakukan

di sekolah negeri, peneliti terdahulu menerapkan

strategi diferensiasi melalui strategi Pemasaran dan

rata-rata tanpa menggunakan model pengembangan,

Sedangkan dalam penelitian ini, strategi bersaing

yang digunakan adalah strategi diferensiasi dengan

model pengembangan ADDIE. Produk yang dihasilkan

berupa kurikulum kearifan religi dan petunjuk

pelaksanaan kegiatan berbasis kearifan religi yang

digunakan sebagai pedoman pembelajaran di SD

Negeri Jombor.

2.5. Kerangka Pikir

Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa

Sekolah kekurangan peserta didik dikarenakan dalam

satu desa ada lembaga Pendidikan yang lain yaitu MI

sebagai competitor, juga adanya perbedaan dalam

Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17

yang menyebutkan bahwa guru dapat memperoleh

tunjangan sertifikasi apabila mengajar minimal satu

kelas berjumlah 20 siswa sedangkan untuk MI, guru

dapat memperoleh tunjangan sertifikasi apabila

mengajar minimal 1 kelas 15 siswa. Selain itu adanya

isu bahwa anak yang bersekolah negeri tidak tahu

tentang agama karena gurunya tidak berlatar

belakang pendidikan agama. Permasalahan tersebut

(47)

61

supaya dapat menarik minat masyarakat terhadap

sekolah melalui analisis SWOT.

Berdasarkan latar belakang permasalahan,

strategi yang tepat adalah Strategi bersaing

diferensiasi yaitu sekolah yang memiliki ciri khusus

yang tidak dimiliki sekolah lain. Ciri khusus yang

dikembangkan sesuai dengan hasil analisis SWOT

adalah mengembangkan Kurikulum Berbasis Kearifan

Religi (Kurikulum SD sesuai dengan Permendikbud

No. 22 dan 23 tahun 2006 dan Permendibud No. 20,

21 Tahun 2016) ditambah materi Kegiatan Berbasis

Kearifan Religi, salah satunya adalah kegiatan TPQ.

Agar model yang dikembangkan layak maka

dilakukan uji pakar, baru diimplementasikan ke

sekolah. Dengan dilaksanakan kegiatan berbasis

kearifan religi diharapkan animo masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya ke SD Negeri Jombor

(48)

62

Kerangka Pikir tersebut dapat dilihat dalam

diagram di bawah ini.

Gambar 2.2. Diagram Kerangka Pikir ANALISIS SWOT

Lembaga Pendidikan MI (SNP, Kemenag, Pondok, masyarkat)

PP No.74 Th. 2008 Ps.17 SD NEGERI JOMBOR

KEKURANGAN SISWA (SNP & Masyarakat)

Menetapkan Model Pengembangan Merumuskan

Strategi

Jumlah Peserta Didik Meningkat

Uji Pakar Implementasi

Model

- Kompetensi Guru di Bidang IT Kurang

- Isu Materi PendidikanAgama Islam di SD Kurang

- Lingkungan Islami

Gambar

Tabel 2.1Matrik SWOT
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pengembangan Sugiyono

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Angka Kesakitan Malaria: Studi di Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan segmentasi, tahapan pengukuran fitur dan

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dilaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan