• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI I SADANG KEBUMEN TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI I SADANG KEBUMEN TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS

AKSARA JAWA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI I SADANG

KEBUMEN TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Erik Puji Lestari

NIM. 082160232

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Erik Puji Lestari

NIM : 082160232

Progam Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Judul Skripsi : Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara

Jawa Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012

menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan plagiat dari karya tulis orang lain, kecuali bagian tertentu yang saya ambil sebagai landasan teori atau acuan teori dengan mengikuti tata penulisan dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut menjadi tanggung jawab saya.

Kebumen, 29 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Hidup itu butuh perjuangan dengan niat dan usaha”

“Jangan pantang menyerah walaupun kita dibawah, seperti pepatah mengatakan lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah”

“Ajining diri gumantung saka lati, ajining raga gumantung saka busana, ajining awak gumantung saka kelakuan”

PERSEMBAHAN

1. Bapak Ibu tersayang (Mukhlasin dan Siti Sumarni), terima kasih atas keihklasan dan kasih sayangnnya, aku yakin aku akan selalu ada dalam tulang rusukmu.

2. Tunanganku tersayang Teguh Priya Pambudi

yang selalu mendukung, menemani, dan

memotivasi saya dalam kesukaran.

3. Kakak-kakakku tersayang (Puji Suryono, Siti Nur Fatma Asih, Fitri Setiani), yang selalu membuatku senang dan semangat dalam hari-hariku.

4. Temanku terlugu (Wiji Astuti dan Siti Alfiah), yang selalu membuat saya senang saat mengerjakannya.

(6)

KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta kerja keras saya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya sadar dengan sepenuh hati bahwa uluran tangan dari berbagai pihak telah memungkinkan selesainya skripsi ini. Itulah sebabnya, penulis menyampaikan terima kasih tering doa tulus kepada semu insan berjasa berikut ini.

Dengan setulus-tulusnya saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Supriyono, M. Pd. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Drs. H. Hartono, M. M. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Bapak Yuli Widiyono, M.Pd. selaku ketua progam studi bahasa dan sastra Jawa dan dosen pembimbing I dan Bapak Aris Hidayat, S.Pd. dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi sampai penyusunan skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

5. Bapak Prof. Dr. Sukirno, M.Pd., dosen pembimbing media yang telah menyediakan waktunya untuk saya.

6. Bapak Toto Prabowo, kepala SMP Negeri 1 Sadang Kebumen, yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

(7)

7. Agus Purwidodo, guru bahasa Jawa SMP Negeri 1 Sadang Kebumen, yang membimbing dan membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Mudah-mudahan semua amal baik dari berbagai pihak tersebut memperoleh balasan dari Allah Swt. Selain hal tersebut di atas, penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Purworejo, 29 Agustus 2012 Penyusun,

(8)

ABSTRAK

Erik Puji Lestari. Upaya Peningkatan Menulis Aksara Jawa Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Perkawisan ingkang wonten panaliten ingkang sapisan njlentrehaken urutaning pasinaon nyerat aksara Jawa ingkang ngginaaken media audio visual ngagem murid kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012; kaping kalih njlentrehaken paningkatan kesinggihan nyerat aksara Jawa murid kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 ingkang sampun pikantuk pasinaon ngginaaken media audio visual; kaping tiga njlentrehaken paningkatan minat nyerat aksara Jawa murid kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 sampun pikantuk pasinaon ngginaaken media audio visual.

Panaliten ingkang digunaaken yaiku Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teori ingkang didadosaken acuan yaiku teori Arikunto (2008) ingkang njlentrehaken menawi PTK yaiku panaliten tindakan ingkang dipunlaksanaaken kagem perkawis mbiyantu mutu praktik pasinaon ngagem kelas.

Pangumpulan data inggih menika ngginaaken instrumen tes yaiku menehi tes ngagem murid saben akhir pasinaonan sarta ngginaaken instrumen nontes yaiku ngginaaken lembar observasi lan dokumentasi foto. Teknik analisis data ingkang digunaaken yaiku teknik statistik deskriptif komparatif, kagem ngginaaken rumus ngitang rata-rata (mean).

Urutaning pasinaonan ngginaaken media audio visual yaiku (a) kagiyatan prasiklus inggih menika pasinaonan nyerat aksara Jawa mboten ngginaaken media; (b) kagiyatan siklus I, pasinaonan ngginaaken media audio visual kalih materi aksara

carakan, sandhangan swara, sandhangan panyigeging wanda, lan sandhangan wyanjana; (c) kagiyatan siklus II, pasinaonan ngginaaken media audio visual ingkang

materi siklus I dipuntambahi pasangan aksara Jawa. Kasil tes kaprigelan nyerat aksara Jawa ing kagiyatan prasiklus nunjukaken rata-rata biji kelas dumugi 61.6%, ngalami paningkatan rata-rata kelas dumugi 72,8% ing kagiyatan siklus I. Rata-rata murid ngalami paningkatan inggih punika dumugi 77.1% ing kagiyatan siklus II. Sedangkan saking kasil minat murid nyerat aksara Jawa dipunpirsani saking segi perhatian sae wonten 5 murid, dipunpirsani saking segi keaktifan sae namung wonten 4 murid saking kagiyatan prasiklus. Salajengipun paningkatan minat murid ing kagiyatan siklus I yaiku saking segi perhatian sae wonten 14 murid, lan saking segi keaktifan sae wonten 13 murid. Minat murid saged dipun paningkatan malih ing kagiyatan siklus II, saking segi perhatian sae wonten 26 murid, lan keaktifan sae wonten 24 murid. Dados, saged kadudut wiwit menawi ngagem ngginaaken media

audio saged ningkataken kesinggihan lan minat pasinaon murid SMP Negeri I

Sadang Kebumen.

(9)

ABSTRAK

Erik Puji Lestari. Upaya Peningkatan Menulis Aksara Jawa Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012; (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual? (3) mendeskripsikan peningkatan minat menulis aksara Jawa siswa kelas VIII C SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual.

Penelitian yang dilakukan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teori yang dijadikan acuan adalah teori Arikunto (2008) yang menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen tes yaitu memberikan tes kepada siswa setiap akhir pembelajaran serta menggunakan instrumen nontes yaitu menggunakan lembar observasi dan dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif komparatif, dengan menggunakan rumus perhitungan rata-rata (mean).

