PROVINSI PAPUA
TAHUN 2012-2016
Kerjasama
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan
Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2011
PROVINSI PAPUA
TAHUN 2012-2016
Kerjasama
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan
Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2011 YA M AR U K K I T T I R T A A K M A A M
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012-2016 Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950 Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
iii
SAMBUTAN
GUBERNUR PROVINSI PAPUA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mengamanatkan bahwa agenda membangun Tanah Papua yang damai dan sejahtera salah satunya adalah mengembangkan program-program di bidang kependudukan, transmigrasi, ketenagakerjaan dan keluarga berencana dengan fokus utama membangun keluarga kecil yang sehat dan sejahtera. Berkaitan dengan tujuan tersebut maka Visi Pembangunan Provinsi Papua adalah Membangun Papua Baru, maka missi yang diemban adalah menata kembali pemerintahan daerah, membangun tanah Papua yang damai dan sejahtera, membangun tanah Papua yang aman dan damai, serta meningkatkan dan mempercepat pembangunan prasarana dasar (infrastruktur) di seluruh tanah Papua.
Dalam rangka terlaksana dan tercapainya tujuan
pembangunan daerah tersebut diatas, salah satu faktor yang penting diperhatikan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan trampil baik di tingkat provinsi,kabupaten/kota maupun di tingkat sektor. Dengan demikian dapat disampaikan
iv
bahwa setiap rencana dan pelaksanaan pembangunan daerah harus terkait dengan tenaga kerja.
Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja tersebut maka pembangunan ketenagakerjaan daerah di semua bidang harus berpedoman terhadap Perencanaan Tenaga Kerja Daerah. Hal ini telah diamanatkan oleh Undang-undang Ketenagakerjan No 13 tahun 2003 jo Peraturan Pemerintah No 15 tahun 2007 jo Permenakertrans No 16 dan 17 tahun 2010.
Oleh sebab itu, saya sangat mengapresiasi Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan atas tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun 2012 – 2016. Oleh karena itu seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar menjadikan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini sebagai dokumen pokok dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah sehingga dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah benar-benar berhasil guna dan berdaya guna dan sekaligus dapat mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan.
Terima kasih.
Jayapura, November 2011 Pj. Gubernur Provinsi Papua
v
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA
Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional, sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota.
Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah masih besarnya penganggur terbuka dan setengah penganggur, serta masalah ketenagakerjaan lainnya seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor baik ekonomi, sosial dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Papua.
vi
Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tahun 2012-2016, maka dasar pembangunan yang berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi masalah
pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan
produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Provinsi Papua. Untuk itu dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah daerah harus berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Papua.
Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan
penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi Papua atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.
Jakarta, November 2011 Kepala
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,
SYARIFUDDIN SINAGA, SH
vii
KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA
Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Jangka
Menengah Tahun 2012 – 2016 ini memuat data/informasi proyeksi
penduduk usia kerja, angkatan kerja, kesempatan kerja, proyeksi tingkat pengangguran serta kebijakan dalam penciptaan kesempatan kerja. Angka-angka perkiraan dalam buku ini telah disesuaikan dengan data dan informasi mutakhir, dengan menggunakan berbagai
asumsi perkembangan ekonomi nasional dan proyeksi
ketenagakerjaan. Perumusan perkiraan dan penentuan target ini di lakukan dengan menggunakan data dasar mulai tahun 2009 - 2011 serta melalui serangkaian diskusi dengan berbagai pihak terkait seperti Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik, Insatansi pemerintah maupun swasta serta sektor lapangan usaha.
Rencana yang dimuat dalam PTK jangka menengah ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pembinaan ketenagakerjaan secara umum. Oleh karena itu, variabel, koefisien dan angka-angka yang terdapat didalamnya dapat dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan nyata yang terjadi.
Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam buku ini, yang mengakibatkan berbagai keterbatasan yang ada, untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari pembaca dan seluruh pihak terkait guna penyempurnaan dimasa yang akan datang.
viii
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan
PTK jangka menengah tahun 2012 – 2016 ini dan akhirnya kami
mengharapkan kiranya buku PTK jangka menengah ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan di lingkup nasional, daerah dan sektoral.
Jayapura, November 2011 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA
Drs. YAN PIET RAWAR
ix
EXECUTIVE SUMMARY
(RINGKASAN) A. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi tahun
2012-2016 ini adalah untuk memberikan berbagai informasi
ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi, kebijakan dan program ketenagakerjaan.
Tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi daerah serta agregat-agregat yang pokok pada kurun waktu 2012-2016. 2. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dengan berbagai
karakteristiknya, serta memperkirakan secara cermat perkiraan persediaan tenaga kerja untuk lima tahun kedepan 2012-2016.
3. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang dengan berbagai karakteristik lima tahun, baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor lainnya.
4. Menyusun rekomendasi kebijakan umum dalam menangani masalah ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja terdidik maupun kebijakan sektoral.
5. Memperkirakan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja
tahun 2012-2016 dengan berbagai indikator dan
x
B. Kondisi Ketenagakerjaan
Penduduk usia kerja dapat dilihat sebagai penduduk yang telah siap untuk memasuki dunia kerja. Jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Papua tahun 2010 mencapai 1.864.589 orang dengan jumlah penduduk muda yang jauh lebih besar dibanding penduduk tua. Secara keseluruhan, persentase penduduk usia kerja laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (52,23 %dan 47,77%). Supply tenaga muda yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik dengan cara membekali dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai.
Sebagian besar penduduk usia kerja berpendidikan rendah. Penduduk usia kerja yang berpendidikan SD ke bawah (SD dan tidak pernah sekolah) mencapai 45,43 persen. Sementara itu, penduduk usia kerja yang berpendidikan tinggi (Diploma/Sarjana) hanya 4,05 persen. TPAK laki-laki Provinsi Papua tahun 2010 adalah 88,56 persen sementara TPAK perempuan 72,72 persen. Secara keseluruhan TPAK Papua adalah 80,99 persen.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua adalah sebesar 1.510.176 orang. Jumlah angkatan kerja paling banyak berada pada kelompok umur 30-34 tahun. Angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan di bawah SD mempunyai persentase paling besar yaitu 50,38 persen. Persentase angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan SD (19,74%) dan tamat SLTP (10,81%).
Penduduk bekerja di Provinsi Papua tahun 2010 adalah sebanyak 1.456.545 jiwa, atau setara dengan 96,45 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja yang ada. Sebagian besar penduduk Provinsi Papua bekerja pada lapangan kerja pertanian (77,84%).
xi
Secara keseluruhan persentase pekerja terbesar bekerja di atas 35 jam yaitu lebih dari 60 persen dan yang terkecil adalah persentase penduduk yang sementara tidak bekerja yang berada di bawah satu persen. Persentase pekerja yang jam kerjanya antara 1 sampai 34 jam yaitu 38,97 persen, naik dua persen dari tahun sebelumnya.
