• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. seperti penemuan ilmiah Johann Kepler dari abad ketujuh belas pada hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. seperti penemuan ilmiah Johann Kepler dari abad ketujuh belas pada hukum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keinginan untuk melampaui langit dan menjelajahi ruang angkasa sudah menjadi bagian dari kesadaran manusia yang dibuktikan dengan banyaknya mitos atau karya seni yang menggambarkan perjalanan ke ruang angkasa, mitos atau karya seni tersebut sudah dapat direalisasikan dalam beberapa waktu belakangan seperti penemuan ilmiah Johann Kepler dari abad ketujuh belas pada hukum matematika yang mengatur gerakan tubuh di orbit atau penelitian Isaac Newton pada gravitasi yang merupakan dasar untuk aspek teknis perjalanan ke ruang angkasa dan tetap relevan sampai hari ini.

Kita kini hidup dalam abad angkasa (space age). Ilmu pengetahuan yang selamanya bergerak maju, berkembang pesat dalam waktu 50 tahun terakhir ini, terutama sejak perang dunia ke – II. Kemajuan teknologi khususnya teknologi penerbangan pada abad kini memberi akibat yang positif kepada tingkat kehidupan manusia yang sekarang telah mampu melakukan penerbangan – penerbangan ke dan di ruang angkasa.1

Setelah Perang Dunia II yang mendekati ke pertengahan abad ke-20, sebuah konflik baru pun dimulai yang pada saat itu dikenal dengan sebutan Perang Dingin (The Cold War), dimana pertempuran ini terdiri dari the world’s two great powers yaitu the democratic, capitalist Amerika Serikat dan the communist Uni Soviet yang saling berkonfrontasi satu sama lain. Dimulai pada

1

Priyatna Abdurrasyid, Pengantar Hukum Ruang Angkasa, dan Space Treaty 1967, Binacipta, Bandung, 1977, hal 4.

(2)

akhir tahun 1950-an, ruang angkasa menjadi suatu arena dramatis lain untuk kompetisi perang dingin karena setiap Negara berusaha untuk membuktikan superioritas mereka dalam bidang teknologi, senjata militer dan dengan ekstensi sistem politik dan ekonomi.

Pada pertengahan tahun 1950-an, Perang Dingin U.S dan Uni Soviet telah memasuki ke dalam kehidupan sehari – hari di kedua belah Negara, didorong oleh perlombaan senjata dan ancaman senjata nuklir, perluasan spionase (wide-ranging espionage) dan kontra spionase (counter-espionage) antara dua negara, perang di Korea dan perang kata-kata serta pemikiran yang dilakukan di media. Ketegangan ini pun berlanjut dalam perlombaan di ruang angkasa (space race).

Dengan diorbitkannya Satelit Uni Soviet “Sputnik I” (bahasa Rusia untuk “traveller”) pada tanggal 4 Oktober 1957, yang merupakan satelit buatan pertama di dunia (the world’s first artificial satellite) dan merupakan keberhasilan objek buatan manusia pertama yang diletakkan ke orbit Bumi. disusul dengan usaha – usaha Amerika Serikat Pada tahun 1958, dengan meluncurkan satelit “Explorer I” yang dirancang oleh Angkatan Darat Amerika Serikat di bawah arahan ilmuwan roket Wernher von Braun. Pada tahun yang sama pula, Presiden ke-34 Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower menandatangani suatu perintah umum (public order) untuk mendirikan the National Aeronautics and Space Administration (NASA) yaitu sebuah agen federal yang didedikasikan untuk eksplorasi ruang angkasa.2

Keberhasilan peluncuran SPUTNIK I telah menandai dimulainya abad ruang angkasa dengan perlombaan kedua negara adidaya pada saat itu, yakni

2

(3)

Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam pemanfaatan teknologi ruang angkasa, sebagaimana yang diuraikan Jean-Louis Magdenalat, antara lain :

The Launching by U.S.S.R. of Sputnik I, on October 4, 1957, is regarded as the first step in what has come to be known as the space age. Remarkable achievement follower. The U.S.A. launched its Explorer I on February 1, 1958 ; Yuri Gagarin, on April 12, 1961, was the first man to orbit the Earth ; the U.S.S.R, in 1966, launched an automatic station, known as Luna 9, soft landed on the Moon and transmitted television images and information from its surface ; Neil A. Armstrong and Edwin A. Aldrin on July 20, 1969, touched the surface of earth’s satellite, the moon, after a safe landing.