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media audio visual yaitu (a) kegiatan prasiklus merupakan pembelajaran menulis aksara Jawa tanpa menggunakan media; (b) kegiatan siklus I, pembelajaran menggunakan media audio visual dengan materi aksara carakan, sandhangan swara, sandhangan panyigeging wanda, dan

sandhangan wyanjana; (c) kegiatan siklus II, pembelajaran menggunakan media audio visual dengan materi siklus I ditambah dengan pasangan aksara Jawa. Hasil tes

kemampuan menulis aksara Jawa pada kegiatan prasiklus menunujukan rata-rata nilai kelas sebesar 61.6%, mengalami peningkatan rata-rata kelas sebesar 72,8% pada kegiatan siklus I. Rata-rata siswa meningkat kembali menjadi 77.1% pada kegiatan siklus II. Selanjutnya dari hasil minat siswa menulis aksara Jawa dilihat dari segi perhatian baik hanya ada 5 siswa, dilihat dari segi keaktifan baik hanya ada 4 siswa pada kegiatan prasiklus. Terdapat peningkatan minat siswa pada kegiatan siklus I yaitu dari segi perhatian baik ada 14 siswa, dan dari segi keaktifan baik ada 13 siswa. Minat siswa mendapat peningkatan kembali pada kegiatan siklus II, dari segi perhatian baik ada 26 siswa, dan keaktifan baik ada 24 siswa. Jadi, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan media audio visual mampu meningkatkan kemampuan dan minat belajar siswa SMP Negeri I Sadang Kebumen.

(10)

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL. . . i PERSETUJUAN PEMBIMBING. . . ii PENGESAHAN. . . iii PERNYATAAN. . . iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN. . . v

KATA PENGANTAR. . . vi

ABSTRAK . . . vii

DAFTAR ISI . . . viii

DAFTAR TABEL. . . ix

DAFTAR GAMBAR . . . x

DAFTAR DIAGRAM . . . xi

DAFTAR LAMPIRAN . . . xii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1 A. Latar Belakang . . . 1 B. Identifikasi Masalah . . . 4 C. Pembatasan Masalah . . . 5 D. Rumusan Masalah . . . 5 E. Tujuan Penelitian . . . . . . 6 F. Manfaat Penelitian . . . 6 G. Sistematika Skripsi . . . . . . 7

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, DAN HIPOTESIS 9 A. Tinjauan Pustaka . . . 9 B. Kajian Teoretis . . . 10 1. Menulis . . . 10 a. Pengertian Menulis . . . 10 b. Tujuan Menulis . . . 11 c. Jenis-jenis Menulis . . . 12 d. Aksara Jawa . . . 14 2. Media Pembelajaran . . . 21

a. Pengertian Media Pembelajaran. . . 21

b. Fungsi Media Pembelajaran. . . 23

c. Jenis-jenis Media . . . 25

d. Media Audio Visual . . . 26

3. Motivasi Belajar . . . 27

C. Hipotesis . . . 30

BAB III METODE PENELITIAN . . . 31

A. Subjek Penelitian . . . 31 B. ObjekPenelitian . . . 31 C. Rancangan Penelitian . . . 32 D. Langkah-langkah Penelitian . . . 33 1. Kegiatan Prasiklus . . . 34 2. Kegiatan Siklus I . . . 34 3. Kegiatan Siklus II . . . 37

(12)

E. Tahap Pengumpulan Data . . . 39

1. Penetapan Instrumen Data . . . 39

2. Data Penelitian. . . 40

3. Sumber Data . . . 41

4. Teknik Pengumpulan Data . . . 41

F. Teknik Analisis Data . . . 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. . . 46

A. Hasil Penelitian . . . 46

1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Aksara Jawa dengan Menggunakan Media Audio Visual . . . 46

2. Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Mendapat Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual . . . 56

3. Peningkatan Minat Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahu Ajaran 2011/2012 Setelah Mendapat Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual . . . 58

B. Pembahasan. . . 61

1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Aksara Jawa dengan Menggunakan Media Audio Visual . . . 61

2. Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Mendapat Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual . . . 73

3. Peningkatan Minat Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahu Ajaran 2011/2012 Setelah Mendapat Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual . . . 82

(13)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN . . . 88

A. Simpulan . . . 88

B. Saran . . . 90

DAFTAR PUSTAKA. . . 91

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil Kemampuan Siswa Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Prasiklus. . . 57 Tabel 4.2 Hasil Kemampuan Siswa Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Siklus I. . . 57 Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Siswa Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Siklus II. . . 58 Tabel 4.4 Peningkatan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis

Aksara Jawa pada Kegiatan Prasiklus. . . 59 Tabel 4.5 Peningkatan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis

Aksara Jawa pada Kegiatan Prasiklus. . . 60 Tabel 4.6 Peningkatan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis

Aksara Jawa pada Kegiatan Prasiklus. . . 60 Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Menulis Aksara Jawa pada Kegiatan

Prasiklus. . . 74 Tabel 4.9 Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Prasiklus dengan Kegiatan Siklus I. . . 75 Tabel 4.9 Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Prasiklus, Siklus I, Siklus II. . . 77 Tabel 4.13 Peningkatan Kemampuan yang terjadi dari beberapa Siswa

setelah Pembelajaran Menulis Aksara Jawa dengan

menggunakan Media Audio Visual. . . 78 Tabel 4.17 Peningkatan Minat dilihat darisegi Keaktifan dan Perhatian

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur Siklus Penelitian. . . 33

(16)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.8 Hasil Kemampuan Menulis Aksara Jawa

pada Kegiatan Prasiklus . . . 74 Diagram 4.10 Hasil Perbandingan Kemampuan Siswa Menulis Aksara

Jawa pada Kegiatan Prasiklus dengan Siklus I . . . 76 Diagram 4.10 Hasil Perbandingan Kemampuan Siswa Menulis Aksara

Jawa pada Kegiatan Prasiklus, Siklus I, Siklus II. . . 77 Diagram 4.14 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Aksara

Jawa pada Kegiatan Prasiklus. . . 79 Diagram 4.14 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Aksara

Jawa pada Kegiatan Siklus I. . . 80 Diagram 4.14 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Aksara

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. . . 92

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II. . . 93

Lampiran 3. Lembar Observasi Siklus I. . . 94

Lampiran 4. Lembar Observasi Siklus II. . . 95

Lampiran 5. Jurnal Siswa Siklus I. . . 96

Lampiran 6. Jurnal Siswa Siklus II. . . 97

Lampiran 7. Daftar Nilai Siswa Kelas VIII C pada Siklus I. . . 98

Lampiran 8. Daftar Nilai Siswa Kelas VIII C pada Siklus II. . . 99

Lampiran 9. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C. . . 100

Lampiran 10. Soal Siklus I. . . 101

Lampiran 11. Hasil Tes Penulisan Aksara Jawa Siswa Siklus I Lampiran 12. Soal Siklus II. . . 102

Lampiran 13. Hasil Tes Penulisan Aksara Jawa Siswa Siklus II Lampiran 14. Gambar Pembelajaran Menulis Aksara Jawa pada Siklus I dan Siklus II. . . 103

Lampiran 15. Surat Penetapan Dosen Pembimbing. . . 104

Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Penelitian. . . 105

Lampiran 17. Surat keterangan Izin Penelitian dari Sekolah. . . 106

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi adalah hal utama yang membuat kebudayaan Jawa mengalami penurunan ke arah yang negatif. Sebagai contoh generasi muda dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Padahal di dalam kebudayaan Jawa, nilai kesopanan anak-anak (orang yang lebih muda) terhadap orang yang lebih tua bisa juga dinilai dari cara dia bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa krama ataupun krama

inggil. Namun pada kenyataanya, generasi muda sekarang ini banyak yang kurang

bisa berbahasa krama ataupun krama inggil, bahkan banyak yang sama sekali tidak mengerti apa itu bahasa krama dan krama inggil. Mereka lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang justru menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Itulah salah satu faktor yang membuat kebudayaan Jawa semakin hari mengalami penurunan.

Sejalan dengan permasalahan yang ada, pemerintah akhirnya berusaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Jawa dengan cara memasukkan kurikulum bahasa Jawa dalam pendidikan formal untuk menjadi mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan bukan hanya sebagai mata pelajaran muatan lokal yaitu bertujuan untuk menumbuhkan minat dari generasi muda untuk lebih memperdalam tentang kebudayaan Jawa khususnya bahasa Jawa. Semua itu dikarenakan pendidikan merupakan bagian dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pada umumnya pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk

(19)

mengembangkan sumber daya yang berkualitas, diantaranya adalah mengembangkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memegang peranan penting dalam pencapaian manusia yang seutuhnya. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan dikembangkan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Segenap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang mempunyai peran yang sangat penting dan mendasar. Menulis bukan merupakan keterampilan yang datang dengan sendirinya maupun bakatnya, melainkan harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur. Dapat dikatakan bahwa menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang kompleks. Kemampuan menulis lebih sukar dikuasai dibandingkan dengan ketiga aspek kebahasaan lainnya yaitu kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca. Hal ini menghendaki penguasaan berbagai unsur diluar bahasa itu sendiri. Kemampuan menulis harus terjalin

(20)

sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik (Henry Guntur Tarigan, 2008; 16).

Hal itu sesuai dengan kurikulum mata pelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) untuk jenjang pendidikan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah kelas VIII semester dua, pada kompetensi menulis dengan standar kompetensi mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan secara tertulis dalam berbagai bentuk tulisan dan ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa yang benar. Sedangkan kompetensi dasarnya menulis dua paragraf berhuruf Jawa. Berdasarkan observasi dan wawancara, siswa pada umumnya menulis paragraf berhuruf Jawa dianggap kompetensi yang paling sukar. Karakteristik menulis paragraf berhuruf jawa merupakan konsep penulisan dari aksara Jawa yang harus dipahami sehingga diperlukan banyak latihan soal untuk memahaminya.

Berdasarkan uraian di atas, maka harus dilakukan upaya-upaya perbaikan metode ataupun sistem untuk menumbuhkan minat siswa tehadap pelajaran bahasa Jawa, khususnya pada materi aksara Jawa yang lambat laun banyak yang sudah tidak bisa menulis aksara Jawa dengan alasan penulisan aksaranya yang sulit-sulit. Maka dari itu, guru harus bisa mengatasi masalah-masalah tersebut. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha untuk menyampaikan materinya dengan cara-cara yang kreatif, misalkan dengan menggunakan media yang bermacam-macam, sehingga siswa akan lebih tertarik dan tidak bosan untuk menerima materi-materi yang disampaikan oleh guru.

Kemungkinan media yang digunakan untuk mengatasi permasalahan adalah penggunan media audio visual. Dipilihnya media ini dengan upaya untuk

(21)

meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis aksara Jawa. Penggunaan media ini juga memiliki tujuan membuat pembelajaran menulis aksara Jawa menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa, karena media audio

visual adalah media dalam bentuk video yang diisi dengan aksara Jawa yang

kemudian dalam pembelajarannya guru menunjukkan video dan suara dan siswa akan melihat bagaimana cara menulis Aksara Jawa dengan pasangan dan

sandangannya. Dengan cara seperti itu, peneliti berharap siswa akan lebih mudah

menghafal dan memahami pembelajaran menulis aksara Jawa, sehingga siswa akan lebih terampil dalam menulis aksara Jawa dan akan berpengaruh pada hasil pembelajarannya.

Peneliti memilih sekolah SMP Negeri I Sadang Kebumen siswa kelas VIII untuk dijadikan tempat penelitian. Peneliti mendeskripsikan penggunaan media audio

visual dalam pembelajaran menulis aksara Jawa dengan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Hal tersebut yang melatar belakangi pemilihan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut ini.

1) Masih rendahnya kemampuan siswa untuk menulis aksara jawa pada kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.

(22)

2) Masih rendahnya minat siswa untuk menulis aksara Jawa pada kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.

3) Kurang efektifnya penggunaan media pembelajaran yang ada di SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.

4) Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis aksara Jawa 5) Kurangnya perhatian siswa dalam kegiatan mengikuti pembelajaran menulis

aksara Jawa,

6) Guru hanya menggunakan metode konvensional atau ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, peneliti bermaksud mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012; mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media

audio visual; mendeskripsikan peningkatan minat menulis aksara Jawa siswa kelas

VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan deskripsi masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut.

