commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi
dengan judul
: Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Usia
Awal Menopause
Fitri Firdausiya, NIM : G0008098, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Rabu, Tanggal 2 November 2011
Pembimbing Utama
Nama :
Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes
NIP
: 19470927 197610 2 001
(………)
Pembimbing Pendamping
Nama :
Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid
NIP
: 19761225 200501 2 001
(………)
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang segera tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Oktober 2011
Fitri Firdausiya
commit to user
ABSTRAK
Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal Menopause
Fitri Firdausiya*
), Rosalia Sri Hidayati*
), Nur Hafidha H*
), Yulia Lanti Retno
Dewi*
), Indriyati*
)Tujuan Penelitian:
Mengetahui hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan
usia awal menopause.
Metode Penelitian:
Observasional analitik dengan pendekatan
retrospective cohort
dengan jumlah sampel 45 wanita menopause yang berobat jalan ke poliklinik
penyakit dalam RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Diabetes melitus tipe
1 diidentifikasi dari rekam medis yang dikonfirmasi dengan dokter yang merawat.
Sedangkan kuesioner digunakan untuk mengetahui usia awal menopause dan riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
regresi linier berganda.
Hasil Penelitian:
Uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa penyakit
diabetes melitus tipe 1 mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan
usia awal menopause. Wanita dengan DM tipe 1 akan memasuki usia awal
menopause lebih cepat dua tahun jika dibandingkan dengan wanita yang tidak
menderita DM (b = -2.1, p = 0.001, IK 95% = -3.3, -0.9). Penggunaan kontrasepsi
hormonal berhubungan dengan usia awal menopause. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi akan mengalami menopause satu tahun lebih lambat dibandingkan wanita
yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (b = 1.6, p = 0.007, IK 95% = 0.5,
2.7). DM tipe 1 dan kontrasepsi hormonal berkontribusi terhadap usia awal
menopause sebesar 28.5% (
Adjusted R
2= 0.285).
Simpulan:
Penyakit diabetes melitus tipe 1 mempercepat usia awal menopause 2.1
tahun.
Kata kunci:
usia awal menopause, diabetes melitus tipe 1, kontrasepsi hormonal
*)
commit to user
ABSTRACT
Association between Type 1 Diabetes Mellitus and Onset of Menopause
Fitri Firdausiya*
), Rosalia Sri Hidayati*
), Nur Hafidha H*
), Yulia Lanti Retno
Dewi*
), Indriyati*
)Objective:
This research aims to examine the association between type 1 diabetes
mellitus and onset of menopause.
Methods:
This was an observational study using retrospective cohort design. Subject
were coming regurly menopause women patient clinic at the Department of Internal
Medicine RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto. Type 1 diabetes mellitus
was identified using medical record was confirmed with the treating doctor
physician. A questionnaire was used to obtain age of menopause and use of hormonal
contraception. Data were analyzed using multiple linier regression.
Result:
Multiple linier regression analysis showed that type 1 diabetes mellitus was
statistically significant associated with onset of menopause
had association. Women
with type 1 diabetes experienced menopause two years earlier than non diabetes
women (b = -2.1, p = 0.001, CI 95% = -3.3, -0.9). The use of hormonal contraception
also had significant association with onset of menopause. Women used hormonal
contraception had a year older age at menopause compared with non diabetes women
(b = 1.6, p = 0.007, CI 95% = 0.5, 2.7). Type 1 diabetes mellitus and use of hormonal
contraception contributed to onset of menopause by 28.5% (Adjusted R
2= 0.285).
Conclusion:
Type 1 diabetes mellitus has stronger association with age at menopause
after adjustment for use of hormonal contraception.
Keywords:
age at menopause, type 1 diabetes mellitus, hormonal contraception
*)
commit to user
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1
Dengan Usia Awal Menopause.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan,
bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Muthmainah, dr.,M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah member
bimbingan, saran, dan petunjuk guna penyusunan skripsi ini.
4.
Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid., selaku Pembimbing Pendamping yang
telah memberi bimbingan dan saran.
5.
Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberi
saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6.
Indriyati, Dra., selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
7.
Sri Mujiwati, Drg., selaku direktur RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
yang telah membantu proses penelitian.
8.
Sahid, dr., Sp.PD dan Rudi, dr., Sp.PD, selaku dokter spesialis penyakit dalam
RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah membantu proses
penelitian.
9.
Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
10.
Papa Eddy Susanto, Mama Alfiah, Pravilla, Veralyn, Desi, Budi, Khalisa dan
Davinia yang memberikan dukungan pada penyelesain skripsi ini.
11.
Mahmed Agil Dzulfikar, Arni, Aila, Ayu, Elsa, Niawati dan teman-teman yang
telah memberikan bantuan pada proses pembuatan skripsi ini.
12.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran dan masyarakat.
Surakarta, Oktober 2011
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
ii
HALAMAN PERNYATAAN ... .
iii
ABSTRAK ...
iv
ABSTRACT
...
v
PRAKATA
...
vi
DAFTAR ISI ...
vii
DAFTAR TABEL
...
x
DAFTAR GAMBAR ...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Perumusan Masalah ...
4
C.
Tujuan Penelitian
...
5
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI ...
6
A.
Tinjauan Pustaka
...
6
1. Menopause ... 6
a. Pengertian Menopuse ... 6
b. Penggolongan Menopause ... 7
c. Gejala Menopause ... 9
d. Faktor-faktpr yang Mempengaruhi Menopause... . 10
2. Diabetes Melitus ... 13
a. Diagnosis Diabetes Melitus ... 13
b. Klasifkasi Diabetes Melitus… ... 14
c. Diabetes Melitus Tipe 1 ... 16
d. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 1 ………. 17
3. Hubungan Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Menopause... 19
B.
Kerangka Pemikiran
…...
22
C.
Hipotesis ……...
23
BAB III METODE PENELITIAN ...
24
A.
Jenis Penelitian
...
24
B.
Lokasi Penelitian
...
24
C.
Subjek Penelitian
...
24
D.
Besar Sampel
...
25
commit to user
F.
Rancangan Penelitian
...
27
G.
Identifikasi Variabel
...
27
H.
Definisi Operasional Variabel
...
28
I.
Instrumen Penelitian
...
29
J.
Prosedur Penelitian
...
29
K.
Jenis Analisis Data ………...
30
BAB IV HASIL PENELITIAN ...
33
A.
Karakterstik Sampel Penelitian ……… ...
33
B.
Uji Asumsi Analisis Regresi Linier ……….
37
C.
Analisis Regresi Linier Univariat ………...
39
D.
Analisis Regresi Linier Berganda ………
40
E.
Multikolinieritas ………..
42
F.
Heterokedastsitas ……….
43
BAB V PEMBAHASAN ...
45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
...
51
A.
Simpulan
...
51
B.
Saran ...
52
DAFTAR PUSTAKA ...
53
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring DM ………...
14
Tabel 4.1
Nilai Rentang, Rerata dan Simpangan Baku pada Variabel Usia dan
Usia Awal Menopause …...
33
Tabel 4.2
Rerata Usia Awal Menopause Menurut Status DM Tpe 1 dan
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ...
36
Tabel 4.3
Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal
Menopause dan Diabetes Melitus Tipe 1 …...
39
Tabel 4.4
Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal
Menopause dan Kontrasepsi Hormonal ...
39
Tabel 4.5
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Variabel Usia Awal
Menopause dengan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Kontrasepsi
Hormonal ………….………...
40
Tabel 4.6
Rangkuman Uji Multikolinieritas antara Variabel Status Diabetes
Melitus Tipe 1 dan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ...
43
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium …...
21
Gambar 4.1
Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Diabetes
Melitus Tipe 1 …...
34
Gambar 4.2
Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal ……….…...
35
Gambar 4.3
Histogram Normalitas Variabel Dependen (Usia Awal
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Ethical Clearance
Lampiran 2.
Informed Consent
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4.
Daftar Sampel dan Data Hasil Penelitian
Lampiran 5.
Perhitungan Hasil Uji Statistik dengan SPSS versi 17.0
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran yang cukup
signifikan sebagai dampak positif dari pembangunan. Penyakit infeksi dan
kekurangan gizi berangsur turun dan di lain pihak penyakit menahun yang
disebabkan oleh penyakit degeneratif makin meningkat dengan tajam. Di
antara penyakit degeneratif, diabetes melitus merupakan salah satu di antara
penyakit tidak menular yang diprediksi semakin meningkat jumlahnya di
masa datang. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Gustaviani, 2007). Diabetes melitus
sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia
pada abad 21. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada
tahun 2000 pengidap diabetes melitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150
juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang. Data terakhir dari WHO menunjukkan
peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes melitus adalah di Asia Tenggara
termasuk Indonesia, Indonesia berada pada tingkat ke-4 penyandang DM
commit to user
Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di dunia dari tahun ke tahun
berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat,
life
expectancy
bertambah,
urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern,
prevalensi obesitas yang meningkat dan kegiatan fisik yang kurang (Darmono,
2007).