Jumlah setengah penganggur menurut jam kerja dengan jumlah jam kerja antara 1 – 34 jam kerja per minggu sebanyak 567.552 orang (38,97%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah setengah penganggur laki-laki sebanyak 284.230 orang (33,98%) dan setengah
penganggur perempuan 283.322 orang (45,68%). Jumlah
pengangguran yang ada di Provinsi Papua tahun 2010 menurut hasil Sakernas Agustus 2010 sebesar 53.631 orang atau tingkat penganggur terbuka (TPT) 3,55 persen.
C. Persediaan Tenaga Kerja
Jumlah penduduk usia kerja Provinsi Papua tahun 2012 sebanyak 1.916.593 orang dan pada akhir proyeksi tahun 2016 jumlah penduduk usia kerja sebanyak 2.025.593 orang, berarti ada kenaikan sebanyak 109.360 orang atau naik sebesar 5,71 persen. Menurut golongan umur, konsentrasi jumlah penduduk usia kerja tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 pada golongan umur 15 – 19 tahun masing-masing sebanyak 307,612 orang (16,0%), 311.515 orang (16,03%), dan 315.468 orang (16,01%), sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 konsentrasi penduduk usia kerja pada golongan umur 30-34 tahun masing masing 321,129 orang (16,07%), dan 329,182 orang (16,25%). Sebagian besar penduduk usia kerja pendidikan maksimum SD, pada tahun 2012 dan tahun 2016 masing-masing sebanyak 1.209.951 orang (63,13%) dan 1.008.398 orang (49,77%).
xii
Jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 laki-laki sebanyak 999.759 orang (52,16%) dan perempuan 916.834 orang (47,84%), sedangkan akhir proyeksi tahun 2016 usia kerja laki-laki sebanyak 1.054.205 orang (52,04%), sedangkan perempuan sebanyak 971.748 orang (47,96%).
Hasil proyeksi TPAK semakin naik, tahun 2012 TPAK sebesar 81,96 persen dan tahun 2016 diproyeksikan meningkat menjadi 83,94 persen. Berdasarkan kelompok umur TPAK terendah baik tahun 2012 mapun tahun 2016 adalah kelompok umur 15 – 19 tahun, masing-masing 54.95 persen dan 52,79 persen, dan pada kelompok umur ini besarnya TPAK secara bertahap menurun.
Jumlah angkatan kerja tahun 2012 diproyeksikan sebanyak 1.570.744 orang dan akhir proyeksi tahun 2016 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 1.700.530 orang yang berarti jumlah angkatan kerja bertambah 129.787 orang. Berdasarkan golongan umur jumlah angkatan kerja terbanyak umur 30-34 tahun, yaitu tahun 2012 diproyeksikan angkatan kerja sebanyak 270.101 orang (17,20%) dan tahun 2016 diproyeksikan jumlah angkatan kerja umur 30-34 meningkat menjadi 308.390 orang (18,13%).
Berdasarkan tingkat pendidikan diproyeksikan angkatan kerja menurut tingkat pendidikan sebagian besar masih tingkat pendidikan SD, tahun 2012 tingkat pendidikan SD sebanyak 1.087.049 orang (69,1%) dan akhir proyeksi tahun 2016 jumlah angkatan kerja yang berpendidikan SD jumlahnya menurun menjadi 917.841 (53,97%). Pada sisi lain angkatan kerja yang berpendidikan lebih tinggi semakin naik, Sebagai gambaran proyeksi angkatan kerja di Provinsi Papua yang berpendidikan Universitas tahun 2012 sebanyak 66.069 orang (4,21%) meningkat menjadi 230.174 orang (13,54%).
xiii
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah angkatan kerja laki-laki diproyeksikan sebanyak 904.994 orang (57,62%) dan perempuan sebanyak 665.750 orang (42,38%) pada tahun 2012. Pada akhir proyeksi tahun 2016 laki-laki meningkat menjadi 997.054 orang (58,63%) dan perempuan 703.476 orang (41,37%).
D. Perkiraan dan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja
Berdasarkan Proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja terserap pada lapangan pekerjaan pertanian, baik pada awal proyeksi tahun 2012 maupun pada proyeksi tahun 2016 masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak 1.180.271 (78,31%) dan 1281.764 (79,21%). Urutan ke kedua jasa kemasyarakatan, di proyeksikan tahun 2012 menyerap kesempatan kerja sebanyak 119.876 (7,95%) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak 122.082 orang (7,54%), kemudian urutan ketiga sektor perdagangan pada tahun 2012 menyerap tenaga kerja sebanyak 96.500 orang (6,40 persen) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak 97.155 orang (6,00%). Sektor-sektor lainnya seperti angkutan, bangunan, indutri pengolahan, listrik, gas dan air dan keuangan serapan kesempatan kerja persentasenya lebih rendah. Sektor pertambangan yang disebut mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua, hanya menyerap tenaga kerja 16.192 orang (3,19%) dan akhir proyeksi tahun 2016 pertambangan diproyeksikan menyeraf tenaga kerja sebanyak 17.321 orang (1,3%), yang berarti terjadi penurunan jumlah kesempatan kerja pada sektor tersebut.
Berdasarkan tingkat pendidikan diproyeksikan pada tahun 2012 sebagaian besar kesempatan kerja tingkat pendidikan SD atau tidak tamat SD sebanyak 1.067.432 orang, (70,83%) kemudian menurun
xiv
menjadi 886.511 orang (54,78%), demikian juga kesempatan kerja tingkat pendidikan SMP, SLTA Umum, dan Diploma. Tetapi kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan SLTA kejuruan dan universitas diproyeksikan mengalami kenaikan kesempatan kerja. Kesempatan kerja tingkat pendidikan universitas tahun 2012 diproyeksikan sebanyak 56.610 orang (3,76%) meningkat menjadi 211.155 orang (13,05%). Hal ini karena semakin meningkatnya kesempatan kerja yang menuntut jenjang pendidikan sarjana, dan semakin besar kesadaran penduduk untuk meningkatkan jenjang pendidikan sarjana.
Diproyeksikan kesempatan kerja laki-laki lebih banyak dari perempuan. Kesempatan kerja laki-laki sebanyak 870.426 orang (57,75%) pada tahun 2012 dan diproyeksikan meningkat menjadi 955.114 orang (59,02%) pada akhir proyeksi tahun 2016. Kesempatan kerja perempuan awal proyeksi sebanyak 636.692 orang (42,25%) meningkat menjadi 663.052 orang (40,98%). Secara absolut jumlahnya kesempatan kerja naik, tetapi persentase kesempatan kerja perempuan menurun dibandingkan kesempatan kerja laki-laki pada tahun 2016.