(23)

1) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012?

2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual?

3) Bagaimanakah peningkatan minat menulis aksara Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah-masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.

2) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual.

3) Mendeskripsikan peningkatan minat menulis aksara Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 setelah mendapat pembelajaran menggunakan media audio visual.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian kependidikan sangat bermanfaat bagi perkembangan sistem maupun kepentingan praktis dalam menyelenggarakan pendidikan. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti.

a) Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis aksara Jawa. Selain itu, peneliti mengharapkan siswa bisa menghafal semua jenis aksara Jawa sehingga dapat mempermudah dalam pembelajarannya.

b) Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan masukkan dan pertimbangan untuk pembelajaran selanjutnya pada mata pelajaran bahasa Jawa, khususnya pada materi aksara Jawa bagi guru bahasa Jawa.

c) Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan sekolah dapat menambah referensi model pembelajaran bahasa Jawa, khususnya dalam materi menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visuaI.

d) Bagi Peneliti

Untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan penelitian selanjutnya atau penelitian serupa di masa yang akan datang dan untuk mengetahui

(25)

kemampuan menulis aksara Jawa pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen Tahun 2011/2012.

G. Sistematika Skripsi

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab dan tiap bab yang dibagi menjadi beberapa subbab. Untuk memberikan kemudahan para pembaca dalam memahami isi skripsi ini, peneliti akan mencantumkan sistematika skripsi di bawah ini.

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari lima subbab, yaitu (a) latar belakang masalah; (b) permasalahan; (c) tujuan penelitian dan manfaat penelitian; (d) sistematika skripsi.

Bab II merupakan tinjauan pustaka dan kajian teoretis yang terdiri dari tiga subbab, yaitu (a) tinjauan pustaka; (b) kajian teoretis; dan (c) hipotesis.

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari enam subbab, yaitu (a) subjek penelitian; (b) objek penelitian; (c) rancangan penelitian; (d) prosedur penelitian; (e) tahap pengumpulan data; (f) teknik analisis data.

Bab IV merupakan penyajian dan pembahasan data hasil penelitian yang terdiri dari dua subbab, yaitu (a) penyajian data; (b) pembahasan data penelitian.

Bab V merupakan penutup yang terdiri dari dua subbab, yaitu (a) simpulan; dan (b) saran. Bagian akhir dari skripsi ini yaitu memuat daftar pustaka.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu, sehingga dapat diketahui perbedaan dan persamaan yang khas antara bagian terdahulu dengan kajian yang dilakukan oleh penulis. Peneliti mengambil contoh skripsi milik Kaswanto (2008) dan milik Ningsih (2011) sebagai acuan dalam mengerjakan skripsi ini.

Kaswanto (2008) menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Melalui Media Teka-teki Silang Beraksara Jawa Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jetis Bantul”. Antara penelitian ini dengan penelitian Eko Budi Kaswanto (2008), terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang pembelajaran menulis aksara Jawa.

Perbedaannya dengan Kaswanto (2008), yaitu (a) dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitiannya dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menulis aksara Jawa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto menggunakan media teka-teki silang beraksara Jawa; (b) perbedaan yang lain adalah yang dijadikan objek dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen, sedangkan objek dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Kaswanto adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Bantul.

(27)

Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Media Flash Card Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah I Kebumen ”. Antara penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Ningsih (2011) terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti pembelajaran menulis aksara Jawa.

Perbedaan penelitian yang dilakukan yaitu (a) dalam penelitian ini, menggunakan media audio visual, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2011) menggunakan media flash card ;(b) subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I Sadang Kebumen, sedangkan yang dilakukan oleh Ningsih adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Kebumen.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan beberapa kumpulan materi yang dipilih dari berbagai sumber untuk dijadikan acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian-kajian yang akan dibahas adalah sebagai berikut.

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008: 3). Menurut pendapat lain, menulis kreatif adalah aktifitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan (Sukirno, 2009: 3).

(28)

Sedangkan menurut Lado (dalam Tarigan, 2008: 22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Keterampilan menulis merupakan suatu ciri orang terpelajar atau bangsa terpelajar, maka sehubungan dengan hal itu, jika seorang penulis ingin tulisannya dapat dipergunakan dengan baik untuk melaporkan suatu peristiwa dan juga untuk mempengaruhi pembacanya, maka penulis harus bisa mengutarakannya dengan jelas yaitu dengan memikirkan, mengorganisasikan, memilih pemakaian kata, dan struktur kalimat dengan baik (Morsey dalam Tarigan, 2008: 4).

Jadi dapat disimpulkan dengan kegiatan menulis seseorang dapat mengekspresikan pikiran atau perasaan dengan menggunakan lambang atau grafik tertentu, dan menulis juga merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain secara tidak langsung.

b. Tujuan Menulis

Tujuan menulis menurut Tarigan (2008: 24) dalam bukunya yang berjudul

Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, dijelaskan bahwa tujuan menulis

ada empat, yaitu (a)memberitahukan atau mengajar; (b) meyakinkan atau

mendesak; (c) menghibur atau meyakinkan; (d) mengutarakan atau

mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi api.

Tujuan menulis kreatif juga dijelaskan oleh Sukirno (2009: 4) dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Menulis Kreatif dengan Strategi Belajar

(29)

Akselerasi, menjelaskan bahwa tujuan menulis kreatif yaitu memberikan informasi

kepada orang lain atau pembaca, menceritakan sesuatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/imajinasi pembacanya dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersurat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis, yaitu untuk memberitahukan sesuatu peristiwa kepada orang lain (pembaca) supaya orang yang membaca mempunyai gambaran tentang peristiwa tersebut.

c. Jenis-jenis Menulis

Pada dasarnya tulisan terwujud karena dua hal. Pertama, ada informasi yang ingin disampaikan kepada orang lain. Kedua, karena orang itu, ada hal lain yang hendak diberikan orang lain untuk mendukung informasi tersebut, yakni tanda, gambar, atau (kini disebut) tulisan dalam bukunya Wahyu Wibowo (2005; 12).

