• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

47 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil alat ukur dapat terlihat bahwa 23 (45.1%) dari 51 penulis kreatif yang menjadi sampel penelitian ini mengalami depresi. Dari 23 penulis tersebut, 20 di antaranya merupakan laki-laki dan 3 merupakan perempuan. Sementara itu, meskipun terdapat gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania pada sejumlah partisipan, pada penelitian ini tidak ditemukan subjek yang mengalami episode mania/hypomania.

5.2 Diskusi

Asumsi bahwa pencapaian karya kreatif dan mood disorder memiliki suatu kaitan telah menjadi topik sejumlah literatur (Johnson et al, 2012). Hal tersebut juga tampak dalam penelitian ini.

Berdasarkan norma alat ukur CESD-R, 23 partisipan (45.1%) penelitian ini tergolong mengalami depresi dalam 2 minggu terakhir. Sebagai pembanding jumlah tersebut, rata-rata kasus depresi dalam 1 bulan di wilayah Asia Pasifik adalah 1.1% hingga 19.9% dari populasi (Chiu, 2014). Melihat angka tersebut, tampak bahwa rasio penderita depresi pada sampel penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi normal.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan rasio penderita depresi laki-laki dan perempuan dalam subjek. Jumlah partisipan laki-laki yang memiliki depresi adalah 55.6%, sementara pada partisipan perempuan yang memiliki depresi adalah 20%. Hal ini berbeda dari data-data dalam penelitian pada umumnya. Secara internasional, pada individu berusia 18-64 tahun, perempuan mengalami depresi 1.6 hingga 2.4 kali lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki (Savoie, Morettin, Green, & Kazanjian, 2004). Namun terdapat peneliti yang mengatakan bahwa fenomena ini terjadi karena laki-laki lebih sering menyembunyikan gejala depresi yang mereka alami dan laki-laki mungkin saja mengalami depresi sama seringnya dengan perempuan (Addis, 2008).

(2)

Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membantu laki-laki dalam melindungi diri terhadap depresi (Miller, 2011). Faktor pertama adalah kegiatan fisik. Meskipun tidak ada penjelasan pasti mengapa hal ini berpengaruh, terdapat korelasi positif antara laki-laki yang pekerjaannya melibatkan banyak aktivitas fisik dan kesehatan mental. Faktor kedua adalah pola kognitif. Laki-laki lebih jarang melakukan perenungan atas kejadian-kejadian di masa lalu bila dibandingkan dengan perempuan (Miller, 2011).

Hal di atas mungkin dapat menjelaskan mengapa terdapat lebih banyak responden laki-laki pada penelitian ini yang mengalami depresi. Perenungan merupakan aktivitas yang umum dalam menulis kreatif (Kaufman & Kaufman, 2009). Keberadaan proses perenungan dalam menulis juga tampak dalam wawancara yang dilakukan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa terdapat jumlah yang signifikan pada partisipan laki-laki yang mengalami depresi. Apabila salah satu faktor yang membantu laki-laki menghindari depresi adalah rendahnya perenungan, maka kegiatan yang melibatkan banyak perenungan dapat meningkatkan kemungkinan depresi pada laki-laki.

Karakteristik seorang penulis kreatif dan sifat pekerjaan mereka dapat menjelaskan mengapa banyak penelitian yang mengaitkan seorang penulis kreatif dengan mood disorder (Kaufman & Kaufman, 2009). Melalui wawancara, didapatkan pengertian yang lebih mendalam pada proses pembuatan karya kreatif dan unsur psikologis di dalamnya.

Secara umum dalam pembuatan karya tulis terdapat perencanaan dan pelaksanaan. Dari wawancara diketahui bahwa pada tahap perencanaan ini banyak terjadi proses

kognitif. Riset, pengumpulan ide, visualisasi hal-hal yang akan ditulis, semuanya terkandung dalam tahap ini.

Tahap perencanaan ini seringkali digambarkan sebagai proses yang menyenangkan. Namun pada wawancara juga tampak bahwa proses ini dapat menjadi hal yang memakan banyak emosi. Perenungan yang mendalam pada cerita yang memiliki tema kelam dan sedih dapat menghidupkan perasaan tersebut pada sang penulis sendiri. Dalam situasi ini penulis yang menjiwai kisah sedih yang ia tulis dapat hanyut dalam mood negatif. Ia dapat menolak interaksi dengan orang lain, kurang fokus dalam keseharian, sulit tidur, dan secara

(3)

umum merasakan distress. Perenungan yang berbahaya ini dapat mengacu pada timbulnya sebuah episode depresi (Kaufman & Kaufman, 2009).

Tahap selanjutnya merupakan pelaksanaan atau penulisan. Sebagian besar narasumber menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap yang paling berat atau

membutuhkan paling banyak usaha. Pada proses penulisan ini writer’s block juga seringkali menghalangi usaha para penulis. Penulis kreatif sendiri memiliki berbagai sikap dalam menanggapi hal ini (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015; 5 Juli 2015). Terdapat narasumber yang memilih untuk menghindari kegiatan menulis untuk sementara, ada juga yang

memilih untuk kembali ke tahap perencanaan, ada juga yang berusaha untuk terus menulis dengan tingkat kemajuan minim.

Salah satu narasumber dalam penelitian ini mengakui perasaan patah semangat (komikasi pribadi, 5 Juli 2015). Usaha terus menerus untuk menulis cerita, tanpa berhasil mendapatkan hasil yang diinginkan dapat memberikan persepsi membuang-buang waktu dan rasa kecewa. Meskipun demikian, tidak seluruh narasumber melaporkan tekanan atau perasaan yang berlebih dalam writer’s block ini.

Dalam data penelitian juga didapatkan ketiadaan depresi pada partisipan yang menulis sebagai pekerjaan tunggal. Hal ini mungkin terjadi karena individu yang bekerja penuh sebagai penulis memiliki lebih banyak pengalaman dalam kegiatan ini. Hal tersebut tampak pada pernyataan salah satu narasumber. Ketika ditanyakan mengenai dampak kritik-kritik setelah menerbitkan buku, SM menyatakan, “Lebih tahu selera pembaca, kira-kira lebih ngerti mana karakter atau scene atau plot yang akan lebih diterima. Jadi gak terlalu galau saat mengonsep dan menulis” (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015).

Seperti yang dinyatakan SM, pengalaman dalam menulis dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri. Seperti dapat melakukan perencanaan dan penulisan dengan lebih efisien, menghindari kritik melalui cara penulisan yang lebih diterima, dan memiliki pengalaman pribadi untuk menghadapi writer’s block (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Hasil wawancara tersebut dapat memberikan gambaran mengapa partisipan dengan pekerjaan tunggal sebagai penulis memiliki rasio depresi lebih rendah bila dibandingkan dengan penulis yang berkarya hanya sebagai hobi.

(4)

Setelah seorang penulis berhasil melampaui writer’s block dan menyelesaikan penulisannya, karya tersebut akan dipublikasi dan terbuka untuk kritik oleh semua orang. Penilaian yang rendah ataupun sedikitnya pembaca dapat membawa kekecewaan, namun secara keseluruhan para narasumber wawancara menyatakan bahwa tidak ada perasaan berlebih yang timbul dalam hal ini. Namun hal sebaliknya dapat memberikan dampak yang berbeda. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa komentar yang positif dan pujian-pujian atas karya dapat menimbulkan perasaan senang dan percaya diri. Dampak hal ini adalah semangat untuk menciptakan lebih banyak karya. Terkadang gejala-gejala yang menyerupai episode mania/hypomania tampak dalam wawancara: aktivitas menulis yang berlebih, rasa percaya diri, menurunnya kebutuhan tidur, dan gagasan yang berpacu-pacu.

Sejumlah penelitian antara kreativitas dan mood disorder sudah dilakukan dan sebagian di antaranya juga memiliki fokus pada subjek penulis (Lauronen, Veijola,

Isohanni, Jones, 2004). Ludwig (1994), menemukan bahwa 11 (19%) dari 59 penulis yang menjadi sampel penelitiannya memiliki sejarah episode mania. Sejumlah studi melalui karya dan memoar penulis juga menemukan keberadaan episode mania pada tokoh-tokoh ternama (Turvey & Dolman, 2011; Koutsantoni, 2014).

Walaupun tidak ditemukan partisipan yang mengalami episode mania/hypomania dalam penelitian ini, hasil wawancara dan alat ukur memang menunjukkan gejala yang dapat diasosiasikan dengan episode mania/hypomania. Pada pengukuran dengan MDQ terdapat 27 partisipan yang mengiyakan pernyataan ‘Pikiran anda seperti berlomba-lomba dalam kepala atau anda tidak dapat memperlambat pikiran anda’. Hasil wawancara juga menunjukkan gejala mania yang berpusat pada tema pengerjaan karya tulis kreatif. Terlalu fokus pada karya, kurang tidur, kurang fokus pada hal-hal di sekitar karena ide yang berpacu, dan semangat untuk mengerjakan karya adalah satu rangkaian gejala yang dapat ditemui pada beberapa narasumber.

Data wawancara dan hasil alat ukur memberikan gambaran akan aktivitas dalam penulisan kreatif. Proses penulisan kreatif sendiri memiliki sejumlah hal yang dapat memicu perubahan mood. Dari wawancara yang dilakukan, faktor yang paling nampak adalah perenungan dalam membuat cerita (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Kaufman & Kaufman (2009), menunjukkan bahwa perenungan dapat memicu dalam kisah yang

(5)

diinspirasi oleh pengalaman buruk pribadi. Kendati demikian, wawancara pada penelitian ini menunjukkan bahwa rasa frustasi dapat timbul tanpa harus mengambil inspirasi dari kehidupan pribadi (komunikasi pribadi, 4 Juli 2015). Perenungan merupakan hal yang umum dilakukan dalam membayangkan cerita yang akan ditulis dan sebuah perenungan mengenai kisah yang dramatis dapat menimbulkan distress.

Melihat seluruh proses penulisan kreatif dan fenomena psikologis di dalamnya menimbulkan sebuah pertanyaan. Kenapa tidak ditemukan episode depresi dan mania pada semua partisipan, mengingat sifat pekerjaan mereka? Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah setiap orang memiliki predisposition atau diathesis yang berbeda. Maksud dari hal ini adalah setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan kecenderungan yang berbeda pula untuk menderita suatu gangguan (Kring, Johnson, Davison, Neale, 2010). ‘Kesiapan’ untuk menerima depresi seringkali terkait dengan kepribadian, terutama melankoli yang kronis (Comer, 2013). Sementara itu, kepribadian yang senang menerima tantangan/resiko dan genetik serotonin seringkali dikaitkan dengan predisposition mania (Comer, 2013).

5.3 Saran

5.3.1 Saran teoritis

Dalam penelitian ini terdapat beberapa titik lemah pada alak ukur. Alat ukur CESD-R memiliki 1 pertanyaan dengan korelasi antar item di bawah .30, yaitu pernyataan nomor 13. Pada CESD-R orisinil, pernyataan nomor 13 adalah ‘I feel fidgety’ dan dalam penelitian ini diterjemahkan menjadi ‘saya merasa tidak dapat diam’. Peneliti menyarankan bahwa item ini dapat diterjemahkan menjadi ‘saya merasa gugup dan tidap dapat diam’.

Salah satu item dalam alat ukur MDQ juga memiliki korelasi antar item di bawah .30, yaitu item gejala nomor 10. Pernyataan item ini adalah ‘Anda lebih banyak berinteraksi atau bepergian dari biasanya, contohnya anda menghubungi teman pada larut malam’ dan versi orisinilnya adalah ‘you were much more social or outgoing than usual, for example, you telephoned friends in the middle of the night?’. Penerjemahan item ini sudah cukup baik, namun perlu diperhatikan bahwa MDQ dikritik lebih berguna dalam seting klinis bila

(6)

dibandingkan dengan seting komunitas (Miller, Johnson, Eisner, 2009). Penelitian selanjutnya pada topik ini akan lebih akurat dengan alat ukur yang cocok pada seting komunitas. Untuk seting populasi, direkomendasikan menggunakan General Behaviour Inventory (Miller, Johnson, Eisner, 2009).

Penelitian selanjutnya juga dapat memberikan gambaran secara lebih mendalam dengan memperbanyak narasumber wawancara. Banyaknya narasumber dapat memberikan data yang lebih jelas mengenai faktor menulis yang berperan besar dalam menimbulkan gangguan mood.

Mengingat faktor perenungan yang terkait dengan episode depresi penulis, penelitian selanjutnya dapat memasukkan data kontrol berupa tema karya tulis. Hal ini dapat digunakan untuk melihat peran tema karya tulis pada mood penulisnya.

5.3.2 Saran Praktis

Mengingat bahwa perenungan merupakan hal yang amat umum dalam penulisan kreatif, penulis diharapkan lebih mewaspadai keadaan mood mereka dan mengatasi hal ini sebelum menjadi gangguan besar. Pennebaker (1989), menyatakan bahwa depresi akibat perenungan dapat ditanggulangi dengan membahas hal tersebut bersama orang lain. Diskusi yang bersifat suportif dalam hubungan sehat dapat membantu penulis melalui perenungan negatif ini.

Dalam menghadapi writer’s block, disarankan bagi penulis untuk berhenti sejenak dalam aktivitas menulis. Hal ini sesuai dengan model proses kreatif menurut Graham Wallas, tepatnya dalam langkah incubation. Langkah incubation ini mencakup pemikiran masalah secara ‘tidak sadar’ (Isaksen, Dorval, Treffinger, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Kuliah Teknik Pengolahan Citra Digital membahas dan mempelajari dasar-dasar teknik dalam pengolahan citra digital yang menjadi dasar bagi engineer untuk

Perlu dikaji formula minuman fungsional temu mangga dengan penambahan barbagai jenis flavoring agent (jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk nipis+lemon) serta berbagai

F 31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Saat ini Episode Campuran Pasien telah memiliki setidaknya satu episode hypomania, mania, depresi, atau episode afektif campuran di masa

Penulis memilih penelitian studi kasus, karena lebih dapat melakukan penelitian secara terperinci terhadap objek yang diamati, yaitu tentang sistem informasi

Semua biaya yang dikeluarkan guna pelaksanaan tugas Kelompok Kerja (POKJA) Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Kota Surabaya ' sebagaimana dimaksud dalam diktum

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah penelitian ini adalah berapakah intensitas rata- rata paparan medan magnet dan medan listrik pada pengguna