The progress continued with the space-shuttle missions as the beginning of a new era in which practical application and commercial utilization will be developing extensively and bringing many vital space based and space-related uses within the reach of the world community. 3

3

Juajir Sumardi mengutip Jean Louis Magdelenat, Spacecraft Insurance, Anals of Air and Space Law, McGill University, Montreal, Canada, Vol. VII-1982, hal. 31.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan Negara – Negara mulai mempersoalkan masalah – masalah hukum yang timbul sebagai akibat dari kegiatan di ruang angkasa tersebut dan mendorong Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk memberikan pengarahan yang tepat dalam rangka usaha Negara – Negara memanfaatkan ruang angkasa (“Outer Space”). Usaha pertama yang menghasilkan ialah diterimanya Resolusi Majelis Umum PBB No. 1348 (XIII) “Question of the Peaceful Uses of Outer Space” (13 Desember 1958). Resolusi ini merupakan landasan bagi dibentuknya sebuah Komite ad hoc yang ditugaskan untuk meneliti segala sesuatunya yang berkaitan dengan ruang angkasa (UN-COPUOS).

Resolusi yang berikutnya ialah Resolusi Majelis Umum PBB No. 1472 (XIV) “International Co-operation in the Peaceful Uses of Outer Space” (12 Desember, 1959).

(4)

Resolusi juga yang dianggap penting ialah Resolusi Majelis Umum PBB No. 1721 (XVI) “International Co-operating in the Peaceful Uses of Outer Space” (20 Desember 1961), selanjutnya Resolusi No. 1802 (XVII) dan akhirnya Resolusi Majelis Umum PBB No. 1962 (XVIII) “Declaration of Legal Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Uses of Outer Space”. Didalam Resolusi yang terakhir ini dicantumkan 8 Prinsip yang kemudian merupakan isi pasal – pasal pokok dari “Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial Bodies” The Outer Space Treaty 1967.4

Pada dasarnya, peluncuran benda angkasa merupakan bentuk kemajuan teknologi dalam memanfaatkan ruang angkasa, yang memberikan dampak positif bagi kualitas kehidupan manusia. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari peningkatan kualitas dan taraf hidup manusia, adanya berbagai penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan pencarian sumber-sumber alam baru dengan menggunakan berbagai jenis benda-benda angkasa. Dampak positif yang dapat dirasakan ialah terbukanya kesempatan bagi negara-negara lain yang ingin memajukan kemampuan negaranya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Fungsi dan tujuan dari pembentukan The Outer Space Treaty 1967 adalah sebagai magna carta untuk mengatur segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di ruang angkasa agar dapat digunakan untuk maksud damai, sedangkan tujuan utamanya yang dikehendaki adalah membebaskan ruang angkasa selama – lamanya dari bahaya perang dan secara eksplisit melarang Negara manapun atas klaim kepemilikan dari celestial resources.

4

(5)

ruang angkasa. Misalnya, dengan berkembangnya teknologi dan ditemukannya produk ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa, yaitu remote sensing.

Perkembangan teknologi ruang angkasa pada masa kini semakin maju dimana Negara – Negara klasik seperti Amerika Serikat dan Rusia yang sudah lama bersaing dalam melakukan eksplorasi ruang angkasa meningkatkan persaingan mereka dengan misi untuk melakukan kegiatan militerisasi di ruang angkasa dengan mengirim satelit – satelit militer (military satellites). Negara adidaya lain seperti Cina pun telah ikut ke dalam persaingan :

On Jan. 11, 2007, China deliberately destroyed one of its defunct weather satellites known as Fengyun – 1C using a ground-based, medium-range ballistic missile. The action, which was widely condemned throughout the international space community, left a cloud of potentially hazardous debris in a heavily used belt of Earth orbit. 5

Cina untuk pertama kalinya mengungkap motif militer di balik program luar angkasanya yang ambisius. Dalam kunjungan ke markas Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing, Presiden Xi Jinping mendesak penggabungan Angkatan Udara dengan dinas luar angkasa dalam rangka untuk dan meningkatkan kapasitas serangan dan pertahanan, layaknya Amerika Serikat dan Rusia, militer Cina yakin luar angkasa akan menjadi elemen penting dalam perang di masa depan.6

Tiga negara adidaya terkemuka itu dilaporkan telah mengembangkan, menguji dan menggunakan senjata canggih di luar angkasa sebelum nantinya dikhawatirkan terjadi serangan militer. Jika perang dunia di luar angkasa itu benar – benar terjadi, maka itu akan jadi konflik besar pertama di antara negara adidaya

5

Mike Gruss, U.S. Official: China Turned to Debris-free ASAT Tests Following 2007 Outcry, January 11, 2016, http://spacenews.com/u-s-official-china-turned-to-debris-free-asat-tests-following-2007-outcry/#sthash.jfw04KJa.dpuf, diakses pada 20 November 2016.

