• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN KESALEHAN SOSIAL. 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN KESALEHAN SOSIAL. 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

20 A. Mata Pelajaran Akidah Akhlak

1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Pengertian Aqidah Akhlak terdiri dari dua kata yaitu aqidah dan

akhlak yang mempunyai pengertian terpisah.

a. Aqidah

Aqidah berasal dari kata aqaid, bentuk jamak dari aqidah yang berarti kepercayaan atau keyakinan.1

Menurut istilah, akidah Islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran Islam yang meliputi kemahaesaan Allah Swt (tauhid) dan segala ajaran-Nya, yang tercakup dalam enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah Swt, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan kepada qadha dan qadar baik buruk keduanya dari Allah Swt.2

Pengertian akidah secara terminologi (istilah) juga dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

Menurut imam Al Ghazali menyatakan, apabila akidah telah tumbuh pada jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa hanya Allah sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada

1

Anton M, Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 772.

2

(2)

ini hanyalah mahluk belaka. Jadi, berakidah Islam berarti percaya dan yakin secara teguh terhadap ajaran yang meliputi enam rukun iman.

Menurut Muhammad Naim Yasin akidah berarti pula keimanan yang terdiri tiga unsur yaitu pengikraran dengan lisan, pembenaran dengan hati dan pengamalan dengan anggota badan.

Dari pengertian diatas diketahui bahwa iman terdiri dari ucapan (lidah, pembenaran dalam hati) dan amal perbuatan.

Firman Allah dalam surat Thoha ayat 112:

























Artinya:

“Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak pula akan pengurangan haknya” (QS. Thoha:

112)

Keimanan dan kepercayaan akan timbul karena dalil aqli, sesuatu yang dapat diterima akal yang sehat, misalnya melihat bintang, bulan, matahari, bumi, langit, siang, malam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, angin, hujan dan seluruh isi alam menjadi dalil yang kuat bahwa alam ini ada penciptanya. Dia menghidupkan, mengatur, dan mengurus ciptaan-Nya.

Keimanan juga dapat tumbuh dengan adanya dalil naqli yang menyeru manusia untuk beriman kepada keesaan Allah Swt. Dan faktor hidayah (petunjuk) dari Allah sangat menentukan keimanan seseorang.

(3)

Firman Allah:





























Artinya:

“Sesungguhnya engakau tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya” (QS. al Qashash: 56)

Iman akan selalu bertambah dengan adanya ketaatan dan akan selalu berkurang dengan adanya kemaksiatan. Kemantapan iman dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La ila ha iIla al-Allah.

Al Maududi mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid dalam kehidupan manusia diantaranya:

1) Manusia percaya kalimat tauhid ini tidak mungkin berpandangan sempit dan berakal pendek

2) Keimanan ini mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia

3) Keimanan mengalirkan kesederhanaan dan kesahajaan.3

Dalam pelajaran Akidah dipelajari tentang keesaan Allah SWT, berarti pula tentang keimanan. Keimanan kepada wujud dan keesaan Allah menjadi prinsip pokok dalam agama Islam. Tanpa beriman orang tidak dianggap beragama.

3

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-2, hlm. 98

(4)

b. Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.4

Menurut Imam Al Ghazali mengemukakan definisi akhlak yaitu “Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”5

Menurut al Ghazali akhlak mempunyai tiga dimensi:

1) Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya sepert ibadah dan sholat.

2) Dimensi Sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulanya dengan sesamanya.

3) Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.

Al Ghazali juga menyatakan “Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji, baik dari segi akal, syara’, maka ia disebut akhlak yang baik dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.”

Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: a) Perbuatan baik dan buruk

b) Kesanggupan melakukannya c) Mengetahui

4

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: Amzah 2007), hlm. 2.

5

(5)

d) Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dan sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk.6

Pada dasarnya hakekat akhlak bisa dibina dan dibentuk sebagaimana ucapan Al Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya: “bahwa kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan dan pembiasaan”.7

Sedangkan menurut Ahmad Amin yang disebut akhlak “Akhlak adalah adatul- idarah atau kehendak yang dibiasakan.” 8

Jadi kedua pengertian di atas yaitu “akidah” dan “akhlak” dapat diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena akidah atau iman dan iman berada dalam hati.

Jadi mata pelajaran akidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai dari suatu perbuatan baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Dan pelajaran Akidah Akhlak sangat strategis

6

H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), Cet. Ke- 2. hlm. 28-29

7

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 162

8

(6)

untuk di berikan agar siswa dapat bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan) dengan baik.9

Adapun pengertian mata pelajaran Akidah Akhlak sebagaimana yang tedapat Kurikulum Madrasah 2004

Mata pelajaran Akidah dan Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikanya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan akidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan pemeluk agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.10

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Akidah Akhlak dengan mata pelajaran lainya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan bahkan saling membantu dan menunjang, karena mata pelajaran lainya secara keseluruhan berfungsi menyempurnakan tujuan pendidikan. Namun demikian bahwa tuntutan mata pelajaran Akidah Akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materinya bukan saja untuk diketahui, dihayati dan dihafal melainkan juga harus diamalkan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak di madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan

9

Mustofa, Ibid hlm. 109.

10

Depag RI, Kurikulum 2004, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, hlm. 21-22

(7)

pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibitidaiyah meliputi:

a. Aspek Akidah (keimanan) meliputi:

1) Kalimat Thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha

illallaah, basmalah, Alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar, ta’awwuddz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfar.

2) Al-asma al husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al ahad, al

khaliq, ar Rahman, as-Sama’I, ar Razaaq, al Mughni, al Hamid, asy Syakuur, al Qudduus, ash Shamad, al Muhaimin, al Azhiim, al Kariim, al Kabur, al Malik, al Baathin, al-Walii, al Mujiib, al Wahhab, al Aliim, azh Zhahir, ar Rasyiid, al Haadi, as Salaam, al Mu’min, al Latiif, al Baaqi, al Bashir, al Muhyi, al Mumit, al Qawii, al Hakim, al Jabbar, al Mushawwir, al Qadiim, al Ghafuur, al Afuww, ash Shabuur

dan al Haliim.

3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat

thayyibah, al asma al husna dan pengenalan terhadap shalat lima

waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

4) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah), malaikat, kitab Allah, Rosul dan hari akhir serta Qada dan Qadar Allah.

(8)

b. Aspek Akhlak meliputi:

1) Pembiasaan Akhlak Karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu disiplin, hidup bersih, ramah, sopan santun, syukur, nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tabligh, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, amanah dan tawakkal.

2) Menghindari akhlak tercela (madzmuzah) secara berurutan di sajikan pada tiap semester dan jenjang kelas yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/ kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, murtad.

3) Aspek adab Islami, meliputi:

a) Adab terhadap diri sendiri yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/ kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan minum, bersin, belajar dan bermain.

b) Akhlak terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji dan beribadah

c) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orangtua, saudara, guru, teman dan tetangga.

d) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang, dan tumbuhan di tempat umum dan di jalan.

(9)

4) Aspek Kisah Teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf as, Tsa’labah, Masitah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub, materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehinga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.11

3. Kurikulum Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MII Dekoro Pekalongan Kurikulum yang diterapkan di MII Dekoro Pekalongan adalah kurikulum KTSP 2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

1. Kurikulum Kelas V MII Dekoro Pekalongan No Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Alokasi Waktu Rencana Pelaksanaan 1 1. Memahami kalimat thayyibah (Alhamdulilla h dan Allahu akbar), al-asma al-husna (al-Wahhaab, ar-Razzaaq, al-Fattah, asy-1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (Alhamdulillah dan Allahu Akbar) 1.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang terkandung dalam al-asma al-husna(al-Wahhaab, 4 X 35 menit 4 X 35 menit Semester I 11

(10)

Syakur dan al-Mughni)

ar-Razzaaq, al-Fattah, asy-Syakur dan al-Mughni)

2 2. Beriman pada hari kiamat

2.1 Mengenal adanya hari kiamat 4 X 45 menit 3 3. Membiasakan akhlak terpuji 3.1 Membiasakan sikap optimis, qanaah dan tawakkal dalam kehidupan sehari – hari 3.2 Membiasakan akhlak

yang baik ketika di tempat ibadah 4 X 35 menit 4 X 35 menit 4 4. Menghindari akhlak tercela 4. Menghindari sifat pesimis, bergantung, serakah dan putus asa dalam kehidupan sehari – hari 4 X 35 menit 5 5. Memahami kalimat thayyibah (tarji’) dan al-asma al-husna (al-Muhyi. Al-Mumiit)

5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (tarji’)

5.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang terkandung dalam

al-asma al-husna (al-Muhyii, al-Mumiit dan al-Baqii) 4 X 35 menit Semester II 6 6. Membiasakan akhlak terpuji 6.1 Membiasakan sikap teguh pendirian, dan dermawan dalam kehidupan sehari – hari 6.2 Membiasakan akhlak

yang baik dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat 5 X 35 menit 7 7. Menghindari akhlak tercela

7. Membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah melalui kisah Qarun

6 X 35 menit

(11)

2. Kurikulum Kelas IV MII Dekoro Pekalongan No Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Alokasi Waktu Rencana Pelaksanaan 1 1. Mengenal kalimat thayyibah (astaghfirulla hal aziim) dan al-asma al-husna (al-Qawiyy, al-Hakim, al-Mushawwir dan al-Qadir) 1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah 1.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat

Allah yang

terkandung dalam

al-asma al-husna (Qawiyy, Hakim, Mushawwir dan al-Qadir) 6 X 35 menit 6 X 35 menit Semester I 2 2. Beriman kepada Allah 2.1 Mengenal adanya

Qada’ dan Qadar

6 X 35 menit (6 Jam pelajaran) 3 3. Membiasakan akhlak terpuji 3.1 Membiasakan sifat tanggung jawab, adil dan bjaksana dalam kehidupan sehari - hari 6 X 35 menit (6 Jam pelajaran) 4 4. Menghindari akhlak tercela 4.1 Membiasakan diri untuk menghindari sifat marah, fasik, murtad 4 X 35 menit (4 Jam pelajaran) 5 5. Mengenal kalimat thayyibah (taubat) dan al-asma al-husna (al-Ghafuur, ash-Shabuur dan al-Haliim) 5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (taubah) 5.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat

Allah yang

terkandung dalam

al-asna al-husna (al-Ghafuur, ash-Shabuur dan al-Haliim) 6 X 35 menit (6 Jam pelajaran) 8 X 35 menit (8 Jam pelajaran) Semester II

(12)

6 6. Membiasakan akhlak terpuji

6.1 Membiasakan sifat sabar dan taubat dalam kehidupan sehari – hari melalui kisah Nabi Ayub as dan kisah nabi Adam as

6.2 Membiasakan berakhlak baik terhadap binatang dan tumbuhan dalam hidup sehari – hari

8 X 35 menit (8 Jam pelajaran) 6 X 35 menit (6 Jam pelajaran)

4. Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1) Pendekatan

Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu:

a) Pendekatan keimanan/ Spiritual

“Pendekatan keimanan/ spiritual yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengelola rasa dan kemampuan beriman peserta didik melalui pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menerima, menghayati, menyadari dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”.

b) Pendekatan Pengalaman

“Pendekatan pengalaman yaitu proses pembelajaran yang dikembangkan dengan paradigma pedagogik reflektif yang lebih mengutamakan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan

(13)

memakai pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pendekatan Emosional

“Pendekatan emosional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”.

d) Pendekatan Rasional

“ Pendekatan rasional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan akal (rasio) sesuai tingkat perkembangan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nliai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”.

e) Pendekatan Keteladanan

“Pendekatan keteladanan yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan figur personal sebagai perwujud nilai-nilai ajaran Islam, agar peserta didik dapat melihat, merasakan, menyadari, menerima, dan mencontohnya.”

f) Pendekatan Pembiasaan

“Pendekatan pembiasaan yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap konteks/ lingkungan belajar

(14)

dalam membangun sikap mental dan membangun masyarakat yang Islami sesuai kesanggupan peserta didik dalam mengamalkan dan mewujudkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”.

g) Pendekatan Fungsional

“Pendekatan fungsional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap kemampuan untuk menggali, menemukan, dan mewujudkan nilai fungsi tuntunan dan ajaran agama sebagai pedoman hidup dalam menjawab dan memecahkan persoalan kehidupan manusia”.

2) Prinsip Pengembangan Pembelajaran

Ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu:

a) Berpusat pada peserta didik

Kegiatan pembelajaran yang meliputi materi, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik peserta didik.

b) Belajar dengan Keteladanan dan pembiasaan

Kegiatan pembelajaran tidak terputus pada pengetahuan umum, tetapi harus ditindak lanjuti pada pemberian contoh/ keteladanan dalam pengamalan, dan berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”.

(15)

Kegiatan pembelajaran diperlukan pengalaman langsung atau tidak langsung kaitannya dengan lingkungan sosial.

d) Mengembangkan fitrah bertauhid

Bimbingan peserta didik agar fitrah bertauhidnya bisa berakidah dan akhlak yang benar dan lurus.

e) Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah

Kegiatan pembelajaran dikembangkan agar peserta didik terampil dalam mengidentifikasi, mengklasifikasi, memecahkan dan mengambil keputusan secara benar dengan menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber dari wahyu ilahi.

f) Mengembangkan kreatifitas peserta didik

Peserta didik diberi kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nliai ajaran Islam dalam kehidupan.

g) Mengembangkan kepahaman penggunaan ilmu dan teknologi Memberi peluang agar peserta didik memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar dan penggunaan multimedia pembelajaran.

h) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik

Pembelajaran yang dikembangkan tidak terlepas dari membangun kepribadian dan moral peserta didik sebagai anak Indonesia. i) Belajar sepanjang hayat

(16)

Peserta didik dikembangkan agar memiliki kesadaran dan terus butuh belajar agama sepanjang kehidupan.

j) Perpaduan kompetensi, kerja sama, dan solidaritas

Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama yang memungkinkan peserta didik bekerja secara mandiri dan bekerja sama melalui lintas kompetensi.

3) Prinsip Motivasi Belajar

Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:

a) Kebermaknaan

Jika kegiatan dan materi belajar diketahui bermanfaat dan dirasakan bermakna bagi diri peserta didik, maka peserta didik akan termotivasi untuk belajar.

b) Kontinuitas

Penataan organisasi isi materi tidak terjadi tumpang tindih pada setiap level dan jenjang pendidikan.

c) Model/ Figur/ Tokoh

Peserta didik akan menghayati, menyadari, dan mencontoh pengamalan nilai-nilai Akidah Akhlak dengan baik jika guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.

(17)

Di awal pelajaran guru menyampaikan secara terbuka sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik belajar peserta didik.

e) Tugas menyenangkan dan menantang

Peserta didik disediakan materi untuk pengalaman dan tugas belajar yang menyenangkan sesuai dengan tingkat kemampuan berfikirnya.

f) Latihan yang tepat dan aktif

Memberikan kegiatan latihan sesuai kemampuan peserta didik dan peserta didik dapat berperan dapat aktif untuk mencapai kompetensi.

g) Penilaian tugas

Peserta didik diberi tugas yang dibagikan dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dan dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.

h) Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan

Kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan peserta didik.

i) Keragaman pendekatan

Peserta didik diberikan kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar.

(18)

Pengalaman belajar dikembangkan dengan berbagai kemampuan, seperti kemampuan beragama, logis, matematis, bahasa, musik dan kemampuan inter maupun intra personal.

k) Melibatkan sebanyak mungkin indera

Menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan materi pelajaran.

l) Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar

Peserta didik diberi kesempatan untuk membuat sesuatu refleksi penghayatan, mengungkapkan, dan mengevaluasi apa yang dipelajari.12

4) Strategi Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mengingat belajar adalah proses bagi peserta didik dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan peserta didik secara aktif, misalnya mengamati, bertanya, menjelaskan dan sebagainya.

Strategi pembelajaran berikut adalah diantara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan peserta didik:

a) Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok

Proses pembelajaran akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap peserta didik terlibat secara aktif dan terjadi hubungan

12

Departemen Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah…hlm. 2-11

(19)

yang dinamis dan saling mendukung antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain. Berikut ini beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik secara kolektif:

(1) Tim Pendengar

Strategi ini dimaksudkan utuk mengaktifkan seluruh peserta didik dengan membagi peserta didik secara berkelompok dan memberikan tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. Tugas guru hanya memberikan pengarahan agar kelompok-kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan baik, guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang menyimpang terlalu jauh dari materi pembelajaran.

(2) Membuat catatan terbimbing

Dengan strategi ini guru memberikan satu barang yang dipersiapkan untuk mendorong peserta didik agar dapat mencatat selagi guru mengajar

(3) Pembelajaran terbimbing

Dalam strategi inin guru memberikan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka palajaran. Cara ini merupakan modifikasi dari metode ceramah secara langsung.

(20)

Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik didalam kelas. Guru menyuruh peserta didik yang satu untuk mulai berdebat sedang peserta didik yamg lain didorong untuk mencatat debat mereka, guru juga mendorong peserta didik untuk menyambut dengan applaus terhadap argumen-argumen dari para wakil team debat. Setelah perdebatan berakhir, guru memberikan alasan tentang materi yang diperdebatkan tersebut.

(5) Pertanyaan kelompok

Teknik ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. Setiap peserta didik dalam kelompok mempunyai kesempatan untuk memimpin kuis (memberikan pelajaran) dan menjawab pertanyaan.

b) Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individu (1) Strategi dengan membaca keras

Membaca dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi.

(21)

Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain.

(3) Menulis pengalaman secara langsung

Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami.13

B. Kesalehan Sosial

1. Pengertian Kesalehan Sosial

Kesalehan berasal dari kata shalaha yang merupakan lawan dari

fasada (kerusakan). Kesalehan individu berarti berkumpulnya sifat - sifat

kebaikan pada diri seseorang sehingga menyebabkan dirinya terpelihara dari kemudharatan dan kemungkaran, sedangkan kesalehan sosial menurut Anwar Sanusi adalah “Berkumpulnya nilai - nilai kebaikan yang sudah dimanifestasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan secara merata dalam lingkungan sosial kemasyarakatan”14

Dalam ajaran islam setiap individu dan sosial untuk menciptakan tingkat kesalehan, maka harus memelihara sifat-sifat terpuji dan akhlak

13

Departemen Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah…,hlm.31-40

14

(22)

yang baik. Diantara ciri-ciri kesalehan untuk menciptakan hal tersebut yaitu:15

1. Kebajikan yang mutlak

Islam menjamin kebajikan karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan dan waktu bagaimanapun.

2. Kebajikan yang menyeluruh

Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia, baik segala zaman semua tempat mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang dikerjakan oleh umat manusia diluar kemampuannya.

3. Kemantapan

Akhlak Islamiah menjamin kebaikan yang mutlak yang sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap langgeng, dan mantap, sebab memeliharanya dengan kebaikan.

4. Kewajiban yang dipatuhi

Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia, sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi. Menguasai lahir batin dalam keadaan suka dan duka. Juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya.

15

http://mutawalli-wwwmutawalli.blogspot.com/2010/04/kesalehan-individual-dan-sosial.html. (09 April 2010). Diakses, 16 Agustus 2011.

(23)

5. Pengawasan yang menyeluruh

Agama Islam adalah pengawasan hati nurani dan akal sehat. Islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menyatakan beberapa usaha. Firman Allah Qur’an (Q.S Al-Qiamah 1- 2)





















“Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (Q.S Al-Qiamah 1- 2.)

2. Wujud Perilaku Kesalehan Sosial

Agama pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk melakukan komunikasi ruhani dengan tuhan. Lebih dari itu, agama merupakan upaya manusia untuk meneladani sifat atau akhlak Tuhan sesuai kapasitas kemanusiaanya. Konsep agama ini mengandung implikasi ajaran yang lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk beribadah, mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah seperti firman Allah16















Artinya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzariyat: 56 ).

16

Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 45

(24)

Konsep dan cakupan ibadah dalam Islam sangatlah luas, tidak hanya mencakup hubungan dengan Allah tetapi juga mencakup hubungan dengan segenap makhluk tuhan dan tidak hanya terdiri dari ibadah ritual melainkan juga hubungan sosial dan bahkan segala wujud kehidupan duniawi manusia.

Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah, inilah yang menjadi isu utama manusia. Tetapi kemudian konsep agama ini memiliki arus balik kepada manusia. Agama tidak hanya berdimensi ritual - vertikal (hablun minallah), melainkan juga mencakup dimensi sosial horisontal (hablun minan nas). Agama tidak hanya mengurusi persoalan ibadah ritual (iman) untuk pembentukan kesalehan individual (private morality), akan tetapi yang terpenting dari itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalehan sosial (social

morality)- nya sebab, kesalehan individual tidak akan memiliki makna

apapun, jika tidak dapat menciptakan kesalehan dalam kenyataan sosial. Itulah makna hakiki dari kehidupan beragama. Karena pada dasarnya agama memiliki peran yang sangat vital dalam membina umat manusia. Agama tidak sekedar memiliki fungsi sebagai aturan kehidupan manusia, sebaliknya agama memegang peranan yang bersifat universal.

Menurut Jalaluddin agama memiliki fungsi edukasi, penyelamatan, kontrol sosial, pemupuk solidaritas, transformasi.17 Namun tugas paling besar agama adalah transformasi. Yang dimaksud transformasi adalah

17

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. Ke- 3, hlm. 233.

(25)

menggerakkan dinamika ajaran agama menjadi sebuah kerja kreatif yang selalu kontekstual dengan realitas dimana agama tersebut eksis, sehingga agama tidak kehilangan maknanya dalam dimensi yang berbeda. Disamping itu agama juga perlu ditransformasikan dalam sendi – sendi kehidupan manusia.

Menurut Amin Rais, seseorang yang meyakini ajaran agama (bertauhid), harus menerjemahkan keyakinan tersebut menjadi konkret dan menjadi satu budaya untuk mengembangkan amal saleh.18 Seperti dalam Al Qur’an yang menggandengkan ‘alladzina ‘amanu dengan wa ‘amilush

shalihat. Manifestasi dari keimanan itu adalah amal saleh yang pada

tataran pribadi, kolektif dan kepada masyarakat luas. Karena itu bisa disebut bahwa, sikap keberagamaan yang tidak melahirkan kesalehan sosial, maka akan kehilangan maknanya yang hakiki. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah

























































18

(26)

















































Artinya:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, Hari kiamat, Malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) budak, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya) dan itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah:

177)

Dalam ayat ini cukup panjang untuk menggambarkan secara utuh mengenai sifat - sifat takwa. Ada dimensi iman, amal saleh, mental yaitu sabar, ada dimensi memenuhi janji ketika berjanji, ada dimensi disiplin, etos kerja, dan lain-lain.

(27)

Islam adalah agama yang mempertautkan antara kedua kesalehan tersebut yaitu kesalehan yang bersifat religius individual dengan kesalehan yang bersifat sosial. Dalam Islam orang yang telah mencapai puncak kualitas keagamaan (taqwa, al-muttaqin) digambarkan sebagai, disamping memiliki kesadaran transenden (keimanan), juga memiliki komitmen sosial untuk membangun masyarakat yang saleh (good

society) secara sosial, ekonomi, politik dan kulturalnya.19

Perhatian Islam terhadap kesalehan religius - individual dan kesalehan sosial diatas juga dapat ditemukan dalam hadits20

ُهَراَج ْمِرْكُيْلَ ف ِرِخلاْا ِمْوَ يْلاَو ِللهِبِ ُنِمْؤُ ي َتنَك ْنَم

(

ملسم هاور

)

Artinya:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga (HR. Muslim: 67).

Dan juga disebutkan dalam hadits

ِهِبْنَج رلِا ٌعِئاَج ُهُراَجَو ُعَبْشَي ْيِذَّلا ُنِم ْؤُمْلا َسْيَل

(

ىراخبلا هاور

)

Artinya:

“Tidaklah disebut mukmin, orang yang kenyang sedangkan tetangganya kelaparan.”(HR. al-Bukhari)

Kedua riwayat diatas, menjelaskan ajaran fundamental Islam bahwa keimanan harus memberikan implikasi pada kehidupan praksis.

19

http://dkahmad.blogspot.com/2008/03/kesalehan-sosial-dalam-Islam/. (18 Maret 2008) Diakses, 15 Februari 2011.

20

Wiyadi, Membina Akidah dan Akhlak MI kelas V, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri), hlm. 80

(28)

Islam merupakan agama yang bertumpu pada hubungan erat antara manusia dengan tuhan pencipta alam semesta. Islam merupakan agama yang menuntut kita melakukan berbagai perbuatan realistis dan amal saleh yang diridhoi Allah. Islam menuntut umatnya untuk mengarahkan segala perilaku, naluri dan pola kehidupan menuju perwujudan etika dan syariat ilahiah secara nyata. Hal pokok yang menjadi landasan adalah kenyataan bahwa dunia manusia terbentuk dari ruh dan jasad yang dengan konsep yang realistis, Islam menegakkan keseimbangan antara keduanya serta antara realitas manusia yang bermasyarakat dengan tujuan syariat ilahiah yang ideal. Islam senantiasa menerjemahkan tujuan tersebut kedalam perilaku praktis yang memadukan perwujudan tuntunan alami manusia dan syariat ilahiah dalam waktu yang bersamaan.21 Berpijak pada asumsi tersebut pendidikan Akidah Akhlak yang merupakan bagian dari integral dari pendidikan agama Islam yang menekankan pada perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik harus mengajarkan pentingnya amal saleh yang merupakan perwujudan dari iman, peserta didik harus mampu menjadi individu yang peka terhadap lingkungan, inklusif, empati terhadap sesama dan berbudi luhur atau berakhlak mulia.

21

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 269

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian kekerasan pada bahan aluminium paduan seri 6013 T4 dapat dilihat pada tabel 4 dan hubungan antara jarak pengujian dengan nilai kekerasan dapat dilihat pada gambar 5

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hama dan musuh alami ekosistem tepi dan tengah permukaan tanah pada pertanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)

Seni kriya atau seni rupa terapan nusantara yang juga sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan.. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art )

Untuk menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan soal HOTS sesuai dengan

santun terhadap guru,dan tetangga - Siswa dapat menunjukan sikap terhadap tetangga - Siswa dapat meyebutkan do;a terhadap orangtua 15-17 30 4 Mencontoh gerakan shalat - Siswa

theless, the indoor features (e.g. building components, furnitures, spaces, etc.) as they are currently proposed by those standards are not adapted to applications such as

Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 (p=0,009). Siswa

%LD\DPHUXSDNDQXQVXUVDQJDWSHQWLQJXQWXN GLSHUKLWXQJNDQVHFDUDFHUPDWNDUHQDPHQ\DQJNXW GXD KDO \DLWX SHQHWDSDQ NHELMDNDQ GDQ NHXQWXQJDQ 2OHK NDUHQD LWX SHUKLWXQJDQ