Diabetes melitus tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemi kronis (Pulungan,
2009). DM tipe 1 juga mengalami peningkatan prevalensi. Di Amerika Serikat
tahun 2007 dilaporkan 186.300 anak usia kurang dari 20 tahun menyandang
DM tipe 1 atau tipe 2. Di Finlandia, tidak sulit menemukan DM tipe 1 karena
angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia, sedangkan di Jepang
memiliki angka yang paling rendah (Pulungan, 2009). Di Indonesia jumlah
penyandang DM tipe 1 juga belum diketahui meskipun angkanya dilaporkan
cukup meningkat tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran, jumlah anak
penderita DM tipe 1 dalam Ikatan Keluarga Penderita DM Anak dan Remaja
(IKADAR) sudah mencapai 400-an orang (Pulungan, 2009).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus perlu diamati karena sifat
penyakit yang kronik progresif dengan berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan (Darmono, 2007). Dampak negatif yang ditimbulkan dari
penyakit diabetes melitus ini bermacam-macam misalnya komplikasi pada
commit to user
reproduksi. Gangguan pada organ reproduksi ini meliputi disfungsi seksual
pada pria ataupun pada wanita, gangguan siklus menstruasi, perlambatan usia
menarche, dan juga percepatan usia awal menopause.
Menopause merupakan suatu titik alamiah dalam proses penuaan dan
merupakan masa yang penting pada kehidupan seorang wanita pada masa ini
terjadi perubahan pada tubuh wanita yang akan mempengaruhi kehidupan
sosial, emosi dan fungsi kerja berbagai sistem organ tubuh. Menopause
didefinisikan secara klinis sebagai waktu di mana seorang wanita tidak
mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak
teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode
menstruasi. Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama menopause
(kurang lebih sepertiga dari masa hidup) terus meningkat, usia onset
menopause tidak banyak berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. Berdasarkan
survei Perkumpulan Menopause Indonesia tahun 2005, usia menopause
rata-rata wanita Indonesia adalah 49±0,2 tahun (Soewondo, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause antara lain:
usia awal haid (menarche), genetik, diabetes melitus, perokok berat dan
minum alkohol, kurang gizi, wanita vegetarian, sosial ekonomi (Baziad,
2003). Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa DM tipe 1 secara
signifikan merupakan faktor risiko pada percepatan usia awal menopause dan
commit to user
17% bila dibandingkan dengan wanita tanpa penyakit diabetes (Dorman,
2001). Dalam laporan lain diungkapkan bahwa wanita dengan DM tipe 1
rata-rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat daripada saudara
perempuan mereka yang tidak menderita diabetes, sedangkan pada DM tipe 2
tidak demikian (Harris, 2008). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara DM tipe 2 terhadap usia awal
menopause (Lopez, 2000).
Sampai saat ini, penelitian ilmiah mengenai dampak penyakit DM tipe
1 terhadap usia awal menopause relatif masih sedikit. Di samping itu wanita
dalam masa perimenopause sendiri akan mengalami keluhan-keluhan yang
membuat mereka tidak nyaman seperti disfungsi seksual, dan peningkatan
risiko penyakit jantung (Greene, 2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan penyakit diabetes
melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.
B.
Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan
commit to user
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit diabetes
melitus tipe 1 dengan usia awal menopause
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu kedokteran dan
penelitian selanjutnya tentang hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1
dengan usia awal menopause.
2.
Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan masyarakat terutama para wanita dengan DM
tipe 1 mengenai risiko percepatan usia awal menopause sehingga bisa
dilakukan edukasi sebagai upaya promotif-preventif terhadap konsekuensi
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, kata
men
dan
pausis
.
Men
berarti menstruasi haid, atau datang bulan, sedangkan
pausis
berarti
berhenti, penghentian, atau
stop
. Jadi, menopause dapat diartikan
sebagai mati haid (Gultom, 2003).
Menopause merupakan suatu proses alamiah, perjalanan normal
seorang wanita, sesuai dengan pertambahan umur, tentunya semua
fungsi organ tubuh juga mulai menunjukkan adanya
perubahan-perubahan yang sangat signifikan (Gultom, 2003).
Menurut Guyton
et al.
(2007), menopause diartikan sebagai
periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita
menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada. Selain definisi di
atas, menopause juga didefinisikan sebagai menstruasi paling akhir
sampai tidak mendapat menstruasi selama 12 bulan. Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu
commit to user
b. Penggolongan Menopause
ü
Menurut etiologinya ada dua macam menopause yaitu:
a)
Menopause fisiologi
Penyebab menopause fisiologi adalah
burning out
ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira
400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan
berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi.
Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel
primordial yang akan dirangsang oleh
Folikel Stimulating
Hormone
(FSH) dan
Luteinizing Hormone
(LH). Kemudian
produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel
primordial mencapai nol (Guyton
et al.
, 2007).
Saat wanita berada pada masa menjelang menopause
(perimenopause), FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar
hiposisis secara normal. Akan tetapi, karena ovarium semakin tua,
maka kedua ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH
sebagaimana mestinya. Akibatnya, estrogen dan progesteron yang
diproduksi juga semakin berkurang. Menopause terjadi ketika
kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon
tersebut dalam jumlah yang cukup untuk dapat mempertahankan
commit to user
Ketika produksi estrogen di bawah nilai kritis, estrogen
tidak lagi dapat menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH.
Sebaliknya, FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah
menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel
primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh
ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton
et al.
, 2007).
b)
Menopause artifisial atau buatan
Menopause artifisial ialah berhentinya haid yang
disebabkan
intervensi
medis
tertentu.
Misalnya
bedah
pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur
dan fungsinya sebelum usia menopause alami. Demikian pula
obat-obatan tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan agen
kimiawi untuk merawat berbagai penyakit, khususnya kanker)
dapat menyebabkan berhentinya haid (Suryoprajogo, 2009).
Menopause artifisial umumnya menimbulkan keluhan yang lebih
banyak dibandingkan dengan menopause alamiah (Prawirohardjo,
2007).
ü
Menurut onset terjadinya ada empat macam menopause yaitu
(Spencer, 2007):
a)
Menopause dini: menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun
commit to user
c)
Menopause normal: menopause yang terjadi usia 45-55 tahun
d)
Menopause lambat: menopause yang terjadi diatas usia 55 tahun
c.
Gejala Menopause
Hal yang menjadi perhatian utama saat menopause adalah
terjadinya defisensi hormon estrogen. Setelah menopause, ovarium
berhenti memproduksi sejumlah besar estrogen, oleh karena itu, gejala
dan penyakit yang berkaitan dengan defisiensi estrogen juga meningkat
(Shifren, 2007). Menopause merupakan suatu hal yang negatif bagi
sebagian wanita karena dianggap sebagai awal proses penuaan dan
timbulnya berbagai macam penyakit. Menopause bukanlah suatu
penyakit yang perlu diterapi, tetapi terkadang terapi diperlukan dalam
masa transisi memasuki masa menopause untuk mengurangi gejala yang
menyertainya dan untuk mencegah penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan menopause dan masa tua (Smith,
et al
., 2000).
Menurut National Institutes of Health (2005) gejala utama pada
menopause antara lain:
a. gejala vasomotor : gejolak panas (
hot flashes
), berkeringat pada
malam hari (
night sweats
).
b.
Amenorrhea
commit to user
Gejala lainnya meliputi gangguan saat tidur, kehilangan gairah
seksual, stres inkontinensia urin, keluhan somatik, dan gangguan
psikogenik (NIH, 2005), mudah lelah, iritabilitas, susah tidur
(
insomnia
), palpitasi, ingatan menurun, sulit berkonsentrasi, perubahan
mood,
dan depresi (Spencer, 2007).
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause
a.
Usia saat haid pertama kali (menarche)
Terdapat hubungan antara usia pertama kali mendapat haid
dengan usia seorang wanita memasuki menopause (Kasdu, 2002).
Wanita yang terlambat mendapat haid, misalnya pada usia 16 atau
17 tahun, akan mengalami menopause lebih awal. Sedangkan wanita
yang cepat mendapat haid, misalnya pada usia 10 atau 13 tahun,
cenderung lebih lambat memasuki masa menopause (Wirakusumah,
2003).
b.
Faktor keturunan
Pada umumnya, banyak wanita yang tampaknya mengalami
menopause pada usia yang mirip dengan ibunya, jadi ada
kemungkinan faktor genetis yang menentukan usia menopause
commit to user
c.
Merokok
Merokok terbukti dapat meningkatkan risiko mengalami
menopause dini. Semakin lama menjadi perokok, terlebih jika
perokok berat, semakin cepat seseorang wanita akan mengalami
menopause (Spencer, 2007).
d.
Pernikahan
Wanita yang telah menikah umumnya mendapat menopause
satu tahun lebih lambat daripada mereka yang tidak menikah
(Wirakusumah, 2003).
e.
Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia
mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan,
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi dan
akan memperlambat proses penuaan tubuh (Kasdu, 2002).
f.
Diabetes melitus
DM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi usia
awal menopause. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian di
Amerika yang menyebutkan bahwa DM tipe 1 menyebabkan
penurunan usia reproduktif sebesar 17% bila dibandingkan dengan
wanita tanpa DM dan secara signifikan merupakan faktor risiko pada
commit to user
DM tipe 1 rata-rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat
daripada saudara perempuan mereka yang tidak menderita diabetes,
sedangkan pada DM tipe 2 tidak demikian (Harris, 2008).
g.
Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan
hormon steroid (estrogen, progesteron dan derivatnya) yang
dimasukkan dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya ovulasi pada
seorang wanita. Untuk mencapai tujuan tersebut, kontrasepsi
hormonal dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain
penggunaan obat per oral, suntikan, intra-vaginal atau implantasi
subkutan. Pil hormonal yang dipakai sekarang adalah tidak terbuat
dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid
sintetik (Prawirohardjo, 2007).
Wanita yang menggunakan kontrasepsi jenis hormonal akan
lebih lama memasuki masa menopause karena cara kerja kontrasepsi
yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel
telur (Kasdu, 2002).
h.
Pengangkatan rahim (histerektomi)
Pengangkatan
rahim
pada
wanita
usia
reproduksi
mengakibatkan turunnya atau menghilangnya secara tiba-tiba
commit to user
progesteron. Hal ini menyebabkan terjadinya keluhan menopause
dini (Spencer, 2007).
i.
Radiasi
Pengobatan ini sebenarnya ditujukan untuk membunuh sel
kanker, tetapi sayangnya juga dapat merusak ovarium. Hal ini adalah
salah satu penyebab
premature ovarian failure
(POF) (Spencer,
2007).
2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah (Gustaviani, 2007).
a.
Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
commit to user
Menurut American Diabetes Association 2005 Diabetes Melitus
diklasifikasikan menjadi:
1) Diabetes melitus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan
idiopatik.
2) Diabetes Melitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3) Diabetes Melitus tipe lain:
commit to user
b) Defek genetik kerja insulin: resisitensi insulin tipe A,
leprechaunism
, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik,
dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas: pankreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, dan lainnya.
d) Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia
f) Infeksi: rubella kongenital, Citomegalovirus , dan lainnya.
g) Imunologi (jarang): sindrom”Stiff-man”, antibodi antireseptor
insulin, dan lainnya.
h) Sindrom genetik lain: sindrom Down, sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Wolfram, ataksia Friedreich, korea
Huntington, sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik,
porfiria, sindroma Prader Willi, dan lainnya.
4) Diabetes
melitus
Kehamilan/gestasional:
secara
tradisional
merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita
commit to user
c.
Diabetes Melitus tipe 1
Pada diabetes melitus tipe 1, pankreas tidak memproduksi
insulin. Insulin adalah hormon yang berpengaruh dalam regulasi tubuh
untuk mengubah glukosa menjadi energi. Orang dengan diabetes tipe 1
memerlukan insulin harian dan harus berhati-hati memonitor kada
glukosa darah. Diabetes melitus tipe 1 lebih sedikit daripada diabetes
tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dapat diderita pada semua usia, tetapi
biasanya pertama kali didiagnosis saat anak-anak atau dewasa muda
yakni sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes (Bare and Suzanne, 2002). Dari keseluruhan kasus
diabetes melitus, diabetes melitus tipe 1 berjumlah sekitar 5-10%
(Greene, 2010).
Diabetes melitus tipe 1 dapat dikatakan suatu penyakit autoimun
yang mempengaruhi pankreas. Sel beta pankreas yang memproduksi
insulin rusak, sehingga akan terjadi kekurangan insulin secara absolut.
Tanpa insulin untuk memindahkan glukosa ke dalam sel, kadar glukosa
menjadi tinggi, kondisi ini disebut hiperglikemia. Karena tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa, maka akan keluar melalui urin dan akan
hilang. Gejala-gejalanya meliputi: Badan lemah, berat badan berkurang,
sering buang air kecil, dan mudah lapar dan haus adalah
commit to user
Menurut Greene (2010) laki-laki dan perempuan mempunyai
risiko yang sama untuk menderita diabetes melitus tipe 1, dengan faktor
resiko antara lain:
·
Menderita sakit saat masih usia dini (
early infant
)
·
Memiliki orang tua dengan diabetes melitus tipe 1 (faktor risiko
akan meningkat jika ayahnya menderita diabetes melitus tipe 1)
·
Memiliki ibu yang menderita preeklampsia selama hamil
·
Memiliki penyakit autoimun lain seperti penyakit Grave, tiroiditis
Hashimoto (salah satu bentuk hipotiroidisme), penyakit Addison,
multiple sklerosis atau anemia pernisiosa.
d.
Komplikasi Diabetes Melitus tipe 1
Komplikasi DM dapat dikategorikan menjadi (FK UI, 2001):
a)
Akut
1)
Koma hipoglikemia
2)
Ketoasidosis
3)
Koma hiperosmolar nonketotik
b)
Kronik
1)
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar yaitu
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah
commit to user
2)
Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil yaitu retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
3)
Neuropati diabetik.
4)
Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
Diabetes dapat menyebabkan komplikasi spesifik pada wanita.
Wanita dengan diabetes akan mengalami peningkatan risiko terkena
penyakit infeksi, gangguan dalam kesehatan seksual, penurunan
lubrikasi vagina yang menyebabkan nyeri atau tidak nyaman saat
senggama (Greene, 2010).
Pada wanita hamil dengan diabetes terjadi peningkatan risiko
cacat pada bayi. Kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan
mempengaruhi perkembangan organ janin selama 6 minggu awal. Pada
wanita dengan DM tipe 1, kehamilan dapat mempengaruhi dosis insulin
yang mereka butuhkan (Greene, 2010).
DM tipe 1 juga dapat mempengaruhi usia menopause.
Perubahan kadar estrogen dan kadar hormon lainnya yang terjadi
selama masa perimenopause dapat menyebabkan fluktuasi kadar
glukosa darah. Wanita dengan diabetes juga akan mengalami
commit to user
menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit jantung (Greene,
2010).
3. Hubungan Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Menopause
Seiring bertambahnya usia, fungsi ovarium akan menurun sehingga
menyebabkan produksi estrogen dan progesteron berkurang. Hal ini
menyebabkan gejala menopause (Spencer, 2007). Menurut penelitian dari
Dorman
et al
(2001) dan Harris (2008), salah satu faktor yang
mempercepat menopause adalah diabetes melitus tipe 1. Menurut Harris
(2008) wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause pada usia 8
tahun lebih muda dibandingkan dengan wanita non DM. Hal ini
menyebabkan penurunan usia reproduktisf sebesar 17% pada wanita
dengan DM tipe 1 (Dorman, 2001).
Pada DM tipe 1 terjadi defisiensi insulin absolut dan peningkatan
hormon glukagon, katekolamin dan kortisol (Soewondo, 2007).
Peningkatan hormon kortisol tersebut mempengaruhi hipofisis yang
menyebabkan penurunan hormon gonad sehingga akan mempengaruhi
pembentukan estrogen dan progesteron (Sherwood, 2006).
Defisiensi insulin absolut yang terjadi pada DM tipe 1 juga
mempengaruhi hipofisis yang menyebabkan penurunan sekresi FSH dan
LH oleh hiposisis. Penurunan sekresi FSH dan LH menyebabkan
commit to user
pembentukan korpus luteum dan juga menyebabkan penurunan
stereidogenesis oleh sel granulosa dan sel teka ovarium sehingga akan
diikuti penurunan hormon estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2007).
Lebih lanjut defisiensi insulin juga menurunkan fungsi seluler dari sel-sel
granulosa ovarium sehingga menyebabkan penurunan produksi hormon
estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2009). Selanjutnya hal ini akan
commit to user
Gambar 2.1 Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Nong, 2010)
pankreasKelenjar
adrenal tiroid
Kelenjar endokrin lain Kelenjar hipofisis
hipotalamus
ovarium Estrogen