• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KAJANG, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KAJANG, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

Pengendali Ekosistem Hutan

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (

Trachypithecus

auratus cristatus

) DI BLOK KAJANG, RESORT BAMA SEKSI

KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

TAMAN NASIONAL BALURAN

2005

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan fakta yang ada, flora dan fauna merupakan bagian dari peran hidup manusia sebagai sarana penunjang dalam kehidupannya. Ketergantungan kegiatan manusia untuk mengeksploitasi sumber daya alam cenderung semakin meningkat, baik terhadap flora maupun fauna, sehingga tidak disadari banyak jenis tumbuhan dan satwa liar telah dan atau menuju kepunahan.

Baluran dipergunakan sebagai daerah perburuan liar selama ± 500 tahun. Pada tahun 1928 A.H. Loedeboer menyatakan Baluran sebagai daerah konservasi untuk melindungi hidupan liar didalamnya. Pada tahun 1937, direktur Kebun Raya Bogor K.W. Wadermann menetapkan Baluran sebagai suaka alam dan berubah menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.

Taman Nasional Baluran sebagai satu-satunya kawasan konservasi (salah satu 5 taman nasional tertua di Indonesia) yang memiliki savana terluas di Pulau Jawa (sebagai replika savana di Afrika) dengan banteng (Bos javanicus) sebagai maskot utamanya. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi kita untuk melestarikan dan melindungi kawasan tersebut. Disamping itu, keanekaragaman jenis flora maupun fauna sebagai pendukung komponen ekosistem utamanya sangat tinggi dan beragam jumlah maupun jenisnya, yang diantaranya yaitu : rusa, kerbau liar, kijang, ajag, macan tutul, burung merak, lutung; yang kesemuanya masuk dalam kategori satwa dilindungi.

Maka dari itu, keberadaan lutung (Trachypithecus auratus cristatus) perlu kiranya didukung oleh data yang lebih lengkap dan akurat. Berpijak dari keadaan tersebut maka kegiatan ini sangat diperlukan dalam memperoleh data yang berkesinambungan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan gambaran dan sekaligus dalam rangka pengumpulan data yang terbaru tentang lutung (Trachypithecus auratus cristatus), di Taman Nasional Baluran. Sedangkan tujuannya yaitu untuk mengetahui home range dan habitat Lutung.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi

Sejarah paleofauna menunjukkan bahwa 2 spesies primata telah punah dari Pulau Jawa, yaitu orang utan (Pongo pygmaeus) dan siamang (Shymphalangus

syndactylus). Saat ini masih terdapat 5 spesies primata yaitu owa jawa (Hylobates moloch),

surili (Presbytis comata), kukang (Nycticebus coucang), lutung (Trachypithecus auratus) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Diantaranya ada 2 species yang endemik yaitu owa jawa dan surili, serta satu subspecies yang endemik yaitu lutung (Trachypithecus

auratus cristatus).

Adapun taksonomi dari lutung yaitu :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Klas : Mamalia Ordo : Primata Subordo : Antropoidea Familia : Cercopithecidae Subfamili : Colobinae Genus : Presbytis Subgenus : Trachypithecus

Spesies : Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)

Lutung / budeng / Ebony leaf monkey atau di Indonesia lebih dikenal dengan lutung (Sunda), lutung dan budeng (Jawa), petu, hiredeng (Bali).

2. Morfologi

Menurut Written, 1982 dalam Bismark, 1993, lutung mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala sampai tungging, jantan dan betina dewasa rata-rata 517 mm dan panjang ekornya rata-rata 742 mm. Sedangkan berat tubuhnya rata-rata 6,3 kg.

Warna rambut hitam, diselingi dengan warna keperak-perakan. Bagian ventral berwarna kelabu pucat dan kepala menyembul jambul. Anak lutung yang baru lahir berwarna kuning jingga tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubah menjadi hitam kelabu.

Primata yang tergolong arboreal ini mempunyai bentuk ibu jari yang besar, morfologi telapak tangan berupa segitiga dan datar merupakan adaptasi lutung untuk dapat hidup di pohon.

(4)

3. Habitat dan Penyebarannya

Satwa benar-benar menyeleksi habitat yang sesuai untuk kehidupannya, tapi perlu dimengerti bagaimana satwa melakukan seleksi terhadap apa yang disukainya. Hal demikian dapat terjadi disebabkan 2 hal, yang pertama adalah secara genetik setiap individu dapat bereaksi terhadap keadaan lingkungan sehingga dapat menimbulkan upaya pemilihan. Yang kedua adalah adanya hubungan antar jenis atau kelompok serta proses belajar yang dimulai sejak dari satwa masih muda atau belajar dari pengalaman yang didapat dari individu yang lebih tua. (Written, 1982 dalam Bismark, 1983)

Sudah menjadi teori umum bahwa sumber dan penyebaran pakan berkaitan erat dengan pola home range primata. Adanya keragaman struktur fisik tumbuhan dan keragaman jenisnya baik secara terpisah atau bersama-sama akan menyediakan berbagai relung yang potensial dalam sebaran satwa. Adanya perbedaan tinggi dari jenis tumbuhan menurut umur maupun jenis dan sifat tumbuhnya menciptakan stratifikasi hutan seperti adanya bentuk dan tipe tajuk. Keadaan struktur hutan ini berpengaruh pada ketersediaan makanan primata sesuai dengan relung ekologinya, seperti terlihat pada ketinggian tempat masing-masing primata di pohon (Oates, 1977 dalam Bismark, 1983)

Jenis lutung {Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)} dapat ditemukan di Bangka, Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Timur dan Selatan, Sumatera bagian Selatan termasuk juga Jawa Timur, Bali dan Lombok.

4. Perilaku

Perilaku satwa, termasuk primata, dapat dikelompokkan atau dibagi ke dalam katagori-katagori yang didasarkan pada fungsinya yang meliputi perilaku pemeliharaan, perilaku makan, orientasi dan navigasi dan beberapa perilaku sosial baik interspesifik maupun intraspesifik yang juga disebut sosiobiologi (Slater, 1990 dalam Setyawan, 1996).

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari lutung mempunyai jadwal tertentu dari kegiatannya sehari-hari, seperti yang dilakukan jenis-jenis satwa lainnya. Penggunaan waktu tersebut cenderung sama dari hari ke hari, namun dapat berubah cukup banyak bila ada faktor yang mempengaruhi kehidupan primata seperti ketersediaan pakan dan kondisi cuaca yang berubah.

Lutung {Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)} hidup dalam kelompok yang terdiri atas 6 – 20 individu dengan beberapa jantan. Kelompok ini memiliki daerah territorial dan mempertahankan daerahnya terhadap kelompok lainnya. Lutung jantan mampu melakukan teriakan keras yang diikuti lompatan. Jantan-jantan melompat ke cabang-cabang pohon dan mengguncangkannya. Perilaku ini sering ditemukan ketika dua kelompok saling bertemu sehingga konfrontasi antar kelompok tidak dapat dihindarkan (Nowalk & Paradiso, 1983 dalam Setyawan, 1996).

(5)

Cara mengambil makanan dilakukan oleh lutung dengan beberapa cara :

a. memakan langsung dengan mulutnya jika makanan berupa pucuk daun yang langsung dapat digigit.

b. meraih anak ranting / tangkai daun dengan tungkai dengan kemudian memasukkan ke dalam mulut.

c. memetik dahulu untuk makanan berupa buah.

d. Lutung dikenal sebagai monyet pemakan daun. Jenis makanannya terdiri dari buah, daun, dan biji-bijian serta tunas daun. Menurut Written (1982) dalam Bismark (1983) , komposisi makanan lutung terdiri dari 50 % daun, 32 % buah, 13 % bunga dan sisanya bagian tumbuhan lain dan serangga.

5. Status Dilindungi

Keberadaan lutung {Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)} di Indonesia merupakan jenis primata yang dilindungi. Status dilindungi tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999 tentang Penetapan lutung (Trachypithecus auratus cristatus) sebagai Satwa Yang Dilindungi.

Salah satu pertimbangan dalam penetapan status dilindungi ini karena populasi jenis satwa ini telah mengalami penurunan dan keberadaannya di alam terancam punah.

