• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS

MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP

Laporan Tugas Akhir

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Teknik Informatika

OLEH:

RAHAYU SETIANINGSIH 01502-046

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

(2)

i

Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Sedangkan dalam perancangannya digunakan pemodelan sistem antara lain, diagram use case, class diagram, diagram sequence, dan diagram aktifitas.

Dengan dimanfaatkannya aplikasi perhitungan harta waris dibidang komputer maupun internet maka akan lebih memudahkan dalam proses perhitungan harta waris yang dapat dilakukan secara cepat daripada perhitungan ilmu waris yang terdapat dalam buku dan melakukan perhitungan secara manual.

Maka dengan aplikasi perhitungan harta waris ini orang yang awam dengan ilmu waris dapat dengan mudah menggunakannya.

(3)

ii

This report of calculation heir wealth follow law islam with PHP. Althought, modeling systems design are use case diagram, class diagram, sequence diagram and activities diagram.

With used application calculation heir wealth computer or internet field, then more easy process inside calculation heir wealth the thing which can fast manner from in the book and calculation manual.

Then with application calculation heir wealth this is user friendly.

(4)

iii

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas akhir dari mahasiswa berikut ini:

Nama : Rahayu Setianingsih NIM : 01502-046

Fakultas : Ilmu Komputer Jurusan : Teknik Informatika

Judul : Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP

Telah disidangkan, diperiksa, dan disetujui sebagai laporan tugas akhir.

Jakarta, Agustus 2009

Menyetujui,

(Drs. Achmad Kodar, ST., MT) Pembimbing I Tugas Akhir

Menyetujui,

(Nur Ani, ST, MMSI) Pembimbing II Tugas Akhir

Mengesahkan,

(Abdusy Syarif, ST., MT) Ketua Program Studi

Teknik Informatika

Mengetahui,

(Devi Fitrianah, SKom, MTI) Koordinator Tugas Akhir

(5)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rahayu Setianingsih

NIM : 01502-046

Fakultas : Ilmu Komputer

Program Studi : Teknik Informatika

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul :

Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP

Adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri, dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang tercantum pada Daftar Pustaka.

Jakarta, Agustus 2009

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil „Alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqomah hingga yaumil akhir nanti.

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP” ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Informatika Universitas Mercu Buana.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan.

Dalam proses penulisan laporan Tugas Akhir ini juga banyak terdapat hambatan dan kesulitan-kesulitan penulis alami. Namun, meskipun demikian berkat usaha dan niat yang kuat serta usaha penulis dan juga dorongan dari berbagai pihak

(7)

vi

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtuaku yang tercinta beserta kakak dan adikku, atas segala dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.

2. Bapak Abdusy Syarif, ST, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika dan Ibu Devi Fitrianah, SKom, MTI. Selaku Koordinator Tugas Akhir

3. Bapak Drs.Achmad Kodar, ST, MT. Selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Ani, ST, MMSI. Selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu penyusun dalam membuat laporan Tugas Akhir ini sampai selesai.

4. Bapak Raka Yusuf, ST, MKom. Selaku Koordinator Angkatan 2002 yang telah banyak memberikan masukan, juga dukungan moril.

5. Dosen-dosen beserta para Staf yang telah memberikan ilmunya dan arahan dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.

6. Sepupu-sepupuku, khususnya Yuni Anggrarini yang terus memberi semangat untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

7. Sahabat terbaikku : Indri Siti Nurjanah dan Siti Rubi Adni, S.Kom yang telah banyak membantu serta penyemangat dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

8. Akbar, Pandu Handoko, ST, Dede Sulaeman, S.Kom dan teman-teman ikhwan lainnya yang telah membantu dalam coding, buku, serta memberikan tausyiah kepada saya untuk tetap semangat dalam mengerjakan laporan Tugas Akhir ini.

(8)

vii dan yang lainnya…

10. Teman-teman akhwat 2002 : Fadhilatul Ilmi, SE, Listya Kurniati, ST, Maryati, SE dan Eka Novianti, SE yang telah memberikan tausyiahnya. 11. Semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan Tugas Akhir dan tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas kebaikannya, dan semoga apa yang telah saya tuangkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2009

(9)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penulisan ... 2 1.3 Ruang Lingkup ... 2 1.4 Batasan masalah ... 4 1.5 Metodologi Penelitian ... 4

(10)

ix

2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris ……….. .. 7

2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam ………... 8

2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan ……… . 10

2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi ………. 11

2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi ……… 12

2.3 Para Ahli Waris dan Bagian-Bagiannya ……….. 13

2.3.1 Para Ahli Waris……… 13

2.3.2 Hijab dan Mahjub ……… 15

2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah ……… 19

2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris ……… 21

2.3.5 Masalah „Aul dan Radd ……….. 26

2.3.5.1 Masalah „Aul ……….. 26

2.3.5.2 Masalah Radd ………. 26

2.3.6 Kakek Bersama Saudara ………. 27

2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak ……….. 28

2.5 Unified Modelling Language ………... 30

2.5.1 Diagram Use Case ………... 32

2.5.2 Diagram Sequence ………... 33

2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas ……….. 34

2.5.4 Class Diagram ……….. 35

2.6 Interaksi Manusia dan Komputer ……….. 36

(11)

x

2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis ……….. 40

2.7.2 Pengujian Black Box ……… 41

2.8 Konsep Dasar PHP ……… 42

2.8.1 Struktur Program PHP ……….. 43

BAB III ANALISA DAN RANCANGAN ……… 45

3.1 Analisis ……….. 45

3.1.1 Analisa Masalah ……… 45

3.2 Pemecahan Masalah ………... 60

3.3 Perancangan Aplikasi ………. 61

3.3.1 Pemodelan Diagram Use Case ……….. 61

3.3.2 Class Diagram ………... 63

3.3.3 Pemodelan Diagram Sequence ……….. 63

3.3.4 Pemodelan Diagram Aktifitas ……… 67

3.4 Perancangan Antarmuka Pemakai ……….. 73

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi ……….. 80

4.1.1 Implementasi Antarmuka ……….. 81

4.2 Pengujian ……… 87

4.2.1 Hasil Pengujian ……….. 89

4.2.2 Analisis Hasil Pengujian ………. 90

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………. 91

(12)

xi

(13)

xii

Gambar 2.1 Model Waterfall ………. 30

Gambar 2.2 Notasi Diagram Aliran ………... 39

Gambar 2.3.(a) Bagan Alir ………. 39

Gambar 2.3.(b) Grafik Alir ………. 40

Gambar 3.1 Diagram Use Case Aplikasi Untuk User ………. 61

Gambar 3.2 Class Diagram ...………... 63

Gambar 3.3 Diagram Sekuensial Sub Menu About Us .……….. 64

Gambar 3.4 Diagram Sekuensial Sub Menu Terms Of Use ……… 65

Gambar 3.5 Diagram Sekuensial Sub Menu Contact Us ………. 65

Gambar 3.6 Diagram Sekuensial Sub Menu Perhitungan Waris …………. 66

Gambar 3.7 Diagram Sekuensial Sub Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 66

Gambar 3.8 Diagram Sekuensial Sub Menu Studi Kasus ………. 67

Gambar 3.9 Diagram Aktifitas Pada Menu Utama ………... 68

Gambar 3.10 Diagram Aktifitas Pada Menu About Us ……… 68

Gambar 3.11 Diagram Aktifitas Pada Menu Terms Of Use ……… 69

Gambar 3.12 Diagram Aktifitas Pada Menu Contact Us ………. 70

Gambar 3.13 Diagram Aktifitas Pada Menu Perhitungan Waris …………. 71

Gambar 3.14 Diagram Aktifitas Pada Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 72

Gambar 3.15 Diagram Aktifitas Pada Menu Studi Kasus ………. 73

Gambar 3.16 Perancangan Antarmuka Home ……….. 74

Gambar 3.17 Perancangan Antarmuka About Us ……… 75

(14)

xiii

Gambar 3.21 Perancangan Antarmuka Pilih Ahli Waris ………. 77

Gambar 3.22 Perancangan Antarmuka Bagian Ahli Waris ………. 78

Gambar 3.23 Perancangan Antarmuka Studi Kasus ……… 79

Gambar 4.1 Halaman Home ………. 81

Gambar 4.2 Halaman About Us ……… 82

Gambar 4.3 Halaman Terms Of Use ………. 83

Gambar 4.4 Halaman Contact Us ……….. 83

Gambar 4.5 Halaman Perhitungan Waris ……….. 84

Gambar 4.6 Halaman Pilih Ahli Waris ………. 85

Gambar 4.7 Halaman Bagian Warisan ………. 85

Gambar 4.8 Halaman Keterangan Ilmu Waris ………. 86

(15)

xiv

Tabel 2.1 Jenis Diagram Resmi UML ……….. 31

Tabel 2.2 Notasi Pemodelan Diagram Use Case ……….. 32

Tabel 2.3 Notasi Pemodelan Diagram Sequence ……….. 33

Tabel 2.4 Simbol-Simbol Pada Activity Diagram ……… 34

Tabel 3.1 Kasus Pertama ……….. 46

Tabel 3.2 Kasus Kedua ……… 47

Tabel 3.3 Kasus Ketiga ……… 47

Tabel 3.4 Kasus Keempat ……….. 48

Tabel 3.5 Kasus Kelima ……….. 48

Tabel 3.6 Kasus Keenam ……….. 49

Tabel 3.7 Kasus Ketujuh ……….. 49

Tabel 3.8 Kasus Kedelapan ……….. 50

Tabel 3.9 Kasus Kesembilan……….. 50

Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh……….. 51

Tabel 3.11 Kasus Kesebelas……….. 51

Tabel 3.12 Kasus Kedua Belas……….. 51

Tabel 3.13 Kasus Ketiga Belas……….. 52

Tabel 3.14 Kasus Keempat Belas……….. 52

Tabel 3.15 Kasus Kelima Belas……… 53

Tabel 3.16 Kasus Keenam Belas……….. 53

Tabel 3.17 Kasus Ketujuh Belas………. 54

(16)

xv

Tabel 3.21 Kasus Keduapuluh Satu……… 55

Tabel 3.22 Kasus Keduapuluh Dua……… 56

Tabel 3.23 Kasus Keduapuluh Tiga……….. 56

Tabel 3.24 Kasus Keduapuluh Empat ……….. 57

Tabel 3.25 Kasus Keduapuluh Lima ……… ..………….. 57

Tabel 3.26 Kasus Keduapuluh Enam ……… 58

Tabel 3.27 Kasus Keduapuluh Tujuh ………. 58

Tabel 3.28 Kasus Keduapuluh Delapan ………. 59

Tabel 3.29 Kasus Keduapuluh Sembilan ……….. 59

Tabel 3.30 Kasus Ketigapuluh ..………. 60

Tabel 4.1 Skenario Pengujian ……… .. 88

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan ketelitian angka dapat terpenuhi.

Setidaknya terdapat 2 (dua) buah keuntungan yang mendasar mengenai sistem komputerisasi ini, yaitu pertama akurasi data. Akurasi data dalam pencatatan secara manual, besar kemungkinan terjadinya kesalahan akibat kelalaian manusia yang bersifat teknis. Sedangkan dengan cara komputerisasi dapat meminimalkan kesalahan tersebut bahkan dapat lebih sempurna. Kedua, ketepatan dan kecepatan dalam proses teknik pemasukan data. Disisi lain bila terjadi kesalahan, proses perbaikan dan koreksi data lebih cepat.

(18)

Penulis berkeinginan untuk membuat sebuah Aplikasi Perhitungan Harta

Waris Menurut Hukum Islam yang dapat memecahkan persoalan dengan cepat

dan akurat. Sehingga dengan diterapkannya sistem perhitungan harta warisan tersebut dengan aplikasi komputer, maka tidak hanya para ahli ilmu waris saja yang mengetahui tentang proses hasil perhitungan harta warisan, namun bagi kalangan awampun dapat juga melakukan perhitungan harta warisan yang tentunya orang tersebut mempunyai pengetahuan dasar tentang operasional komputer.

.Dalam pelaksanaannnya program ini dirancang dan dibuat dengan bantuan bahasa pemrograman PHPTriad.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan perancangan Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam adalah untuk membuat suatu aplikasi yang dapat mempermudah perhitungan pembagian harta warisan. Aplikasi perhitungan harta waris menurut hukum islam ini dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai media pembelajaran dan aplikasi ini juga dapat digunakan pada lembaga pengambil keputusan tentang harta warisan seperti Lembaga Peradilan Agama.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada menerapkan ilmu faraidh ke dalam aplikasi komputer dengan batasan sebagai berikut:

1. Proses perhitungan harta warisan berdasarkan hukum islam dengan menginformasikan jumlah bagian pihak-pihak ahli waris dengan batasan:

(19)

a. Hierarki ke atas adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu Kakek/Nenek (Orang Tua)

b. Hierarki ke bawah adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal Cucu (keturunan)

c. Hierarki ke samping adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu Saudara/Paman

2. Dalam hal pembagian harta warisan ini penulis lebih mengacu pada petunjuk/paham para Ulama, Sahabat Nabi, Nabi Muhammad, dan ketentuan pokok yang sudah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits. Diantara rujukan atau acuan dari Ulama dan Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah:

a. Masalah Al-Gharawain, yaitu ketentuan pembagian harta warisan jika ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami/istri, merujuk kepada pendapat Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.

b. Masalah Musyarokah/Musyarikah yaitu apabila ahli waris terdiri dari suami, ibu, saudara sekandung, dan saudara seibu, maka bagian saudara-saudara yang 1/3 dibagi diantara mereka, merujuk kepada pendapat Umar, Usman Zaid dan Imam Tsauri serta Imam Syafi’i.

c. Masalah ‘Aul (kekurangan) yaitu jika jumlah harta warisan mengalami kekurangan sesuai dengan jumlah bagian yang harus diterima setelah melalui perhitungan, hal ini merujuk kepada sahabat Umar bin Khattab dengan Zaid bin Tsabit dan Abbas bin Abdul Muthalib.

d. Masalah Rodd (kelebihan) yaitu kebalikan dari masalah ‘Aul yaitu dengan tetap menyertakan ahli waris suami/istri, hal ini mengacu pendapat sahabat Utsman bin Affan.

(20)

e. Masalah kakek dengan saudara sekandung/sebapak, yaitu dengan lebih mempertimbangkan bagian kakek lebih diuntungkan dari bagian saudara sekandung/sebapak, hal ini mengacu pendapat Ali bin Abu Thalib, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal.