Berdasarkan golongan umur, kesempatan kerja golongan umur 30-34 terbanyak yaitu 262.528 orang (17,82%) pada tahun 2012, dan meningkat menjadi 297.323 orang (18,37%) tahun 2016. Kesempatan kerja kedua golongan umur 35 – 39 sebanyak 235.121 orang tahun 2012, kemudian tahun 2016 sebanyak 249.261 orang. Besarnya kesempatan kerja pada golongan umur ini tidak terlepas dari faktor natural increase dan migrasi masuk. Kesempatan kerja golongan umur yang lainnya jumlah dan persentasenya lebih rendah.
xv
Diperkiraan produktivitas kerja menurut lapangan usaha, dimana produktivitas total per tenaga kerja per tahun sebesar 16.657 milyar rupiah pada tahun 2012 dan secara bertahap naik, dan diperkiran tahun 2016 menjadi 19.494 milyar rupiah. Menurut lapangan usaha, pertambangan memiliki produktivitas per tenaga kerja tertinggi dibanding lapangan usaha lainnya. Pada lapangan usaha pertambangan produktivitas per tenaga kerja per tahun 1.029 milyar rupiah pada tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp 1.320 milyar rupiah pada tahun 2016. Sedangkan lapangan usaha pertanian memiliki produktivitas per tenaga kerja terendah per tahun sejak dari awal proyeksi tahun 2012 sampai akhir proyeksi tahun 2016.
E. Penganggur Terbuka
Walaupun pemerintah terus berusaha meningkatkan
kesempatan kerja untuk mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang terus meningkat setiap tahunnya, tetapi jumlah kesempatan kerja tetap masih lebih rendah dari pada jumlah angkatan kerja. Atas dasar persediaan tenaga kerja dan kesempatan kerja yang tersedia masih didapatkan perkiraan jumlah penganggur terbuka pada tahun 2012 sebanyak 63.627 orang dan meningkat menjadi 82.365 orang pada tahun 2016, yang berarti bertambah sebanyak 18.738 orang (29,45%). Berdasarkan golongan umur jumlah penganggur terbuka terbanyak pada kelompok umur 20-24 tahun baik pada tahun 2012 maupun tahun 2016 masing-masing 18.282 orang (28,73%) dan 23.261 orang (28,24%). Jumlah penganggur terbuka terbanyak adalah tingkat pendidikan SD, pada tahun 2012 diperkirakan sebanyak 19.618 orang (30,83%) dan 31.329 orang (38,04%) tahun 2016. Tetapi untuk tingkat pendidikan SLTA Umum jumlah penganggur terbuka menurun, tahun 2012 diperkirakan sebanyak 18.083 orang (28,42%) turun menjadi 13.409 orang (16,28%).
xvi
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penganggur terbuka diperkirakan laki-laki sebanyak 34.569 orang (54,33%) dan perempuan sebanyak 29.058 orang ( 45,67%) tahun 2012, sedangkan pada tahun 2016 jumlah penganggur terbuka laki-laki sebanyak 41.940 orang ( 50,92%) dan perempuan 40.424 orang ( 49,08%).
Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan tahun 2012 sebesar 4,05 persen, kemudian naik menjadi 4,84 persen tahun 2016. Perkiraan tingkat penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan Diploma memiliki angka tertinggi. Pada tahun 2012 TPT Diploma sebesar 18,13 persen, sedangkan tahun 2016 diperkirakan naik menjadi 38,95 persen. Sebaliknya TPT tingkat pendidikan SD paling rendah, hal ini karena mereka banyak terserap banyak pada lapangan kerja pertanian yang tidak banyak membutuhkan syarat pendidikan yang tinggi. Diperkirakan tahun 2012 TPT tingkat pendidikan SD 1,80 persen dan meningkat menjadi 3,41 persen pada tahun 2016. Tingkat penganggur terbuka sebesar 4,05 persen, yang terdiri dari laki-laki sebesar 3,82 persen dan perempuan 4,36 persen pada tahun 2012 dan diperkirakan pada tahun 2016 tingkat penganggur meningkat menjadi 4,84 persen, yang terdiri laki-laki sebanyak 4,21 persen dan perempuan naik menjadi 5,75 persen.
F. Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan
Berbagai permasalahan yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Papua antara lain: (1) Kurangnya koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota; (2) Terbatasnya tenaga bahkan sebagian besar kabupaten belum meningkat seperti: Teknis Perencanaan Tenaga Kerja, Teknis Pemandu Wirausaha, Teknis Pengantar Kerja, Teknis Pengelola Latihan, Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan, Teknis Mediator dan Teknis
xvii
Instruktur; (3) Penempatan Kualifikasi personil tidak sesuai dengan hambatan yang tersedia.
Atas dasar hal tersebut kebijakan pembangunan
ketenagakerjaan meliputi: (1) Kebijakan pendayagunaan dan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja adalah menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif melalui penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi, pemagangan dan berbasis masyarakat; (.2) Kebijakan pemerataan kesempatan Kerja: Kebijakan pemerataan kesempatan kerja dan peningkatan konsolidasi program-program perluasan kesempatan kerja yang seluas-luasnya; (3) Kebijakan peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta penegakan hukum. (4) Kebijakan peningkatan kualitas hubungan industrial antara pekerja dan pemberi kerja melalui dorongan pelaksanaan negosiasi hubungan industrial secara bipartite untuk mencapai kesempatan antara pekerja dengan pemberi kerja.
xix
DAFTAR ISI
Sambutan Gubernur Provinsi Papua ... iii
Kata Pengantar Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja ... v
Kata Pengantar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Papua ... vii
Executive Summary ... ix
Daftar Isi ... xix
Daftar Tabel ... xxi
Daftar Gambar ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ………. 3
1.3 Hasil yang Diharapkan ……… 3
1.4 Kerangka Pikir ………. 4
1.5 Metodologi ……… 6
1.6 Sumber Data ……… 10
1.7 Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi ……….. 10
1.8 Sistimatika Penulisan ………. 14
BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN ... 17
2.1 Kondisi Ekonomi ………. 17
2.2 Penduduk Usia Kerja ……….. 19
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) …………. 23
2.4 Angkatan Kerja ……… 25
2.5 Penduduk yang Bekerja ………. 28
2.6 Setengah Penganggur ……… 32
2.7 Penganggur Terbuka ……….. 33
2.8 Produktivitas Tenaga Kerja ……… 35
2.9 Keadaaan Ketenagakerjaan 2011 ……… 36
BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA ………... 39
3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja ……… 39
3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja …….. 43
xx
BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA ……….. 49
4.1 Perkiraan Perekonomian ……… 49
4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja ……… 52
4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ……… 59
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA ... 61
5.1 Perkiraan Persediaan Tenaga Kerja dan Kebutuhan
Tenaga Kerja ……… 61
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka ... 63
5.3 Neraca Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja…. 69
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN………. 71
6.1 Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan………… 74
6.2 Strategi Pembangunan Ketenagakerjaan ……… 75
6.3 Program Pembangunan Ketenagakerjaan …………. 77
Bab VII PENUTUP ……… 79 Daftar Pustaka
xxi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2010
20
Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan
Jenis Kelamin
22
Tabel 2.3 TPAK Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
Tahun 2010
24
Tabel 2.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur dan
Tingkat Pendidikan
28
Tabel 2.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan
Tingkat Pendidikan Tahun 2010
29
Tabel 2.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan
Jam Kerja Tahun 2010
30
Tabel 2.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan
Tingkat Pendidikan Tahun 2010
31
Tabel 2.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
33
Tabel 2.9 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2010
35 Tabel 2.10 Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2009
36 Tabel 2.11 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Agustus
2009-Agustus 2011
37 Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Agustus 2009-Agustus 2011
38 Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Agustus 2009-Agustus 2011
38
Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan
Umur Tahun 2012-2016
40
Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2012-2016
41
Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016
42
Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur Tahun 2012-2016
43
Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016
xxii
Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2012-2016
45
Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2016
46
Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2016
47
Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012-2016
48
Tabel 4.1 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012-2016
51
Tabel 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012 - 2016
53
Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Satus Pekerjaan
Tahun 2012 - 2016
54
Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun
2012 - 2016
55
Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2012 - 2016
56
Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 - 2016
57
Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012 - 2016
58
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun
2012 - 2016
59
Tabel 4.9 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012 - 2016
60
Tabel 5.1 Perkiraan Jumlah Angkatan Kerja dan Kesempatan
Kerja Tahun 2012-2016
62
Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan
Umur Tahun 2012 – 2016 63
Tabel 5.3 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut
Golongan Umur Tahun 2012 – 2016 64
Tabel 5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2012 – 2016 65
Tabel 5.5 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2012 – 2016 66
Tabel 5.6 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 – 2016
67
Tabel 5.7 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2012 – 2016 68
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Diagram Ketenagakerjaan……….. 6
Gambar 2.1 Persentase Kegiatan Terbanyak Penduduk Usia Kerja
Tahun 2010……… 21
Gambar 2.2 Persentase Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2010……….. 25
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010……….. Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2010.
26 27
Gambar 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016………. 42
Gambar 3.2 Perkiraan Angakatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016……….. 48
Gambar 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang – undang Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa perencanaan
tenaga kerja merupakan acuan dalam pembangunan
ketenagakerjaan. Demikian pula dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Nomor 16 tahun 2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Ketenagakerjaan menetapkan dan sekaligus mengamanatkan agar dilaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja yaitu : penyusunan laporan, monitoring, evaluasi maupun pembinaan perencanaan tenaga kerja.
2
Keberhasilan pembangunan di segala bidang ditentukan dengan adanya perencanaan yang baik yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat. Perencanaan pembangunan ketenagakerjaan adalah perencanaan keseimbangan diantara ketersediaan tenaga kerja dan kebutuhan tenaga kerja. Dari sisi persediaan tenaga kerja (penawaran) jumlah angkatan kerja di pengaruhi oleh variabel demografi ditingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Provinsi Papua dengan jumlah penduduk yang masih relatif kecil dibanding dengan luas wilayahnya serta sumber daya alam yang berlimpah merupakan daya tarik bagi pencari kerja dari luar Papua sehingga pertambahan penduduk meningkat tajam. Dari sisi kebutuhan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang dinamis masing–masing sektor yang dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Disamping itu, adanya otonomi khusus Papua memberikan dampak terhadap jumlah anggaran yang besar sehingga meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia. Hal ini tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang besar pula. Secara teoritis makin tinggi pertumbuhan ekonomi akan memperbesar kemungkinan terjadi peningkatan kebutuhan tenaga kerja.
Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan diperlukan
berbagai upaya dari berbagai pihak yang terkait termasuk pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, terutama adalah instansi pembina sektor yang sangat berperan dalam menciptakan kesempatan kerja.
Dengan tersusunnya rencana tenaga kerja ini, maka instansi pembina sektor maupun sub sektor baik Pusat, Provinsi maupun Kab/Kota akan lebih terarah, mudah dan cepat dalam melaksanakan
3
pembangunan ketenagakerjaan. Selain itu akan terdapat
keseragaman antar instansi pembina sektor di Pusat, Provinsi dan Kab/Kota.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun 2012-2016 ini adalah untuk memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi, kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan.
Tujuan dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja Daerah ini adalah sebagai berikut:
a. Memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi daerah serta agregat-agregat yang pokok pada kurun waktu 2012-2016.
b. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dengan berbagai karakteristiknya, serta memperkirakan secara cermat perkiraan persediaan tenaga kerja untuk lima tahun kedepan 2012-2016. c. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang dengan
berbagai karakteristik, baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor lainnya.
d. Menyusun rekomendasi kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan lima tahun mendatang.
1.3. Hasil yang diharapkan
Informasi mengenai perkiraan kebutuhan dan persediaan tenaga kerja yang disajikan dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun 2012-2016 ini sangat penting bagi pengambil kebijakan. Diharapkan rujukan PTK Provinsi ini bermanfaat sebagai
4
pijakan dasar yang perlu ditindaklanjuti sebagai penyusunan rencana tenaga kerja sektoral maupun rencana tenaga kerja kabupaten/kota. Asumsi-asumsi yang digunakan ini dapat juga digunakan sebagai data empiris dalam penyusunan program pembangunan daerah lainnya.
1.4. Kerangka Pikir
Salah satu bentuk kebijakan untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk yang terkait dengan bidang ketenagakerjaan adalah mengupayakan agar setiap tahunnya jumlah angka pengangguran menjadi rendah. Angka pengangguran yang tinggi menjadi penyebab terjadinya kemiskinan dan berdampak pada permasalahan sosial lainnya. Oleh karena itu untuk mengendalikan tingkat pengangguran yang terus terjadi diperlukan perencanaan tenaga kerja yang baik dan terarah.
Keberadaan perencanaan tenaga kerja dipandang sebagai suatu sistem perekonomian, karena itu perencanaan tenaga kerja yang menggunakan pendekatan perencanaan holistik seperti itu memiliki argumentasi yang sangat fundamental, logis dan ilmiah. Harus dimengerti bahwa permintaan tenaga kerja di daerah sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap output pembangunan daerah. Sedangkan permintaan tenaga kerja sektoral ditentukan oleh dinamika perubahan dari permintaan terhadap output sektoral. Dengan demikian, permintaan tenaga kerja merupakan derivasi dari permintaan output sektoral dan tidak bisa diabaikan karena akan berdampak luas terhadap peran ekonomi yang lain. Maka pada tahap pertama, model perencanaan tenaga kerja yang digunakan dalam
5
studi ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor tenaga kerja dan ekonomi yang mempengaruhi permintaan output. Faktor-faktor tersebut adalah PDRB total, harga barang sektoral, harga barang umum, jumlah penduduk dan permintaan barang dan jasa.
Kebutuhan terhadap tenaga kerja sangat tergantung dari persediaan dan kondisi tenaga kerja yang ada. Persediaan atau penawaran tenaga kerja dapat diidentifikasi melalui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika perubahan tenaga kerja atau lebih sering kita katakan supply dan demand Tenaga Kerja.
Supply atau persediaan tenaga kerja pada dasarnya
bergantung pada pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan bahwa persediaan tenaga kerja juga bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sedangkan demand atau permintaan tenaga kerja sangat tergantung pada kebutuhan tenaga kerja lapangan usaha. Secara lebih rinci disajikan Konsep Ketenagakerjaan di Indonesia.
6 Gambar 1.1
DIAGRAM KEPENDUDUKAN
1.5. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk memproyeksikan PTK Provinsi Papua Tahun 2012 – 2016 khususnya untuk persediaan dan kebutuhan tenaga kerja serta perumusan kebijakan tenaga kerja, diantaranya adalah :
PENDUDUK
USIA < 15 TAHUN USIA ≥ 15 TAHUN
ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA
MENCARI PEKERJAAN BEKERJA
7 1.5.1. Persediaan Tenaga Kerja
Metodologi untuk memperkirakan persedian tenaga kerja,baik dari sisi Penduduk Usia Kerja (PUK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Angkatan Kerja (AK), antara lain dengan menggunakan metodologi :
Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus: Linear sederhana yaitu :
y = a + b
𝑥
atau rumus pertumbuhan geometrik𝑃𝑈𝐾
𝑡= 𝑃𝑈𝐾
0(1 + 𝑟 )
𝑡Keterangan:
Y = Hasil proyeksi PUK
a = Konstanta
b = Parameter
x = Tahun
PUKt = Proyeksi PUK tahun t
PUKo = Data dasar proyeksi PUK
r = Laju pertumbuhan PUK
t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (tn) dengan tahun
data dasar (to)
Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus:
𝑟 = 𝑃𝑈𝐾𝑛
𝑃𝑈𝐾𝑜
1/𝑡
8 Keterangan:
r = Laju pertumbuhan PUK
PUKn = Data PUK tahun akhir
PUKo = Data PUK tahun awal
t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (tn) dengan tahun
data dasar (to)
Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥
Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama.
dengan rumus :
𝐴𝐾 = 𝑃𝑈𝐾 𝑥 𝑇𝑃𝐴𝐾 1.5.2. Metodologi Kebutuhan Tenaga Kerja
Menghitung/ memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja, banyak sekali metodologinya, namun keterbatasan data dan informasi maka untuk memproyeksikan PTK Provinsi Papua ini adalah dengan elastisitas tenaga kerja. Elastisitas tenaga kerja merupakan rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan PDRB menggunakan rumus:
𝐸𝑖 = 𝑟𝑙𝑖 𝑟𝑦𝑖
9 Keterangan:
Ei = Elastisitas tenaga kerja sektor –i
rli = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor
–i pertahun (%)
ryi = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) –i pertahun
(%)
Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus:
𝑟𝑙𝑎𝑖 = 𝐸𝑎𝑖 𝑥 𝑟𝑦𝑎𝑖
Keterangan:
rlai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja baru sektor-i
Eai = Elastisitas perubahan
ryai = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sektor - i
Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus:
𝐾𝐾𝑡𝑖 = 𝐾𝐾𝑜𝑖(1 + 𝑟𝑙𝑎𝑖 )𝑡
Keterangan:
KKti = Proyeksi kesempatan kerja sektor -i
KKoi = Data dasar penduduk yang bekerja sektor -i
rlai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor -i
t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (tn) dengan tahun
10
1.6. Sumber Data
Data yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tenaga Kerja Provinsi Papua Tahun 2012-2016 adalah:
1. PDRB Provinsi Papua tahun 2011
2. Data dasar time series tahun 2009, 2010, 2011 3. Sakerda tahun2008
4. Sakernas tahun 2009 5. Supas tahun 2009
6. Papua Dalam Angka 2009 7. Sensus Penduduk 2010
1.7. Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi
1. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun dan lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja: dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
2. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun
atau lebih.
3. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
4. Penganggur terbuka terdiri dari : a. Mereka yang mencari pekerjaan b. Mereka yang mempersiapkan usaha
11
c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja
5. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survey orang tersebut sedang mencari pekerjaan.
6. Setengah Penganggur adalah orang bekerja kurang dari 35
jam perminggu.
7. Setengah penganggur terpaksa adalah orang yang bekerja
kurang dari 35 jam perminggu yang masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
8. Setengah penganggur sukarela adalah orang yang bekerja
kurang dari 35 jam perminggu yang tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.
9. Jenis kegiatan/lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi dimana seorang
pekerja, seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).
10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja.
11. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu ( biasanya 1 tahun ).
12. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
12
ikut serta dalam proses produksi disuatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun ).
13. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun).
14. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produksi barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
15. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
16. PDRB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PNB per kepala atau per 1 orang penduduk.
17. PDRB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
18. Tingkat Produktivitas Tenaga kerja merupakan nilai tambah (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah tersebut.
19. Koefisien Tenaga Kerja merupakan jumlah kesempatan kerja dibagi dengan keluaran (output).
13
20. Elastisitas Kesempatan Kerja merupakan rasio antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi (PDRB).
21. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (PP No. 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah).
22. Pengusaha ( PP No. 8 tahun 1981 ) ialah :
1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan sesuatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan termasuk pada angka 1 dan 2 diatas, yang berkedudukan di luar Indonesia. 23. Buruh adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha
dengan menerima upah (PP No. 8 tahun 1981 ).
24. Mogok Kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan penyelesaian perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha memenuhi tuntutan pekerja.
14
25. Perselisihan Perburuhan menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1957 adalah : pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh/pekerja atau gabungan serikat buruh/ pekerja berhubungan dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan.
26. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja.
27. Jamsostek ( PP No. 36 tahun 1995 ) adalah sistem perlindungan yang dimaksudkan untuk menanggulangi resiko sosial secara langsung mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya penghasilan tenaga kerja.
28. Upah minimum adalah upah terendah yang dibayarkan kepada pekerja pada saat mulai bekerja dengan jabatan terendah.
1.8. Sistimatika Penulisan
Bab. I Pendahuluan meliputi : latar belakang, maksud dan tujuan, hasil yang diharapkan, kerangka pikir, metodologi, sumber data, pengertian dasar, konsep dan definisi.
Bab. II Kondisi Ketenagakerjaan meliputi : kondisi ekonomi, penduduk usia kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja, angkatan kerja, penduduk yang bekerja, setengah penganggur, penganggur terbuka, produktivitas tenaga kerja dan keadaan ketenagakerjaan tahun 2011.
Bab. III Perkiraan dan perencanaan persediaan tenaga kerja meliputi : perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan
15
tingkat partisipasi angkatan kerja, perkiraan angkatan kerja.
Bab. IV Perkiraan dan perencanaan kebutuhan akan tenaga
kerja meliputi : perkiraan perekonomian, perkiraan kesempatan kerja, perkiraan produktivitas tenaga kerja.
Bab. V Perkiraan dan perencanaan keseimbangan antara
persediaan dan kebutuhan akan tenaga kerja meliputi : perkiraan penganggur terbuka menurut jenis kelamin, perkiraan penganggur terbuka menurut golongan umur, perkiraan penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan.
Bab. VI Arah kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan meliputi : kebijakan pembangunan
ketenagakerjaan, strategi pembangunan
ketenagakerjaan, program pembangunan
ketenagakerjaan. Bab. VII Penutup
17
BAB II
KONDISI KETENAGAKERJAAN
2.1 Kondisi Ekonomi
Kontributor tertinggi PDRB Provinsi Papua pada tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang berperan sebesar 63,15 persen. Kontributor tertinggi kedua adalah sektor pertanian (9,45%) diikuti sektor bangunan dan jasa-jasa dengan kontribusi masing-masing 7,81 persen dan 7,24 persen sementara sektor lainnya kontribusinya di bawah 5 persen.
Rata-rata kontribusi sektor pertambangan dan penggalian selama lima tahun terakhir adalah 66,09 persen namun mengalami penurunan selama tahun 2006-2009 seiring dengan meningkatnya peranan dari sektor bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa.
18
Tanpa nilai tambah dari sub sektor pertambangan tanpa migas, perekonomian Papua masih didominasi sektor pertanian dimana pada tahun 2010 berperan sebesar 25,40 persen diikuti sektor bangunan 20,98 persen. Urutan ketiga dan keempat adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing kontribusinya sebesar 19,45 persen dan 11,84 persen. Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang 11,69 persen sementara sektor lainnya hanya berkontribusi di bawah 6 persen. Sejalan dengan PDRB termasuk tambang, peranan sektor bangunan mengalami peningkatan khususnya dalam lima tahun terakhir, sementara sektor lainnya juga mengalami perubahan dalam kontribusinya terhadap PDRB meski tidak terlalu signifikan.
Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama lima tahun terakhir, Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup fluktuatif. Setelah mengalami perlambatan pada tahun 2006 sebesar 17,14 persen, pertumbuhan ekonomi Papua mengalami pertumbuhan positif pada tahun selanjutnya yaitu sebesar 4,34 persen. Tahun berikutnya kembali ke pertumbuhan negatif 1,40 persen, selanjutnya berkontraksi kembali ke 22,74 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Papua tercatat melambat 2,65 persen.
Namun tanpa sub sektor pertambangan tanpa migas, grafik pertumbuhan ekonomi Papua khususnya lima tahun terakhir (2006-2010) terlihat jauh lebih stabil dengan rata-rata pertumbuhan 10,90
19
persen. Pada tahun 2010 perekonomian provinsi Papua tumbuh 11,98 persen.
2.2 Penduduk Usia Kerja
Dalam istilah ketenagakerjaan penduduk dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penduduk Usia Kerja dan Bukan Usia Kerja. Batasan penduduk usia kerja berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain, ada yang menggunakan batasan 10 tahun keatas atau 15 tahun ke atas.
Konsep dan definisi yang digunakan BPS, maupun International
Labor Organization (ILO) dan sebagian besar negara lainnya,
membatasi penduduk usia kerja sebagai penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk berusia di bawah 15 tahun digolongkan sebagai penduduk bukan usia kerja.
Secara keseluruhan, proporsi penduduk usia kerja laki-laki (52,23%) lebih besar daripada perempuan (47,77%). Hal ini sejalan dengan rasio jenis kelamin di Papua yang memang di atas seratus, yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Sedangkan bila dilihat menurut gologan umur, proporsi terbesar penduduk ada pada kelompok umur 15-19 tahun yang mencapai 16,09 persen. Hal ini sesuai dengan piramida penduduk Papua yang masih berbentuk kerucut yang menandakan penduduk muda.
Penduduk usia kerja dapat dilihat sebagai penduduk yang telah siap untuk memasuki dunia kerja. Jumlah penduduk usia kerja di
20
Papua mencapai 1.864.589 orang dengan jumlah penduduk muda yang jauh lebih besar dibanding penduduk tua. Supply tenaga kerja muda yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik dengan cara membekali pendidikan dan keterampilan yang memadai serta membantu mengarahkan dan menjembatani antara tenaga kerja muda yang telah siap masuk dunia kerja atau dunia usaha yang membutuhkannya.
Tabel 2.1
Penduduk Usia Kerja
Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Usia Kerja Gol.
Umur L P L P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 15 - 19 161.112 138.839 299.951 53,71 46,29 16,09 20 - 24 118.833 124.820 243.653 48,77 51,23 13,07 25 - 29 126.797 138.378 265.175 47,82 52,18 14,22 30 - 34 138.543 145.183 283.726 48,83 51,17 15,22 35 - 39 133.173 123.479 256.652 51,89 48,11 13,76 40 - 44 101.690 83.396 185.086 54,94 45,06 9,93 45 - 49 76.364 60.475 136.839 55,81 44,19 7,34 50 - 54 54.435 33.421 87.856 61,96 38,04 4,71 55 - 59 32.773 19.355 52.128 62,87 37,13 2,80 60+ 30.108 23.415 53.523 56,25 43,75 2,87 Total 973.828 890.761 1.864.589 52,23 47,77 100,00
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mewakili penduduk yang aktif secara ekonomi, yang termasuk kelompok ini adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sedangkan
21
kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Konsep ini mengandung kelemahan, karena keadaan sosial budaya yang ada di Indonesia dan Papua khususnya, masih jauh dari kondisi ideal, dimana masih banyak ditemukan adanya pekerja anak (berusia di bawah 18 tahun). Meskipun mereka aktif secara ekonomi, namun mereka tidak digolongkan sebagai angkatan kerja karena mereka tidak termasuk penduduk usia kerja. Hal tersebut sesuai dengan kaidah statistik yaitu untuk menjaga keterbandingan data. Dimana data dapat dibandingkan jika konsep yang digunakan sama dan azas eksklusifitas juga digunakan. Dengan azas ini seorang penduduk hanya dapat digolongkan dalam satu kategori. Contoh dari azas eksklusifitas ini, seseorang yang kuliah sambil bekerja, mereka hanya dapat dimasukkan dalam salah satu kategori bekerja atau sekolah, meskipun pada kenyataannya mereka melakukan kedua hal tersebut sekaligus.
Gambar 2.1
Kegiatan Terbanyak Penduduk Usia Kerja Tahun 2010 (%) 78,12% 2,88% 7,48% 9,21% 2,32% Bekerja Pengangguran Sekolah
Mengurus Rumah Tangga Lainnya
22
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas diketahui bahwa kegiatan utama sebagaian besar penduduk Papua usia kerja adalah bekerja (78,12%). Sementara itu, sebanyak 2,88 persen dari penduduk usia kerja di Papua masih menganggur. Penduduk usia kerja di Provinsi Papua yang masih bersekolah sebanyak 7,48 persen, sedangkan penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga sebesar 9,21 persen.
Tabel 2.2
Penduduk Usia Kerja
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Maksimal SD 395.513 451.615 847.128 (%) 40,61 50,70 45,43 SD 195.983 177.987 373.970 (%) 20,13 19,98 20,06 SMP 151.947 109.506 261.453 (%) 15,60 12,29 14,02 SMA 187.500 118.942 306.442 (%) 19,25 13,35 16,43 >SMA 42.885 32.711 75.596 (%) 4,40 3,67 4,05 Total 973.828 890.761 1.864.589 (Persentase) 100,00 100,00 100,00
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Dari Tabel 2.2, terlihat bahwa penduduk usia kerja di Provinsi Papua sebagian besar berpendidikan rendah. Penduduk usia kerja yang berpendidikan SD ke bawah (SD dan tidak pernah sekolah) mencapai 45,43 persen. Sementara itu, penduduk usia kerja yang
23
berpendidikan tinggi (Diploma/Sarjana) hanya 4,05 persen. Selain itu adalah mereka yang tamat SLTP dan SLTA(Umum dan Kejuruan).
Dari Tabel 2.2 juga, dapat diketahui bahwa apabila dibandingkan antara penduduk usia kerja yang berjenis kelamin perempuan dengan yang berjenis kelamin laki-laki maka lebih banyak penduduk perempuan yang berpendidikan rendah. Sebagai contoh, 50,70 persen dari perempuan usia kerja tidak tamat SD atau bahkan tidak pernah sekolah. Sementara laki-laki yang berpendidikan kurang dari SD adalah sebesar 40,61 persen. Sebaliknya pada tingkatan pendidikan menengah-tinggi, penduduk usia kerja laki-laki memiliki proporsi lebih besar dibanding perempuan.
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. TPAK didefinisikan sebagai perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.
Bila dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki jauh lebih besar dibanding perempuan. TPAK laki-laki di Provinsi Papua tahun 2010 adalah 88,56 persen sementara TPAK perempuan sebesar 72,72 persen. Secara keseluruhan TPAK Papua adalah 80,99 persen. Tingginya TPAK laki-laki ini dikarenakan laki-laki memang mempunyai
24
kewajiban mencari nafkah juga jumlah penduduk laki-laki di Papua lebih banyak dibanding perempuan.
Dari seluruh kabupaten/kota di Papua, yang memiliki angka TPAK terbesar adalah kabupaten Nduga dan terendah kabupaten Biak Numfor. Umumnya kabupaten/kota di wilayah pegunungan memiliki TPAK yang tinggi sedangkan kabupaten/kota yang lebih maju memiliki TPAK yang lebih rendah. Salah satu penyebabnya adalah semakin tingginya partisipasi sekolah di daerah maju.
Tabel 2.3
TPAK Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kabupaten/Kota TPAK TPAK Kab/Kota Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Merauke 83,68 50,77 68,09 Jayawijaya 97,81 96,46 97,14 Jayapura 82,18 64,85 74,06 Nabire 83,11 69,26 76,68 Kep. Yapen 84,33 61,75 73,25 Biak Numfor 70,89 42,73 57,19 Paniai 88,14 92,66 90,36 Puncak jaya 94,2 82,54 88,66 Mimika 83,81 26,07 56,93 Boven Digoel 89,9 75,06 83,35 Mappi 87,28 72,09 79,92 Asmat 94,38 74,58 84,86 Yahukimo 98,96 98,62 98,8 Peg. Bintang 93,77 92,82 93,33 Tolikara 94,4 92,6 93,55 Sarmi 80,29 48,43 66,13 Keerom 87,1 58,74 74,2 Waropen 83,99 45,65 65,82 Supiori 77,13 47,02 62,92 Mamberamo Raya 76,49 49,57 63,35 Nduga 99,09 98,5 98,81
25 Kabupaten/Kota TPAK TPAK Kab/Kota Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Lanny Jaya 98,96 97,11 98,08 Mamberamo Tengah 97,19 97,85 97,51 Yalimo 96,05 98,83 97,37 Puncak 96,53 81,18 89,12 Dogiyai 92,31 89,13 90,69 Intan Jaya 84,01 62,4 73,39 Deiyai 80,22 90,24 85,18 Kota Jayapura 80,43 47,58 65,15 PAPUA 88,56 72,72 80,99 2.4 Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Dikatakan aktif secara ekonomi karena mereka berusaha untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan pendapatan. Angkatan kerja terdiri dari penduduk bekerja dan pengangguran. Pengangguran termasuk dalam angkatan kerja karena meskipun mereka belum menghasilkan pendapatan namun mereka berusaha mendapatkan pekerjaan.
Gambar 2.2
Persentase Angkatan Kerja
26
Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan di bawah SD mempunyai proporsi paling besar yaitu 50,38 persen. Proporsi angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan SD (19,74%) dan tamat SLTP (10,81%). Sementara itu, angkatan kerja dengan pendidikan tamat perguruan tinggi proporsinya paling kecil yaitu 4,60 persen. Secara umum bisa dikatakan bahwa sebagian besar angkatan kerja di Papua berpendidikan rendah, karena sebanyak 50,38 persen hanya menempuh pendidikan tamat SD dan di bawahnya.
Gambar 2.3
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Ketimpangan gender masih terlihat dalam
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa baik dari segi jumlah maupun kualitas pendidikan, angkatan kerja perempuan masih kalah dengan angkatan kerja laki-laki. Mulai SD hingga diatas SLTA jumlah angkatan kerja perempuan selalu lebih kecil, hanya pada pendidikan
-50 000 100 000 150 000 200 000 250 000 300 000 350 000 400 000 < SD SD SLTP SLTA > SLTA Laki-laki Perempuan
27
di bawah SD (tidak tamat SD atau belum pernah sekolah) jumlahnya hampir sama.
Potret keadaan angkatan kerja ini hendaknya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menjadikan pendidikan terutama pendidikan bagi wanita sebagai agenda wajib untuk digalakan di Provinsi Papua.
Sebagaimana yang terlihat di Gambar 2.4, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua adalah sebanyak 1.510.176 orang. Jumlah angkatan kerja paling banyak berada pada kelompok umur 30-34 tahun. Kelompok umur 15-19 tahun hingga kelompok umur 30-34 tahun cenderung jumlahnya meningkat sementara pada kelompok umur diatasnya (35 tahun keatas) jumlahnya terus menurun.
Gambar 2.4
Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
Fenomena yang umum terjadi dimana pada kelompok umur ‘muda’ jumlahnya relatif lebih kecil karena sebagian memilih untuk sekolah. Sementara pada kelompok umur ‘tua’ jumlahnya terus menurun seiring penurunan produktifitas dari penduduk lanjut usia.
-50 000 100 000 150 000 200 000 250 000 300 000
28
2.5 Penduduk yang Bekerja
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Penduduk yang bekerja adalah setiap penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja atau yang sementara tidak bekerja.
Tabel 2.4
Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Golongan Umur Tingkat Pendidikan Jumlah < SD SD SLTP SLTA PT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 15 - 19 77.260 43.277 24.702 7.055 - 152.294 20 - 24 79.730 32.296 20.975 33.896 3.766 170.663 25 - 29 98.639 38.045 27.038 38.639 10.782 213.143 30 - 34 122.137 48.372 26.837 35.617 12.194 245.157 35 - 39 124.422 44.783 21.418 28.744 10.960 230.327 40 - 44 91.998 29.173 15.325 22.602 10.255 169.353 45 - 49 68.565 25.542 10.761 13.029 6.087 123.984 50 - 54 43.214 17.188 6.134 7.744 2.482 76.762 55 - 59 24.799 8.422 3.820 3.849 1.847 42.737 60 - 64 11.675 3.559 1.154 1.550 570 18.508 65 + 8.498 3.644 193 900 382 13617 Total 750.937 294.301 158.357 193.625 59.325 1.456.545
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Penduduk yang bekerja di Provinsi Papua adalah sebanyak 1.456.545 jiwa, atau setara dengan 96,45 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja yang ada. Untuk melihat sebaran penduduk yang bekerja menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2.4 di atas, dimana dari jumlah penduduk yang bekerja paling banyak berada di
29
kelompok umur 30-34 tahun yang besarnya mencapai 245.157 orang atau 16,83 persen.
Tabel 2.5
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Lapangan Usaha Tingkat Pendidikan Jumlah < SD SD SLTP SLTA PT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pertanian 724.015 256.414 100.053 49.735 3.765 1.133.982 Pertambangan 2.077 1.802 2.434 7.490 1.868 15.671 Industri 2.225 2.999 2.816 8.754 1.424 18.218 LGA - 103 - 1.188 - 1.291 Konstruksi 3.833 3.573 6.329 11.519 2.102 27.356 Perdagangan 11.405 17.666 23.895 38.790 4.443 96.199 Transportasi 4.387 6.318 9.312 17.418 1.077 38.512 Lembaga Keuangan 363 317 1.101 2.594 2.102 6.477 Jasa 2.632 5.109 12.417 56.137 42.544 118.839 Total 750.937 294.301 158.357 193.625 59.325 1.456.545
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Penduduk yang bekerja pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan sebagian besar berpendidikan kurang dari SD. Lulusan perguruan tinggi terbesar bekerja pada lapangan usaha jasa kemasyarakatan dan lembaga keuangan yaitu masing-masing sebesar 35,80 persen dan 32,45 pesen.
Salah satu indikator untuk melihat kinerja pekerja adalah dengan melihat jumlah jam kerja, demikian juga dengan jam kerja menurut sektor atau lapangan usaha sebagaimana yang terdapat pada Tabel 2.6 di bawah. Secara keseluruhan proporsi pekerja terbesar bekerja di atas 35 jam yaitu lebih dari 60 persen dan yang terkecil adalah proporsi penduduk yang sementara tidak bekerja
30
yang berada di bawah satu persen. Proporsi pekerja yang jam kerjanya antara 1 sampai 34 jam yaitu 38,97 persen, naik dua persen dari tahun sebelumnya.
Tabel 2.6 berikut ini menggambarkan jumlah jam kerja menurut status pekerjaan. Pada umumnya sebagian besar pekerja memiliki jam kerja di atas 35 jam (jam kerja normal). Apabila dilihat dari status pekerjaan, proporsi terbesar pekerja yang bekerja di atas 35 jam berstatus pekerja keluarga/ tidak dibayar.
Tabel 2.6.
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jam Kerja Tahun 2010
Status Pekerjaan Jam Kerja Jumlah 0 1-34 ≥ 35
(1) (2) (3) (4) (5)
Berusaha sendiri 2.530 55.596 111.391 169.517 Berusaha dibantu buruh tdk tetap/tdk dibayar 2.695 140.758 275.361 418.814 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 285 1.776 10.605 12.666 Buruh/karyawan/pegawai 3.726 28.487 171.938 204.151 Pekerja bebas di pertanian - 5.972 3.793 9.765 Pekerja bebas di non pertanian - 1.548 3.622 5.170 Pekerja keluarga/tdk dibayar - 333.415 303.047 636.462
Total 9.236 567.552 879.757 1.456.545 % 0,63 38,97 60,40 100,00
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Dari Tabel 2.6 terlihat bahwa pekerja di Papua memiliki jam kerja normal pada hampir semua status pekerjaan, kecuali pekerja dengan status pekerja bebas di pertanian dan pekerja keluarga/ tidak dibayar.
Secara keseluruhan pekerja berstatus pekerja tidak dibayar jumlahnya paling besar yakni 636.462 orang, kemudian disusul pekerja
31
berstatus berusaha dibantu orang lain sebanyak 431.480 orang, pekerja berstatus buruh sebanyak 204.151 orang, pekerja dengan status berusaha sendiri sebanyak 169.517 orang dan yang jumlahnya paling sedikit adalah pekerja dengan status pekerja bebas yaitu sebanyak 14.935 orang.
Tabel 2.7
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Sumber : Sakernas Agustus 2010
Tabel 2.7 menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja dengan status pekerja tak dibayar terbanyak berpendidikan kurang dari SD (64,09%). Pekerja dengan status pekerja bebas di non pertanian tidak ada yang berpendidikan di atas SLTA. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi status pekerjaannya.
Pekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai terbesar adalah penduduk yang berpendidikan SLTA yaitu sebesar 48,82
Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Jumlah < SD SD SLTP SLTA PT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Berusaha sendiri 55.393 48.248 29.954 33.281 2.641 169.517
Berusaha dibantu buruh tdk tetap/ tdk
dibayar 270.013 84.107 33.088 29.032 2.574 418.814
Berusaha dibantu buruh tetap/ dibayar 1.350 1.404 3.167 5.168 1.577 12.666
Buruh/Karyawan/Pegawai 8.618 16.808 28.873 99.668 50.184 204.151
Pekerja bebas di pertanian 6.228 1.734 1.519 186 98 9.765
Pekerja bebas di non pertanian 1.450 711 1.299 1.710 - 5.170
Pekerja tak dibayar 407.885 141.289 60.457 24.580 2.251 636.462