Dalam menulis dikenal bermacam-macam jenis menulis, diantaranya adalah: (1) deskripsi adalah penggambaran untuk melukiskan perasaan dari penulis, (2) narasi yang bersifat imajinasi, (3) eksposisi bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca, dan (4) argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca untuk membuktikan pendapat pribadi (Kurniawan,2007:10). Pada intinya menulis digunakan untuk memberikan informasi tentang hal baru, pendapat, maupun tentang pribadi penulis kepada pembaca.

Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra

(30)

penulisnya (Suparno, 2006: 4.6). Jadi, menulis deskripsi adalah, menulis dengan menceritakan keadaan sesuai dengan aslinya sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Menulis deskripsi digunakan jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, dan rasa dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga digunakan untuk menggambarkan perasaan penulis seperti, bahagia, takut, sedih, dan sebagainya. Untuk memahami tulisan deskripsi, pembaca dituntut untuk menggunakan pancainderanya. Menulis deskripsi harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan kalimat yang tepat.

Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi (Kurniawan, 2007:10). Pada umumnya, menulis deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya dan saling berkaitan.

Menurut Suparno (2006: 4.14), menulis deskripsi ada dua macam, yaitu karangan deskripsi orang dan karangan deskripsi tempat. Dalam penelitian ini, peneliti memilih karangan deskripsi tempat, karena tema yang dibahas adalah “Pengalaman” jadi melalui karangan deskripsi ini, siswa akan mendeskripsikan tempat secara jelas. Hal-hal yang perlu dikembangkan dan dideskripsikan secara jelas adalah mengenai suasana hati, kelengkapan penggambaran, dan keruntutan penulisan. Semua itu akan menjadi acuan penilaian dalam mengarang deskripsi.

Narasi adalah tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa (Suparno, 2006: 4.54). Karangan narasi berisi penyampaian rangkaian peristiwa menurut urutan kejadiannya, dengan maksud memberi arti pada suatu kejadian tersebut.

(31)

Tujuan menulis narasi ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas pengetahuan kepada pembaca, (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu (Suparno, 2006: 5.29). Dalam eksposisi masalah yang dikomunikasikan adalah informasi yang berupa data faktual, suatu analisis, dan bisa juga berupa fakta dari pendirian teguh seseorang.

Argumentasi adalah tulisan yang berisi atas paparan alasan dan pendapat untuk membuat suatu kesimpulan (Suparno, 2006: 5.56). Argumentasi ditulis untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Jadi, setiap karangan argumentasi selalu terdapat alasan atau argumen tentang bantahan terhadap suatu pendapat atau penguatan terhadap pendapat tersebut.

Jadi, jenis-jenis menulis mempunyai banyak pengertian seperti yang sudah dijelaskan. Jenis-jenis menulis juga harus dilihat dari segi keadaan, perasaan dan tingkat atau pola penulisannya.

d. Aksara Jawa

Kemampuan menulis aksara Jawa adalah kemampuan yang dimiliki para siswa dalam mengorganisasi gagasan yang berupa aksara Jawa secara sistematik, sehingga pembaca dapat memahaminya. Dalam menulis aksara Jawa dibutuhkan adanya pemahaman, ketelitian, dan keterampilan-keterampilan khusus supaya bisa menulis aksara Jawa dengan baik dan benar (Kaswanto,2008:15).

(32)

Menurut Darusuprapta (2002: 5), dalam buku Pedoman Aksara Jawa menjelaskan macam-macam aksara Jawa, adalah sebagai berikut.

1) Aksara Carakan dan Pasangannya

Darusuprata (1996: 5) menjelaskan bahwa aksara carakan (abjad Jawa) yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara pokok yang bersifat silabik (bersifat kesukukataan). Masing-masing aksara pokok mempunyai aksara pasangan, yakni aksara yang berfungsi untuk menghubungkan suku kata tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tetutup wignyan, layar, dan cecak.

Aksara carakan dan pasangannya yang berjumlah 20, yaitu:

(1) ha = .. ; (2) na= ...; (3) ca = …; (4) ra = ..…;

(5) Ka = ...; (6) da= … ; (7) ta= ....; (8) sa = … ;

(9) wa = …; (10) la= … (11) pa= .. ; (12) dha = …; (13) ja = …; (14) ya = …; (15) nya= .. ; (16) ma= … (17) ga= …; (18) ba= …; (19) tha= .…; (20) nga= … 2) Aksara Murda dan Pasangannya

Aksara murda adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan nama gelar

dan nama geografi, nama lembaga pemerintahan, dan nama lembaga hukum yang kebanyakan digunakan untuk penghormatan.

Aksara murda yang terdiri dari delapan, yaitu:

(1) ... = na

(33)

(2) .….. = ka

Contoh : Kali Krasak =

(3) ... = ta

Contoh : Tawangmangu =

(4) .... = sa

Contoh : Kota Sala =

(5) … = pa

Contoh : Pangéran Pugêr =

(6) …… = ga

Contoh : Radén Gandamana =

(7) …… = ba

Contoh : Bupati Banyumas =

3) Aksara Swara

Aksara swara adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan aksara

vokal yang menjadi suku, yang berasal dari bahasa asing, dan untuk mempertegas

pelafalannya. Aksara swara tidak dapat dijadikan aksara pasangan sehingga aksara

sigegan yang ada di depannya harus dimatikan dengan pangkon.

Aksara swara yang tediri dari lima, yaitu:

(34)

Contoh : Kitab Alquran =

(2) = i

Contoh : Ibnu Majah =

(3) = u

Contoh : urbanisasi =

(4) = é

Contoh : wêtonEropa =

(5) = o

Contoh : organisasi =

4) Aksara Rekan

Aksara rekan dipakai untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata

asing yang masih dipertahankan seperti aslinya.

Aksara rekaan terdiri dari lima macam, yaitu:

(1) = kha

Contoh : Khatib arêp khutbah =

(2) = dza

Contoh : Budi kaé wong dzalim =

(3) = va/fa

(35)

(4) = za

Contoh : zakat iku wajib =

(5) = gha

Contoh : Ghazali lunga pasar= 5) Sandangan

Sandangan adalah tanda diakretik yang dipakai sebagai pengubah bunyi

di dalam tulisan Jawa. Sandangan dalam aksara Jawa dibagi menjadi dua, yaitu : sandangan bunyi vokal (sandhangan swara) dan sandangan penanda konsonan penutup suku kata (sandhangan panyigeging wanda).

a) Sandangan Bunyi Vokal (Sandhangan Swara)

Sandangan bunyi vokal terdiri dari lima macam, yaitu:

(a) Sandhangan wulu (……)

Sandangan ini dipakai untuk melambangkan bunyi vokal „i‟.

Contoh : wingi =

(b) Sandhangan suku (…… )

Sandangan ini dipakai untu melambangkan bunyi vokal „u‟, yang selain ditulis

dengan aksara swara .

Contoh : tuku =

(c) Sandhangan pêpêt (…...)

Sandangan ini dipakai untuk melambangkan bunyi vokal „ê‟.

Contoh : ênêm =

(36)

Sandangan ini dipakai untuk melambangkan bunyi vokal „é‟ atau „è‟, yang selain ditulis dengan aksara swara .

Contoh : réné dhéwé =

(e) Sandhangan taling tarung ( …. )

Sandangan ini dipakai untuk melambangkan bunyi vokal „o‟, yang selain ditulis dengan aksara swara .

Contoh : toko loro =

b) Sandangan Penanda Konsonan Penutup Suku Kata (Sandhangan Panyigeging

Wanda)

Sandangan penanda konsonan penutup suku kata (sandhangan

panyigeging wanda).

(a) Sandhangan wignyan (... )

Sandangan ini merupakan pengganti sigegan ha ( ), dan dipakai untuk melambangkan konsonan h penutup suku kata.

Contoh : gagah =

(b) Sandhangan layar (…/…)

Sandangan ini merupakan pengganti sigegan ra ( ), dan dipakai untuk

melambangkan konsonan r penutup suku kata.

Contoh : pagêr -=

(c) Sandhangan cecak (…….)

Sandangan ini merupakan pengganti sigegan nga ( ), dan dipakai untuk melambangkan konsonan ng penutup suku kata.

(37)

(d) Sandhangan pangkon (…… )

Sandangan ini merupakan penanda aksara mati, aksara konsonan penutup suku kata, atau aksara panyigeging wanda.

Contoh : tangan =

6) Penanda Gugus Konsonan (Sandhangan Wyanjana)

Penanda gugus konsonan merupakan penanda aksara konsonan yang

dilekatkan pada aksara konsonan lain di dalam suatu suku kata. Penanda gugus konsonan ini dibagi menjadi lima macam, yaitu:

a) Cakra (….. )

Tanda ini merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan r.

Contoh : Prajurit =

b) Keret (….. )

Tanda ini merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan r yang diikuti vokal ê.

Contoh : krêtêg =

c) Pêngkal (…. )

Tanda ini merupakan penanda konsonan y yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suku kata.

Contoh : pyan =

d) Panjingan wa (…..)

Tanda ini merupakan penanda konsonan w yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suku kata.

(38)

Contoh : kwaci = e) Panjingan la (……)

Tanda ini merupakan penanda konsonan l yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suku kata.

Contoh : slamêt =

7) Aksara pengganti

Aksara pengganti terdiri dari dua, yaitu: a) Aksara pa cerek “ré”=

Contoh : cérék =

b) Aksara nga lelet “lê” = Contoh : lêgi = 8) Angka dan lambang bilangan

Angka Jawa dapat dipakai untuk menuliskan ukuran panjang, waktu, nilai

uang, dan masih banyak lagi. Untuk menuliskan angka jawa diapit oleh pada

pangkat (;…..;). Angka Jawa terdiri dari 10 macam, yaitu:

(a) 0 = ; (b) 1 = ; (c) 2 = ; (d) 3 = ; (e) 4 = ; (f) 5 = ; (g) 6 = ; (h) 7 = ; (i) 8 = ; (j) 9 = Contoh: Tamu sing rawuh ana 42 =

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

(39)

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk, 1986: 6). Menurut Gagne (dalam Latif dkk, 1997: 10), dijelaskan bahwa media adalah beberapa jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan pengertian pengajaran adalah sikap dan cara tertentu yang ditampilkan oleh pendidik atau pengajar dalam memberikan materi pelajaran pada siswanya sehingga terjadi proses kegiatan pembelajaran.

Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2002: 3), juga menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain: buku, tape recorder, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar grafik, televisi, dan komputer.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk yang digunakan oleh pendidik atau guru untuk menyampaikan materi-materi untuk menarik minat atau merangsang siswa supaya lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Semua macam media yang digunakan dalam bidang pendidikan biasa disebut dengan media pengajaran. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah media audio visual. Media audio visual dalam pembuatannya bisa ditulis atau digambar pada progam di komputer dengan menggunakan suara atau slide, bisa juga memutar tulisan aksara Jawa(film) menggunakan progam dalam komputer dan dicetak menggunakan komputer dengan disesuaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

(40)

Menurut Hamalik (1986) dalam Arsyad (2009;15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahp orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, dan memadatkan informasi.

Fungsi dari media pembelajaran menurut pendapat Levie dan Lentz dalam Arsyad (2002;16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media Audio Visual yaitu (a) fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitn dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran; (b) fungsi afektif dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar; (c) fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (d) fungsi kompensatoris untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Dale (1969; 180) dalam Arsyad (2009; 23) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif

(41)

dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi :

(a) meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas; (b) membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;

(c) menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

(d) membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;

(e) membuat hasil belajar lebih bermakna bagu berbagai kemampuan siswa; (f) mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa fungsi media pembelajaran adalah untuk menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan menerima setiap materi yang disampaikan oleh guru dan pada akhir pembelajaran akan mendapat hasil yang maksimal, serta siswa tidak hanya pasif selama mengikuti pembelajaran dan mempermudah kerja guru.

Fungsi dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis aksara Jawa yaitu untuk menarik perhatian siswa dengan harapan siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran dan bisa sedikit demi sedikit menghafal dan memahami penulisan serta penggunaan macam-macam aksara Jawa, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal dari pembelajaran tersebut.

(42)

c. Jenis – jenis Media

Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi oleh pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang oleh para ahlinya.

Jenis-jenis dari media pembelajaran menurut pendapat Leshin (1992) dalam Arsyad (2008 ; 81-104), media akan dibagi menjadi :

1) media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu yang terkenal adalah gaya Tutorial Socrates. Sistim ini tentu dapat menggabungkannya dengan media visual lainnya. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa;

2) media berbasis cetakan, materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah bulu teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menunutut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong;

3) media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegeng peran yang sangat penting dalam proses belajara. Media visual dpat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual

(43)

sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Bentuk visual bisa berupa gambar representasi seperti gambar, lukisan, atau foto yang menunjukan bagaimanaa tampaknya suatu benda, diagram, peta, grafik;

4) media berbasis audio-visual, media visual yang mengggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak rancangan, dan penelitian.

5) media berbasis komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya.

d. Media Audio Visual

Menurut Sudjana dan Rivai (1997;58) istilah audio visual adalah peralatan yang dipakai oleh para guru dalam menyampaiakan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan indera pendengar. Penekanan utama dalam pengajaran audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman yang konkret tidak hanya berdasarkan kata-kata belaka. Peralatan audio visual tidak harus digolongkan sebagai pengalaman belajar yang

(44)

diterima dari penginderaan pandang dan dengar, tetapi sebagai alat teknologis yang bisa memperkaya serta memberikan pengalaman konkret kepada siswa.

Salah satu bagian dari media audio visual adalah video. Video merupakan salah satu produk teknologi yang berfungsi sebagai hiburan yang mengasikan dan dapat dijadikan sumber pengajaran yang berharga. Penggunaan video meningkatkan pengembangan ketrampilan berbahasa tetapi juga menyampaikan featur bahasa dan culture secara kontekstual yang penting dalam menunjang kemampuan berbahasa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan audio visual yang dalam penelitian ini menggunakan video yang tulisan aksara Jawa.

3. Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu dan mempunyai tujuan tertentu. Motivasi akan muncul dengan adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: (a) keinginan yang hendak dipenuhinya; (b) tingkah laku; (c) tujuan; (d) umpan balik. Motivasi dalam bidang pendidikan terdiri dari dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berisi : (a) penyesuaian tugas dengan minat; (b) perencanaan yang penuh variasi; (c) umpan balik atau respon siswa; (d) kesempatan respons peserta didik yang aktif; (e) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan dengan tugas pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik berisi: (a) penyesuaian tugas dengan minat; (b) perencanaan yang penuh variasi; (c)

(45)

respon siswa; (d) kesempatan respons peserta didik yang aktif; (e) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya; (f) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, seperti pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.

Pengertian belajar menurut Uno (2006: 22) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan untuk behasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar: (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Brophy (dalam Uno, 2006: 8) mengemukakan suatu daftar strategi motivasi yang digunakan guru untuk memberikan stimulus siswa agar produktif dalam belajar, yaitu (a) keterkaitan dengan kondisi lingkungan, yang berisi kondisi lingkungan sportif, kondisi tingkat kesukaran, kondisi belajar yang bermakna, dan pengganggu strategi makna; (b) harapan untuk berhasil, berupa kesuksesan program, tujuan pengajaran, remedial sosialisasi penghargaan dari luar dapat berisi hadiah, kompetensi yang positif, nilai hasil belajar.

(46)

Peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar; (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; (d) menentukan ketekunan belajar.

Peneliti akan menggunakan media audio visual dalam penelitian ini dengan tujuan memotivasi siswa agar tertarik pada materi menulis aksara Jawa dan akan mampu mendapatkan nilai yang maksimal. Siswa yang termotivasi akan memberikan respon yang baik pada saat pembelajaran menulis aksara Jawa, diantaranya yaitu: berani bertanya, berani mengerjakan soal di depan kelas, mencatat hal-hal yang penting, mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru, dan lain-lain. Dalam hal ini, peneliti akan mengamati seberapa besar siswa bisa termotivasi dengan penggunaan media audio visual pada saat pembelajaran menulis aksara Jawa dengan cara mengamati tingkah laku siswa yang difokuskan pada segi perhatian serta keaktifan siswa selama mengikuti pelajaran tersebut.

C.

Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu penggunaan media

audio visual dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sadang Kebumen. Pada dasarnya sekolah ini mempunyai kemampuan yang cukup baik dibandingkan sekolah negeri lain di daerah Karang Sambung kecamatan Sadang, namun menurut informasi yang diperoleh dari guru bahasa Jawa di sekolah tersebut, nilai siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa khususnya dalam menulis aksara Jawa masih rendah. Berdasarkan alasan itu, penulis bermaksud melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Sadang Kebumen.

Menurut Arikunto (2002: 112), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100 maka diambil antara 10-15% atau 20-25%. Jadi yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sadang Kebumen yang jumlahnya 320 siswa, maka yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini diambil satu kelas yaitu kelas VIII C dengan jumlah 38 yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

B. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil kemampuan dan minat siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Sadang Kebumen yang berjumlah 38 siswa dalam mengerjakan soal bermaterikan aksara carakan, sandhangan swara, sandhangan

(48)

panyigeging wanda, sandhangan wyanjana, dan pasangan aksara Jawa sebelum

dan sesudah pembelajaran menggunakan media audio visual.

C. Rancangan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan kelas atau yang sering disebut PTK. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada serta untuk meningkatkan mutu pembelajaran (Sarjiwi Suwandi, 2010: 10)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Masing-masing siklus terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Arikunto dkk, 2008: 16). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Keterangan:

1. Kondisi awal/ prasiklus 2. Perencanaan siklus I 3. Pelaksanaan siklus I 4. Observasi siklus I 5. Refleksi siklus I 6. Perencanaan siklus II 7. Pelaksanaan siklus II 8. Observasi siklus II

(49)

9. Refleksi siklus II

Gambar 3. 1 Prosedur Siklus Penelitian (Arikunto, 2008 ; 16)

Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum peneliti melaksanakan tindakan, terlebih dahulu harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara mantap, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan (Kasbolah, 2001: 39).

9

3

1

2

4

6

8

7

5

0

(50)

D. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam prosedur tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahap dalam setiap siklusnya yang akan dijelaskan di bawah ini.

1. Kegiatan Prasiklus

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran tanpa menggunakan media, kemudian dilakukan pengamatan dan memberikan tes dalam bentuk isian pengubahan latin menjadi aksara Jawa yang di dalamnya berisi materi aksara carakan, sandhangan swara, sandhangan panyigeging

wanda, sandhangan wyanjana, dan pasangan aksara Jawa kepada siswa.

