• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi makro dan siklus (9)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi makro dan siklus (9)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah sebuah studi mengenai bagaimana manusia akan memilih penggunaan sumber daya yang langkah untuk berproduksi, melakukan penukaran dan mengkonsumsi barang dan jasa, dalam usaha memenuhi keinginan yang tidak terbatas. Ekonomi makro mempelajari kegiatan ekonomi secara keseluruhan (agregatif). Makro berarti besar, Jelas ekonomi makro memiliki cara kerja dan tingkat analisis yang berbeda dengan ekonomi mikro. Ekonomi makro dapat di jelaskan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang khusus membahas tentang gejala - gejala ekonomi di suatu Negara pada suatu kesatuan/keseluruhan kegiatan perekonomian. Teori ekonomi mikro tidak lagi memperhatikan pada kegiatan ekonomi yang oleh bagian-bagian dalam suatu perekonomian, melainkan melihat kegiatan tersebut sebagai suatu kesatuan kegiatan yang yang saling pengaruh mempengaruhi. Ekonomi makro mempelajari kegiatan Ekonomi yang bersifat agregatif. Jika ekonomi mikro mengkaji perilaku kamu sebagai pembeli, maka ekonomi makro akan melakukan kajian secara keseluruhan terhadap pembeli yang termasuk dalam lingkupan umur kamu, misalnya perilaku konsumsi remaja sekolah.

(2)

alasan mengapa perlunya kita mempelajari ekonomi makro, pengukuran aktivitas ekonomi, Konsumsi dan Investasi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang akan dibahas yaitu adalah apa yang menjadi alasan pentingnya kita mempelajari ekonomi makro, apa-apa sajakah perhitungan yang akan di gunakan dalam pengukuran aktivitas ekonomi, dan Teori Konsumsi dan Investasi serta perhitungannya.

(3)

BAB II PEMBAHASAN  

II.1Alasan Pentingnya Mempelajari Ekonomi Makro

Secara indivudial atau perilaku pelaku-pelaku ekonomi, suatu tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya setiap kebutuhan hidup dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Sementara apabila dibahas tujuan perekonomian secara luas maka tujuan yang hendak dicapai adalah:

1.Tercapainya Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis 2.Tercapainya kesempatan kerja penuh atau Full Employment 3.Tercapainya Stabilitas harga

4.Tercapainya Kebebasan berusaha dan berekonomi 5.Tercapainya Distribusi pendapatan yang merata 6.Terjaminnya keamanan atau jaminan ekonomis

Dari tujuan-tujuan tersebut maka ilmu ekonomi dibedakan menjadi dua cabang yaitu ekonomi Mikro dan Makro. Analisis Mikro adalah pembahasan ekonomi yang ditujukan pada subyek ekonomi secara individual (rumah tangga konsumen dan rumah tangga produsen atau perusahaan secara individual) dan bagaimana mereka berinteraksi di dalam pasar. Analisis Makro mempelajari subyek ekonomi secara agregatif (keseluruhan) meliputi keterkaitan antara masing-masing pelaku ekonomi seperti konsumen, produsen, Negara / pemerintah.dan luar negeri, variable-variabel yang terdapat di dalamnya antara lain:

Pendapatan Nasional, kesempatan kerja dan pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi , pertumbuhan ekonomi maupun neraca pembayaran internasional.

Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah di ekonomi utama sebagai berikut:

(4)

b. Sejauh mana Perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di dalam bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.

c. Sejauh mana perdistribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatanterdapat trade off maksudnya adalah bila yang satu membaik yang lainnya cenderung akan memburuk. Ilmu ekonomi makro hanya akan membahas variable-variabel yang berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara keseuruhan, secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku ekonomi secara individual. Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi isu utama ekonomi makro, yaitu antara lain:

1) Output agregat.

Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang di produksi pada suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Output agregat menggambarkan kekayaan suatu Negara dalam jangka waktu tertentu.

2) Pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.

3) Inflasi.

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang yang bersifat continue dan terus menerus, mempengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah.

4) Pengangguran

Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan. Seseorang baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.

(5)

melakukan suatu tindakan ekonomi baik tindakan berproduksi, berkonsumsi, berdagang atau tindakan dalam berinvestasi. 

II.2 MENGUKUR AKTIVITAS EKONOMI

Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian.

Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya alam yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawanan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.

Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapital. Nilai output per capital diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika output per kapital makin besar, Tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tenteng produktivitas rata-rata adalah output per tenga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi produktivitas tenga kerja.

(6)

Istilah yang paling sering digunakan dalam menghitung peningkatan aktivitas ekonomi atau sering dikatatakan juga pendapatan nasioanal adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) yang pengertian nya adalah:

“Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam suatu periode (kurun waktu) dengan menggunakan factor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”.

“The total market value of all final goods and services produced within a given period, by factors of production located within a countr.”

Tercakup dalam defenisi di atas adalah :

1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakaian terakhir(untuk konsumsi). 2. Harga pasar , yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung

berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.

3. Faktor-faktor produksi yng beralokasidi Negara yang bersangkutan, dalam arti perhitungan PDB tidak memper-timbangkan asal factor prouksi (milik perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.

II.2.1 Silklus Aliran Pendapatan (Circular Flow) dan Interaksi antar Pasar a. Siklus aliran pendapatan ( Circular Flow )

Siklus aliran pendapatan (circular flow) seperti yang akan ditunjukan oleh Diagram 2.1 dibawah adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi.

1. Sektor rumah tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu yang dianggap homogen dan identik.

2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa.

3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.

(7)

Diagram II.1

Circular flow of Economic Activity

Pembelian Barang dan Jasa (4)

Pembelian Barang dan Jasa Pajak

(5) (3)

(6) (2) Pajak Gaji Pembayaran Bunga,

Penghasilan Non Balas Jasa (1)

Gaji,Upah, Bunga, Deviden, Sewa

(7) (8)

Ekspor Impor

b. Tiga Pasar Utama

Pemerintah

Perusahaan Rumah Tangga

(8)

Uraian di atas berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan lewat mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama yaitu:

 Pasar Barang dan Jasa (Goodscand services Market)

 Pasar Tenaga Kerja (abour Market)

 Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market)

II.2.2 Metode-metode Perhitungan Pendapat Nasional

Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure approach). Masing – masing cara (metode) melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda , tetapi hasilnya saling melengkapi.

a. Metode Output (output approach) atau Metode Produksi

Menurut metode ini, PDB adala output (produksi yang dihasilkan) oleh suatu perekonomian. Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian.

Dalam peritungan PDB dengan metode produksi ,yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.

NT=NO−¿… … … ….2.1

Dimana:

NT = Nilai tambah NO = nilai output NI = Nilai input antara

Dari persamaan (2.1) sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitasyang menghasilkan NT>0. Dengan demikian besarnya PDB adalah :

PDB=

i=1 n

(9)

Dimana :

i = sektor produksi ke 1,2,3,...n

1. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Produksi :

Tabel 2.1

OutputSektoral Negara Medar , Tahun 2003 Sektor Produksi Nilai output Nilai

input menjumlahkan nilai tambah masing-masing sektor produksi. Karena itu perhitungan Produksi adalah:

PDB2003=

i=1 n

NT=300+100+200+200+200=1000

b. Metode Pendapatan (Income Approach)

Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunkan dalam proses produksi.

Q=f(L, K , U , E)… … … …… … …… … …… … …… … ….2.3

(10)

Q = output L = tenaga kerja K = barang modal U = uang/finansial

E = kemampuan enterpreneuer atau kewirausahaan

Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja,barang modal,uang/finansial dan dan kemampuan

enterpreneuer atau sering disebut sebagai pengusaha.

Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah ataugaji. Untuk barang dan modaladalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan . Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).

PN=w+i+r+π

2. Contoh Menghitung PN dengan Metode Pendapatan :

Pendapatan NasionalAmerika Serikat

Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan

(Dalam US$ Miliar)

Pendapatan Upah/Gaji (Compulation of Employes) Pendapatan Non Gaji (Properties Income)

Pendapatan Perusahaan (Corporate Profits) Pendapatan Bunga Netto (Net Interest) Pendapatan Sewa (Rental Income)

4.004,6 473,7 542,7 409,7 27,7

(11)

c. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)

Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :

1. Konsumsi rumah tangga 2. Konsumsi pemerintah 3. Pengeluaran investasi 4. Ekspor neto

Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut:

PDB=C+G+I+(XM) Dimana:

C = Konsumsi rumah tangga G = Konsumsi pemerintah I = Pengeluaran investasi X = ekspor

M = impor

3. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :

Produk Domestik Bruto Indonesia 1996 Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran

(Dalam Miliar Rupiah)

Konsumsi rumah tangga Konsumsi pemerintah

Pembentukan Modal Tetap (PMT) ekspor barang dan jasa

impor barang dan jasa

308.469 40.695 172.777 138.675 -131.660

(12)

Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor – Impor = 7.015, angka positif menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp 7.015 miliar dari pada impor barang dan jasa.

II.2.3 Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif

Tujuan Perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukkan kebijakan ekonomo guna memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang harus dipelajari berkaitan dengan hal tersebnut adalah :

a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

Produk domestik bruto menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Akibatnya, PDB kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian domestik.

b. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)

Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian disebut sebagai Produk Nasional Bruto. PDB tidak memperhatika produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik (perekonomian) yang berada di luar perekonomian itu sendiri (berada di luar negeri). Sedangkan PNB sangat memperhatikannya.

Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam perekonomian dinotasikan dengan PFLN sedangkan pendapatan faktor-faktor produksi perekonomian yang ada dalam negeri dinotasikan dengan PFDN .

Maka : PNB=PDBPFLN+PFDN

c. Produk Nasional Neto (Net National Product)

Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital goods). Itulah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) melakukan investasi guna mengganti barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah ada. Maka untuk mencari gambaran output yang lebih akurat, maka PNB harus dikurangi depresiasi (penyusutan).

(13)

d. Pendapatan Nasional (National Income)

Untuk mendapatkan hasil PN kita harus mengurangi PNN dengan angka pajak tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsidi (S). Pajak tidak langsung harus di kurangkan karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi. Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor produksi.

PN=PNNPTL+S

e. Pendapatan Nasional (Personal Income)

Pendapatan Personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian , sebagai balas jasa atas keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Untuk memperoleh PP maka PN harus mengurangi LTB (Laba tidak langsung). Sebab LTB merupakan hak perusahaan, selain itu Pembayaran-pembayaran asuransi sosial (PAS) jugak harus dikurangi. Namun PP jugak diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen (PIGK) dan pendapatan non balas jasa (PNBJ)

Maka :

PP=PNLTBPAS+PIGK+PNBJ

f. Pendapatan Nasional Disposable (Disposable Personal Income)

Yang dimaksud dengan pendapatan nasional disposable (PPD)adalah pendapatan personal yang dapat dipakai oleh individu, baik untuk membiayaikonsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah pendapatan personal dikurangi dengan pendapatan personal (PAP).

Dari Produk DomestikBruto sampai ke Pendapatan Personal Disposable dapat diringkaskan sebagai berikut .

C + G + I + (X-M) = Produk Domestik Bruto (PDB)

Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar negeri

Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada di dalam negeri

= Produk Nasional Bruto (PNB)

Dikurang : Penyusutan

(14)

Ditambah : Subsidi

= Pendapatan Nasional (PN) Dikurang : Laba Ditahan

Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial

Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah/Konsumen

Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa

= Pendapatan Personal (PP) Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional

= Pendapatan Personal Disposable

4. Contoh Menghitung PDB, PNB, PNN, PN, PP dan PPD PDB,PNB, Pendapatan Nasional,

Pendaptan Personal dan Pendapatan Disposable Amerika Serikat, 1994

(15)

Produk Domestik Bruto (PDB)

Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar negeri

Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada didalam negeri

= Produk Nasional Bruto (PNB)

Dikurang : Penyusutan

= Produk Nasional Neto (PNN)

Dikurang : Pajak Langsung - Subsidi

= Pendapatan Nasional (PN)

Dikurang : Laba Ditahan

Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial

Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah

Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa

= Pendapatan Personal (PP)

Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional

= Pendapatan Personal Disposable

6.738,4

II.2.4 PDB harga Berlaku dan Harga Konstan

(16)

Rp120.000,00 sedangkan PDB tahun 2001 sebesar Rp 100.000,00, sehingga sering dikatakan telah terjadi pertumbuhan output sebesar 20% per tahun karena PDB 2002 lebih besar dar PDB 2001.

Namun demikian Nilai PDB yang lebih besar tidaklah berarti jumlah output otomatis lebih besar. Seandainya harga sepotong baju pada tahun 2001 adalah Rp 80,00 maka jumlah pakaian yang diproduksi pada tahun 2001 adalah Rp 100.000 : Rp 80.000 = 1.250 unit. Ternyata walaupun harga PDB lebih besar tahun 2002 namun outputnya jauh lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan karena naiknya harga baju selama tahun 2002 sebesar 50% dari Rp80,00 menjadi Rp 120,00.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB sering menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan ini menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Yang dimaksud dengan harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memprolehnya kita harus menentukaan tahun dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam

kondisi baik atau stabil. Sehingga kita dapat menghitung besar PDBrill dan PDBnominal nya.

PDB2001=Q2001x P2001

PDB2002=Q2002x P2002

PDBrill=Q2002x P2001

Secara umum hubungan antara PDB rill dengan PDB nominal dapat dinyatakan dalam

bentuk persamaan berikut PDBrill=PDBnominal

Deflator

Dimana Deflator = (harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100% selain tiu juga dapat mengitung harga inflasiyaitu

inflasi=(Deflator tahuntDeflator tahunt−1)

(Deflator tahun t−1) x100

(17)

Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative baik,

Q2001=1.250 dan P2001=Rp80 dianggap sebagai harga dasar. Dengan

Q2002=1.000 dan P2002=Rp120

Hitunglah PDB2001, PDB2002, PDBrill ?

Maka PDB2001=Q2001x P2001

¿1250x80

¿100.000

Sedangkan PDB2002=Q2002x P2002

¿1000x120

¿120.000

PDB2001 dan PDB2002 disebut sebagai PDB nominal (dihitung

berdasarkan harga yang berlaku)

PDBrill=Q2002x P2001

¿1000x80

¿80.000

Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan PDBrill=Rp120.000,00 :150=Rp80.000,00

inflasi=(Deflator2002−Deflator2001)

(Deflator2001) x100

¿

{

150−100

100

}

x100

¿50

(18)

Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga/masyarakat (household consumption /private consumption). Namun pengeluaran konsumsi rumah tangga akan cenderung lebih dibahas karena pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat, konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus sedangkan konsumsi rumah tangga bersifat endogenus artinya besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya, selain itu perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat.

II.3.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Faktor-faktor Ekonomi

Faktor-faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah: 1. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar.

2. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)

Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah dan mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang diterima tiap bulan dan dividen yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga.

3. Tingkat Bunga (Interest Rate)

(19)

masyarakat akan mengurangi konsumsi. Begitu juga dengan masyarakat mampu atau yang memiliki banyak uang, tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan daripada dihabiskan untuk konsumsi.

4. Perkiraan Tentang Masa Depan (household expectation about the future) Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan meras lebih leluasa untuk melakukan konsumsi karena pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya semakin buruk, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

b. Faktor-faktor demografi (kependudukan)

Yang tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan komposisi penduduk.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak daripada Singapura, sehingga tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat besar.

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan). Adapun pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi adalah:

a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang tinggi pula.

(20)

yaitu selain kebutuhan primer ,kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat serta eksistensinya juga harus dipenuhi.

c. Semakin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi, karena pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.

c. Faktor-faktor non-ekonomi

Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling kongkret di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan.

II.3.2 Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan nasional saat ini (current disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

C = a + bY Dimana;

C = tingkat konsumsi

a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan 0

b = marginal propensity to consume (MPC)

Y= pendapatan disposabel

(21)

b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume)

Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (AY). MPC= ∆C/∆Yd

Keterangan:

MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal)

∆C = pertambahan konsumsi ∆Yd = pertambahan pendapatan

Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan disposabel , sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi), sebab manusia tidak mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu, 0 ≤ MPC ≤ 1.

c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)

Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).

APC = C/Yd Keterangan:

APC = konsumsi rata-rata C = tingkat konsumsi

Yd = besarnya pendapatan disposabel

d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan

Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian didapat:

Y = C + S

Dimana : S = tabungan (saving)

(22)

tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save, disingkat MPS).

MPS= ∆S/∆Yd Keterangan :

MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)

S : pertambahan tabungan

Yd : pertambahan pendapatan

Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Proprnsity to Save, disingkat APS). MPC dan MPS

Jika tiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi dan tabungan, maka:

∆ Y=∆ C+∆ S

Jika kedua sisi dibagi dengan ∆ Y , maka:

∆ Y sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati 1. Nilai MPS mendekati nol. Hal ini yang menyebabkan negara-negara miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga jika mereka ingin melakukan investasi harus meminjam dari luar negeri. Umumnya, dana pinjaman tersebut berasal dari negara-negara kaya, yang nilai MPC-nya sudah semakin mengecil, sementara MPS-nya semakin besar.

Nilai APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu, dapat dibuktikan dengan:

Y = C + S

Kedua sisi dibagi dengan Y, sehingga:

(23)

1. Contoh

Pada tahun 2008 tingkat pendapatan 1000 dan pada tahun 2009 tingkat pendapatannya 1500. Pada tahun yang sama tingkat konsumsi 700 dan pada tahun 2009 tingkat konsumsi 1000.

Jawab: C = a+bY

Maka kita terlebih dahulu mencari nilai b

b=MPC=∆ C/∆ Y ∆

b=300 500=0,6

Kemudian mencari nilai a

a=

(

APC

MPC

)

Y

a=

{

(

700

1000

)

−0,6

}

1000

a={0,7−0,6}1000

a=(0,1)1000=100

Jadi, fungsi konsumsi adalah

(24)

II.3.2 Investasi (Penanaman Modal)

II.3.2.1 Definisi Investasi dan Penentu-Penentunya

Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan istilah investasi. Suatu asuransi, misalnya membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham. Tindakan ini tidak dapat dipandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu dikatakan sebagai “melakukan investasi”. Dalam analisis makroekonomi tindakan individu atau perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak dipandang sebagai investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah pertama dalam membahas hal-hal yang berhubungan dengan investasi perusahaan, terlebih dahulu akan diterangkan arti dari pengertian tersebut.

a. Arti Investasi

(25)

b. Penentu-Penentu Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting perananya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :

i. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh ii. Suku bunga

iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan iv. Kemajuan teknologi

v. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya vi. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

Ada 3 elemen yang penting untuk memahami penentu-penentu investasi adalah : 1. Revenue

Investasi akan memberikan perusahaan revenue tambahan jika investasi itu membantu perusahaan menjual lebih banyak produk.Ketika pabrik-pabrik menganggur, perusahaan relatif mempunyai sedikit kebutuhan atas pabrik-pabrik yang baru, sehingga investasinya rendah. Lebih umum lagi, investasi bergantung pada revenue yang akan dihasilkan oleh status dari aktivitas ekonomi keseluruhan.

2. Biaya

Penentu kedua yang penting dari tingkat investasi adalah biaya berinvestasi. Karena barang-barang investasi bertahan selama bertahun-tahun, maka memperhitungkan biaya investasi agak lebih rumit daripada memperhitungkan biaya untuk komoditas yang lain seperti batubara atau gandum. Untuk barang-barang bertahan lama, biaya modal meliputi bukan hanya harga dari barang-barang modal tetapi juga suku bunga yang dibayarkan oleh para peminjam untuk mendsanai modal selain pajak yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan atas pendapatan mereka.

(26)

Elemen ketiga dalam penentu investasi adalah ekspektasi laba dan kepercayaan bisnis. Investasi terutama sekali, merupakan spekulasi atas masa depan,suatu taruhan bahwa revenue dari suatu investasi akan melebihi biayanya. Jadi keputusan-keputusan investasi bergantung pada ekspektasi dan ramalan-ramalan. Tetapi, seperti yang dikatakan orang bijak, meramal itu berbahaya, terutama mengenai masa depan. Bisnis banyak bergantung pada energi yang menganalisainvestasi dan yang mencoba untuk mempersempit ketidakpastian mengenai investasi-investasi mereka.

Kita dapat merangkum pandangan kita mengenai kekuatan yang berada dibalik keputusan investasi sebagai berikkut :

Bisnis berinvestasi untuk memperoleh laba. Karena barang modal dapat bertahan bertahun-tahun, keputusan investasi bergantung pada (1) permintaan untuk output yang dihasilkan oleh investasi baru, (2) suku bunga dan pajak yang mempengaruhi biaya investasi, dan (3) ekspektasi bisnis mengenai keadaan perekonomian.

II.3.2.2 Klasifikasi Investasi

Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Investasi jangka pendek

2. Investasi jangka panjang.

Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih.

Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual kembali.

Klasifikasi Investasi dapat digambarkan sebagaimana Bagan sebagai berikut :

(27)

1. Contoh Investasi Jangka Pendek:

Misalkan Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp 100 juta. Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal uang yang dia peroleh adalah Rp 161 juta. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat ini ? Jika ya, proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.

Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut di atas ? Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi harapkan. Seandainya, untuk menjalankan usahanya Rudi harus meminjam dari Bank dengan bunga pinjaman 15 per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi setidak-tidaknya sama dengan 15 . Karena itu nilai 161 juta harus dideflasi sebesar 15 per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15 tersebut dikenal sebagai factor diskonto.

Jika nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang dinotasikan V , nilai Rp 161 juta adalah X , sedang waktu adalah t , dan factor diskonto adalah r , maka berdasarkan manipulasi matematika sederhana, hubungan antara elemen-elemen tersebut adalah :

V= X

(1+r)t

(28)

V= 161 (1+0,15)5

V= 161

(1,15)5= 161

2,01=80,1

Nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang adalah Rp 80,1 juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang sebesar Rp 100 juta, proposal usaha ditolak. Sebab usaha tersebut justru membuat nilai riil uang yang diinvestasikan makin kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih kecil daripada tingkat bunga pinjaman. Ini bias dibuktikan dengan menggunakan persamaan eksponensial sederhana di bawah ini.

Jika nilai Rp 161 juta, 5 tahun mendatang dinotasikan sebagai Zt , sedangkan

investasi awal dinotasikan sebagai Z0 ,maka :

Zt=Z0(1+r) t

Karena nilai Zt, Z0 dan t sudah diketahui , maka r dapat diketahui. Dengan menggunakan data-data di atas :

161=100(1+r)5

log 161=log100+5 log(1+r)5

2,2068=2,000+5 log(1+r)5

5 log(1+r)5=0,2068

log(1+r)=0,0414

antilog(1+r)=1,10

r=0,1=10

(29)

2. Contoh Investasi Jangka Panjang:

Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama. Dalam kasus di atas,dilihat dari nilai uang masa mendatang , dasar pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai 5 tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat ini. Jika nilai Rp 161 juta , 5 tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima. Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).

Jika investasi awal dinotasikan sebagai A , nilai masa mendatang yang diharapkan adalah F ,waktu adalah t , dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah 15 , maka :

F=A(1+r)t

F=100(1+0,15)5

¿100(2,01)

¿201 juta.

(30)

II.3.2.3 Kriteria Investasi

Ada empat kriteria investasi yaitu: 1. Payback Period

2. Net Present Value 3. Profitability Index 4. Internal Rate of Return

1. Payback Period

Payback period adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash netto/proceed. Waktu yang diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:

1. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi (proceed) sesudah Payback Period, hanya mengukur kecepatan kembalinya dana.

2. Mengabaikan time Value Of Money.

Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Payback Period= Outlay

Procee d x1ta hun

Dimana: Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi

Proceed = Jumlah uang yang ditenima

1. Contoh Payback Period :

PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:

Payback Period=45.000

(31)

Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.

2. Net Present Value

Net Present Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan Present Value dari keseluruhan investasi.

 Bila present value proceed lebih besar atau sama dengan present value

investasi maka usul investasi diterima.

 Bila present value proceed lebih kecil present value investasi maka usul

investasi ditolak.

Rumus yang dapat digunakan adalah:

NPV =

i

n

CF

(

1+

i

)

n - Io

Dimana: CF = Cashf low = Proceeds = jumlah uang yang diterima, i = Tingkat Bunga n = Periode Waktu, lo = Nilai lnvestasi awal ( tahun 0)

2. Contoh Net Present Value :

PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp.

45.000,-Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka Net Present Valuenya adalah:

Net Present Value=Rp22.500 (1+10)1 +

Rp22.500 (1+10)2 +

Rp22.500 (1+10)3

Net Present Value = 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 – Rp 45.000 = Rp.

10.954,-Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif, yaitu Rp.10.954. Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut akan ditolak.

(32)

Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi antara Present Value dari Proceeds dengan Present Value dari Outlays. Bila hasilnya Iebih besar dari 1 maka investasi diterima. Bila hasilnya kurang dari 1, maka investasi ditolak.

Rumus yang digunakan adalah:

Profitability Index=PV Proceeds

PV Outlays

Dimana : PV = Present Value

Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi

Proceeds = Jumlah uang yang diterima

4. Internal Rate Of Return (Irr)

Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds sama dengan nilai sekarang dari outlay.

Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:

P

(¿¿1−C1)P2−P1

C2−C1

IRR=¿

Dimana: P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif

P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif

C1 = NPV positif C2 = NPV negative

3. Contoh Internal Rate Of Return (Irr) :

Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:

Berapakah nilai IRR-Pabrik Susu tersebut?

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 32

Tahun Pabrik Susu

1 Rp. 50 Juta

2 Rp. 150 Juta

3 Rp. 200 Juta

(33)

Pembahasan:

IRR = P1 – C1 x

P2−P1

C2−C1

Dimana: P1 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Positif

P2 adalah presentasi yang menghasilkan NPV Negatif

C1 adalah NPV Positif C2 adalah NPV Negatif

Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P1 adalah 19%. Maka nilai C1 adalah:

Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest Factor (tabel Ill) sebagai berikut:

Tahun Cashflow PVIF (19%) PV

1 Rp. 50 Juta 0,840 Rp. 42,02 Juta

2 Rp. 150 Juta 0,706 Rp. 105,92 Juta

3 Rp. 200 Juta 0,593 Rp. 118,68 Juta

4 Rp. 250 Juta 0,499 Rp. 124,67 Juta

5 Rp. 300 Juta 0,419 Rp. 125,71 Juta

6 Rp. 350 Juta 0,352 Rp. 123,25 Juta

Total PV Rp. 640,26 Juta

NPV = PV Proceed — PV Outlays

NPV = Rp. 640,26 juta — Rp. 640 juta

NPV = Rp. 260.000

Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :

P1 adalah 19%

(34)

Sedangkan untuk mencari nilai C2, kita gunakan P2 misalnya 20%, sehingga nilai P2 dan C2 adalah:

Tahun Cashflow PVIF (20%) PV

1 Rp. 50 Juta 0,833 Rp. 41,67 Juta

2 Rp. 150 Juta 0,694 Rp. 104,17 Juta

3 Rp. 200 Juta 0,579 Rp. 115,74 Juta

4 Rp. 250 Juta 0,482 Rp. 120,56 Juta

5 Rp. 300 Juta 0,402 Rp. 120,56 Juta

6 Rp. 350 Juta 0,402 Rp. 117,21 Juta

Total PV Rp. 619,91 Juta

NPV = PV Proceed – PV Outlays NPV = Rp.619,91 juta – Rp.640 juta

NPV = Rp.20,09 juta

P

(¿¿1−C1)P2−P1

C2−C1

IRR=¿

IRR=(19−0,26) 20−19

−20,09−0,26=19+0,01=19,01

Sehingga IRA dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPUAN

 Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output

approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure approach).

 GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai

(35)

pengaruh dari harga. GDP ini dapat juga dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan juga pendekatan pendapatan.

 Konsumsi (atau lebih tepatnya, pengeluaran konsumsi pribadi) adalah pengeluaran

oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Tabungan adalah bagian dari pendapatan pribadi setelah pajak yang tidak dikonsumsi.

 Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau

pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat.

 sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung denagn menggunakan

persamaan berikut : NS= Y1 (1+r)+

Y2

(1+r)2++

Yn

(1+r)n

 faktor-faktor penting yang menentukan jumlah tingkat investasi pada pengusaha

meliputi beberapa factor:

Faktor-faktor utama yang menentukannya adalah :

Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh Suku bunga

Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan Kemajuan teknologi

Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Sukkirno,Saddono.2006.Makro Ekonomi.Edisi ke-3.Jakarta:Penerbit PT Rajagrafindo Persada.

A.Samuelson,Paul.2004.Ilmu Makro Ekonomi.Edisi ke-17.Jakarta:Penerbit PT.Media Global Edukasi.

(36)

Rahardja,Pratama,dkk.2004.Teori Ekonomi Makro.Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia

LAMPIRAN SOAL

1. Sebelum bekerja pengeluaran Daniel sebesar Rp. 1.500.000,00 sebulan. Setelah bekerja dengan penghasilan sebesar Rp. 5.000.000,00 pengeluarannya sebesar Rp. 4.500.000,00. Fungsi konsumsi Daniel adalah….

Pembahasan :

dik :

(37)

- ∆C = C1 – C0 = 4.500.000 – 1.500.000 = 3.000.000

- Y = Y1 – Y0 = 5.000.000

- ∆Y = 5.000.000 – 0 = 5.000.000

dit : Fungsi Konsumsi ? jawab :

Fungsi konsumsi dinyatakan dengan :

C = a + bY atau C a + mpcY

pada soal diatas sudah diketahui nilai a, Y, ∆Y, dan ∆C, jadi langkah selanjutnya kita mencari MPC

MPC = ∆C / ∆Y

MPC = 3.000.000 / 5.000.000 = 3/6

MPC = 0,6

setelah MPC kita ketahui, maka fungsi konsumsi untuk Daniel dapat kita tentukan sebagai berikut :

C = a + mpcY,

C = 1.500.000 + 0,6Y

2. Konsumsi masyarakat suatu negara ditunjukan oleh persamaan C = 30 + 0,8Y. bila tabungan sebesar Rp.20,00 maka besarnya konsumsi adalah ….

Pembahasan :

dik : - fungsi konsumsi C = 30 + 0,8Y - tabungan S = 20

dit : Besar Konsumsi (C) ? Jawab :

(38)

untuk mencari nilai Y maka kita bisa menggunakan fungsi tabungan dan nilai tabungannya,

C = 30 + 0,8Y maka fungsi tabungannya adalah S = -a + (1 – MPC)Y==>

S = -30 + 0,2Y diketahui nilai S = 20, lalu kita masukan kedalam fungsi tabungan (S) untuk memperoleh nilai Y

S = -30 + 0,2Y

20 = -30 + 0,2Y

0,2Y = 20 + 30

0,2Y = 50

Y = 50 / 0,2

Y = 250

Langkah selanjutnya untuk mencari besarnya konsumsi (C) adalah kita memasukan nilai Y

kedalam fungsi konsumsi.

C = 30 + 0,8Y

C = 30 + 0,8(250)

C = 30 + 200

C = 230

Jadi besarnya konsumsi (C) adalah 230.

3. Keluarga Ibu Tutik mempunyai penghasilan Rp. 8.000.000,00 sebulan, dengan pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C = 1.500.000 + 0,70Y. Berdasarkan data tersebut maka besarnya tabungan keluarga ibu Tutik adalah ….

Pembahasan: Diketahui : Y = 8.000.000

Fungsi Konsumsi ==> C = 1.500.000 + 0,70Y

Ditanya :

(39)

Jawab :

untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah merubah fungsi konsumsi kedalam fungsi tabungan kemudian memasukan nilai pendapatan (Y) kedalam fungsi tabungan.

C = 1.500.000 + 0,70Y

maka fungsi tabungannya adalah :

S = -a + (1-MPC)Y

S = – 1.500.000 + 0,30Y

untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam fungsi

konsumsi:

S = -1.500.000 + 0,30(8.000.000)

S = -1.500.000 + 2.400.000

S = 900.000

Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00

4. Bila diketahui fungsi tabungan : S = -50 + 0,15Yd, maka besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah…..

Pembahasan :

untuk menjawab pertanyaan diatas, kita hanya memerlukan waktu 30detik,

diketahui MPS = 0,15 maka

MPC = 1 – MPS

MPC = 1 – 0,15

MPC = 0,85

Jadi besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah 0,85

(40)

Pembahasan:

Sama dengan soal sebelumnya, untuk membahas soal ini kita hanya membutuhkan waktu 30 detik.

Diketahui MPC = 0,8 Maka

MPS = 1 – MPC

MPS = 1 – 0,8

MPS = 0,2

Jadi besarnya Marginal Propensity to Save (MPS) adalah 0,2

6. Sebuah proyek jembatan selama 5 tahun dapat dikerjakan dengan 3 metode kerja sebagai berikut

Metode I (dengan perancah tetap)

Membeli perancah seharga $ 100000

Biaya tenaga kerja per th $ 50000

Biaya bahan habis pakai per th $ 5000

Pada tahun ke 3 diperlukan biaya tambahan sebesar $ 10000

Harga jual lagi perancah $ 10000

Metode II (dengan perancah bergerak)

Tanpa membeli alat tetapi dengan sewa alat

Harga sewa alat per th$ 30000 hanya pada tahun ke-1,2, & 3 saja tahun ke 4 dan 5 tidak menyewa lagi karena sudah tidak membutuhkan

Pada th ke 4 dan 5 membutuhkan biaya tambahan masing-masing sebesar $ 10000

Biaya tenaga kerja per th $ 55000

(41)

Metode III (dengan peluncuran bertahap)

Membeli alat peluncuran $ 110000

Biaya tenaga kerja per th $ 35000

Biaya bahan habis pakai $ 5000

Harga jual lagi alat $ 5000

Manakah metode kerja yang paling ekonomis, jika i = 10% ?

(sehubungan usia proyek yang sama, maka gunakanlah metode METODE NILAI

(42)

= 315,092.11

Hitungan manual

Nilai Sekarang (II) = 30000 (P/A,10%,3) + (55000+5000) (P/A,10%,5) +10000 (P/F,10%,4) + 10000 (P/F,10%,5)

= 30000 (2,4869) + 60000 (3,7908) + 10000 (0,6830) + 10000(0,6209)

= 315.094

= PV(rate,nper,pmt,fv,type)

Nilai Sekarang (I) = PV(10%,5,-(35000+5000),5000)+110000

= 258,526.86

Hitungan manual

(43)

= 110000 + 40000 (3,7908) –5000 (0,6209)

= 258.527,5

Metode III yang dipilih karena yang paling murah.

7. PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:

Payback Period=45.000

22.500x1ta hun=2ta h un

Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.

8. PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp.

45.000,-Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka Net Present Valuenya adalah:

Net Present Value=Rp22.500 (1+10)1 +

Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif, yaitu Rp.10.954. Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut akan ditolak.

9. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :

Produk Domestik Bruto Indonesia 1996 Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran

(Dalam Miliar Rupiah)

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page Konsumsi rumah tangga

Konsumsi pemerintah

Pembentukan Modal Tetap (PMT) ekspor barang dan jasa

(44)

Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor – Impor = 7.015, angka positif menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp 7.015 miliar dari pada impor barang dan jasa.

10. Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative baik,

Q2001=1.250 dan P2001=Rp80 dianggap sebagai harga dasar. Dengan

Q2002=1.000 dan P2002=Rp120

Hitunglah PDB2001, PDB2002, PDBrill ?

Maka PDB2001=Q2001x P2001

¿1250x80

¿100.000

Sedangkan PDB2002=Q2002x P2002

¿1000x120

¿120.000

PDB2001 dan PDB2002 disebut sebagai PDB nominal (dihitung

berdasarkan harga yang berlaku)

PDBrill=Q2002x P2001

¿1000x80

¿80.000

Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan PDBrill=Rp120.000,00 :150=Rp80.000,00

inflasi=(Deflator2002−Deflator2001)

(Deflator2001) x100

¿

{

150−100

100

}

x100

(45)

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Pihak manajemen menetapkan target yang harus dicapai dengan prioritas sebagai berikut: (1) Perusahaan tidak menginginkan penggunaan tenaga kerja di bawah kapasitas!. (2)

[r]

Penjualan merupakan suatu kegiatan yang dimulai ketika suatu produk telah jadi, ada dan setelah terjadi transaksi penjualan, jadi penjualan adalah ilmu atau seni

Pemanasan global yang memicu anomali iklim. Sederhananya, iklim menyim-pang dari biasanya. Penyimpangan iklim ini terus meningkat, baik seringnya, gawat-nya, maupun lamanya. Namun

This is consistent with the theory advanced Burhanuddin(2010), that at hot temperature the fish seen doing the much movement or very quickly at the water which have

Rumusan masalah pada penelitian tersebut yaitu: (1) Bagaimana teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga?, (2)

apabila variabel laten perilaku kekasaran dihubungkan dengan variabel laten kenakalan pelajar (Gambar 7), didapatkan hasil bahwa hubungan perilaku kekasaran ibu dan

Restoran memiliki banyak bukaan yang di dominasi dengan jendela- jendela besar sehingga suasana perbukitannya akan lebih terasa sedangkan kamar memiliki material kaca