1.4 Batasan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana mengintegrasikan konsep ilmu faraidh (ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta warisan) ke dalam bahasa pemrograman komputer sehingga dapat membantu masyarakat menyelesaikan perhitungan harta waris menurut hukum islam berdasarkan 30 contoh-contoh kasus yang terdapat dalam buku hukum waris penerbit senayan, dengan menggunakan PHP sebagai program aplikasi interface. Pada aplikasi ini tidak menggunakan database.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini ada kegiatan utama, yaitu: 1. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan sistem:

a. Studi Literatur

Yaitu dengan melakukan pencarian data lewat literatur misalnya buku-buku, artikel-artikel dan lain-lain.

(21)

a. Data Sekunder

Merupakan data tentang pokok-pokok ilmu faraidh yang dikumpulkan secara tidak langsung dari narasumber dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, laporan-laporan yang dibaca oleh penulis. 3. Metode perancangan Program

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan model Waterfall sebagai metodologi penyelesaian masalah. Model tersebut berisi rangkaian aktifitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah. Rangkaian aktifitas proses tersebut adalah penentuan dan analisis spesifikasi kebutuhan, sistem dan desain perangkat lunak, impementasi dan uji coba unit, integrasi dan uji sistem, Operasi dan pemeliharaan (Arief Hamdani, 1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall :

a. Penentuan dan analisis kebutuhan b. Sistem dan desain perangkat lunak c. Implementasi dan uji coba unit d. Integrasi dan uji sistem

e. Operasi dan pemeliharaan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

(22)

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang harta warisan berdasarkan hukum islam, dasar-dasar pewarisan islam, para ahli waris dan bagian-bagiannya, metodologi rekayasa perangkat lunak, konsep dasar PHPTriad, dan gambaran umum tentang teori yang dipakai dalam pembuatan aplikasi ini.

BAB III Analisis dan Perancangan

Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan analisa masalah, analisis kebutuhan sistem, rancangan proses implementasi, dan perancangan antarmuka

BAB IV Implementasi dan Pengujian

Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem aplikasi dan prosedur aplikasi yang telah dibuat.

BAB V Penutup

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap rancangan aplikasi yang dibuat. Kesimpulan dan saran-saran ini dibuat dari hasil pembahasan yang telah dilakukan bahwa aplikasi ini dapat digunakan secara maksimal dan efektif.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris

Kata warisan yang sudah populer didalam bahasa Indonesia asanya dari bahasa arab yaitu “waratsa” yang mengandung pengertian perpindahan berbagai hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup. (Drs. Muslich Maruzi : 1981).

Oleh karena ilmu ini lebih banyak membicarakan hak-hak ahli waris yang telah di tentukan kadarnya secara pasti maka di kalangan fuqoha (ahli fiqh) lebih populer dengan nama faraidh yaitu “ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta warisan. Pengetahuan tentang cara perhitungan, yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris”. Ini mengandung pengertian bahwa bagian masing-masing ahli waris telah di tetapkan secara pasti oleh nash Al-Qur‟an dan hadits.

(24)

Harta warisan atau maurutsun kadang-kadang di artikan sama dengan harta peninggalan atau tirkah. Namun oleh kalangan ulama tirkah mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu segala apa yang di tinggalkan oleh simati, yang mencakup seluruh harta dari tanggungan yang berpautan dengan orang lain, termasuk yang digunakan untuk perawatan kematiannya, untuk pelunasan hutang-hutang dan pelaksanaan wasiatnya. Sedang maurust hanya sisa peninggalan setelah digunakan untuk membayar tanggungan-tanggungan tersebut. Sisa inilah yang kemudian dibagikan kepada ahli warisnya.

2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam

Didalam ajaran agama Islam masalah pewarisan telah ditetapkan diantaranya didalam kitab suci al-Qur‟an surat al-ahzab ayat 6 yang artinya: “...dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada sebagian yang lain didalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin muhajirin kecuali kalau kamu ingin berbuat baik kepada saudara-saudaramu...” (Q.S. Al-Ahzab :6)

Adapun dasar-dasar kewarisan menurut hukum islam atau yang disebut juga ashabul Mirats yaitu:

1. Qarabah

Pertalian hubungan darah adalah dasar pewarisan yang utama atau sanak kerabat. Pertalian lurus keatas disebut ushul, yaitu leluhur yang menyebabkan adanya simati, termasuk ibu, bapak, kakek, nenek dan seterusnya. Pertalian lurus kebawah disebut furu’, yaitu anak keturunan dari simati, termasuk anak-anak, cucu, cicit dan

(25)

seterusnya. Pertalian menyamping disebut hawasyi, yaitu saudara-saudari, paman, bibi, keponakan, sepupu dan seterusnya.

Ahli waris sebagai akibat hubungan kerabat, bila ditinjau dari segi bagian penerimaannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam yaitu :

a. Ashabul Furudhil Nasabiyyah

Yaitu golongan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian tertentu, misalnya 1/2, 1/3, dan seterusnya.

b. Ashabah Nasabiyyah

Yaitu golongan ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi mendapatkan sisa bagian ashabul furudh. Bila ashabul furudh tidak ada, ashobah mendapatkan seluruh harta warisan. Tetapi bila harta warisan habis dibagi oleh ashabul furudh, ashabah tidak mendapatkan apa-apa.

Ada golongan yang mendapatkan ashabul furudh dan ashabah bersama-sama. c. Dzawil Arham

Yaitu kerabat yang agak jauh hubungan nasabnya dengan simati. Golongan ini tidak termasuk golongan tersebut di atas.

1. Semenda (Mushoharoh)

Perkawinan yang syah menurut syariat, menyebabkan adanya saling mewarisi antara suami dan istri, apabila diantara keduanya ada yang meninggal pada waktu perkawinannya masih utuh atau dianggap utuh (talak raj’i yang dalam masih iddah). Suami dan istri mendapat furudhul maqoddaroh yang telah ditetapkan oleh syara’ yakni 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8 (seperdelapan)

(26)

2. Wala’

Yang dimaksud dengan wala’ disini adalah kerabat menurut hukum yang timbul karena membebaskan buduk-budaknya, berarti ia telah merubah status hukum orang yang semula tidak baik bertindak menjadi bertindak baik, termasuk memiliki dan mengelola harta bendanya sendiri. Oleh karena kenyataannya tidak ada perbudakan lagi maka sudah barang tentu hak wala’ tersebut diatas tidak ada.

2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan

Adapun rukun atau sesuatu yang harus ada dari kewarisan ada 3 (tiga) yaitu: 1. Al-Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik haqiqi maupun mati hukini

yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh hakim karena adanya beberapa pertimbangan.

2. Al-warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta warisan simati karena memilki dasar atau sebab kewarisan, seperti karena adanya hubungan nasab atau perkawinan atau hak perwalian dengan simati.

3. Mauruts, yaitu harta peninggalan simati yang sudah bersih setelah dikurangi untuk biaya wasiatnya yang tidak lebih dari 1/3 dari harta warisan.

Adapun syarat-syarat kewarisan yaitu agar ahli waris berhak menerima warisan ada 3 (tiga), yaitu:

1. Matinya Muwarrits (orang yang mewariskan)

Sebagai akibat kematian muwarrits ialah bahwa warisannya beralih dengan sendirinya kepada ahli warisnya degan persyaratan tertentu.

(27)

Ahli waris yang akan menerima harta warisan disyaratkan ia harus benar-benar hidup pada saat muwarritsnya meninggal dunia. Persyaratan ini penting artinya terutama pada ahli waris yang mafqud (hilang tidak diketahui beritanya) dan anak yang masih dalam kandungan ibunya, apakah ketika muwarritsnya meninggal dunia dia sudah hidup didalm kandungan muwarrits atau belum.

3. Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi

Ahli waris yang akan menerima warisan harus diteliti dahulu apakah dia ada yang menggugurkan haknya yang berupa salah satu dari “mawani’il irsyi” yakni perbudakan, pembunuhan, berbeda agama.

2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi

Mawani’il irsyi atau penghalang hak mewarisi adalah hal-hal yang dapat menggugurkan hak ahli waris untuk mewarisi harta warisan pewarisnya, ada tiga macam, yaitu:

1. Pembunuhan

Para ulama sepakat pendapatnya bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap pewarisnya.

2. Berlainan agama

Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani’il irsyi adalah hadits Rasul yang berbunyi “orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang muslim”. Yang dimaksud kafir adalah berlainan agama.

(28)

3. Perbudakan

Seorang budak statusnya tidak bisa menjadi ahli waris, karena dipandang tidak baik mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya. Bahkan ada yang memandang budak statusnya sebagai harta milik tuannya. Dan ia juga tidak dapat mewariskan harta peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.

2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi

Harta peninggalan seseorang yang mati sebelum di bagikan kepada ahli warisnya, terlebih dahulu harus dibersihkan dari keperluan tertentu yaitu:

1. Biaya perawatan jenazah (tahjiz)

Biaya-biaya yang diperlukan untuk perawatan jenazah mulai dari saat meninggalnya sampai penguburannya seperti biaya untuk memandikan, kafan, mengusung dan menguburkannya diambilkan dari harta peninggalan simati. 2. Hak-hak yang terkait dengan harta waris

Termasuk dalam hak-hak ini adalah hutang yang digadaikan, diyah jinayah (denda tindakan kriminal) seorang budak, dan zakat yang diwajibkan pada harta benda sebelum menjadi tirkah

3. Pelunasan hutang-hutang simati

Pelunasan hutang-hutang simati yang belum sempat dibayar sampai saat meninggalnya, maka harta peninggalannya harus digunakan untuk melunasi hutang-hutangnya. Hutang harus segera dibayar setelah selesai biaya tahjiz

(29)

4. Pelaksanaan wasiatnya

Yang dimaksud wasiat disini adalah pemberian sesuatu secara kebaikan yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah sipemberi meninggal dunia. Sesuatu itu berupa harta atau manfaat yang diambilkan dari harta peninggalannya setelah tahjiz selesai dan hutang-hutangnya dilunasi. Pelaksanaan wasiat tersebut jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3 hartanya, meskipun barangkali simati menghendaki lebih dari itu.

2.3 Para ahli waris dan bagian-bagiannya 2.3.1 Para ahli waris

Para ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta warisan sebab para ahli waris yang lebih dekat kepada simati, dan ada yang lebih jauh.

Para ahli waris jumlahnya ada 25 orang. Lima belas laki-laki dan sepuluh orang perempuan

Lima belas orang ahli waris laki-laki urutannya adalah sebagai berikut: 1. Anak laki-laki

2. Bapak 3. Suami

4. Cucu laki-laki 5. Kakek

6. Saudara laki-laki sekandung 7. Saudara laki-laki sebapak 8. Saudara laki-laki seibu

(30)

9. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) sekandung 10. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) seayah 11. Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung 12. Saudara laki-laki bapak (paman) sebapak

13. Sepupu (misan) laki-laki sekandung, yaitu anak laki-laki paman yang sekandung 14. Sepupu (misan) laiki-laki sekandung yaitu anak laki-laki paman yang sebapak 15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak

Jika ahli waris yang tersebut diatas semuanya ada, yang mendapat warisan dari mereka hanya tiga saja, yaitu:

1. Anak laki-laki 2. Bapak

3. Suami

Ahli waris perempuan jumlahnya ada sepuluh orang, dengan urutan sebagai berikut:

1. Anak perempuan

2. Cucu perempuan dari garis anak laki-laki 3. Ibu

4. Istri

5. Saudara perempuan sekandung 6. Nenek dari garis ibu

7. Nenek dari garis bapak 8. Saudara perempuan sebapak 9. Saudara perempuan seibu

(31)

Jika ahli waris perempuan yang tersebut diatas semuanyaada, maka yang mendapatkan warisan dari mereka hanya lima orang, yaitu:

1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan 3. Istri

4. Ibu

5. Saudara perempuan sekandung

Dan jika seluruh ahli waris yang jumlahnya 25 orang semuanya ada, maka hanya lima orang saja yang mendapat bagian sebagai ahli waris utama, yaitu:

1. Suami/Istri 2. Anak lelaki 3. Anak perempuan 4. Bapak

5. Ibu

2.3.2 Hijab dan Mahjub

Hijab artinya dinding atau penutup atau penghalang bagi ahli waris yang semestinya mendapat bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian yang semestinya, karena masih ada ahli waris yang lebih dekat pertaliannya dengan orang yang meninggal itu.

Orang yang menjadi penghalang disebut hajib, yaitu ahli waris yang lebih dekat dengan simati daripada yang terhalang. Orang yang menjadi terhalang di sebut nahjab.

(32)

Hijab ada 2 (dua) macam, yaitu: 1. Hijab Nuqson

Yaitu dinding yang mengurangi bagian ahli waris tertentu, karena ada ahli waris yang lain. Misalnya: bagian suami menjadi berkurang karena ada anak. Suami berhak mendapat bagian 1/2 harta almarhum istrinya, tetapi karena ada anak yang ditinggalkan bagian suami hanya 1/4 saja.

2. Hijab Hirman

Yaitu dinding yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak mendapat bagian sama sekali karena ada ahli waris yang lebih dekat. Misalnya: cucu laki-laki tidak mendapat bagian sama sekali selama masih ada anak laki-laki.

Ahli waris yang menjadi mahjub karena adanya hijab hirman adalah: 1. Kakek mahjub oleh bapak

2. Nenek garis ibu, mahjub oleh ibu

Nenek garis bapak, mahjub oleh ibu dan juga bapak 3. Cucu laki-laki mahjub oleh anak laki-laki

Cucu perempuan mahjub oleh anak laki-laki dan oleh anak perempuan lebih dari seorang (jika tidak bersama cucu laki-laki)

4. Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki c. Bapak

5. Saudara sebapak (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh: a. Anak laki-laki

(33)

c. Bapak

d. Saudara kandung laki-laki

e. Saudara sekandung perempuan beserta anak atau cucu perempuan 6. Saudara seibu (lak-laki atau perempuan) mahjub oleh:

a. Anak (laki-laki atau perempuan) b. Cucu (laki-laki atau perempuan) c. Bapak

d. Kakek

7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung mahjub oleh: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Paman

e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak

g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir

8. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak mahjub oleh: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Paman

e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak

(34)

g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir

9. Paman sekandung mahjub oleh: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Kakek

e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak

g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir

10. Paman sebapak mahjub oleh: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Kakek

e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak

g. Anak laki-laki saudara sekandung h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak i. Paman sekandung (dengan bapak)

j. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir

(35)

a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Kakek

e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak

g. Anak laki-laki saudara sekandung h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak i. Paman sekandung

j. Paman sebapak

k. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir

12. Anak laki-laki dari paman sebapak mahjub oleh:

Sebelas orang tersebut diatas ditambah dengan anak laki-laki dari paman sekandung

2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah

Ashobah menurut pengertian adalah ahli waris yang berhak menerima harta warisan sisa dengan tidak ditentukan bagiannya. Dengan demikian ia mungkin dapat menerima seluruh harta warisan bila tidak ada ahli waris lainnya atau mungkin hanya sisanya atau tidak mendapat sama sekali karena harta benda telah habis dibagikan oleh ashabul furudh.

(36)

Ashobah ada 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Ashobah binafsihi

Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak menerima warisan selaku ashobah, terdiri dari 14 (empat belas) orang, yaitu:

a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak

d. Kakek (dari pihak bapak) e. Saudara laki-laki sekandund f. Saudara laki-laki sebapak

g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak i. Paman yang sekandung dengan bapak j. Anak laki-laki dari paman yang sekandung k. Anak laki-laki dari paman sekandung l. Anak laki-laki dari paman sebapak

m. Mu’tiq atau mu’tiqoh (orang yang memerdekakan hamba) n. Ashobah dari mu’tiq atau mu’tiqoh

2. Ashobah bilghoiri

Yaitu orang yang menjadi ashobah beserta orang lain yang telah menjdi ashobah. Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah. Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah, melainkan menjadi ashabul furudh biasa, diantaranya:

(37)

b. Cucu perempuan beserta cucu laki-laki

c. Saudara perempuan sekandung beserta saudara laki-laki sekandung 3. Ashobah ma’al ghoiri

Yaitu orang yang menjadi ashobah disebabkan ada orang lain yang bukan ashobah. Orang lain tersebut tidak ikut menjadi ashobah. Tetapi kalau orang lain tadi tidak ada, maka ia menjadi ashabul furudh biasa, yaitu:

a. Saudara perempuan sekandung

Apabila ada ahli waris perempuan sekandung bersamaan dengan anak perempuan atau cucu perempuan, maka saudara perempuan sekandung tadi menjadi ashobah ma’al ghoir. Sesudah ahli warislain mengambil bagian masing-masing, sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut.

b. Saudara perempuan sebapak

Apabila ada ahli waris saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih) bersamaan dengan anak perempuan atau bersamaan dengan cucu perempuan maka saudara perempuan sebapak menjadi ashobah ma’al ghoir.

2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris

1. Anak kandung bagiannya adalah:

a. 1/2, jika anak perempuan sendirian tanpa laki-laki

b. 2/3, jika anak perempuan 2 atau lebih dan tidak ada anak laki-laki c. Ashobah, jika ada anak laki-laki

 Jika anak laki-laki lebih dari seorang maka seluruh ashobah dibagi rata diantara mereka.

(38)

 Jika anak laki-laki lebih dari seorang dan anak perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian untuk seorang laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan

2. Cucu bagiannya sebagai berikut:

a. 1/2 , jika cucu perempuan sendirian tanpa cucu laki-laki

b. 2/3, jika cucu perempuan 2 orang atau lebih dan tidak ada cucu laki-laki c. 1/6, jika cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan (sebagai

penyempurnaan jumlah bagian 1/2), tanpa cucu laki-laki. Jika bersamaan dengan dua orang anak perempuan maka cucu perempuan tidak mendapat bagian.

d. Ashobah, jika ada cucu laki-lakinya

 Jika cucu laki-laki sendirian maka ia mendapat bagian ashobah seluruhnya

 Jika cucu laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi rata diantara mereka

 Jika ada cucu laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang cucu laki-laki sama dengan bagian dua orang cucu perempuan

3. Suami dan istri

Bagian suami adalah:

a. 1/2, jika tidak ada anak atau cucu b. 1/4, jika ada anak atau cucu

Bagian istri adalah:

(39)

b. 1/8, jika ada anak atau cucu 4. Bapak dan ibu

Bagian bapak adalah:

a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki

b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada anak laki-laki

c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu Bagian Ibu adalah:

a. 1/6, jika ada anak atau cucu

b. 1/6, jika ada saudara lebih dari seoarang

c. 1/3, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang Bagian bapak bersama ibu adalah:

a. Masing-masing 1/6, jika ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang b. Ibu 1/3 dan bapak ashobah, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih

dari seorang

c. Merupakan kekecualian dan ketentuan utama, yaitu apabila ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami atau istri, dalam hal ini setelah di kurangi oleh bagian suami 1/2 atau bagian istri 1/4, maka ibu mendapat bagian 1/3 dari sisa dan bapak 2/3 dari sisa, masalah ini dinamakan al-gharawain artinya dua yang sangat terang.

5. Saudara sekandung

Jika tidak mahjub, maka bagian saudara sekandung adalah:

(40)

b. 2/3, jika saudara sekandung perempuan 2 orang atau lebih tanpa ada saudara sekandung laki-laki

c. Ashobah, jika ada saudara sekandung laki. Jika saudara sekandung laki-laki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah

 Jika saudara sekandung laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka

 Jika ada saudara sekandung laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah, dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara laki-laki sekandung sama dengan bagian dua orang saudara perempuan sekandung.

6. Saudara sebapak

Kedudukan saudara sebapak adalah dibawah kedudukan saudara sekandung (sebagaimana kedudukan cucu dibawah anak, sehingga bagiannyapun serupa), yaitu jika tidak mahjub:

a. 1/2, jika saudara sebapak perempuan sendirian tanpa saudara sebapak laki-laki

b. 2/3, jika saudara sebapak perempuan dua orang atau lebih tanpa ada saudara sebapak laki-laki

c. Ashobah, jika ada saudara sebapak laki-laki. Jika saudara sebapak laki-laki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah

 Jika saudara sebapak laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka

 Jika saudara sebapak laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara

(41)

sebapak laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan sebapak

d. Saudara sebapak permpuan menjadi ashobah ma’al ghoir jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa laki-laki

e. Saudara sebapak perempuan (tanpa ada yang laki-laki) mendapat 1/6, jika ada seorang saudara sekandung perempuan (tanpa ada yang laki-laki). Ini dimaksud sebagai pelengkap mencapai bagian 2/3 sebagaimana cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan. Jika saudara perempuan lebih dari seorang maka saudara perempuan sebapak tidak mendapat bagian

7. Saudara seibu

Saudara seibu yang laki-laki maupun yang perempuan kedudukan dan bagiannya sama saja. Kalau tidak mahjub saudara seibu mendapat:

a. 1/6, jika hanya seorang

b. 1/3, jika ada dua orang atau lebih

c. Merupakan pengecualian apabila ahli warisnya terdiri dari suami, ibu, saudara sekandung dan saudara seibu, maka bagian suami 1/3, ibu 1/6 dan sisa (1/3). Menurut sahabat Umar dan sebagian fuqoha sisa tersebut dibagi rata diantara saudara-saudara tersebut.

8. Kakek dan Nenek

Bagian kakek jika tidak mahjub oleh bapak adalah: a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki

b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada nak laki-laki

(42)

c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu

d. Merupakan pengecualian dalam masalah muqosamah dengan saudara sekandung atau sebapak

Adapun bagian nenek apabila tidak mahjub adalah: a. 1/6, jika nenek seorang diri

b. 1/6 dibagi rata, apabila nenek lebih dari seorang dan sederajat kedudukannya 9. Anak-anak saudara (keponakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak paman

(saudara sepupu laki-laki) sekandung maupun sebapak sampai jauh keatas mendapatkan ashobah jika tidak termahjub atau terhalang.

2.3.5 Masalah ‘Aul dan Rodd 2.3.5.1 Masalah ‘Aul

‘Aul maksudnya meningkatkan (membesarkan) angka asal masalah sehingga menjadi sama dengan jumlah angka pembilang dari bagian-bagian ahli waris yang ada. Masalah ‘aul terpaksa dilakukan dalam keadaan dimana jumlah bagian yang harus diterima oleh para ahli waris adalah lebih banyak daripada jumlah harta warisan yang ada.

2.3.5.2 Masalah Radd

Masalah Radd adalah kebalikan dari masalah ‘aul yaitu terjadi dalam keadaan dimana jumlah semua bagian ahli waris ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta warisan yang ada (harta warisan lebih banya daripada jumlah bagian-bagian ahli

(43)

waris). Sisa harta harus dikembalikan kepada ahli waris sehingga harta warisan menjadi habis tak tersisa.

Antara permasalahan ‘aul dan radd mempunyai penyelesaian yang sama yaitu semua bagian ahli waris jika dijumlahkan harus sama dengan jumlah harta warisan. Jika tidak sama (kurang atau lebih) maka dengan menambah bilangan angka asal masalah menjadi sama seperti jumlah bilangan pembilang dari bagian-bagian ahli waris.

2.3.6 Kakek bersama saudara

Dikemukakan oleh Ali bin Abi Tholib, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi‟i, Imam Malik, Imam Hambal bahwa kakek tidak dapat menghijab saudara sekandung atau sebapak, karena statusnya dianggap setaraf dengan saudara-saudara tersebut, alasannya:

a. Kakek adalah cabang atas dari bapak dan saudara-saudara adalah cabang dari bawah bapak. Jadi kedudukannya setaraf dari ayah.

b. Tidak ada nash maupun „ijma yang menetapkan bahwa saudara-saudara sekandung atau sebapak terhijab oleh kakek. Sedangkan hak mereka telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Oleh karena itu, Zaid bin Tsabit telah menempatkan cucu laki-laki sebagaimana anak laki-laki, tetapi tidak menempatkan kakek sebagaimana bapak.

Untuk itu beberapa rumusan tentang bagian kakek bersama saudara yaitu: 1. Apabila ahli waris hanya terdiri dari kakek dan saudara sekandung atau sebapak

(tanpa ada ahli waris lain) maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan daripada:

(44)

a. Kakek diberi 1/3 dari jumlah warisan

b. Kakek diberi bagian sama (muqosamah) dengan saudara-saudara.

2. Apabila ahli waris terdiri dari kakek, saudara-saudara sekandung atau sebapak, dan lain-lain ahli waris selain bapak, maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan daripada tiga macam pembagian dibawah ini:

a. Diberikan kepada kakek 1/6 bagian dari jumlah seluruh harta warisan

b. Diberikan kepada kakek 1/3 dari sisa setelah dibagikan kepada ahli waris lain selain bukan saudara

c. Atau sisa tersebut dibagikan sama antara kakek dengan saudara sekandung atau sebapak.

2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak

Pemodelan dalam perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di bagian awal dari rekayasa, dan pemodelan ini akan mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak tersebut. Model proses perangkat lunak masih menjadi objek penelitian, namun pada saat ini terdapat banyak model umum atau paradigma yang berbeda dari pengembangan perangkat lunak. Salah satu model yang digunakan dalam pengembangan rekayasa lunak adalah model Waterfall.

Pendekatan model Waterfall berisi rangkaian aktivitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah, seperti spesifikasi kebutuhan, implementasi desain perangkat lunak, uji coba dan sebaganya. Setelah setiap langkah didefinisikan, pengembangan dilanjutkan pada langkah berikutnya (Arief Hamdani, 1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall :

(45)

Dalam pelayanan sistem, pembatasan masalah dan hasil tidak bisa dihindari dari konsultasi dengan pengguna sistem. Mereka mendefinisikan cara apa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yaitu pengguna dan staf pengembang untuk menghasilkan perangkat lunak yang diinginkan.

b. Sistem dan desain perangkat lunak

Proses desain sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur sistem keseluruhan. Desain perangkat lunak termasuk menghasilkan fungsi sistem perangkat lunak dalam bentuk yang mungkin diubah ke dalam satu atau lebih program yang dapat dijalankan.

c. Implementasi dan uji coba unit

Selama tahap ini desain perangkat lunak disadari sebagai sebuah program lengkap atau unit program. Uji unit termasuk pengujian bahwa setiap unit sesuai spesifikasi.

d. Integrasi dan uji sistem

Unit individual program atau program-program yang digabungkan (diintegrasikan) dan pengujian dengan sistem komplit untuk memastikan bahwa perangkat lunak telah dilakukan, kemudian sistem perangkat lunak dikirim ke pengguna.

e. Operasi dan pemeliharaan

Biasanya operasi ini adalah fase putaran pengujian yang cukup lama. Sistem dipasang dan digunakan. Pemeliharaan meliputi pengoreksian kesalahan yang yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan. Masalah

(46)

yang ada dalam penggunaann model Waterfall ini adalah partisi yang tidak dapat diubah dari proyek ke tingkat yang berbeda. Pengiriman sistem terkadang tidak dapat dipaksakan. Meskipun begitu, model Waterfall ini menggambarkan teknis yang praktis. Untuk lebih jelas, berikut di bawah ini Gambar 2.1 model Waterfall.

Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1) Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)

2.5 Unified Modelling Language

Menurut Fowler (2005:1) Unified Modelling Language (selanjutnya disebut UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek. Selain itu UML juga dapat diartikan sebagai sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak Dharwiyanti dan Wahono (2003:2). UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem. Requirements definition System and software design Implementation and unit testing

Integration and system testing

Operation and maintenance

(47)

Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa berorientasi objek.

Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan sintaksis (syntax) atau semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan sintaksis (syntax) UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. UML terdiri atas 13 jenis diagram resmi seperti tertulis dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1 Jenis diagram resmi UML

No. Diagram Kegunaan

1. Activity Behavior prosedural dan parallel 2. Class Class, fitur, dan hubungan-hubungan 3. Communication Interaksi antar objek; penekanan pada jalur 4. Component Struktur dan koneksi komponen

5. Composite

structure Dekomposisi runtime sebuah class 6. Deployment Pemindahan artifak ke node 7. Interaction

overview Campuran sequence dan activity diagram 8. Object Contoh konfigurasi dari contoh-contoh 9. Package Struktur hirarki compile-time

10. Sequence Interaksi antar objek; penekanan pada sequence 11. State machihne Bagaimana even mengubah objek selama aktif 12. Timing Interaksi antar objek; penekanan pada timing

13. Use case Bagaimana pengguna berinteraksi dengan sebuah sistem

Dalam laporan tugas akhir ini, diagram UML yang akan dibahas adalah diagram use case, diagram sequence, dan diagram aktifitas.

(48)

2.5.1 Diagram Use Case

Menurut Suhendar dan Gunadi (2002:49) diagram Use Case adalah menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada di luar sistem (actor) diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar.

Diagram use case dapat digunakan selama proses analisis untuk menangkap requirements sistem dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja. Selama tahap desain, diagram use case menetapkan perilaku (behavior) sistem saat diimplementasikan. Dalam sebuah model mungkin terdapat satu atau bebrapa use case diagram. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan use case (lihat tabel 2.2)

Tabel 2.2 Notasi pemodelan diagram use case

Notasi Keterangan

Aktor

merupakan sebuah peran yang dimainkan seorang pengguna dalam kaitannya dengan sistem

Use case

adalah rangkaian/uraian sekelompok yang saling terkait dan membentuk sistem secara teratur yang dilakukan atau diawasi oleh sebuah aktor. use case digunakan untuk membentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model serta di realisasikan oleh sebuah collaboration.

Generalization

adalah menggambarkan hubungan khusus dalam obyek anak/child yang menggantikan obyek parent / induk

Dependency

adalah hubungan semantik antara dua

benda/things yang mana sebuah benda berubah mengakibatkan benda satunya akan berubah pula.

(49)

Realization

merupakan hubungan semantik antara pengelompokkan yang menjamin adanya ikatan diantaranya. Hubungan ini dapat diwujudkan diantara interface dan kelas atau elements.

2.5.2 Diagram Sequence

Menurut Fowler (2005:81) sebuah diagram sequence secara khusus menjabarkan aktivitas sebuah skenario tunggal. Diagram tersebut menunjukkan sejumlah objek contoh dan pesan-pesan yang melewati objek-objek di dalam use case diagram. Diagram Sequence menunjukkan interaksi dengan menampilkan setiap partisipan dengan garis alir secara vertikal dan pengurutan pesan dari atas ke bawah.

Diagram Sequence biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah kejadian (event) untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Pesan digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan sequence diagram (lihat tabel 2.3)

Tabel 2.3 Notasi pemodelan diagram sequence

Notasi Keterangan

Aktor

merupakan sebuah peran yang dimainkan seorang pengguna dalam kaitannya dengan system

Activation

menggambarkan waktu yang dibutuhkan suatu objek untuk menyelesaikan suatu aktifitas.

(50)

Kelas boundary

adalah yang memodelkan interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem.

Kelas kontrol

digunakan untuk memodelkan “perilaku mengatur”, khusus untuk satu atau beberapa use case saja.

Kelas entitas

mememodelkan informasi yang harus disimpan oleh sistem

Lifeline

digambarkan dengan garis putus-putus, yang menggambarkan bahwa hadirnya objek terhadap waktu

Aliran pesan

digambarkan dengan tanda panah, yang menggambarkan komunikasi antar objek

2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas

Diagram aktifitas adalah teknik untuk mendeskripsikan logika prosedural, proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus. Diagram aktifitas mempunyai peran seperti halnya diagram alur (flowchart), akan tetapi perbedaannya dengan flowchart adalah diagram aktifitas bisa mendukung perilaku paralel sedangkan flowchart tidak bisa.

Berikut pada Tabel 2.4 adalah simbol-simbol yang sering digunakan pada saat pembuatan diagram aktifitas.

Tabel 2.4 Simbol-simbol pada activity diagram

No Simbol Keterangan

1 Titik awal

(51)

3 Activity

4 Pilihan untuk pengambilan keputusan

5 Fork; digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan secara paralel atau untuk menggabungkan dua kegiatan paralel menjadi satu

6 Rake; menunjukkan adanya dekomposisi

7 Tanda waktu

8 Tanda pengiriman

9 Tanda penerimaan

10 Aliran akhir (flow final)

2.5.4 Class Diagram

Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram juga menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti isi, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain (Dharwiyanti dan Wahono, 2003:5).

Class memiliki tiga area pokok : 1. Nama (dan stereotype) 2. Atribut

3. Metoda

(52)

1. Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan.

2. Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak yang mewarisinya.

3. Public, dapat dipanggil oleh siapa saja.

Setiap class memiliki hubungan dengan class yang lainnya. Hubungan antar class tersebut antara lain:

1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan class yang memilikiatribut berupa class lain, atau class yang harus mengetahui eksistensi class lain. Panah navigability menunjukkan arah query antar class. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas..”).

3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari class lain danmewarisi semua atribut dan metoda class asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari class yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.

4. Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan (message) yang di-passing dari satu class kepada class lain.

2.6 Interaksi Manusia dan Komputer

Berdasarkan pendapat Schneiderman [8], Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) atau Human Computer Interaction (HCI) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya. Jadi dapat dikatakan bahwa interaksi manusia dan komputer dititik beratkan pada perancangan dan evaluasi antarmuka pemakai (user

(53)

interface). Antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan komputer. Ada tiga kategori pedoman desain HCI, yaitu: (Pressman: 2002:471-474)

1. Interaksi umum. Pedoman interaksi umum diantaranya meliputi:

a. Konsisten: Gunakan format yang konsisten untuk misalnya pada pemilihan menu, masukan perintah, tampilan data.

b. Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destruktif yang siginifikan. Misal berikan pertanyaan kepada pemakai ketika ia meminta penghapusan file.

c. Ijinkan kemudahan pembatalan sebagian besar aksi.

d. Kurangi jumlah informasi yang harus diingat di antara aksi-aksi. e. Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran.

f. Memaafkan kesalahan: Sistem harus melindungi dirinya sendiri dari kesalahan yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem.

g. Kategorikan aktivitas menurut fungsi dan atur geografi layar secara sesuai. h. Sediakan fasilitas help.

2. Tampilan informasi. Pedoman tampilan informasi diantaranya meliputi: a. Hasilkan pesan kesalahan yang berarti.

b. Gunakan huruf besar dan kecil untuk membantu pemahaman.

c. Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakan format yang representasi. 3. Input data. Pedoman-pedoman yang fokus pada input data diantaranya meliputi:

a. Minimalkan jumlah aksi input yang dibutuhkan dari pemakai. b. Jagalah konsistensi di antara tampilan informasi dan input data. c. Sediakan help untuk membatu semua aksi input.

(54)

2.7 Pengujian

Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean (Pressman, 2002:525).

2.7.1 Pengujian White Box

Pengujian white box adalah metode desain test case yang menggambarkan struktur kontrol desain prosedural untuk memperpoleh test case. Dengan menggunakan merode pengujian white box, perekayasa sistem dapat melakukan test case yang: (Pressman, 2002:533)

1. memberikan jaminan bahwa semua jalur yang independ pada suatu modul telah digunakan paling ridak satu kali;

2. menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false;

3. mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batasan operasional mereka;

4. menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya.

2.7.1.1 Pengujian Basis Path

Pengujian basis path adalah teknik pengujian white box dimana test case yang dilakukan untuk menggunakan basis set tersebut dijamin untuk menggunakan setiap elemen statemen di dalam program paling tidak sekali selama pengujian (Pressman, 2002:534). Notasi pengujian basis path untuk representasi aliran kontrol disebut diagram alir (atau grafik program). Notasi diagram alir dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

(55)

sequence if while until

case

Gambar 2.2. Notasi diagram aliran

Untuk menggambarkan grafik alir, perhatikan representasi desain prosedural pada Gambar 2.3 (a) dan Gambar 2.3 (b) berikut.

1 2 3 6 4 5 8 7

(56)

1 2,3 7 8 9 6 4,5 10 11

Gambar 2.3. (b) Grafik alir

Pada Gambar 2.3(a), diagram alir digunakan untuk menggambarkan struktur kontrol program. Gambar 2.3(b). memetakan bagan alir tersebut ke dalam grafik alir. Pada Gambar 2.3(b), masing-masing lingkaran yang disebut simpul grafik alir, merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural.

Urutan kotak proses dan permata keputusan dapat memetakan simpul tunggal. Anak panah pada grafik alir tersebut yang disebut edges atau links, merepresentasikan aliran kontrol dan analog dengan anak panah bagan alir. Area yang dibatasi oleh edge dan simpul disebut region.

2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis

Kompleksitas siklomatis adalah mertik perangkat lunak yang memberikan pengukuran kuantitatif terhadap kompleksitas logis suatu program. (Pressman, 2002:538). Nilai kompleksitas siklomatis dihitung untuk menentukan jumlah jalur independent dalam basis set suatu program dan memberi batas atas bagi jumlah

(57)

pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen telah dieksekusi sedikitnya satu kali.

Jalur independen adalah jalur yang memulai program yang mengintroduksi sedikitnya satu rangkaian proses baru atau kondisi baru. Sebagai contoh, serangkaian jalur independen untuk grafik alir yang ditunjukkan adalah:

Jalur 1: 1-11,

Jalur 2: 1-2-3-4-5-10-1-11 Jalur 3: 1-2-3-6-8-9-10-1-11 Jalur 4: 1-2-3-6-7-9-10-1-11

Nilai kompleksitas siklomatis dihitung dalam salah satu dari tiga cara berikut: 1. Jumlah region grafik alir sesuai dengan kompleksitas siklomatis

2. Kompleksitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G ditentukan sebagai V(G) = E – N + 2 dimana E adalah jumlah edge grafik alir dan N adalah simpul grafik alir. 3. Komplelsitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G juga ditentukan sebagai V(G)

= P + 1 dimana P adalah jumlah simpul presikat yang diisikan dalam grafik alir G.

2.7.2 Pengujian Black Box

Pengujian black box berusahan menemukan kesalahan sebagai berikut: 1. Fungsi-fungsi yang hilang atau tidak benar

2. Kesalahan interface

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal 4. Kesalahan kinerja

(58)

Salah satu bentuk pengujian black-box adalah metode Partisi ekivalensi yaitu metode pengujian black box yang membagi domain input dari suatu program ke dalam kelas data dari mana test case dapat dilakukan (Pressman, 2002:556).

2.8 Konsep Dasar PHP

PHP (Hypertext Preprocessor), selanjutnya disebut PHP, dikenal sebagai bahasa scripting yang menyatu dengan tag-tag HTML (Hypertext Markup Language), dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis (Azis, 2001:1).

PHP termasuk dalam open source product, yang memungkinkan pengguna dapat merubah kode-kode program dan mendistribusikannya secara bebas. PHP juga diedarkan secara gratis. PHP juga dapat berjalan di berbagai web server semisal IIS, Apache, PWS, dan lain sebagainnya.

Di awal Januari 2001, PHP telah dipakai lebih dari 5 juta domain diseluruh dunia, dan akan terus bertambah karena kemudahan aplikasi PHP ini dibandingkan dengan bahasa server side yang lain. Untuk informasi mengenai berapa banyak pengguna PHP saat ini kita dapat melihat di http://www.php.net/usage.php

Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP yaitu : 1. PHP diterbitkan secara gratis.

2. PHP dapat berjalan dalam web server yang berbeda dan dalam sistem operasi yang berbeda pula. PHP dapat berjalan di sistem operasi UNIX, Windows 98,NT dan Macintosh.

(59)

4. PHP juga dapat berjalan pada web server Microsoft Personal Web Server, Apache, IIS dan sebagainnya.

5. PHP adalah termasuk bahasa yang embedded (bisa ditempel atau ditempatkan dalam tag HTML).

Untuk melakukan pemograman pada situs web dinamis, minimal dibutuhkan tiga buah program, yaitu:

1. PHP,

2. Apache sebagai web server, 3. MySQL sebagai basis data.

Konsep kerja dari PHP adalah ketika seseorang mengetikkan alamat di web browser, maka browser akan mengirimkan perintah tersebut ke web server. Jika yang diminta adalah berkas (file) yang mengandung program server-side maka web server akan menjalankan terlebih dahulu program tersebut dan mengirimkannya hasilnya ke browser. Jika yang diminta adalah file HTML maka web browser akan langsung mengirimkan ke browser apa adanya (Purwanto, 2001:2).

2.8.1 Struktur Program PHP

Kode program PHP menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode PHP diawali dengan tag <? Atau <?php dan ditutup dengan tag ?>. File yang berisi tag HTML dan kode PHP ini diberi ekstensi .php. Berdasarkan ekstensi ini, pada saat file diakses, server akan tahu bahwa file ini mengandung kode PHP. Server akan menterjemahkan kode ini dan menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk tag HTML yang dikirim ke browser client yang mengakses file tersebut (Azis, 2001:5).

(60)

PHP bersifat case sensitive yang artinya PHP membedakan huruf kecil dan huruf besar untuk penulisan variabel. Misalnya variabel $p beda dengan variabel $P. Sedangkan untuk penulisa fungsi-fungsi, PHP tidak membedakan huruf besar dan huruf kecil. Ada tiga cara dalam penulisan script PHP yaitu:

1. <? Script PHP ?> 2. <?Php Script PHP ?> 3. <SCRIPT LANGUAGE=“php”> Script PHP </SCRIPT>

Sedangkan untuk penulisan komentar program, ada tiga macam cara penulisan komentar program yang dapat digunakan, yaitu:

1. C style, komentar diawali dengan tag /* dan diakhiri */, style ini digunakan untuk komentar yang lebih dari satu baris.

2. C++ style, komentar ini diawali dengan tag // dan hanya berlaku untuk satu bari komentar, untuk baris berikutnya harus diawali dengan tag // lagi.

(61)

BAB III

ANALISA DAN RANCANGAN 3.1 Analisis

Seperti langkah-langkah yang dilakukan pada salah satu model proses rekayasa perangkat lunak yaitu model waterfall, maka pada bab ini akan dibahas tentang tahap-tahap dalam membangun perangkat lunak. Proses analisis merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui rekayasa piranti lunak karena melalui analisis definisi masalah menjadi lebih jelas, kebutuhan sistem dapat dispesifikasi sehingga kriteria yang harus dipenuhi sistem dapat ditentukan supaya sistem yang dihasilkan nantinya dapat menjadi solusi dari masalah tersebut.

3.1.1 Analisa Masalah

Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan ketelitian angka dapat terpenuhi.

Gambar

Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)  Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)
Diagram  use  case  dapat  digunakan selama proses analisis untuk  menangkap  requirements  sistem  dan  untuk  memahami  bagaimana  sistem  seharusnya  bekerja
Diagram  aktifitas  adalah  teknik  untuk  mendeskripsikan  logika  prosedural,  proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus
Gambar 2.3. (b) Grafik alir
+7

Referensi

Dokumen terkait

CAPAIAN PROGRAM Presentase warga negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 70 % Presentase penderita hipertensi mendapat peayanan kesehatan sesuai standar

Bila memeriksa kusta yang kita lakukan bukah hanya anamnesa plus inspeksi, tapi lakukan juga: tes sensasi, periksa pembesaran saraf, periksa kerusakan saraf, periksa pula tanda-

beratnya. Sementara itu, jika nilai b lebih besar dari 3 menunjukkan pertambahan  berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya (Effendie 2005).     

Hukum I Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan

Documented digital cultural heritage by using cloud computing technology, which is done by recording and processing large amounts of data and is stored in

Arikunto (2010) menyatakan bahwa semakin mirip karakteristik sampel yang diambil, semakin baik hasil yang diperoleh dari penelitian. Pihak yang dianggap paling tepat

Maka untuk memenuhi pencapaian target tersebut guna memperoleh validitas dalam proyek ini, maka dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner untuk survei konsumen Tahap II yang

Vpmap dan Vpmap Pro menyediakan alat-alat yang interaktif untuk membuat dan mengedit data spasial dan atribut informasi dari peta yang sudah di- scan yang kemudian diubah