6

Deutsche Welle, “Cina Genjot Militerisasi Luar Angkasa”, 2014, http://dw.com/p/1BjcL, diakses pada 8 September 2016.

(6)

yang sudah jadi perdebatan dalam 70 tahun terakhir. Dalam laman Popular Science menggambarkan potensi perang dunia di luar angkasa itu sebagai “Perang Dingin Baru di Luar Angkasa”. Parahnya, persaingan untuk menguasai semua wilayah luar angkasa itu selama ini tidak ada aturannya.7

“ States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in outer space in any other manner. The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases, installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military maneuver on celestial bodies shall be forbidden. The use of military personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited. “

Pengaturan dan pembatasan terhadap perluasan persenjataan dan militer di ruang angkasa diatur dalam The Outer Space Treaty 1967 dalam Article IV yang menyatakan:

8

dalam Article IV dijelaskan: Pihak Negara – Negara yang melakukan Perjanjian tersebut untuk tidak menempatkan di orbit sekitar Bumi setiap benda yang membawa senjata nuklir atau jenis lain dari senjata pemusnah massal, memasang senjata tersebut pada benda – benda langit, atau pangkalan senjata di luar angkasa dengan cara apapun. Bulan dan benda – benda langit lainnya harus digunakan oleh semua Pihak Negara – Negara yang ada dalam Perjanjian khusunya untuk tujuan damai. Pendirian pangkalan militer, instalasi dan benteng, pengujian setiap

7

Muhaimin, “AS, Rusia dan China di Ambang Perang Dunia di Luar Angkasa”, 2015, http://international.sindonews.com/read/1033271/42/as-rusia-dan-china-di-ambang-perang-dunia-di-luar-angkasa-1439605271, diakses pada 8 September 2016.

8

Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial Bodies (The Outer Space Treaty 1967).

(7)

jenis senjata dan mengadakan manuver militer pada benda – benda langit harus dilarang. Penggunaan personil militer untuk penelitian ilmiah atau untuk tujuan damai lainnya tidak dilarang, Penggunaan peralatan atau fasilitas yang diperlukan untuk eksplorasi damai Bulan dan benda – benda langit lainnya akan juga tidak dilarang . "

The Outer Space Treaty 1967 pada Article IV merupakan upaya Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk meniadakan dan mencegah konflik bersenjata dan aktivitas militer yang tidak bertujuan damai dimana dampaknya dapat mengganggu keamanan dan ketertiban manusia yang diyakini dapat memberikan dampak kerusakan di bumi walaupun dengan skala kecil, hal ini sesuai dengan tujuan Perserikatan Bangsa – Bangsa seperti yang terdapat dalam Article 1 Verse 1 Charter of the United Nations yang menyatakan :

“ To maintain international peace and security, and to that end: to take effective collective measures for the prevention and removal of threats to the peace, and for the suppression of acts of aggression or other breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with the principles of justice and international law, adjustment or settlement of international disputes or situations which might lead to a breach of the peace; “ 9

dalam Article 1 Verse 1 Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa menyatakan bahwa tujuan United Nations harus memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk tujuan itu : untuk melakukan tindakan – tindakan bersama yang efektif untuk mencegah dan melenyapkan ancaman – ancaman terhadap pelanggaran – pelanggaran terhadap perdamaian: dan akan menyelesaikan dengan jalan damai. Serta sesuai dengan prinsip – prinsip keadilan dan hukum internasional, mencari

9

(8)

penyelesaian terhadap pertikaian – pertikaian internasional atau keadaan – keadaan yang dapat menggangu perdamaian.

Tetapi semakin meningkatnya program – program antariksa dan militerisasi ruang angkasa dengan mengorbitkan alat – alat yang semakin canggih dan mengklaim untuk tujuan damai oleh Negara – Negara yang sudah mampu melakukan eksplorasi dan eksploitasi ruang angkasa faktanya menurut Priyatna, “dewasa ini sekitar 14.000 pecahan (debris) atau roket, satelit dan lain – lain mengambang di ruang angkasa dan lebih kurang 70% dari jumlah itu adalah akibat perbuatan militer” dan bahkan menurut laman Space, debris atau space junk saat ini bertambah naik :

“ Inactive satellites, the upper stages of launch vehicles, discarded bits left over from separation, and even frozen clouds of water and tiny flecks of paint all remain in orbit high above Earth's atmosphere. When one piece collides with another, even more debris is released. Over 21,000 pieces of space trash larger than 4 inches (10 centimeters) and half a million bits of junk between 1 cm and 10 cm are estimated to circle the planet. And the number is only predicted to go up. “ 10

menurut laman Space, debris dari satelit – satelit non aktif, yang merupakan tahap atas pada kendaraan peluncuran, bagian – bagian yang telah dibuang dan yang tersisa mengalami pemisahan, dan bahkan awan beku atas air dan bintik – bintik kecil atas cat semua tetap berada di orbit di atas atmosfer bumi. Ketika salah satu bagian bertabrakan dengan yang lain, lebih banyak puing – puing yang terlepas. Lebih dari 21.000 potong sampah ruang angkasa yang lebih besar dari 4 inci (10 cm) dan setengah juta bagian - bagian sampah antara 1 cm dan 10 cm yang

10

Nola Taylor Redd, “Space Junk: Tracking & Removing Orbital Debris“, 2013, http://www.space.com/16518-space-junk.html, Access Date September 7, 2016.

(9)

diperkirakan di lingkaran planet ini. Dan jumlah ini akan diprediksi untuk terus naik.

Dalam hal ini sebagai contoh kasus Cina yang selama ini mengklaim program antariksanya bertujuan damai. Namun klaim tersebut dimentahkan usai militer negeri tirai bambu itu menggunakan rudal untuk menghancurkan salah satu satelitnya di orbit bumi. Beijing mengabaikan suara protes dari dunia internasional karena aksi tersebut dinilai bisa membahayakan satelit lain di orbit yang sama. Tidak lama kemudian Amerika Serikat mendemonstrasikan kemampuan militernya menembak jatuh satelit dari langit.11 Menurut berbagai sumber, Cina pada tahun 2016 ini telah sukses menguji coba rudal balistik anti satelit.12

11

Deutsche Welle, loc. Cit.

12

Diego, “China Sukses Uji Rudal Anti – Satelit”, 2014, http://jakartagreater.com/china-sukses-uji-rudal-anti-satelit/, diakses pada 8 September 2016.

Sesuai uraian di ataslah yang mendorong rasa keingintahuan penulis untuk lebih mengetahui dan mengerti tentang: Bagaimanakah tinjauan Article IV of The Outer Space Treaty 1967 terhadap kegiatan militerisasi yang dilakukan oleh Negara – Negara adidaya dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi persenjataan dan militer di ruang angkasa Mengingat banyaknya masalah – masalah yang terjadi belakangan ini yang disebabkan oleh aktivitas militer di ruang angkasa dan selanjutnya memilih judul skripsi: “ Kegiatan Militer Di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of The Outer Space Treaty 1967 “

(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam penulisan ini, maka pokok permasalahan yang menjadi objek pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembentukan Hukum Internasional Mengenai Kegiatan Di Ruang Angkasa?

2. Bagaimana Perkembangan Mengenai Kegiatan Militer di Ruang Angkasa? 3. Bagaimana Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap Ruang

Angkasa ditinjau dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967? C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Pembentukan The Outer Space Treaty 1967 Sebagai Magna Carta Eksplorasi dan Eksploitasi Ruang Angkasa

2. Untuk Mengetahui Perkembangan Hukum Internasional Mengenai Kegiatan Militer di Ruang Angkasa.

3. Untuk Mengetahui Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967. D. Keaslian Penulisan

Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka telah dilakukan pemeriksaan di arsip yang ada pada Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, judu l skripsi di atas tidak ada yang sama dengan judul skripsi lainnya baik yang ditulis sekarang maupun yang terdahulu. Dengan demikian judul skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

Ditinjau dari judulnya, “ Kegiatan Militer Di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of The Outer Space Treaty 1967 “, maka mengandung makna sebagai berikut.

1. Kegiatan artinya aktivitas; usaha; pekerjaan; kekuatan dan ketangkasan (dalam berusaha).

2. Militer artinya tentara; anggota tentara; ketentaraan; angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan bersenjata. Padanan kata lainnya adalah tentara' atau angkatan bersenjata. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.

3. Ruang artinya rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; rongga yang tidak berbatas, tempat segala yang ada:

4. Angkasa artinya lapisan udara yang melingkupi bumi, awang-awang, langit.

F. Metode Penulisan

Dalam rangka untuk mengumpulkan data – data dan bahan – bahan dalam penyusunan skripsi ini, dan agar suatu penulisan mempunyai suatu manfaat, maka penulis merasakan perlu adanya suatu metode tertentu yang dipakai dalam pengumpulan data guna mencapai tujuan dari penulisan itu sendiri. Di dalam penulisan skripsi ini penulis memakai metode pengumpulan data yang bersumber dari perpustakaan, berbagai literatur dan berbagai media informasi yang ada, yang mengangkat permasalahan khusus mengenai judul skripsi ini. Dengan melakukan suatu metode penggabungan data – data yang telah diperoleh melalui library research, yaitu dengan menggunakan buku – buku, literature – literature, data –

(12)

data dari berbagai media informasi yang dapat mendukung selesainya penulisan skripsi ini. Maka dengan demikian diharapkan dengan metode penggabungan pengumpulan data ini dapat membantu penulis dalam memahami permasalahan yang diangkat dan menjadi landasan pemikiran penulis dalam menganalisa permasalahan tersebut. Kiranya diharapkan tujuan untuk mendapatkan kebenaran akan jawaban yang sesungguhnya dari permasalahan yang telah penulis angkat dalam skripsi ini dapat tercapai dengan baik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menguraikan rangkaian materi dari skripsi ini penulis berusaha membuat suatu model – model penulisan sehingga menjadi suatu sistematika dari skripsi ini. Tujuan dari penentuan model – model tersebut adalah untuk mempermudah penguraiannya dan sekaligus pula untuk pemahamannya. Oleh karena itu penulis membagi skripsi ini ke dalam4 bab dan dilengkapi dengan sub – sub bab dari setiap babnya, yakni sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis hendak menguraikan beberapa uraian hal – hal yang bersifat umum, yaitu tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PEMBENTUKAN HUKUM INTERNASIONAL

MENGENAI KEGIATAN DI RUANG ANGKASA

(13)

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang pengertian ruang angkasa, sejarah terbentuknya hukum ruang angkasa, serta penggunaannya, delimitasi ruang angkasa, dan bagaimana terbentuknya perjanjian ruang angkasa, dan prinsip – prinsip yang terdapat pada The Outer Space Treaty 1967.

BAB III : PERKEMBANGAN MENGENAI KEGIATAN

MILITER DI RUANG ANGKASA

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang bagaimana aktivitas negara space powers di ruang angkasa, militerisasi di ruang angkasa, dan pelarangan aktivitas militer di ruang angkasa.

BAB IV : PENGATURAN ARTICLE IV OF THE OUTER

SPACE TREATY 1967 MENGENAI KEGIATAN MILITER RUANG ANGKASA

Pada bab ini membahas tentang pengaturan Article IV of The Outer Space Treaty 1967 menguraikan tentang perbedaan persepsi terhadap penafsiran Article IV of The Outer Space Treaty 1967, Yurisprudensi “Use of Force” di Ruang Angkasa beserta Keambiguan ‘Peaceful Uses Purposes’ dan Implementasi Article IV of The Outer Space Treaty 1967 pada Kegiatan Militer di Ruang Angkasa.

(14)

BAB V : PENUTUP

Sebagai bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, maka pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

[10] Berbeda dengan literatur yang ada, kami menemukan bahwa AGLSC yang lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (59 laki-laki vs 46 perempuan) dengan laki- laki

Dasar penilaian ekuitas seperti penilaian utang adalah nilai sekarang hasil di masa depan yang didiskontokan pada tingkat yang tepat. Rumus penilaian ekuitas menggunakan

Jika terjadi tumpang tindih dan duplikasi data, maka forum evaluasi pengumpulan data perlu menyepakati data mana yang akan digunakan dengan mempertimbangkan

Secara keseluruhannya, adalah dicadangkan bahawa pembelajaran menggunakan koswer realiti maya dengan mengaplikasikan prinsip isyarat sesuai digunakan dalam pengajaran

Penelitian tindakan kelas yang akan menggunakan model kolaboratif teknik Round Robin mengajak siswa untuk aktif belajar, berani memberikan suatu gagasan, dan

Gambar 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 33 Gambar 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 34 Gambar 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 34

mempunyai kepercayaaan diri yang positif antara lain:.. a) Keyakinan akan kemampuan diri. yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa