• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
423
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)

TAHUN 2012

P

ERATURAN

G

UBERNUR

D

AERAH

I

STIMEWA

Y

OGYAKARTA

N

OMOR

20

T

AHUN

2011

T

ENTANG

R

ENCANA

K

ERJA

P

EMBANGUNAN

D

ERAH

(2)

i

DAFTAR ISI

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2011

Daftar Isi ... i

ii

Lampiran Pergub Nomor 20 Tahun 2011 ...

iii

Bab I

Pendahuluan ...

1

1.1.

Latar Belakang ...

1

1.2.

Dasar Hukum ...

5

1.3.

Hubungan antar Dokumen ...

6

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD ...

7

1.5.

Maksud dan Tujuan ...

8

Bab II

Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintahan ...

10

2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah ...

10

2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi ...

10

2.1.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat ...

19

2.1.3.

Aspek Pelayanan Umum ...

27

2.1.4.

Aspek Daya Saing Daerah...

28

2.2.

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan

RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD ...

29

2.3.

Permasalahan Pembangunan Daerah ...

54

Bab III

Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan

Daerah ...

68

3.1.

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ...

68

3.1.1.

Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun

2011 ...

68

3.1.2.

Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2011

dan Tahun 2012 ...

75

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah ...

94

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan ...

97

(3)

ii

Bab IV

Tema, Prioritas Dan Sasaran Pembangunan Daerah ...

106

4.1. Tema Pembangunan Daerah ...

106

4.2. Prioritas Pembangunan Daerah ...

107

4.3. Sasaran Pembangunan Daerah ...

110

Bab V Rencana Program Dan Kegiatan Prioritas Daerah ...

115

(4)

iii

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Tahun 2012

- 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD

adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau

disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.

Sebagai dokumen rencana tahunan daerah, RKPD mempunyai kedudukan

yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah mengingat

beberapa hal sebagai berikut :

1.

RKPD merupakan dokumen yang secara substansial merupakan

penerjemahan dari visi, misi dan program kepala daerah yang

ditetapkan dalam RPJMD kedalam program dan kegiatan pembangunan

tahunan daerah.

2.

RKPD memuat arahan operasional pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan tahunan bagi seluruh satuan kerja perangkat daerah

dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja-SKPD).

3.

RKPD merupakan acuan Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan

Kebijakan Umum APBD dan penentuan prioritas serta pagu anggaran

yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

4.

RKPD

merupakan

salah

satu

instrumen

evaluasi

kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Melalui evaluasi terhadap

pelaksanaan RKPD ini dapat diketahui sampai sejauh mana capaian

kinerja

RPJMD

sebagai

wujud

dari

kinerja

penyelenggaraan

pemerintahan daerah hingga tahun berkenaan.

Mengingat posisi strategis dokumen RKPD dalam penyelenggaraan

pemerintahan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka perhatian

yang besar pantas diberikan sejak awal tahapan penyusunan hingga

penetapan dokumen RKPD sehingga dapat dihasilkan dokumen RKPD yang

berkualitas. Berkualitas dalam hal ini adalah telah memenuhi kriteria

sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan daerah antara lain :

1.

Disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya.

(10)

Tahun 2012

- 2 -

3.

Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus konsisten dengan

program dan kegiatan yang disepakati oleh seluruh pemangku

kepentingan dalam forum Musrenbang.

4.

Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus dilengkapi dengan

indikator kinerja hasil (outcome) untuk program dan indikator kinerja

output untuk kegiatan, yang bersifat realistis dan terukur.

5.

Program dan kegiatan dalam RKPD harus dilengkapi dengan pendanaan

yang menunjukkan prakiraan maju.

Aspek penting yang perlu mendapat perhatian kita semua dalam upaya

mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan nasional adalah

keselarasan antara rencana pembangunan daerah dengan rencana

pembangunan nasional. Terkait dengan hal tersebut maka pada tanggal 31

Maret 2010 telah dikeluarkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri,

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010,

Nomor 0199/MPPN/04/2010 dan Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang

Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2010

2014.

RKPD disusun melalui proses panjang selama kurang lebih 4 (empat) bulan

dengan tahapan sebagai berikut:

1.

Persiapan penyusunan RKPD.

Pada tahap persiapan ini serangkaian aktivitas yang dilakukan meliputi:

a. Penyusunan

rancangan

keputusan

kepala

daerah

tentang

pembentukan tim penyusun RKPD;

b. Orientasi mengenai RKPD oleh tim penyusun RKPD;

c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD;

d. Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.

2.

Penyusunan rancangan awal RKPD.

Pada tahap penyusunan rancangan awal RKPD aktivitas yang dilakukan

terdiri atas perumusan dan penyajian rancangan awal RKPD.

a.

Perumusan rancangan awal RKPD.

Dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut:

1)

Pengolahan data dan informasi.

2)

Analisis gambaran umum kondisi daerah.

3)

Analisis ekonomi dan keuangan daerah.

4)

Evaluasi kinerja tahun lalu.

5)

Penelaahan terhadap kabijakan pemerintah nasional.

6)

Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi.

7)

Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi.

(11)

Tahun 2012

- 3 -

9)

Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta

pagu indikatif.

10)

Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif.

11)

Pelaksanaan forum konsultasi publik.

12)

Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu

indikatif.

b.

Penyajian rancangan awal RKPD.

Rancangan awal RKPD disajikan dengan sistematika paling sedikit

sebagai berikut:

1)

Pendahuluan.

2)

Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu.

3)

Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka

pendanaan.

4)

Prioritas dan sasaran pembangunan.

5)

Rencana program prioritas daerah.

3.

Penyusunan rancangan RKPD.

Penyusunan rancangan RKPD merupakan proses penyempurnaan

rancangan awal RKPD menjadi rancangan RKPD berdasarkan hasil

verifikasi Renja SKPD.

Verifikasi sebagaimana dimaksud, adalah

mengintegrasikan program, kegiatan, indikator kinerja dan dana

indikatif pada setiap rancangan Renja SKPD provinsi sesuai dengan

rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD provinsi.

4.

Pelaksanaan musrenbang RKPD.

Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan,

klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD.

Penajaman,

penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud,

mencakup:

a. Program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah provinsi dengan

arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta

usulan program dan kegiatan hasil musrenbang kabupaten/kota.

b. Usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat

kepada pemerintah daerah provinsi pada musrenbang RKPD

kabupaten/kota dan/atau sebelum musrenbang RKPD provinsi

dilaksanakan.

c. Indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan

provinsi.

d. Prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan.

e. Sinergi dengan RKP.

5.

Perumusan rancangan akhir RKPD.

(12)

Tahun 2012

- 4 -

6.

Penetapan RKPD.

RKPD ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah RKP ditetapkan.

Rancangan awal RKPD disusun berpedoman pada RPJMD dan mengacu

pada RPJMN.

Berpedoman pada RPJMD dilakukan melalui penyelarasan:

1.

Prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah provinsi dengan

program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi.

2.

Rencana program serta kegiatan prioritas tahunan daerah provinsi

dengan indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam

RPJMD provinsi.

Sedangkan mengacu pada RPJMN dilakukan melalui penyelarasan program

dan kegiatan pembangunan daerah provinsi dengan prioritas pembangunan

nasional.

Penyusunan RKPD Tahun 2012 merupakan penjabaran tahun ke-4 dari

RPJMD 2009-2013.

RKPD yang telah ditetapkan digunakan sebagai

landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Gambar I.1

Bagan Alir Perumusan Awal Prioritas dan Program Pembangunan Daerah

pada Tahap Penyusunan Rancangan Awal RKPD

Indikasi Program Prioritas th..(n) Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahunan Periode ..(N)

Penyusunan

Renja-SKPD

RKP

PENYELENGGARAAN MUSRENBANG RKPD

Prioritas (Program) Pembangunan Nasional th..(n)

Rancangan Prioritas Program & Kegiatan

Prioritas Pemb., Program, & Kegiatan th …(n)

RPJMD

RPJPD

Renstra

SKPD

Program & Kegiatan th..(n)

Prioritas Program &

Kegiatan th …(n)

Rancangan Prioritas Program & Kegiatan Review prioritas

dan target program RPJMD

Telaahan kebijakan nasional Perumusan prioritas dan

sasaran pembangunan

Pelaksanaan Forum Konsultasi

Publik Penyusunan Ranc.

Awal RKPD

Review hasil evaluasi RKPD

tahun lalu

(13)

Tahun 2012

- 5 -

1.2.

Dasar Hukum

Penyusunan RKPD Provinsi DIY Tahun 2012 mendasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955;

2.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;

5.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

6.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1950

tentang Berlakunya Undang-undang Nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950;

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah;

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006

tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan;

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006

tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

10.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

11.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

12.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

13.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

(14)

Tahun 2012

- 6 -

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

17.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun

2005 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah

dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2009;

18.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun

2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DIY

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2008;

19.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun

2007 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta;

20.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun

2005-2025;

21.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2009-2013;

22.

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 30 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Program/Kegiatan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta;

1.3.

Hubungan antar Dokumen

(15)

Tahun 2012

- 7 -

DIACU

PEDOMAN

PEDOMAN

DIJABARKAN

DIJABARKAN

PEDOMAN

PEDOMAN

DIACU

DIPERHATIKAN

DIACU/DISERASIKAN

20 TAHUN

5 TAHUN

1 TAHUN

Gambar I.2

Hubungan dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional, Daerah, dan

SKPD

Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama

para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan

masing-masing, selain itu juga dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang

dimiliki daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD

RKPD disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

1.

Bab I Pendahuluan.

Berisi gambaran umum penyusunan RKPD yang meliputi latar belakang,

dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika

dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan RKPD agar

substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik.

2.

Bab II Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintahan.

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kondisi daerah, evaluasi

pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan

realisasi RPJMD, serta permasalahan pembangunan daerah.

3.

Bab III Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka

pendanaan.

Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan

tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan

ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah

daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah

meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

RPJPN

RTRWN

RPJPD

RTRWD

RPJPM

DAERAH

RPJM

NASIONAL

RKP

RKPD

RENSTRA

SKPD

(16)

Tahun 2012

- 8 -

4.

Bab IV Prioritas dan sasaran pembangunan.

Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi

pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan

dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat

daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta

kerangka pendanaan.

5.

Bab V Rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas

daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan,

kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang

direncanakan dalam RPJMD.

1.5.

Maksud dan Tujuan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang memuat rancangan

kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah,

rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang disusun dengan

maksud untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

guna peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek

pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap

pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks

pembangunan manusia dalam kurun waktu 1 (satu) tahun kedepan.

(17)

Tahun 2012

- 9 -

Gambar I.3

(18)

Tahun 2012

- 10 -

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1

.

Karakteristik dan batas wilayah administrasi

2.1.1.1.1.

Luas dan batas wilayah administrasi

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provisi dari 33 provinsi di

wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah, mempunyai luas wilayah

3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²), merupakan

provinsi terkecil setelah provinsi DKI Jakarta, yang terdiri dari :

-

Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km² (18,40 persen)

-

Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km² (15,91 persen)

-

Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen)

-

Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km² (18,04 persen)

-

Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km² (1,02 persen)

Gambar II.1

Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka 2010)

Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan

di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh wilayah provinsi

Jawa Tengah yang meliputi :

-

Kabupaten Klaten di sebelah timur laut

-

Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara

-

Kabupaten Purworejo di sebelah Barat

(19)

Tahun 2012

- 11 -

2.1.1.1.2.

Letak dan Kondisi Geografis

Berdasarkan posisi astronomis, Provinsi DIY terletak antara 7°.33 - 8°.12 Lintang

Selatan dan 110°.00 - 110°.50 Bujur Timur. Dari sisi geostrategik, Provinsi DIY

sangat diuntungkan karena terletak dibagian tengah pulau jawa yang dikelilingi oleh

wilayah administratisi provinsi Jawa Tengah dan provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan satuan fisiografis, sebagian besar wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m

999 m sebesar 5,04 persen dan

ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47 persen, selanjutnya secara rinci Daerah

Istimewa Yogyakarta terdiri dari :

-

Pegunungan Selatan, dengan luas ± 1.656,25 km² dengan ketinggian 150

700 m

-

Gunung berapi Merapi, dengan luas ± 582,81 km² dengan ketinggian 80

2.911 m

-

Dataran rendah antara pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo,

dengan luas ± 215,62 km² dengan ketinggian 0

80 m

-

Pegunungan Kulonprogo dan Daetaran Rendah Selatan dengan luas

706,25 km² dengan ketinggian 0

572 m

Kondisi atau kawasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terdapat kawasan

pedalaman dan kawasan yang terpencil. Pada wilayah pesisir terdapat 33 desa yang

berada di sepanjang wilayah selatan Kabupaten Kulonprogo, Bantul sampai dengan

Kabupaten Gunungkidul. Untuk wilayah daratan yang datar terdapat 305 desa atau

69,6 persen dari seluruh desa di DIY. Sedangkan desa yang terdapat di lereng

maupun punggung bukit sebanyak 100 desa, sementara di DIY ditengarai tidak ada

desa yang berada di lembah atau daerah aliran sungai. Namun sesuai dengan hasil

rapat verifikasi dari Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dilaksanakan

pada tanggal 10 Juli 2007 di Yogyakarta, telah dihasilkan daftar pulau di wilayah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebanyak 28 pulau, yang kesemuanya

masuk dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagaimana tersebut di bawah ini :

Tabel II.1

No

Kecamatan

Desa

Nama Pulau

1

2

3

4

Purwosari

Panggang

Tanjungsari

Tepus

Giricahyo

Giriwungu

Kemadang

Banjarejo

Ngestirejo

Sidoharjo

Tepus

Purwodadi

Gunungsemar

Payung

Ngrawe

Jumpina

Lawang

Drini

Watupayungsiratan

Watulawang

Timang

Ngondo

(20)

Tahun 2012

- 12 -

No

Kecamatan

Desa

Nama Pulau

5

Girisubo

Jepitu

Tileng

Pucung

Songbanyu

Watutogog

Jungwok

Watutopi

Ngusalan

Kalong

Amben

Watugrek

Gungunggandul

Godeg

Baron

Layar

Krokoh

Sumber : Dirjen Pemerintahan Umum (Depdagri)

2.1.1.1.3.

Topografi

Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65% wilayah

terletak pada ketinggian antara 100

499 m dari permukaan laut, 28,84% wilayah

dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan ketinggian antara

500

999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m. Berdasarkan

satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:

-

Satuan Pegunungan Selatan, seluas ± 1.656,25 km², ketinggian 150

700

m, terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang merupakan

wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus, dan selalu

kekurangan air. Pada bagian tengah berupa dataran Wonosari basin. Wilayah

ini merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu

gamping, yang mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi

penutup yang relatif jarang;

-

Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas ± 582,81 km², ketinggian 80

2.911

m, terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung

Merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian

Kabupaten Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik. Daerah kerucut

dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan

resapan air;

-

Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo

seluas ± 215,62 km², ketinggian 0

80 m, merupakan bentang alam fluvial

yang didominasi oleh dataran Alluvial. Membentang di bagian selatan DIY

mulai Kabupaten Kulon Progo sampai Kabupaten Bantul yang berbatasan

dengan Pegunungan Seribu. Daerah ini merupakan wilayah yang subur.

-

Bentang alam lain yang belum digunakan adalah bentang alam marine dan

aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai yang terbentang dari

Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul. Khusus Pantai Parangtritis, terkenal

dengan laboratorium alamnya berupa gumuk pasir. Pegunungan Kulon Progo

dan Dataran Rendah Selatan seluas ± 706,25 km², ketinggian 0

572 m,

(21)

Tahun 2012

- 13 -

Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 2

mm

402,2 mm yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Menurut

Stasiun Geofisika Yogyakarta, suhu udara minimum DIY 19,69º C, sedangkan suhu

maksimum 33,43º C. Kelembaban udara rata - rata terendah 42,21º C, tertinggi

95,75 º C. Tekanan udara rata - rata 1010 mbs dengan tekanan rata - rata terendah

1008 mbs pada bulan Februari dan rata - rata tertinggi pada bulan Juli sampai

dengan Oktober, yakni 1012 mbs.

Tabel II.2

Tekanan dan Kelembaban Udara di Provinsi DIY, 2010

Bulan

Tekanan Udara

Rata - rata (Mbs)

Kelembaban

(persen)

Rata - rata

Suhu Udara

C )

Curah

Hujan

(mm)

Januari

995,90

82,00

26,30

227,00

Februari

996,10

84,00

26,50

173,90

Maret

995,90

83,00

26,80

259,30

April

995,60

83,00

26,90

150,70

Mei

994,20

85,00

26,80

208,10

Juni

996,10

82,00

26,40

80,90

Juli

996,10

81,00

25,90

87,20

Agustus

996,20

78,00

26,30

107,10

September

995,50

83,00

26,20

396,20

Oktober

994,90

83,00

26,10

321,90

November

994,20

83,00

26,40

342,40

Desember

992,30

85,00

25,70

374,20

Rata - rata

995,25

82,66

26,36

227,41

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Yogyakarta, 2010

Dilihat dari jenis tanah, dari 3.185,80 km² luas Daerah Istimewa Yogyakarta, 33,04%

merupakan jenis tanah Lithosol, 27,08% merupakan tanah Regosol, 12,38% tanah

Lathosol, 10,96% tanah Grumusol, 10,84% tanah Mediteran, 3,22% Alluvial dan

2,47% adalah tanah jenis Rensina.

2.1.1.1.4.

Geologi

Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas DI

Yogyakarta, 33,05 persen merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09 persen Regosol,

12,38 persen Lathosol, 10,97 persen Grumosol, 10,84 persen Mediteran, 3,19

persen Alluvial, dan 2,48 persen adalah tanah jenis Rensina.

2.1.1.1.5.

Hidrologi

2.1.1.1.5.1.

Klimatologi

Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau

dan musim penghujan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara Adisucipto,

suhun udara rata-rata di Yogyakarta tahun 2009 menunjukkan angka 26,66° C lebih

tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2008 yang tercatat sebesar

26,11° C. Curah hujan berkisar antara 0 mm

316,5 mm dengan hari hujan per

bulan antara 0,0 kali

24,0 kali. Sedangkan kelembaban udara tercatat antara 22

persen

96 persen, tekanan udara natara 1.004 mb

1.014,8 mb, dengan arah

(22)

Tahun 2012

- 14 -

2.1.1.1.6.

Penggunaan lahan

Penggunaan lahan di Provinsi DIY didasarkan pada kawasan budidaya yang

dibedakan menjadi lahan sawah (basah) dan bukan sawah (kering). Sesuai dengan

data tahun 2009 bahwa luas sawah di Provinsi DIY sebesar 56.712 hektar, lahan

kering seluas 170.998 hektar dan lahan bukan pertanian seluas 90.870 hektar.

Sedangkan luas hutan di DIY adalah 18.715,06 hektar yang terdiri dari hutan

produksi 13.411,70 ha; hutan lindung 2.312,80 ha; hutan konversi 2.990,56 ha.

2.1.1.1.7.

Potensi pengembangan wilayah

2.1.1.1.7.1.

Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, wilayah DIY

memiliki kondisi yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh

faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan.

Potensi bencana yang disebabkan oleh faktor alam yang mengancam wilayah DIY

meliputi:

a.

Bencana alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman

bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak

Merapi.

b.

Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan

Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat,

serta pada lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam

wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah

Kabupaten Bantul.

c.

Banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten

Kulon Progo dan Kabupaten Bantul.

d.

Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul

bagian selatan, khususnya pada kawasan bentang alam karst.

e.

Tsunami, berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul, khususnya pada pantai

dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut.

f.

Bencana alam akibat angin, berpotensi terjadi di wilayah pantai selatan

Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah-daerah Kabupaten

Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta.

g.

Gempa bumi, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi

tektonik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan dengan kawasan

tumbukan lempeng (

subduction zone

) di dasar Samudra Indonesia yang

berada di sebelah selatan DIY. Selain itu secara geologi di wilayah DIY

terdapat beberapa patahan yang diduga aktif. Wilayah dataran rendah yang

tersusun oleh sedimen lepas, terutama hasil endapan sungai, merupakan

wilayah yang rentan mengalami goncangan akibat gempa bumi.

(23)

Tahun 2012

- 15 -

Gambar II.2

Kerangka Pemikiran

Potensi Pengembangan Kawasan Budidaya

2.1.1.2.

Demografi

2.1.1.2.1.

Penduduk

Berdasarkan hasil Proyeksi SUPAS 2005, tahun 2009 jumlah penduduk Provinsi DIY

tercatat 3.501.869 jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 48,87 persen

dan penduduk perempuan 51,13 persen. Menurut daerah, persentase penduduk

kota mencapai 64,48 persen dan penduduk desa mencapai 35,52 persen (Susenas

Juli 2009).

Pertumbuhan penduduk pada tahun 2009 sebesar 0,96 persen relatif lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul,

Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta memiliki angka pertumbuhan di atas angka

provinsi, masing-masing sebesar 1,40 persen, 1,28 persen dan 1,26 persen. Dengan

luas wilayah 3.185,80 km², kepadatan penduduk di Provinsi DIY tercatat 1.099 jiwa

per km². Kepadatan tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta yakni 14.236 jiwa per km²

dengan luas wlayah hanya sekitar 1 persen dari luas provinsi DIY. Sedangkan

Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63 persen

mamiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 463 jiwa per km².

(24)

Tahun 2012

- 16 -

Gambar II.3

Sumber : BPS (DDA 2010)

Sedangkan jumlah penduduk hasil SENSUS Penduduk Tahun 2010 sebesar

3.452.390 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 1.705.404, perempuan 1.746.986,

sex rasio 97,62 persen, laju pertumbuhan 1,02 dan tingkat kepadatan penduduk

1.084 orang per km². adapun secara rinci sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel II.3

Jumlah Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010 menurut Jenis Kelamin dan

Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

Kabupaten/

Kota

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Sex

Rasio

laju

Pertumbuhan

Kepadatan

Kulonprogo

190,550

198,205

388,755

96.14

0,47

663

Bantul

453,981

456,591

910,572

99.43

1,55

1,797

Gunungkidul

326,227

348,181

674,408

93.69

0,06

454

Sleman

545,980

544,587

1,090,567

100.26

1,92

1,897

Kota

188,666

199,422

388,088

94.61

-0,22

11,941

DI.

Yogyakarta

1,705,404

1,746,986

3,452,390

97.62

1,02

1,084

(25)

Tahun 2012

- 17 -

Gambar II.4

Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka, 2010)

Jumlah pemeluk agama menurut golongan di Provinsi DIY tahun 2009 adalah : 1)

Islam 3.255.659 jiwa; 2) Kristen 95.462 jiwa; 3) Katholik 174.741 jiwa; 4) Hindu

6.061 jiwa; 5) Budha 5.399 jiwa dan 6) lainnya adalah 36 jiwa. Adapun secara

lengkap seperti tabel di bawah ini :

Tabel II.4

Jumlah Pemeluk Agama

Menurut Golongan dan Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Tahun 2009

Kabupaten/

Kota

Islam

Kristen

Katholik

Hindu

Budha

Lainnya

Jumlah

Kulonprogo

374,816

34,881 56,341

1,083

2,129

33

469,283

Bantul

833,388

14,327 20,712

625

425

869,477

Gunungkidul

457,051

7,111 23,165

34

695

1

488,057

Sleman

730,913

13,022 10,934

2,823

1,237

758,929

Yogyakarta

859,490

26,121 63,589

1,496

913

2

951,611

Provinsi DIY

3,255,658

95,462 174,741

6,061

5,399

36

(26)

Tahun 2012

- 18 -

2.1.1.2.2.

Tenaga Kerja

Pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Provinsi DIY pada tahun 2009 didukung oleh

93.864 orang pegawai negeri sipil. Ditinjau menurut level pemerintahan, pegawai

pemerintahan tersebar pada 5 Kabupaten/kota di DIY. Menurut golongan, dari total

PNS DIY, 2,82 persen menduduki golongan I, golongan II sebesar 22,69 persen,

47,63 persen menduduki golongan III, dan selebihnya golongan IV sebesar 26,86

persen.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mencatat jumlah pencari

kerja pada tahun 2009 sebanyak 135.207 orang, turun sekitar 2,24 persen

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 138.311 orang. Mereka terdiri dari 54,63

persen laki-laki dan 45,37 persen perempuan. Dari jumlah tersebut 40,32 persen

berpendidikan SLTA, 15,38 persen Diploma I-III, 40,90 persen Diploma IV-S1, serta

0,76 persen S2-S3, 2,86 persen adalah SLTP dan sisanya 0,57 persen

berpendididkan SD. peresentase lowongan pekerjaan yang tersedia dan penempatan

masing-masing adalah 15,47 persen dan 12,29 persen dari total pencari kerja.

Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2009, persentase penduduk DIY umur 15

tahun ke atas menurut kegiatan adalah 70,23 persen merupakan angkatan kerja

(66,01 persen bekerja dan 4,22 persen pengangguran), sedangkan sisanya sebesar

29,77 persen merupakan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga

dan lainnya masing-masing adalah 10,74 persen, 16,05 persen dan 2,98 persen).

Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekrja bergerak

pada sektor pertanian 30,10 persen, perdagangan 24,02 persen, jasa 17,69 persen,

industri 12,51 persen dan sisanya 15,67 persen di sektor-sektor lainnya. Adapun

secara rinci jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan di

Provinsi DIY tahun 2007 sampai dengan 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel II.5

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas

Menurut Kegiatan di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2007 - 2010

Kegiatan

Tahun

2007

2008

2009

2010

Angkatan Kerja

1,954,419

1,983,532

2,048,602

2,067,143

1. Bekerja

1,835,542

1,863,747

1,925,630

1,942,764

2. Pengangguran

118,877

119,785

122,972

124,379

Prosensentase

Pengangguran

6.08

6.04

6.00

6.02

Sumber : BPS (DIY Dalam Angka)

2.1.1.2.3.

Transmigrasi

(27)

Tahun 2012

- 19 -

2.1.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY tertinggi dan terendah masing-masing yaitu

5,02% (2008) dan 3,7% (2006), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 4,31%. Pada

tahun 2009 realisasi pertumbuhan ekonomi mencapai 4,47%. Nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009

mencapai Rp. 2.177,0 trilyun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007

masing-masing sebesar Rp. 2.082,3 trilyun dan Rp. 1.963,1 trilyun. Bila dilihat berdasarkan

harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp. 662,0 trilyun, yaitu dari Rp.

4.951,4 trilyun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 5.613,4 trilyun pada tahun

2009. Nilai PDRB Provinsi DIY berdasarakan lapangan usaha dengan harga konstan

tahun 2000, untuk kondisi tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai

berikut :

Tabel II.6

Nilai PDRB Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009 Berdasarkan Lapangan Usaha

(Harga Konstan Tahun 2000) dalam juta rupiah

Lapangan Usaha

Tahun

2006

2007

2008

2009

Pertanian

3,306,928

3,333,382

3,599,888 3,629,780

Pertambangan dan

Penggalian

126,137

138,358

134,928 149,250

Industri Pengolahan

2,481,167

2,528,020

2,656,739 2,599,260

Listrik, Gas dan Air

Bersih

152,862

165,772

178,105 185,600

Konstruksi

1,580,312

1,732,945

1,673,111 1,923,720

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

3,569,622

3,750,365

3,914,271 4,193,540

Transportasi dan

Komunikasi

1,761,672

1,875,307

1,994,241 2,118,670

Keuangan-Real

Estat-Jasa Perusahaa

1,591,885

1,695,163

1,832,327 1,903,410

Jasa-jasa

2,965,164

3,072,200

3,226,136 3,348,260

PDRB

17,535,749

18,291,512

19,209,746

(28)

Tahun 2012

- 20 -

Gambar II.5

Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY atas dasar harga konstan pada tahun 2010 naik

sebesar 4,87% terhadap tahun 2009 (BRS BPS 7 Pebruari 2011). Pertumbuhan

tertinggi di sektor keuangan sebesar 7,87 persen dan terendah di sektor pertanian

-0,7%. Sumber utama pertumbuhan dari sektor jasa-jasa 1,08 persen, diikuti sektor

perdagangan, hotel dan restoran 1,06 persen, sektor industri pengolahan 0,91

persen serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 0,75%. Sasaran

PDRB Provinsi DIY pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 45,59

triliun, sedangan atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 21,04 triliun.

Tabel II.7

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2009 dan 2010

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku

(Miliar Rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan

2000

(Miliar Rupiah)

Laju

Pertumbuhan

(Persen)

2009

2010

2009

2010

2009

2010

Pertanian

6.366,77

6.611,71

3.642,70

3.617,08 3,37

-0,7

Pertambangan

dan Penggalian

293,98

304,66

138,75

139,97 0,30

0,88

Industri

Pengolahan

5.528,86

6.396,64

2.610,76

2.793,58 1,88

7,00

Listrik, Gas dan

Air Bersih

560,32

607,07

185,60

193,03 6,10

4,00

Konstruksi

4.431,41

4.833,42

1.923,72

2.040,31 4,64

6,06

Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

8.165,61

9.008,18

4.162,12

4.373,85 5,43

5,09

Transportasi dan

Komunikasi

3.809,09

4.117,42

2.128,59

2.245,70 5,96

5,50

Keuangan-Real

Estat-Jasa

(29)

Tahun 2012

- 21 -

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku

(Miliar Rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan

2000

(Miliar Rupiah)

Laju

Pertumbuhan

(Persen)

2009

2010

2009

2010

2009

2010

Jasa-jasa

8.160,33

9.158,28

3.368,61

3.585,60 4,49

6,44

PDRB

41.407,05

45.591,85

20.064,26

21.042,27

4,39

4,87

PDRB menurut penggunaan provinsi DIY tahun 2010 jika dirinci menurut

komponen-komponen pengeluaran : konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan komponen loainnya

(gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori, dan

diskrepansi statistik) adalah seperti tabel di bawah ini :

Tabel II.8

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi DIY Menurut Penggunaan Tahun

2009 dan 2010

Lapangan

Usaha

Atas Dasar Harga

Berlaku

Atas Dasar

Harga

Konstan

2000

Laju

Pertumbuhan

Sumber

Pertumbuhan

2009

2010

2009

2010

2010

2010

Konsumsi

rumah tangga

20.610,79

23.198,86

9.211,15

9.881,63

7,28

3,34

Konsumsi

pemerintah

10.789,36

11.709,92

4.009,84

4,215,31

2,82

0,58

Pembentukan

Modal Tetap

Bruto (PMTB)

13.964,32

15.027,84

5.378,10

5.561,44

3,41

0,91

Lainnya

-3.957,42 -4.344,77

1.375,17

1.383,88

0,63

0,04

PDRB

41.407,05

45.591,85

20.064,26

21.042,27

4,87

4,87

ICOR sektoral pada tahun 2009 Provinsi DIY berada pada kisaran angka 6,11 yang

berarti bahwa untuk mengasilkan output Rp. 1,- diperlukan investasi sebesar Rp.

6,11,- lebih tinggi dibandingkan dengan ICOR pada tahun 2008 sebesar 5,12. Hal ini

berarti tingkat produktifitas investasi dan perekonomian di DIY menurun, hingga

menunjukkan pelambatan pertumbuhan ekonominya. Kondisi investasi di Provinsi

DIY yang tercermin pada angka pembentukan modal (investasi) bruto pada tahun

2009 sebesar 5.378.100,00 juta rupiah lebih tinggi dari tahun 2008 sebesar

4.934.009,00 juta rupiah, yang berarti meskipun mengalami pelambatan tapi tetap

terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 9%. Perkembangan investasi di Provinsi DIY

baik PMA maupun PMDN sejak tahun 2006

2009 menunjukkan arah peningkatan.

(30)

Tahun 2012

- 22 -

Tabel II.9

Perkembangan ICOR Provinsi DIY sampai dengan Tahun 2009

Tahun

PDRB

Juta (Rp)

Modal (Investasi) Bruto

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

ICOR

Juta (Rp)

% PDRB

2008

19,209,746

4,934,009

25,68

5,02

5,12

2009

20,051,500

5,378,100

26,82

4,39

6,11

1.

Inflasi

Berdasarkan Berita Resmi Statistik, bahwa tingkat inflasi Provinsi DIY pada tahun

2009 mencapai 3,42% yang jauh menurun tajam dibandingkan pada tahun 2008

namun masih sedikit lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 2,78%

(terendah sepanjang dekade sebelumnya). Dari tujuh kelompok pengeluaran

konsumsi yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK)nya, lima kelompok

pengeluaran yang mengalami kenaikan angka indeks yaitu : kelompok makanan jadi,

minuman, rokok & tembakau naik 0,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar naik sebesar 0,08 persen; kelompok sandang naik 1,00

persen; kelompok kesehatan naik sebesar 0,19 persen dan kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan naik sebesar 0,99 persen. Sebaliknya kelompok

bahan makanan turun sebesar 0,31 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga turun sebesar 0,03 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan sumbangan

terhadap inflasi umum antara lain : angkutan udara memberikan andil 0,14 persen;

beras memberikan andil 0,10 persen, telur ayam ras memberi andil 0,06 persen,

gula pasir dan emas perhiasan masing-masing memberikan andil sebesar 0,05

persen, wortel dan upah pembantu rumahtangga masing-masing memberikan andil

inflasi 0,02 persen. Berikut adalah tabel perkembangan inflasi Provinsi DIY Tahun

2006 sampai dengan tahun 2009 dan proyeksi tahun 2010 :

Tabel II.10

Perkembangan Inflasi Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009

Tahun

Angka Inflasi

2006

10,40

2007

7,99

2008

8,89

2009

3,42

2010

7,38

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi DIY

Terkait dengan kondisi pertumbuhan ekonomi sangat memberikan warna terhadap

perkembangan angka kemiskinan dimana sejak tahun 2006 sampai dengan tahun

2009 mengalami penurunan sebagaimana data tersebut di bawah ini :

2.

Investasi

Perkembangan investasi baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan

(31)

Tahun 2012

- 23 -

menunjukkan arah peningkatan. Pengaruh kuat gejolak ekonomi global terlihat

mengurangi berbagai persepsi positif pelaku usaha atas perbaikan iklim investasi

yang dicapai pada tahun 2010. Perbaikan iklim investasi di Indonesia, antara lain

tercernin dari membaiknya peringakat Indonesaia pada survey Doing Businees yang

dilakukan setiap tahun oleh Bank Dunia. Kondisi ini memberikan pengaruh positif

pula bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tercermin pada tahun 2006

hingga tahun 2010 yakni sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel II.11

Perkembangan Investasi di Provinsi DIY Tahun 2006 - 2010

Tahun

Angka Investasi

Total

Pertumbuhan

PMA (Rp)

PMDN (Rp)

(Rp)

(Persentase

2006

2,144,879

1,879,787

4,024,666

-70,075

-1,71

2007

1,801,533

2,278,166

4,079,699

55,033

1,37

2008

1,806,514

2,415,461

4,221,975

142,187

3,49

2009

1,882,514

2,508,131

4,390,645

168,757

3,99

2010

1,884,923

2,611,785

4,496,708

106,064

2,41

Gambar II.6

Sumber : BPS Prov. DIY (DDA 2010)

Penurunan angka kemiskinan tersebut di atas disertai dengan penurunan

ketimpangan pendapatan. Hal ini tercermin dari Indeks Gini yang cenderung

menurun, dan masuk pada kategori moderat dengan angka indeks antara 0,3

0,5.

Indeks Gini yang tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,37 dan terendah pada

tahun 2009 sebesar 0,30. Berikut adalah kondisi Indeks Gini di Provinsi DIY, Tahun

(32)

Tahun 2012

- 24 -

Tabel II.12

Indeks Gini di Provinsi DIY Tahun 2006 - 2009

Tahun

Indeks Gini

2006

0,36

2007

0,37

2008

0,36

2009

0,30

Sumber BPS (Beberapa tahun, diolah)

2.1.2.2

Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka

melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka

pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup

bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan dan rasio

penduduk yang bekerja.

a.

Angka Melek Huruf

Tabel II.13

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2006 s/d 2010

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No

Uraian

2006

2007

2008

2009

2010

1

Jumlah Penduduk

Usia di atas 15

tahun

yang bisa

membaca dan

menulis

89,65

89,90

90,00

98,67

-

2

Jumlah Penduduk

Usia di atas 15

tahun

Ke atas

2,700,274

2,755,799

2,836,178

2,871,719

2,894,561

3

Angka Melek

Huruf

86,67

86,67

87,78

90,18

98,18

Sumber : BPS (Daerah Dalam Angka)

(33)

Tahun 2012

- 25 -

b.

Angka Rata-rata lama sekolah

Tabel II.14

Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2006 s/d 2010

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

N

o

Wilayah

Tahun

2006

2007

2008

2009

2010

1

Provinsi DIY

8.5

8.5

8.7

8.7

12.2

Sumber : Dikpora

c.

Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka partisipasi Murni provinsi DIY memperlihatkan kecenderungan meningkat

Hal ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah yang tidak sekolah semakin

menurun jumlahnya, artinya pembinaan terhadap masyarakat dalam rangka

penerapan program wajib belajar memberikan hasil yang cukup baik. Namun

apabila dicermati dari Jenjang Pendidikan SD/MIPaket A kearah jenjang

pendidikan menengah angkanya cenderung menurun, artinya untuk jenjang

pendidikan menengah masih perlu menjadi perhatian. Adapun secara rinci APM,

APK dan APS seperti tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel II.15

Angka Partisipasi Murni (APM) Semua Jenjang Pendidikan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

N0

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

1 SD/MI/Paket A

93.69

94.71

96.00

96.40

2 SMP/MTs/Paket B

76.21

78.42

80.00

80.25

3 SMA/SMK/MA/Paket C

55.92

57.31

60.00

61.50

Sumber : Dinas Pendidikan Prov. DIY

Tabel II.16

Angka Partisipasi Kasar (APK) Semua Jenjang Pendidikan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

N0

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

1 SD/MI/Paket A

109.24

109.22 112.00

112.00

2 SMP/MTs/Paket B

100.92

114.09 116.00

116.00

3 SMA/SMK/MA/Paket C

77.45

78.27

80.00

80.00

Sumber : Dinas Pendidikan Prov. DIY

Tabel II.17

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Semua Jenjang Pendidikan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

N0

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

1

SD/MI/Paket A

103.50

105.37

105.52

105.65

2

SMP/MTs/Paket B

99.66

105.23

105.26

107.29

(34)

Tahun 2012

- 26 -

Tabel II.18

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2009/2010

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No

Kabupaten/

Kota

SD/MI

SMP/MTs

Jumlah

Gedung

Sekolah

Jumlah

Penduduk

Usia 7 - 12

tahun

Rasio

Jumlah

Gedung

Sekolah

Jumlah

Penduduk

Usia 13 -

15 tahun

Rasio

1

Bantul

346

70,782

48.88

85

36,158

23.51

2

Sleman

498

75,974

65.55

104

36,171

28.75

3

Gunungkidul

487

62,487

77.94

107

31,018

34.50

4

Kulonprogo

349

34,818

100.24

69

18,128

38.06

5

Yogyakarta

182

33,163

54.88

57

18,632

30.59

J u m l a h

1,862

277,224

67.17

422

140,107

30.12

Sumber : BPS (DIY Dalam Angka diolah

Tabel II.19

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun 2006

2009

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No

Jenjang

Pendidikan

2006

2007

2008

2009

1 SD/MI

1.1 Jumlah Guru

21,070.00

20,818.00

21,621.00

21,879.00

1.2 Jumlah Murid

296,476.00 294,511.00 295,304.00 294,740.00

1.3 Rasio

71.07

70.69

73.22

74.23

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Guru

11,500.00

11,181.00

10,889.00

10,951.00

2.2 Jumlah Murid

127,608.00 127,366.00 128,288.00 129,285.00

2.3 Rasio

90.12

87.79

84.88

84.70

(35)

Tahun 2012

- 27 -

d.

Usia Harapan Hidup (UHH)

Gambar II.7

2.1.2.3

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Tabel II.20

Perkembangan Seni dan Budaya Tahun 2006 s/d 2010

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No Capaian Pembangunan

2006

2007

2008

2009

2010

1

Jumlah Group Kesenian

2,856

2,865

5,426

5,426

4,225

2

Jumlah Gedung

Kesenian

166

166

92

92

92

Sumber : Dinas Kebudayaan

2.1.3.

Aspek Pelayanan Umum

Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil

dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi

pelayanan umum. Kondisi dan perkembangan aspek pelayanan umum Daerah

Istimewa Yogyakarta dapat dilihat dalam capaian pembangunan berikut ini.

Tabel II.21

No

Capaian Pembangunan

2009

2010

1

Rasio jumlah perpustakaan terhadap jumlah

penduduk

5000

perPerpustakaan

4500

perPerpustakaan

2

Rasio jumlah pemustaka terhadap jumlah

penduduk

2500 PerPemustaka

2000 PerPemustaka

3

Peningkatan mutu layanan pendidikan di semua

jenjang

150 Orang

300 Orang

4

Rasio gedung seni budaya terhadap 10.000

jumlah penduduk

92 per 10.000

penduduk

Gambar

Gambar I.1
Gambar I.3 Bagan Alir Tahapan dan Tatacara Penyusunan RKPD Provinsi
Gambar II.1
Tabel II.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan oleh pemerintah terhadap Tempat hiburan Karaoke Keluarga. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para pelaku usaha tempat. hiburan Karaoke Keluarga

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Metode HEART bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan operator dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan operator sehingga melakukan

SINAR ABADI LAS dengan menggunakan Microsoft Access 2000 menyediakan fasilitas untuk menambah data baru dan menyimpannya, menghapus data lama serta mencari data yang diinginkan.

Since this study is intended to explore the most LLS the whole students and good language learners apply in learning English, the students’ strategic competence and attitude

Pancakarsa Bangun Reksa melakukan distribusi produk dengan cara distribusi langsung yakni produsen sendiri yang langsung memenuhi order dari konsumen ( owner pabrik)

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai Klub Sepak Bola Persita dengan menggunakan Flash MX yang di dalamnya terdapat beberapa informasi

Meanwhile, the indicators of attitude toward learning English proposed by the 2004 English curriculum for junior high school include having control on his/her own