• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN NILAI GLASGOW COMA SCALE (GCS),TENSI,NADI DAN RESPIRASI PADA 72 JAM PASCA TRAUMA KEPALA PADA USIA MUDA DAN LANSIA DI RSUD Dr.IBNU SUTOWO Ni Ketut,. M.Kes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN NILAI GLASGOW COMA SCALE (GCS),TENSI,NADI DAN RESPIRASI PADA 72 JAM PASCA TRAUMA KEPALA PADA USIA MUDA DAN LANSIA DI RSUD Dr.IBNU SUTOWO Ni Ketut,. M.Kes"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN NILAI GLASGOW COMA SCALE (GCS),TENSI,NADI DAN

RESPIRASI PADA 72 JAM PASCA TRAUMA KEPALA PADA USIA MUDA DAN LANSIA DI RSUD Dr.IBNU SUTOWO BATURAJA KABUPATEN OGAN

KOMERING ULU TAHUN 2014

NI KETUT SUJATI, 196604181986032001 YENI SETIAWATI PO. 71.20.2.08.038

ABSTRACT

Trauma kepala meliputi trauma kepala tengkorak otak dan penyakit neurologist yang serius diantara penyakit neurologist lainnya serta mempunyai proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya dan merupakan salah satu penyebab utama kematian. (Japardi, 2004)

Adapun tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan nilai Glasgow Coma Scale (GCS), Tensi Nadi dan Respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien trauma kepala yang dirawat di RRI Bedah RSUD. Dr. Ibnu Sutowo Baturaja, didapatkan 19 responden dengan menggunakan teknik Accidental Sampling, penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian menggunakan rancangan study comparasi.

Dari hasil penelitian uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan rata-rata GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia p. value (0,439), tidak ada perbedaan sistole pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia p. value (0,22) dan ada perbedaan rata-rata nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia p. value (0,000) tidak ada perbedaan rata-rata respirasi pada 72 jam pasca trauma pada usia muda dan lansia p. value (0,125).

(2)

PENDAHULUAN

Trauma kepala meliputi trauma kepala, tengkorak dan otak.Trauma kepala paling sering terjadi dan merupakan penyakit neurologis yang serius diantara penyakit neurlogis lainnya serta mempunyai proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya.Lebih dari setengah dari semua pasien dengan trauma kepala berat mempunyai signifikansi terhadap cedera bagian tubuh lainnya. Adanya shock hipovolemik pada pasien trauma kepala biasanya karena adanya cedera bagian tubuh lainnya. Resiko utama pasien yang mengalami trauma kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial (PTIC) (Http:// ilmu keperawatan.net/index/php diakses 28 Maret 2011).

Trauma kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien ke rumah sakit berhubungan dengan trauma kepala, sekitar 20% di antaranya terpaksa memerlukan rawat inap. Meskipun dalam kenyataannya sebagian besar trauma kepala bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus, pada kelompok trauma kepala berat tidak jarang berakhir dengan kematian atau

kecacatan (Dwipharhasto & Wijanarka, 2005).

Di Negara berkembang, penyebab kematian utama yang paling banyak pada usia produktif (15-64 tahun( (BPS, 2009) yaitu trauma kepala. Kejadian ini oleh karena pada usia tersebut mobilitas hidupnya tinggi sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah di samping penanganan pertama yang masih belum mencapai indikator klinik yang baik. Di Amerika Serikat tahun 1990 dilaporkan kejadian trauma kepala 200/100.000 penduduk per tahun.Pada pasien dengan trauma kepala ringan dan sedang hanya 3%-5%, sedangkan yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif (Japardi, 2004).

Insiden trauma kepala yang nyata yang memerlukan perawatan di rumah sakit dapat diperkirakan 480.000 kasus per tahun (200 kasus/ 1000 orang), yang meliputi kontusio serebri, fraktur tengkorak, perdarahan intracranial, laserasi otak, hematoma dan cedera serius lainnya. Dari total ini 75-80% adalah kontusio serebri dan sekuele trauma kepala ringan (Japardi, 2002).

(3)

instalasi gawat darurat RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1982 adalah 4146 orang, 4056 orang adalah dewasa sedangkan 90 orang adalah anak-anak. Diantara 1942 kasus yang dirawat tersebut 137 meninggal dunia (Riyanto, 1992).

Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP. Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun. Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang.Pada umumnya trauma kepala

disebabkan oleh kecelakaan laluintas atau terjatuh.

Sekitar 5 persen trauma kepala akibat cidera dari kecelakaan pada usia anak-anak, merupakan faktor terbesar penyebab kematian anak. Kepala anak-anak mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding luas permukaan tubuh.Kestabilannya lebih bergantung dari ligamentum dibanding dari struktur tulang.otak anak-anak mengandung lebih banyak air. 88 Persen dibandingkan 77 persen pada dewasa.Itulah sebabnya, otak anak-anak lebih lunak dan lebih mudah mengalami luka

aselerasi-deselerasi.(Http:// ilmu

keperawatan.net/index/php diakses 28 Maret 2014).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Tahun 2009 terdapat penderita trauma kepala usia muda sebanyak 522 orang sedangkan usia tua sebanyak 135 orang. (Data Dinas Kesehatan Kabupaten OKU, 2009)

Berdasarkan data RSUD. Dr. Ibnu Sutowo tahun 2013 penderita Trauma Kepala sebanyak 166 orang sedangkan pada bulan Januari-Maret 2014 di RRI Bedah RSUD. Dr. Ibnu Sutowo terdapat jumlah penderita Trauma kepala/ trauma kapitis sebanyak 707 Orang. (Data RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja, 2014)

(4)

kasus-kasus kecelakaan lalu lintas, diperlukan penangan yang sistematis, simultan dan integratif, maka penulis tertarik untuk meneliti Perbedaan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Tensi, Nadi dan Respirasi pada 72 jam Pasca Trauma Kepala pada Usia Muda dan Usia Lansia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Tensi, Nadi dan Respirasi pada 72 jam Pasca Trauma Kepala pada Usia Muda dan Usia Lansia.Adapun hipotesis yang diajukan adalah Ada Perbedaan Mean Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Tensi, Nadi dan Respirasi pada 72 jam Trauma Kepala pada Usia Muda dan Lansia.

BAHAN DAN CARA

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan desain Study Comparasi rancangan ini dipilih agar dapat melihat perbedaan GCS, tensi, nadi, dan respoirasi pada 72 jam Pasca trauma kepala pada usia muda dan usia lansia.

Populasi penelitian ini adalah semua pasien trauma kepala yang ada di RSUD. DR. Ibnu Sutowo Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2014.Sampel penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu semua penderita pasca trauma kepala yang dirawat sampai hari ketiga di RSUD. Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu .

Kriteria sampel :

a. Kriteria Inkslusif : dirawat sampai 3 hari, diagnosa trauma kepala

b. Kriteria eksklusif : tidak diteliti obat yang di berikan, tidak di teliti penyebab trauma.

1. Teknik Mengukur Variabel GCS dan TTV diukur pada 72 jam Pasca trauma kepala pada usia muda dan usia lansia. Pemeriksan fisik pada waktu GCS, tekanan darah, nadi dan respirasi dilakukan pada hari I, II, III

2. Instrumen Penelitian

Mengetahui Pasca trauma pada saat pemeriksaan fisik sore hari dan sudah relatif reda/ sepi dengan pedoman format pendokumentasian vital sign Analisis data Bertujuan untuk mengetahui perbedaan GCS danTekanan darah, nadi dan respirasi pada 72 jam Pasca trauma kepala pada usia muda dan usia lansia. Uji yang dipilih adalah uji korelasi (T) dengan rumus :

Dengan rumus : T = d SD – d/Vn

Keterangan :

(5)

sd-d : Standar deviasi dari deviasi atau selisih sampel 1 dan sampel 2

alasan memilih uji T adalah : 1. Distribusi data normal

2. Kedua kelompok data dependent/pair

3. Jenis variabel numerik dan kategorik (dua kelompok)

HASIL PENELITIAN

Perbedaan Mean GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia

Perbedaan Glascow Coma Scale (GCS) pasien trauma kepala pada usia muda hari I, II dan ke III mengalami perubahan, hari pertama (13,00) dengan SD (3,162) SE (1,188), sedangkan hari kedua perubahannya menurun menjadi (12,87) dan SD (2,748) SE (0,972) dan hari ketiga malah perubahannya kembali naik sedikit menjadi (13,75) dengan SD (2,053) SE (0,726). Perbedaan Sistole pasien trauma kepala pada usia muda hari I, II dan ke III mengalami kenaikan dari hari pertama (121,88) dengan SD (16,890) SE (5,971) dan hari kedua naik menjadi (115,62) dengan SD (10,501) SE (3,713) begitu juga hari ketiga naik

menjadi (116,88) dengan SD (10,329) SE (3,652) Perbedaan mean diastole pasien trauma kepala pada usia muda hari I, II, dan ke III mengalami penurunan dari hari pertama (75,00) dengan SD (7,559) SE (2,673) sedangkan hari kedua menurun menjadi (74,38) dengan SD (8,210) SE (2,903) begitu juga hari ketiga mengalami penurunan lagi (73,75) dengan SD (7,440) SE (2,631). Perbedaan mean nadi pasien trauma kepala pada usia muda hari I, II dan ke III mengalami perubahan dari hari pertama (89,00) dengan SD (13,180) SE (4,660) sedangkan hari kedua perubahannya menjadi (76,38) dengan SD (10,901) SE (3,854) beda lagi pada hari ketiga malah naik menjadi (84,25) dengan SD (6,882) SE (2,433). Perbedaan mean respirasi pasien trauma kepala pada usia muda hari I, II dan ke III mengalami perubahan dari hari pertama (25,00) dengan SD (4,243) SE (1,500) hari kedua naik menurun menjadi (22,62) dengan SD (3,068) SE (1,085) dan hari ketiga perubahan mengalami kenaikan sedikit menjadi (23,00) dengan SD (3,546), SED (1,254)

Distribusi Rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS), Sistole, Diastole, Nadi dan Respirasi Pasien Dengan Trauma Kepala pada Usia Muda Hari I, II, III

N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation Variance Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic gcs hari 1

gcs hari 2 gcs hari 3 sistole hari 1 sistole hari 2

8 8 8 8 8

8 8 9 95 95

15 15 15 150 130

104 403 110 975 925

13.00 12.87 13.75 121.88 115.62

1.118 .972 .726 5.971 3.713

3.162 2.748 2.053 16.890 10.501

(6)

sistole hari 3 diastole hari 1 diastole hari 2 diastole hari 3 nadi hari 1 nadi hari 2 nadi hari 3 respirasi hari 1 respirasi hari 2 respirasi hari 3 umur penderita valid N (listwise)

8

Pada kelompok usia lansia, Perbedaan mean Glascow Coma Scale (GCS) pasien trauma kepala pada lansia hari I, II dan ke III sangat tipis pada hari pertama (14,36) dengan standar deviation (0,674) standar error (0,203) hari kedua (14,45) dengan SD (0,688) SE (0,207) dan hari ketiga (14,36) dengan SD (1,804) SE (0,544). Perbedaan mean systole pasien trauma kepala pada lansia hari I, II dan ke III mengalami kenaikan pada hari pertama (125,45) dengan SD (9,342) SE (2,617) sedangkan hari kedua naik menjadi (127,27) dengan SD (10,090) SE (3,042) dan hari ketiga naik lagi menjadi (129,09) dengan SD (11,445) SE (3,149). Perbedaan mean diastole pasien trauma kepala pada lansia hari I, II dan ke III mengalami perubahan dari hari pertama (71,82) dengan SD (6,030) SE (1,818) dan hari kedua berubah, naik sedikit menjadi (73,64) dengan SD (5,045) SE (1,521) dilihat pada hari ketiga ternyata perubahannya mengalami penurunan (68,18) dengan SD (7,508) SE (2,264). Perbedaan mean nadi pasien trauma kepala pada lansia hari I, II, dan ke III terjadi perubahan pada hari pertama (64,27) dengan SD (5,676) SE (1,711) ternyata hari kedua perubahannya naik sedikit menjadi (67,09) dengan SD (8,191) SE (2,470) dan hari ketiga malah menurun lagi menjadi (64,82) dengan SD (5,492) SE (1,656). Perbedaan mean Respirasi pasien trauma kepala lansia hari I, II, dan ke III mengalami perubahan yang tipis didapatkan hari pertama (525,45) dengan SD (3,532) SE (1,065) dilihat hari kedua naik sedikit menjadi (25,64) dengan SD (3,802) SE (1,146) dan hari ketiga respirasi usia muda malah menurun menjadi (24,73) dengan SD (0,46) SE (0,141)

Distribusi Rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS), Sistole, Diastole, Nadi dan Respirasi Pasien Dengan Trauma Kepala

pada Lansia Hari I, II, III

N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation Variance Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic gcs hari 1

gcs hari 2 gcs hari 3 sistole hari 1 sistole hari 2 sistole hari 3 diastole hari 1 diastole hari 2 diastole hari 3 nadi hari 1 nadi hari 2 nadi hari 3 respirasi hari 1 respirasi hari 2 respirasi hari 3

(7)

umur penderita valid N (listwise)

11 11

55 65 660 60.00 .831 2.757 7.600

Berikut ini di sajikan Analisis Statistik Uji T Independent Perbedaan GCS, Sistole, Diastole, Nadi dan Respirasi Pada 72 Jam Pasca Trauma Kepala Pada Usia Muda dan Lansia

Variabel N

Mean

Mean

Difference SD SE

95% confidence internal of

the Difference p. value Lower Upper Diastole Muda

Lansia Respirasi Muda

Lansia dan lansia (0,614) dengan SD usia muda (1,804) dan lansia (2,053) p. value 0,499 maka secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia. jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Diastole :Tidak ada perbedaan mean yang signifikan Usia muda dan lansia

(- 5,568) dengan SD usia muda (7,508) dan lansia (7,440) p. value 0,128 maka secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata diastole pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Nadi : Tidak ada perbedaan mean yang signifikan pada usia muda dan lansia (19,432) dengan SD usia muda (5,492) dan lansia (6,882) p. value 0,000 maka secara statistik ada perbedaan rata-rata nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Respirasi : Tidak ada perbedaan mean yang signifikan pada usia muda dan lansia (1,727) dengan SD usia muda (0,467) dan lansia (3,546) p. value 0,125

maka secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

1. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mean GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia (0,614), mean GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dari hari I, II, III mengalami perubahan sedangkan mean GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada lansia hari I, II, III sangat tipis, dari hasil uji statistik di dapatkan p. value (0,499) maka secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara GCS pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

(8)

dari 20 mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral. (Pahria, 1994)

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan timbulnya metabolik asidosis.

Dalam keadaan normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50-60 ml/menit/ 100 gr jaringan otak, yang merupakan 15% dari curah jantung (co).(Pahria, 1994)

Sistem saraf pada lansia mengalani banyak perubahan dari abnormal menuju proses penuaan dan lebih ekstrim lagi lebih rentan terhadap penyakit sistemik umum. Perubahan dalam system saraf bervariasi dalam derajat sesuai usia individu.Serabut-serabut saraf berhubungan langsung ddengan otot-otot dan memperlihatkan sedikit kemunduran fungsi sesuai usia, juga fungsi neurologis sederhana yang meliputi beberapa penghubung didalam medyla spinalis. Proses penyakit yang komplet pada proses penuaan normal sering memenyababkan kesulitan untuk membedakan perubahan yang normal dan abnormal. (Smetlzer, 2001)

Dengan demikian, perbedaan mean GCS yang tidak bermakna pada usia muda dan lansia sangat dipengaruhi oleh proses degenerasi pada fisik persyarafan lansia (Smelzer, 2001)

2. Perbedaan mean Tensi (sistole, diastole) pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mean tekanan darah (sistole, diastole) pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia sistole (2,216) dan diastole

(7,508) , mean sistole pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda hari I, II, III mengalami kenaikan dan mean diastole hari I, II, III mengalami penurunan sedangkan mean sistole pada 72 jam pasca trauma kepala pada lansia hari I, II, III mengalami kenaikan dan diastole hari I, II, III mengalami perubahan. Hasil uji statistik didapatkan sistole p. value (0,22) diastole p. value (0,128) maka secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah (sistole, diastole) pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan antara tekanan darah (sistole, diastole) pada usia muda dan lansia namun mean cukup ada (12,216 sistole dan -5,569 pada diastole).

Akibat adanya

perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan para simpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

Aktifitas miokard berubah termasuk peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya stroke work dimana pembacaan CVP abnormal. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel.Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri.Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.(Pahria, 1994)

(9)

peningkatan jaringan ikat pada nodus SA dan AV dan cabang-cabang berkas.

Perubahan tersebut

mengakibatkan penurunan

konstraktilitas, peningkatan waktu penyemburan ventrikel dan perlambatan hantaran. Jadi kondisi stress fisik dan emosional, kkhususnyan yang terjadi mendadak,dapat mengakibatkan efek buruk pada lansia jantung tidak mampu untuk merespon terhadap keadaan tersebut dengan meningkatkan kecepatan dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali kedalam dasar meskipun pada peningkatan yang sedikit saja. Pada beberapa pasien, dapat terjadi gagal jantung(Smetlzer, 2001)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa perubahan tekanan darah(sistole, diastole) pada usia muda dan lansia dikarenakan trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mengcakup aktivitas aktivikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan V dan distritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel takikardia . 3. Perbedaan Mean nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mean nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia (-19,432), mean nadi pada 72 jam pasca trauma pada usia muda hari I, II, III dan lansia hari I, II, III mengalami perubahan. Dari hasil uji statistik didapatkan p. value (0,000) maka secara statistik ada perbedaan antara nadi pada usia muda dan lansia. Perbedaan mean nadi pada usia muda dan lansia akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan mempengaruhi reflek Baroreseptor maka akan terjadi perubahan denyut nadi.(Pahria,1994)

Frekuensi nadi normal bervariai dari serendah 50 pada orang muda sehat.Ketidakteraturan minimal pada nadi masih dianggap normal. Kecepatan nadi, terutama pada orang muda

meningkat selama inspirasi dan melambat selama ekspirasi.(Smetlzer, 2001)

4. Perbedaan Mean

Respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mean respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia (1,727) mean respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala hari I, II, III, mengalami perubahan. Dari hasil uji statistik didapatkan p. value (0,499) maka disimpulkan secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara respirasi usia muda dan lansia namun mean cukup signifikan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata respirasi/pernafasan pada usia muda dan lansia mengalami perubahan hal ini dikarenakan pada trauma kepala terjadi vasokonstriksi kapiler paru atau hipertensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi. Pernafasan chyne-stokes dihubungkan dengan sensitifitas yang meningkat pada mekanisme terhadap karbon dioksida dan episode pasca hiperventilasi apne. (Pahria, 1994) Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah arteri mempengaruhi aliran darah.Bila PO2

rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2akan terjadi alkalosis yang

menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan Serebral Blood Flow (CBF). Bila PCO2 bertambah

akibat gangguan sistem pernafasan akan menyebabkan asidosis dan vasodilatasi. Hal ini menyebabkan penambahan CBF, yang kemudian menyebabkan terjadinya penambahan Tingginya Tekanan Intracranial (TTIK)

(10)

otak terjadi karena penekanan terhadap pembuluh darah dan jaringan sekitarnya.Edema otak ini dapat menyebabkan kematian otak (iskemia) dan tingginya TIK yang dapat menyebabkan terniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.

Akibat penekanan daerah medulla oblongata dapat menyebabkan pernafasan ataksia di mana ditandai dengan irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak efektif.(Pahria, 1994).

Penurunan secara bertahap dalam fungsi pernafasan yang dimulai pada awal masa dewaa, pertengahan dan mempengaruhi stuktur juga fungsi pernafasan selama penuaan (40 tahun dan lebih tua), perubahan yang terjadi dalam alveoli mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran O2 dan karbondioksida, pada sekitat usia 50 tahunan alveoli mulai kehilangan elastisitasnya, kapasita vital paru-paru mencapai tingkat maksimalnya pada usia 20-25 tahun dan menurun setelahnyan sepanjang kehidupan, penebalan kelenjar bronchial juga meningbkat sejalan dengan perubahan usia.(Smetlzer, 2001

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan memperhatikan hasil penelitian berdasarkan data yang disajikan beserta pembahasan perbedaan Glasgow Coma Scale (GCS), tensi, nadi, dan respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada lusia muda dan lansia di RSUD. Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2011 dengan menggunakan independent sampel T- tes didapatkan secara statistik :

Tidak ada perbedaan mean nilai Glasgow Coma Scale (GCS) , systole, diastole, respirasi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.Namun ada perbedaan mean nadi pada 72 jam pasca trauma kepala pada usia muda dan lansia.

Diperlukan observasi yang seksama pada pasien post trauma kapitis.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta

Mansjoer Arif dkk. 2000

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid ke 2 Media Aescualpius: Jakarta.

Mutaqin, Arif. 2008

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Salemba Medikal : Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2005

Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas Gerontik dan Keluarga. CV. Sagung Seto : Jakarta

Smetlzer C, Suzanne. 2001

Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.Vol 1 Edisi 8.EGC : Jakarta

Smetlzer C, Suzanne. 2001

Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.Vol 2 Edisi 8.EGC : Jakarta

Smetlzer C, Suzanne. 2001

Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.Vol 3 Edisi 8.EGC : Jakarta.

Paharia, Tuti dkk. 1994

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.EGC : Jakarta..

Http:// ilmu keperawatan.net/index/php diakses 28 Maret 2014

Referensi

Dokumen terkait

3. Hambatan Komunikasi Interpersonal Dosen Penasehat Akademik dengan Mahasiswa...92.. masukan dan arahan agar mahasiswa memeperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

coping religiusitas dan berfungsi lebih cepat dan proksimal dalam memberikan implikasi terhadap kesehatan. Selanjutnya dijelaskan bahwa ada tiga jenis coping

[r]

Faktor yang mempengaruhi perlindungan bagi korban penipuan jual beli online terfokus pada minimnya sarana dan prasarana yang memadai, belum maksimalnya sosialisasi

Bhabinkamtibmas adalah sosok Polri yang berperan sebagai ujung tombak polri dan bertugas paling depan serta langsung berada ditengah-tengah masayakat, kebijakan

adjustment of adolescents: The effectiveness of a social skills group intervention... Quasi- experimentation: Design &Analysis Issues for

Saran yang dapat diberikan untuk pekerja adalah pekerja seharusnya menggunakan masker N95 pada saat bekerja, mengubah posisi duduk kerja saat mengasap ikan sesuai dengan arah

Tabel 5 menunjukkan bahwa kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh signifikan pada dimensi relasional modal sosial, walaupun dengan