• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Manajemen Domba Kel 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Manajemen Domba Kel 4"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

GOOD MANAGEMENT PRACTICES PADA DOMBA DAN KAMBING

Oleh : Kelas: F Kelompok: 4

Fatmah Nur Anggraeni 200110150156

Maulana Yusuf Abdullah 200110150157

Syakir Fathul Mubin 200110150158

Muhammad Fulqi Labib 200110150159

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Domba dan domba dan kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha ternak di pedesaan. Hampir setiap rumah tangga di daerah pedesaan memelihara domba dan kambing. Sebagian dari mereka memang menjadikannya sebagai sumber penghasilan keluarga. Saat ini pemeliharaan domba dan kambing bukan hanya di pedesaan saja, tetapi sudah menyebar ke berbagai tempat. Semakin banyaknya peternakan domba dan kambing yang muncul di sebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus mengalami peningkatan.

Ternak domba dan kambing dengan sifat alaminya sangat cocok dibudidayakan di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani berpenghasilan rendah. Sebab ternak domba dan kambing sendiri memiliki sifat dapat beranak kembar dan fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana di bandingkan dengan ternak ruminansia besar.

(3)

pupuk kandang. Khusus bagi petani-peternak yang berdomisili di pedesaan, usaha ternak domba dan kambing berfungsi sebagai tabungan yang dapat dimanfaatkan setiap saat. Beternak domba dan kambing memang tidak selalu memerlukan uang kontan yang besar jumlahnya. Petani-peternak skala kecil masih mampu membiayai pemeliharaan ternak domba dan kambing.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana manajemen perkandangan pada ternak domba dan kambing.

2. Bagaimana manajemen pakan pada ternak domba dan kambing.

3. Bagaimana manajemen pemeliharaan pada ternak domba dan kambing. 4. Bagaimana manajemen kesehatan pada ternak domba dan kambing.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui manajemen perkandangan pada ternak domba dan kambing.

2. Mengetahui manajemen pakan pada ternak domba dan kambing. 3. Mengetahui manajemen pemeliharaan pada ternak domba dan

kambing.

(4)

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Domba dan Kambing

Domba (Ovis aries) dan kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit dan bulu (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa domba dan kambing merupakan hewan yang pertama didomestikasi di kawasan Asia Barat sekitar 10.000 tahun lalu (Zeder and Hesse, 2000).

Domba dan kambing termasuk sub ordo ruminansia (karena memilik 4 bagian perut dan mengunyah makanannya). Domba dan kambing betina biasanya bertanduk lebih kecil dari domba dan kambing jantan. Domba dan kambing adalah salah satu hewan ruminansia terkecil yang didomestikasi, dijinakkan dan dipelihara oleh manusia paling awal atau paling tidak nomor dua setelah anjing. Berdasarkan informasi sisa fosil, domba dan kambing merupakan hewan berkuku yang dijinakkan hampir bersamaan dengan domba bahkan lebih dahulu dibandingkan sapi (Mulyono dan Sarwono, 2005).

(5)

2.2 Manajemen Perkandangan Ternak Domba dan Kambing

Ada beberapa tipe kandang domba dan kambing yang terbentuk karena perbedaan kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha dan tingkat pengetahuan peternak. Namun umumnya tipe kandang yang banyak digunakan peternak yaitu kandang panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi kandang yang lebih bagus (Mulyono, 2003).

Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatif lebih bersih karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering dan tidak becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang dapat ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya pembuatannya relatif mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau jatuh lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada diatasnya (Ludgate, 2006).

(6)

usaha ternak domba dan kambing kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi alas kayu (Murtidjo, 1992).

Menurut Ludgate (2006) kandang lantai tanah memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak, sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.

2.3 Manajemen Pakan Ternak Domba dan Kambing

Menurut Sarwono (2005), domba dan kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Domba dan kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan. Selain pakan dalam bentuk hijauan, domba dan kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut. Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, domba dan kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, domba dan kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.

(7)

dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).

Pakan sangat dibutuhkan oleh domba dan kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).

2.4 Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing

Sistem Pemeliharaan pada domba dan kambing dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Secara Ekstensif

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor domba dan kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993). Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak domba dan kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan domba dan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).

b. Semi Intensif

(8)

biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot domba dan kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari. c. Secara Intensif

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan domba dan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan domba dan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot domba dan kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).

2.5 Manajemen Kesehatan Ternak Domba dan Kambing

(9)

bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. (Kartadisastra,1997).

III

PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Perkandangan Ternak Domba dan Kambing

Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan domba dan kambing dan domba. Perkandangan yang sering tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak itu sendiri, manusia dan lingkungan. Kandang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan domba dan kambing yang dilakukan secara intensif maupun semi intensif. Kandang dan perlengkapannya termasuk tempat pakan, tempat minum, harus sudah disediakan sebelum pengadaan ternak dilakukan.

Fungsi kandang adalah sebagai berikut:

 Untuk melindungi ternak dari pemangsa (mis: binatang buas) dan kondisi lingkungan yang ekstrim (mis: suhu terlalu panas/dingin, angin kencang, dan lain-lain);

 Mencegah ternak domba dan kambing agar tidak merusak tanaman, mengingat domba dan kambing suka memakan tanaman yang masih muda;

(10)

 Tempat untuk merawat ternak yang sakit;

 Untuk memudahkan pengontrolan ternak domba dan kambing.

3.1.1 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

 Dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan nilai ekonomi yang terjangkau;

 Dinding kandang memiliki ventilasi yang cukup baik;

 Atap kandang terbuat dari bahan yang mempunyai daya pantul dan penghantar panas yang baik;

 Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tidak keras, tidak licin, tidak mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau dingin;

 Kolong kandang; Pada kolong kandang dibuat lubang sedalam 10 – 15 cm untuk menampung kotoran. Bisa juga kolong kandang dibuat miring dan disemen agar kotoran mudah digiring sehingga langsung masuk saluran pembuangan untuk diolah menjadi pupuk organik;

 Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan;  Mudah dalam pembersihan dan perawatan kandang;  Penempatan Kandang;

 Tempatkan kandang pada tempat yang kering atau tidak tergenang air;  Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur, ± 10 meter;

 Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.

(11)

 Tempat yang agak tinggi dan tidak tergenang air;  Agak jauh dari rumah atau sumur;

 Cukup mendapatkan sinar matahari pagi;

 Terlindung dari tiupan angin langsung (terutama pada malam hari).; 3.1.3 Tipe Kandang

Ada 3 (tiga) tipe kandang domba dan kambing yang umum digunakan oleh peternak domba dan kambing, yaitu:

a. Kandang Panggung

Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi kandang yang lebih bagus. Kandang ini dapat dibuat tunggal atau ganda dengan posisi saling membelakangi. Jarak antara lantai kandang dengan tanah minimal 50 cm. Alas kandang harus dibuat dari bahan yang tahan lapuk seperti kayu / bambu yang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai panggung ± 1,5 - 2 cm agar kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak terperosok.

(12)

Merupakan tipe kandang yang sering digunakan untuk usaha penggemukan. Kandang ini tidak dilengkapi dengan alas kayu tetapi hanya beralaskan tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumut kering serta sisa-sisa hijauan pakan.

Kandang lemprak memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak, sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.

c. Kombinasi Kandang Panggung dan Kandang Lemprak

Merupakan tipe kandang yang sebagian kandang bertipe panggung dan sebagian berlantai tanah. Biasanya digunakan untuk ternak domba dan kambing dengan tujuan untuk pembibitan. Keunggulan dari kandang kombinasi panggung dan lemprak adalah dapat meminamalisir segala resiko yang ada pada kandang panggung maupun kandang lemprak. Sedangkan kelemahannya adalah biaya pembuatan kandang sangat mahal.

(13)

No

. Jenis Kandang Deskripsi

1. Kandang

Koloni/Kelompok

Kandang untuk memelihara ternak domba dan kambing secara kelompok atau koloni. Ukurannya relatif luas yang disesuaikan dengan umur dan jumlah ternaknya, tidak ada sekat antar ternak.

 Umur 3 – 7 bulan, luas kandang rata-rata 0,5 m² / ekor

 Umur 7 – 12 bulan, luas kandang rata-rata 0,75 m² / ekor

 Umur >12 bulan, luas kandang rata-rata 1 – 1,5 m² / ekor

2. Kandang Individu/Baterai Kandang yang disekat-sekat, cukup untuk 1 ekor saja, gerak domba dan kambing dibatasi, sehingga perkembangan ternak lebih cepat.

(14)

4. Kandang Beranak Kandang untuk induk yang baru melahirkan dan menyusui anaknya. Induk yang baru beranak dan sedang menyusui penting dipisahkan dari ternak yang lain untuk menghidari anak terinjak oleh ternak lain.

5. Kandang Pejantan Kandang yang khusus digunakan untuk seekor jantan pemacek. Sebaiknya cukup luas, rata-rata 1x1,5 m. Kandang memperoleh sinar matahari pagi dan udara segar serta bersih. Selain itu diusahakan agar kandang pejantan terpisah dari kandang lainnya, tetapi tidak terlalu jauh dengan kandang domba dan kambing betina. Hal ini dimaksudkan agar tidak gaduh dan terjadi perkelahian.

(15)

berada dalam masa birahi untuk dikawinkan. Umumnya pada perkawinan alamiah, betina tersebut akan ditempatkan bersama pejantan selama satu kali periode berahi/estrus.

3.1.5 Sarana Dan Prasarana Kandang

Dalam manajemen perkandangan ternak domba dan kambing, ada beberapa peralatan kandang yang harus selalu ada dan dibutuhkan dalam sebuah lokasi kandang domba dan kambing. Peralatan kandang yang dimaksud disini adalah alat-alat yang penggunaannya dikhususkan di kandang. Berbagai peralatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tempat Pakan dan Minum

Merupakan tempat pemberian makanan dan air minum pada ternak domba dan kambing di dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan yang diberikan tidak tercecer dan air minum tidak tumpah.

b. Gudang Makanan

(16)

c. Tempat Umbaran

Merupakan bagian dari kelengkapan sistem perkandangan ternak domba dan kambing. Tempat umbaran ini digunakan sebagai tempat excersice ketika kandang sedang dibersihkan. Tempat umbaran akan sangat bermanfaat bagi ternak domba dan kambing yang tidak pernah digembalakan (intensif) sehingga kesehatannya selalu terjaga sekaligus merupakan tempat olahraga atau jalan-jalan bagi induk yang sedang bunting. Kesulitan induk untuk beranak (distokia) umumnya sering disebabkan akibat kurangnya aktivitas bergerak dari induk yang sedang bunting.

d. Tempat Kotoran

Merupakan perlengkapan kandang yang sudah sewajarnya tersedia. Pada kandang tipe lamprak, sisa makanan atau kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat mengganggu kesehatan. Sebaliknya pada tipe panggung, kotoran akan tertumpuk pada kolong kandang sehingga akan mudah diolah untuk pembuatan pupuk. Oleh sebab itu jarak lantai kandang tidak boleh terlalu rapat.

Selain dari perlengkapan kandang yang telah disebutkan di atas, perlu juga disediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, sikat, sabit, sekop, alat pengangkut dan lain – lain.

3.2 Manajemen Pemberian Pakan Ternak Domba

(17)

nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1980).

Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak domba dan kambing sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Domba dan kambing sangat efisien dalam mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas tinggi. (Blakely dan Bade, 1998)

3.2.1 Pemberian Pakan Hijauan Domba Dan Kambing

Menurut Pamungkas dkk (2009) jumlah kebutuhan hijauan pakan sebanyak 10-20% dari bobot tubuh adalah sebagai berikut:

 Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari  Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari  Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

(18)

Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4% bahan kering dari bobot hidup (Batubara, dkk, 2003). Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan untuk domba dan kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005). Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1995).

Sasroamidjojo (1978) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :

 Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari  Imbangan daun/batang setinggi mungkin

 Utamakan bagian daun dibandingkan batang

 Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak  Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:

1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi (efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat).

2. Upayakan konsumsi pakan maksimal.

3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat. 4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari, diberikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit.

5. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk tenaga kerja.

(19)

Domba dan kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).

3.2.2 Pemberian Pakan Konsentrat

(20)

Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %, pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan garam dapur 4% (Alim, 2014). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam konsentrat untuk penggemukan domba dan kambing protein minimal 16% dan serat kasar kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair, diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.

3.2.3 Manajemen Pemberian Air Minum

Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat dibutuhkan oleh ternak domba dan kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian besar (70%) tubuh ternak merupakan unsur air. Oleh karena peran air sangat penting untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain, maka kekurangan air dapat berakibat fatal. Kekurangan air dalam volume yang lebih sedikit akan menggangu proses metabolism nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas, terutama pada induk yang sedang menyususi (laktasi). Kebutuhan akan air semakin meningkat pada induk yang sedang menyusui (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air diperlukan untuk memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan air akan menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan mengganggu pertumbuhan anak (Sutama dan Budiarsana, 2009).

(21)

dengan status umur ternak. Ternak domba dan kambing seperti halnya jenis ternak lain mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi. Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi kebutuhan metabolismanya. Oleh karena itu, air minum harus disediakan agar dapat dikonsumsi setiap saat. Pemberian air minum semakin penting, apabila kepada ternak diberikan pakan komplit yang umumnya kering. Pentingnya penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada ternak domba dan kambing yang digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam kandang setiap saat. saat saat saat saar saat saat saat saat saat saat saat

saat saat saat saat saat.

3.3 Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba

Perawatan merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa perawatan penting yang harus dilakukan secara rutin dalam pemeliharaan ternak yaitu domba dan kambing antara lain:

a. Memandikan

(22)

sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan dapat di dalam kandang atau dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian (sumur dan kolam renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang sekaligus untuk sanitasi kandang.

b. Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan ternak domba dan kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak, karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggu oleh kuku. Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal ini akan menurunkan nilai jual. Pada domba dan kambing dewasa, pemotongan kuku juga merupakan langkah preventif terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku (pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku. Selain itu kuku yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut patah maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada anak dimulai sejak anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan pejantan, yaitu 3-6 bulan sekali.

c. Pemberian ramuan telur dan madu

(23)

yaitu 1 telur dicampur dengan madu sebanyak 3 sendok teh, dan pemberiannya dengan cara dicekokkan.

3.4 Manajemen Kesehatan Ternak Domba dan kambing

Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak domba dan kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam usaha ternak domba dan kambing adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari tanaman (Prabowo, Agung. 2010).

3.4.1 Manajemen Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam usaha ternak domba dan kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosekuriti maupun otopsi (Prabowo, Agung. 2010).

(24)

produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan (Agung Purnomoadi, 2003).

Menurut Effriansyah (2012), menyatakan bahwa manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yang sistematis. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan.

(25)

dibersihkan secara menyeluruh dan berkala untuk mencegah tumbuh dan kembangbiak dari kutu maupun caplak.

IV

KESIMPULAN

1. Perkandangan untuk ternak domba dan kambing berfungsi sebagai tempat hidup untuk melindungi ternak tersebut. Terdapat 3 tipe kandang, namun umunya yang digunakan bertipe kandang panggung.

(26)

3. Manajemen pemeliharaan domba dan kambing terdapat 3 perawatan, mulai dari memandikan, memotong kuku, sampai pemberian ramuan kepada pejantan.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, H. 2014. Pertambahan Bobot Badan Domba dan kambing Marica Jantan Dengan Pemberian Pakan Komplit Pada Taraf Protein yang Berbeda.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Batubara, Leo P., Simon P. Ginting, K. Simanhuruk, J. Sianipar, dan A. Tarigan. 2003. Pemanfaatan Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelap Sawit Sebagai Ransum Domba dan kambing Potong. Prosiding Seminar

nasional: Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono). Burn, dan Davendra, C. 1994. Produksi Domba dan kambing di Daerah Tropik,

Diterjemahkan oleh IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. P. 32, 117- 122

Effriansyah, Yudi. 2012. Sanitasi Kandang Ternak. http://anpet10.blogspot. com/ 2012/04/laporan-tetap-ilmu-teknologi-produksi_27.html. Tanggal akses 20 April 2016

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. International

Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan.

Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Domba dan kambing). Kanisius,

(28)

Ludgate, P. J. 2006. Sukses Beternak Domba dan kambing dan Domba. Agro Inovasi, Jakarta.

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Domba dan kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Domba dan kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1992. Memelihara Ternak Domba. Kanisius, Yogyakarta

Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu dan E. Sihite. 2009. Potensi Beberapa Plasma Nutfah Domba dan kambing Lokal Indonesia. Petunjuk

Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Prabowo, Agung. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba dan kambing. Swadaya. Jakarta.

Purnomoadi Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong &

Kerja.http://eprints.undip-.ac.id/21200/1/1061-ki-fp-05.pdf. Tanggal akses 20 April 2016.

Sasroamidjojo, S. M dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. CV. Yasaguna, Jakarta.

Sarwono, B., 2005. Beternak Domba dan kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Domba dan kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba: Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(29)

Sugeng, Y.B.1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutama, I dan Budiarsana, IGM. 2009. Panduan Lengkap Domba dan kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Zeder, M.A. and B. Hesse. 2000. The initial domestication of goats (Capra hircus) in the Zagros Mountain 10,000 years ago. Science 287:

Referensi

Dokumen terkait

• Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh , yang.. berguna bila dimasukkan

oleh manusia yang mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein dan air yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan

tempe merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi yang tinggi, seperti protein, kalsium, vitamin B, dan zat besi.protein berfungsi untuk ….. sumber panas

makanan yang dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air). kebutuhan gizi

Adapun manfaat ASI bagi bayi antara lain mengandung zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, garam dan mineral serta vitamin) yang cukup dan sesuai untuk bayi; mengandung zat

Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas adalah suatu bentuk penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, energi, vitamin, mineral dan air yang

Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan perhitungan dengan benar mengenai prinsip pengukuran energi dan zat gizi: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral..

Gizi terdiri atas beberapa zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.20 Komponen tersebut akan diolah menjadi energi yang