Pengamatan dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan kelas dan siswa yang sebenarnya pada saat pembelajaran menulis aksara Jawa berlangsung. Kemudian peneliti mengamati reaksi apa yang diberikan siswa pada saat guru menjelaskan materi tentang menulis aksara Jawa berlangsung. Setelah itu siswa diberikan tes dengan tujuan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis aksara Jawa sebelum diberi tindakan.

2. Kegiatan Siklus I

a. Tahap perencanaan tindakan (planning)

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes pada tahap prasiklus, dapat diperoleh data hasil kemampuan siswa dalam menulis aksara Jawa, serta informasi bagaimana kemampuan dan minat siswa pada saat menerima materi menulis aksara Jawa dari gurunya, dari hal itu akan ditemukan masalah-masalah yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti berusaha mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan itu terjadi yang

(51)

kemudian bisa menentukan tindakan-tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran menulis aksara Jawa. Setelah itu, pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran, mempersiapkan rancangan instrument, dan menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

b. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, yang diberikan adalah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan, yakni penggunaan media audio visual pada kegiatan pembelajaran menulis aksara Jawa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Pada kegiatan awal tindakan yang dilakukan adalah memotivasi siswa pada situasi dan materi pembelajaran yang berupa apresepsi tentang macam-macam aksara Jawa. Setelah itu langsung dilakukan pembelajaran menggunakan media audio visual yang masih berpusat pada materi aksara Jawa (carakan) yang disertai dengan penggunaan sandhangan swara/vokal, sandhangan panyigeging

wanda, dan sandhangan wyanjana. Pada tahap pembelajaran ini, guru langsung

menggunakan media audio visual untuk membantu siswa mengingat kembali

aksara Jawa (carakan), sandhangan swara/vokal, sandhangan panyigeging

wanda, dan sandhangan wyanjana. Mulai dari menunjukkan video aksara Jawa satu aksara, kemudian kata, dan merangkai kata menjadi kalimat.

Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mengingat tentang dasar-dasar dalam penulisan aksara Jawa, kemudian guru menerapkan dengan memberi contoh-contohnya supaya siswa benar-benar memahami. Setelah itu sesekali siswa

(52)

diminta mencoba maju untuk mengubah tulisan latin menjadi aksara Jawa untuk menambah pemahaman siswa. Setelah siswa memahami, kemudian guru menunjukkan gambar aksara Jawa dengan media audio visual dan meminta siswa menebak atau menjawab tulisan aksara Jawa yang diputar oleh guru dalam bentuk gambar aksara Jawa.

Kegiatan terakhir pada tahap ini adalah memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan pembelajaran menulis aksara Jawa dengan media audio visual, dan tentunya masih terbatas pada materi aksara Jawa

(carakan) yang disertai dengan penggunaan sandhangan swara/vokal, sandhangan

panyigeging wanda, dan sandhangan wyanjana.

c. Tahap pengamatan atau observasi (observing)

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti harus melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan pada saat pembelajaran berlangsung, serta mencatat semua kejadian selama pembelajaran saat diberi tindakan berlangsung.

Tahap pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun sebelumnya. Data yang dikumpulkan berupa data yang berupa hasil tes yang sudah diperoleh pada kegiatan sebelumnya dan data penggambaran keaktifan siswa, antusias siswa pada saat pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menggunakan media audio visual berlangsung. Pada tahap inilah akan diketahui seberapa besar pengaruh penggunaan media audio

(53)

d. Tahap refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap tindakan yang telah diberikan dengan berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Pada tahap inilah peneliti harus memikirkan kembali seberapa besar pengaruh penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis aksara Jawa, serta melakukan evaluasi terhadap masalah-masalah yang terjadi pada saat proses pembelajaran, guna menyempurnakan tindakan selanjutnya.

3. Kegiatan Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini, pada dasarnya hampir sama dengan siklus I, namun pada siklus II ini sudah direncanakan lebih baik setelah mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini juga terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap perencanaan tindakan (planning)

Tahap awal pada siklus II ini, pada dasarnya hampir sama dengan tahap awal pada siklus I, yaitu peneliti menyusun rencana pembelajaran, mempersiapkan rancangan instrument, dan menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Tetapi terdapat perbedaan yaitu pada tahap ini sudah dilakukan perbaikan dan materi yang diberikan lebih bevariasi yaitu materi yang ada pada siklus I ditambah dengan pasangan aksara Jawa.

b. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Pada tahap awal pelaksanaan tindakan ini siswa diberikan lagi motivasi dalam menulis aksara Jawa , serta diberikan apresepsi tentang materi yang sudah diberikan pada siklus I.

Gambar

Gambar 3. 1 Prosedur Siklus Penelitian (Arikunto, 2008 ; 16)
Tabel 3.2. Pedoman Penilaian Dalam Pembelajaran  Menulis Aksara Jawa (Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa)
Tabel 4.1 Hasil Kemampuan Siswa Menulis Aksara Jawa pada  Kegiatan Prasiklus
Tabel 4.2 Hasil Kemampuan Siswa Menulis Aksara Jawa  pada Kegiatan Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan laju disipasi deltametrin dalam lingkungan perairan dan keamanan air yang tercemar pestisida deltametrin.. Pada umumnya

Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda motor dan

Isilah pertanyaan mengenai identitas diri Anda di bawah ini dengan menuliskan jawaban atau memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan.. Isilah data pendidikan

Penelitian dilakukan untuk menentukan kondisi kualitas perairan Sungai Banyuputih ditinjau dari beberapa faktor fisikawi dan kimiawi serta struktur populasi Ikan

11. Kabupaten Tulungagung 12. Kabupaten Trenggalek 13. Kabupaten Pacitan 14. Kabupaten Madiun 15. Kabupaten Magetan 16. Kabupaten Pasuruan 17. Kabupaten Mojokerto

Berdasarkan pengamatan kelas yang telah dilakukan selama melaksanakan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) pada 2 Juli sampai dengan 17 September 2014 serta

Tentu saja orang tua seharusnya menyadari situasi dan kondisi anak dan keluarga, sehingga penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana

Untuk itulah, Indika Energy mengimplementasikan berbagai program yang sejalan dengan pilar keberlanjutan 3+1 yaitu pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan