• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN BIOETANOL BERBAHAN BAKU BATANG SORGUM

DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 24.000 TON/TAHUN

Okky Putri Prastuti1, Fitria Dwi Andriani2, dan Steella Ilham Isnaini3

1Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Indonesia

2Mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Universitas Internasional Semen Indonesia

3Mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Universitas Internasional Semen Indonesia

E-mail: [email protected] , [email protected]

ABSTRACT

The high dependence on petroleum in Indonesia needed. However, fuel production is decreasing and air pollution in the environment is increasing. The use of alternative fuels from non-fossil sources is the best choice as a subtitute for fossil fuels. Bioethanol is one of the alternative energy which can be used either in the present or in the future. The bioethanol plant is carried out using a fermentation process with putification of destillation and dehidration. The bioethanol plant with a capacity of 24.000 tons of bioethanol/year will be established in wonogiri regency, Pracimantoro District, Central java in 2025 with consideration of ease of raw material access and product distribution. The raw materials used are sorghum stalks. The bioethanol production process is divided into six stages. Pretreatment stage is preparation process of raw materials. Grinding stage is flushed sap with imbibision water at temperature 60oC. Mixing stage uses a suitable raw material for fermentor with indicators pH 4-4,5 and hydrolisis reaction to produce glucose. Propagation stage uses make yeast with saccharomycess cerevisiae at temperature 60oC. And Purification stage uses ethanol product with a content of 99,5%. The plant is planned to operate batch-continuously for 300 days/year on a 1 day basis. The required of sorghum stalks is 97.222,2 kg/hour with supporting materials such as imbibiton water, sulfuric acid, urea, antifoam, dan yeast (saccharomyces cerevisiae). Utility needs include sanitary water, cooling makeup water and boiler make up water.

Keywords: Bioethanol, sorghum stalks, saccharomycess cerevisiae

ABSTRAK

Ketergantungan dalam kebutuhan minyak bumi di Indonesia semakin meningkat.. Akan tetapi, produksi bahan bakar semakin menurun dan meningkatnya polusi udara di lingkungan. Penggunaan bahan bakar alternative dari sumber non fosil merupakan pilihan terbaik sebagai pengganti bahan bakar fosil. Bioetanol merupakan salah satu energy alternative yang dapat digunakan baik di masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Pabrik bioetanol menggunakan proses fermentasi dengan permunian destilasi dan dehidrasi. Pabrik bioethanol dengan kapasitas 24.000 ton bioethanol/tahun akan didirikan di Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Pracimantoro, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2025 dengan pertimbangan kemudahan akses bahan baku dan distribusi produk. Bahan baku yang digunakan adalah batang sorgum. Proses produksi bioethanol dibagi menjadi enam tahap. Tahap pretreatment yaitu proses persiapan bahan baku. Tahap penggilingan yaitu proses memerah nira dengan air imbibisi dengan suhu 60oC. Tahap pencampuran bertujuan untuk mendapatkan kondisi bahan baku yang sesuai untuk diumpan ke fermentor dengan indicator pH 4-4,5 dan mengalami reaksi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa. Tahap propagasi untuk membuat yeast dengan bantuan saccharomyces cerevisiae pada suhu 60oC. tahap pemurnian bertujuan untuk mendapat produk etanol

dengan kadar sebesar 99,5%. Pabrik ini direncanakan beroperasi secara batch-kontinyu selama 300 hari/tahun dengan basis 1 hari. Bahan baku batang sorgum yang dibutuhkan sebanyak 97.222,2 kg/jam dengan bahan baku pendukung berupa air imbibisi, asam sulfat, urea, antifoam dan yeast (saccharomyces cerevisiae). Kebutuhan utilitas meliputi air sanitasi, air make up pendingin, dan make up boiler.

(2)

1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara berkembang yang salah satu cirinya adalah melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, khususnya di bidang industri. Perkembangan sektor industri dunia salah satunya sangat bergantung kepada pasokan minyak bumi, termasuk di Negara Indonesia. Kebutuhan minyak Indonesia pada tahun 2016 mencapai 72,59 MTOE (megaton of oil equivalent). Nilai kebutuhan minyak Indonesia ini masih mendominasi daripada sumber energi lainnya seperti gas alam, batu bara, energi terbarukan dan energi tenaga air.

Gambar 1. Konsumsi Energi Menurut Jenisnya Tahun 2016

(Statistical Review of World Energy, 2016) Meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak yang cukup tinggi tiap tahunnya merupakan suatu kekhawatiran besar bagi pemerintah dan para konsumennya karena energi dan sumber daya mineral Indonesia terus menurun sebesar 4,5% setiap tahunnya. Jika dilakukan perhitungan secara matematis, apabila tidak dilakukan eksplorasi sumber minyak baru, maka dalam kurun 10 tahun bahan baku pembuatan minyak akan habis. Ketidakseimbangan produksi dan kebutuhan minyak pada tahun 2014 konsumsi minyak sebanyak 1,7 juta barel per hari sedangkan produksi minyak hanya 852,5 ribu barel per hari.

Untuk meminimalisir hal tersebut, bioetanol hadir sebagai bahan bakar alternatif. Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping biodiesel. Bioetanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme (Budisetyowati, 2016). Bioetanol (C2H5OH) merupakan bahan bakar nabati

yang penggunaannya dapat dijadikan sebagai bahan bakar substitusi BBM dengan digunakan sebagai bahan bakar pencampuran dengan bensin, Untuk bioetanol yang mempunyai grade 90-96,5%vol dapat digunakan pada industri farmasi, sedangkan bioetanol 96-99,5%vol dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan yang harus benar-benar kering dan anhydrous supaya tidak korosif (Haisya, 2011).

Bioetanol dapat dengan mudah diproduksi dari tanaman-tanaman yang mengandung gula. Diantaranya tetes tebu, nira bergula, sagu, jagung, sorgum dan singkong. Dari berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman sorgum. Adapun batang sorgum terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula dan bioetanol (Suhamdan, 2014).

Data jumlah produksi, konsumsi, ekspor dan impor Bioetanol di Indonesia ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan data pada tabel tersebut, produksi dan konsumsi Bioetanol mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah konsumsi Bioetanol lebih besar daripada produksi sehingga terdapat peningkatan impor Bioetanol setiap tahun.

(3)

Tabel 1. Data Produksi, Konsumsi, Impor dan Ekspor Bioetanol di Indonesia Tahun Produksi (Kg) Konsumsi (Kg) Impor (Kg) Ekspor (Kg) 2013 48.154,742 57.920.000 106.430 391.478 2014 51.235,564 61.750.000 229.440 478.054 2015 54.789,903 64.120.000 1.134.500 488.136 2016 57.987,004 68.380.000 1.262.000 720.374 2017 60.078,396 73.510.000 1.632,4 687.253

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 Produksi Bioetanol di Indonesia masih belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga, mengakibatkan Bioetanol harus diimpor dari luar negeri dan hal tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya nilai impor.

Oleh karena itu, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan Bioetanol dan mengurangi ketergantungan terhadap impor maka perlu didirikan pabrik Bioetanol baru di Indonesia. Pendirian pabrik Bioetanol sangat strategis yaitu untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak, dapat mengurangi nilai impor, menjadikan Bioetanol sebagai bahan bakar substitusi BBM, memanfaatkan tanaman sorgum, membuka lapangan pekerjaan baru bagi penduduk sehingga dapat menurunkan angka pengangguran, dan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi Bioetanol di Indonesia.

2. SELEKSI DAN URAIAN PROSES

Berikut ini merupakan seleksi proses pembuatan Bioetanol berdasarkan beberapa pertimbangan pada tabel 2.

Tabel 2. Seleksi Pemilihan Proses

No Parameter

Fermentasi Sintesis Ethylene

Gula Pati Cairan Limbah Sulfit Esterifika si dan Hidrolisis Hidrasi Katalis 1. Bahan Baku Dapat diperbaharui (molase, sorgum) Dapat diperbaharui (jagung, singkong) Dapat diperbaharui (kayu, bagasse) 2. Suhu Operasi 20-30 °C 18-30 °C 40-50 °C >190°C >150°C 3. Tekanan

Operasi 1 atm 1 atm 1 atm >1 atm >1 atm

4. Yield 90% 90% 95% 95% 95% 5. Proses Sederhana, tidak membutuhkan katalis Sederhana, tidak membutuhkan katalis, perlu pengubahan pati menjadi glukosa Sederhana, tidak membutuhkan katalis, perlu pengubahan selulosa menjadi glukosa Rumit, butuh katalis Rumit, butuh katalis

(4)

C - 111 3 4 6. Biaya Produksi Relatif murah (prospek keuntungan cukup) Relatif murah (prospek keuntungan cukup) Relatif murah (prospek keuntungan cukup) Cukup mahal (prospek keuntunga n kecil) Cukup mahal (prospek keuntun gan kecil) (Faith, 1961)

2.2 Pertimbangan Pemilihan Proses

Pada pendirian pabrik Bioetanol dari molase ini dipilih dengan Proses Fermentasi dari Bahan Baku Gula karena pertimbangan bahan baku yang digunakan sorgum sesuai dengan proses yang digunakan dalam fermentasi gula, proses yang digunakan sederhana dan tidak membutuhkan katalis, selain itu, konversi yang dihasilkan cukup tinggi (90%), dan proses fermentasi dari gula menggunakan temperatur

2.3. Deskripsi Proses

Proses pembuatan bioetanol dari bahan baku batang sorgum berdasarkan pada proses fermentasi. Proses pembentukan bioetanol dibagi menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Tahap Pretreatment 2. Tahap Penggilingan 3. Tahap Pencampuran 4. Tahap Propagasi 5. Tahap Pemurnian 2.3.1 Tahap Pretreatment

Tahap Pretreatment merupakan tahap persiapan limbah batang sorgum kemudian dipindahkan menuju meja batang sorgum menggunakan crane sebagai pengolahan nira. Di meja batang sorgum terdapat carrier untuk menjalankan alas meja batang sorgum. Proses produksi batang sorgum menjadi nira dimulai dengan proses pencucian yang merupakan tahap awal untuk mendapatkan nira dari bahan baku batang sorgum. Proses pencucian bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang ada di batang sorgum dengan menggunakan air proses. Setelah itu masuk ke heavy duty hammer shredder. Gambar 2.1 tahap persiapan bahan baku

Gambar 2.1 Tahap Pretreatment

F-110 Water Process Water Process Batang Sorgum

(5)

2.3.2 Stasiun Penggilingan

Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan untuk memerah nira dari batang sorgum. Lalu masuk ke dalam Heavy duty hammer shredder yang berguna untuk memecah sel-sel batang sorgum sehingga memudahkan untuk dilakukan penggilingan pada roller mill. Nira hasil gilingan dimasukkan ke dalam tangki penampung nira 1 pada suhu 29 0C. Sementara itu, ampas hasil gilingan dimasukkan

ke dalam storage dan dimanfaatkan untuk diumpankan ke ketel sebagai bahan bakar. Gambar 2.2 tahap penggilingan bahan baku

2.3.3 Tahap Pencampuran

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi bahan baku yang sesuai untuk diumpankan ke fermentor. Nira yang keluar telah ditampung pada tangki penampung kemudian dipompa masuk pada tangki pencampur dan ditambahkan Asam Sulfat serta air proses. Pada proses ini juga untuk membantu terbentuknya endapan berupa abu. Abu reaksi yaitu CaO, MgO, dan K2O, sedangkan abu yang tidak

bereaksi yaitu SiO2.

CaO + H2SO4 → CaSO4 + H2O………. (2.10)

K2O + H2SO4 → K2SO4 + H2O……….. (2.11)

MgO + H2SO4 → MgSO4 + H2O………... (2.12)

Pada tahap pencampuran ini juga terjadi reaksi hidrolisis, dimana nira mentah direaksikan dengan air proses yang berfungsi untuk memecah asam menjadi glukosa. Reaksinya adalah :

C12H12O11 + H2O → 2C6H12O6………. (2.13)

Keluaran dari tangki pencampur berupa nira mentah yang selanjutnya dipompa menuju tangki starter. Tahap pencampuran dapat diketahui pada gambar 2.3

C - 112 L – 115 A L – 115 B F -118 C – 114 A C – 114 B C – 114 C J – 113 A J – 113 B J – 113 C J -113 D L – 115 C 5 6 7 9 12 Water Process Nira Mentah Batang Sorgum 60oC Baggasse 29oC

(6)

Gambar 2.3 Tahap Penggilingan

Gambar 2.4 Tahap Propagasi

2.3.4 Tahap Propagasi

2.3.4.1 Starter

Starter dengan nama lain tahap perkembangbiakan yeast. Tujuan dari tahap ini untuk membuat

yeast dapat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga dapat berkembang biak, selain itu dapat

mempersiapkan bibit agar mampu melakukan proses pengubahan gula menjadi alkohol. Pada tahap ini ditambahkan Urea sebagai sumber nutrisi yeast.

2.3.4.2 Fermentasi

Fermentasi bioetanol dapat didefinisikan sebagai proses penguraian gula menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Menghasilkan kadar etanol 9-11%. Dan terjadi reaksi Fermentasi :

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2………. (2.14) L - 215 H - 211 J - 212 L - 119 L - 213 27 ,9 13 1 27 ,9 15 1 27,9 15 1 27 ,9 16 1 F - 118 F - 214 M - 210 L - 216 L – 313 C L – 313 A L – 313 B 30 ,2 17 1 27 ,9 18 1 30 ,2 20 1 32 21 1 30 ,2 22 1 30 ,2 24 1 32 23 1 30 ,2 25 1 30 ,2 27 1 30 ,2 28 1 30 ,2 30 1 L -312 R – 311 B R – 311 A R -310 B R – 310 C M - 210 R – 310 A Nira Mentah Filtrat Cake

Pengolahan Limbah Padat

H2SO4 Water Process

pH 4-4,5

Nira dari Mixer

Yeast Urea Anti

foam CO2 Anti foam CO2 Bioetanol kadar 7-11%

(7)

Gambar 2.5 Tahap Pemurnian 2.3.5 Tahap Pemurnian

Tahap pemurnian bertujuan untuk mendapatkan kadar fuel grade etanol sebesar 99,58%. Pada tahap pemurnian dilakukan secara continuous dan terdapat 2 tahapan yaitu proses proses distilasi dan proses dehidrasi.

2.3.5.1 Proses Distilasi

Tahapan selanjutnya dari tahap pemurnian yaitu proses distilasi. Tujuan dari proses distilasi yaitu menghilangkan air dari campuran antara bioetanol-air, dalam hal ini akan diperoleh kadar bioetanol sebesar 96%.

2.3.5.2 Proses Dehidrasi

Hasil proses distilasi dihasilkan campuran azeotrop yaitu etanol-air. Campuran ini dipisahkan dengan metode dehidrasi adsorpsi. Proses dehidrasi bertujuan untuk memisahkan kadar air dari etanol. Dehidrasi dilakukan untuk mendapatkan kadar etanol 99,58%.

3. NERACAMASSA

a. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi, kebutuhan bahan baku, kebutuhan utilitas, spesifikasi peralatan utama dan pendukung, utilitas dan pengolahan limbah berfungsi untuk menentukan perhitungan neraca massa. Berikut adalah tabel perhitungan produksi, konsumsi, impor dan ekspor.

Tabel 3. Kapasitas Produksi Pabrik Bioetanol dari Batang Sorgum (Ton)

Produksi (M1) Impor (M2) Ekspor (M4) Konsumsi (M5) Kapasitas (M3)

251.379,47 88.572,14 2.038.145,81 111.625.176 120.259,96

Berdasarkan Tabel 3, kapasitas produksi dengan proyeksi tahun 2025 sebesar 120.259,96 Ton, dikonversi setiap tahun menjadi 24.051,99 Ton/tahun. Lalu, untuk Pra-rancangan pabrik Bioetanol dari berbahan baku batang sorgum menetapkan pada tahun 2025 yaitu sebesar 24.000 Ton/tahun.

b. Neraca Massa

Berikut ini merupakan neraca massa overall yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Neraca Massa Overall Pabrik Bioetanol dari Batang Sorgum

Inlet Outlet

Bahan Baku Laju Alir Massa

(kg/jam) Bahan Baku

Laju Alir Massa (kg/jam) Air 193.114,61 Air 192.553,43 Serat 27.222,22 Serat 27.222,23 Sukrosa 13.125 Sukrosa 647,95 Bioetanol pH 7 Bioetanol kadar 7-11% Bioetanol 72% Bioetanol 95% Bioetanol 99,58%

(8)

Selulosa 5.152,78 Selulosa 5.032,95 Hemiselulosa 3.402,78 Hemiselulosa 3.323,65 Lignin 2.430,56 Lignin 2.374,03 Abu 1.166,67 Abu 1.128,61 Impurities 972,22 Impurities 316,54 CaO 0 CaO 0 MgO 0 MgO 0 K2O 0 K2O 0 SiO2 0 SiO2 1,21 CaSO4 0 CaSO4 4,38 K2SO4 0 K2SO4 12,15 MgSO4 0 MgSO4 3,60 H2SO4 2.961,55 H2SO4 0 Glukosa 0 Glukosa 26,91 Urea 480,50 Urea 136,45 Yeast 507,37 Yeast 851,42

Anti Foam 285,98 Anti Foam 845,87

C2H5OH 0 C2H5OH 6.505,86

CO2 0 CO2 6.250,70

NH4OH 2.106,14 NH4OH 0

(NH4)2SO4 0 (NH4)2SO4 3.971,58

Total Input 252.928,38 Total Output 252.928,38

4. NERACAENERGI

Perhitungan Neraca Energi bertujuan untuk merancang spesifikasi alat proses, menghitung jumlah kebutuhan utilitas dan menghitung kebutuhan energi. Berikut merupakan neraca energi overall pada tabel 5.

Tabel 5. Neraca Energi Overall

Inlet Outlet

Aliran Energi Laju Alir Massa

(kkal/jam) Aliran Energi

Laju Alir Massa (kkal/jam)

Heater Air Imbibisi 687.066 Heater Air Imbibisi 687.066

Roll Mill 5.230.214 Roll Mill 5.230.214

Tangki Penampung Nira 1.624.410 Tangki Penampung Nira 1.624.410

Tangki Mixing 471.146 Tangki Mixing 471.146

Tangki Starter 869.686 Tangki Starter 869.686

Tangki Fermentor 2.063.559 Tangki Fermentor 2.063.559 Tangki Netralisasi 628.531 Tangki Netralisasi 628.531 Tangki Equalizer 549.369 Tangki Equalizer 549.369

Heater 1 6.415.127 Heater 1 6.415.127

Kolom Destilasi 1 278.285.557 Kolom Destilasi 1 278.285.557 Kolom Destilasi 2 9.232.844 Kolom Destilasi 2 9.232.844

Vaporizer 272.513 Vaporizer 272.513

Heater 2 263.038 Heater 2 263.038

Dehidrasi 4.702.761 Dehidrasi 4.702.761

(9)

5. UTILITAS

Sistem utilitas pabrik Bioetanol dari bahan baku batang sorgum ini meliputi sistem penyediaan air, sistem penyediaan listrik dan sistem penyediaan steam. Berikut adalah kebutuhan utilitas pabrik bioetanol :

Tabel 5.1 Kebutuhan utilitas pabrik bioetanol

Utilitas Kebutuhan

Air 5.004,24 m3/hari

Listrik (PLN/pembangkit sendiri) 131,80 kW

Steam 53.290,294 kg/jam

6. TATA LETAK

Tata letak pabrik meliputi bagian dari pabrik yaitu tempat bekerja karyawan, tempat peralatan, tempat penyimpanan bahan baku dan produk ditinjau dari satu dengan yang lain. Pada Pra-rancangan pabrik Bioetanol dari Bahan Baku Batang Sorgum didirikan di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2. Lokasi Perencanaan Pendirian Pabrik Bioetanol

Gambar 3. Tata Letak Pabrik Bioetanol

(10)

7. STRUKTUR ORGANISASI

Jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk proses produksi pabrik bioetanol ini adalah sebanyak 68 orang.jam/hari. Karena setiap hari karyawan operasi dibagi dalam 3 shift kerja dengan bekerja selama 8 jam/hari, maka jumlah karyawan proses 5/shift. Dengan total regu adalah sebanyak 4 regu, maka jumlah pekerja jumlah karyawan operasi yang dibutukan adalah 20 orang pekerja. Berikut adalah struktur organisasi dari pabrik bioethanol dari batang sorgum :

Gambar 7.1 Struktur Organisasi Perusahaan

8. ANALISIS EKONOMI

Pendirian pabrik Bioetanol dari Bahan Baku Sorgum ini dengan modal sendiri 60% yaitu sebesar Rp. dan modal pinjaman sebesar 40% yaitu sebesar Rp.

Tabel 7. Total Capital Investment

No. Parameter Biaya

Fixed Capital Investment

1. Direct Cost 147.330.474.156

2. Indirect Cost 107.340.774.028

Working Capital 25.724.368.503

Total Capital Investment 257.243.685.034

Biaya Produksi Langsung 242.546.878.142

Biaya Overhead 9.646.208.372

Biaya Umum (GE) 2.893.862.512

(11)

Berdasarkan perhitungan analisis ekonomi, Internal Rate Return (IRR) yang diperoleh sebesar 21,94% dan Rate On Investment (ROI) yang diperoleh sebesar 23,9%. Presentase IRR dan ROI mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk didirikan dan diperoleh Pay Out Time (POT) sebesar 3,6 tahun. Perhitungan analisis ekonomi didasarkan pada discounted cash flow sedangkan Break Even Point (BEP) diperoleh sebesar 50,08%. Berdasarkan analisis ekonomi, maka pabrik Bioetanol layak didirikan.

9. KESIMPULANDANSARAN

Pembuatan Bioetanol dari Batang sorgum dengan proses fermentasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pabrik Bioetanol direncanakan beroperasi secara batch-kontinyu selama 300 hari operasi/tahun dan 24 jam/hari.

b. Kapasitas pabrik pada tahun 2025 sebesar 24.000 ton/tahun.

c. Pabrik bioetanol dirancang di Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Pracimantoro, Baatuwarno, Eromoko dan Wuryantoro.

d. Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi pabrik ini layak untuk didirikan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Okky Putri Prastuti, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing, Ibu Mala Hayati Nasution, S.T.,M.T. selaku koordinator Tugas Akhir Pra Rancangan Desain Pabrik Departemen Teknik Kimia, Dosen pengajar Departemen Teknik Kimia UISI, orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral, Tim Bioetanol yang telah bekerja sama menyelesaikan tugas ini, teman-teman ChE-02 Departemen Teknik Kimia dan Keluarga besar Teknik Kimia ChE-03, ChE-04 dan SI 7 atas dukungan dan bantuan yang tiada henti serta selalu memberikan semangat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Brownell, L.E., and Young E.H. (1959). Process Equipment Design. New Delhi. Wiley Eastern Ltd.

[2] Brownell, L.E., and Edwin H Young. (1959). Process Equipment Design. New York. [3] Coulson, Richardson. (1983). Chemical Engineering. Vol. 6th. New York. Pergamon Press.

[4] Kern, D.Q. (1983). Process Heat Transfer. Tokyo : McGraw Hill International Book Company. [5] Perry, R.H., and Cecil, H.C. (2008). Chemical Engineers Handbook, 8th edition. San Fransisco:

Gambar

Tabel 1. Data Produksi, Konsumsi, Impor dan Ekspor Bioetanol di Indonesia  Tahun  Produksi  (Kg)  Konsumsi (Kg)  Impor (Kg) Ekspor (Kg) 2013  48.154,742  57.920.000  106.430  391.478  2014  51.235,564  61.750.000  229.440  478.054  2015  54.789,903  64.120
Gambar 2.1 Tahap Pretreatment
Gambar 2.2 Tahap Penggilingan
Gambar 2.3 Tahap Penggilingan
+5

Referensi

Dokumen terkait

 Nira batang sorgum merupakan bahan baku bioetanol yang dipilih pada pra perancangan pabrik ini karena yield yang tinggi, pertimbangan ekonomi, ketersediaan, dan

• Nira batang sorgum merupakan bahan baku bioetanol yang dipilih pada pra perancangan pabrik ini karena yield yang tinggi, pertimbangan ekonomi, ketersediaan, dan

Berdasarkan dari hasil refleksi peneliti, hasil pengamatan hasil evaluasi akhir pada siklus I dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode Mind Mapping dalam

Keuntungan terbesar juga didapatkan oleh pengusaha batik. Hal ini karena keterlibatan pengusaha batik dalam setiap tahapan produksi, dari pembelian bahan baku hingga

Sejauh ini, penelitian terkini mengenai produksi bioetanol dari batang sorgum manis yang telah dilakukan adalah menggunakan biakan campuran Saccharomyces

Pada saat kunjungan lokasi pabrik mitra dilaksanakan beberapa pekerjaan lapangan yaitu pengukuran lokasi untuk luas tanah yang dipakai untuk pembangunan pabrik gula

Keywords: Cassava, genotipe, , mocaf, physicochemical Abstrak Faktor penting yang mempengaruhi karakteristik tepung adalah bahan baku tepung, genotipe/ varietas serta proses

Target perbaikan untuk Pabrik Gula Jatiroto dapat dilihat pada Tabel 7. Pada tahun 2018 nilai efisiensi produksi yang dicapai Pabrik Gula Jatiroto sebesar 0,96.