(6)

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang dipakai dalam kegiatan ini adalah : 1. Kompas 2. Binokuler 3. Kamera 4. Crysten meter 5. Haga 6. Clipboard 7. Alat tulis 8. Tally sheet B. Cara Kerja

1. Survei lokasi kegiatan yang dijadikan pengamatan.

2. Menentukan blok / daerah lokasi sebaran dan sekaligus lokasi sebagai sampel pengamatan berdasarkan hasil survei pendahuluan untuk pengamatan lutung (Trachypithecus auratus cristatus).

3. Melakukan pengamatan dan mencatat seluruh aktivitas lutung (Trachypithecus

auratus cristatus) dari pagi hari hingga sore hari.

4. Menganalisa aktivitas dan perilaku lutung (Trachypithecus auratus cristatus) tersebut.

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Lutung (Trachypithecus auratus cristatus)

Lutung adalah satwa arboreal yang hampir keseluruhan aktivitasnya dilakukan di atas pohon, sedangkan ditinjau dari penggunaan waktu untuk kegiatan harian lutung termasuk satwa diurnal yaitu aktivitas hidupnya dilakukan pada siang hari. Menurut Lim dan Sasekumar (1979) dalam Lekagul dan McNeely (1977) mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap lutung di Semenanjung Malaya ternyata lutung lebih banyak menggunakan waktunya pada tengah hari untuk kegiatan di pohon yaitu makan dan istirahat.

Pengamatan perilaku dan pergerakan lutung (Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)) di Blok Kajang, Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan asumsi sebagai berikut :

• Tingkat gangguan terhadap keberadaan dan aktivitas satwa lutung relatif kecil • Lokasi ini merupakan pusat aktivitas lutung kesehariannya (banyak buah / pohon

yang disukai).

• Aktivitas harian lutung bila tanpa gangguan (berjalan normal) hampir sama antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

B. Hasil Kegiatan

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005

Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Kajang

Nama pengamat : 1. M. Yusuf Sabarno 2. Achmad Toha 3. Arif Pratiwi

Kondisi Habitat

Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Krasak (Ficus superba) Spesifikasi jenis pohon

(tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: 16 m Bebas cabang : 4 m Diameter (∅) : 50 cm

Tajuk : melebar bentuk oval Vegetasi sekitar

(dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Asam (20 m) 5. Mimbo (20 m) 2. Asam (22 m) 6. Apak (19 m) 3. Asam (17 m) 7. Apak (17 m) 4. Walikukun (20 m) 8. Apak (15 m) Kondisi sekitar habitat

( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Dekat dengan jalan setapak/lintasan manusia. Dekat dengan sumur kajang. Kelompok sangat sensitif terhadap kedatangan pengamat.

Identifikasi Kelompok

Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total

Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi 1 9

Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

: Tidak terdapat jenis albino, 1 ekor dewasa terdapat bulu warna putih di dada.

(8)

1. Perilaku

Kelompok Lutung (Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)) yang

ditemukan di lokasi Kajang mempunyai ritme harian yang relatif sama setiap harinya. Ketika pagi hari memulai aktivitasnya menuju pohon yang dijadikan sebagai sumber pakan sedang berbuah. Aktivitas yang dilakukan kelompok lutung selama pengamatan bervariasi dari perilaku makan, istirahat, perpindahan, penjagaan terhadap anggota kelompok dan anggota kelompok yang masih muda dan bayi.

Pada saat pengamatan, lutung pada pagi hari mulai pukul 06.00, telah berada di pohon krasak dan makan buah yang menempel pada ranting-ranting. Lutung duduk pada pada batang yang besar kemudian dengan salah satu tungkai depan meraih ranting dan makan buah krasak. Dijumpai pula lutung yang sedang makan daun asam yang berada berdampingan dengan pohon krasak.

Sebagian kelompok yang berada di pohon krasak, setelah merasa cukup puas makan buah krasak, lutung berpindah ke pohon asam dan istirahat. Akan tetapi ada juga anggota kelompok yang berjaga mengawasi kondisi sekitar dan untuk anggota kelompok yang masih muda banyak memanfaatkan waktu untuk bermain.

2. Kondisi habitat

Kajang merupakan hutan pantai yang berbatasan dengan ekosistem mangrove dan pesisir pantai. Kondisi habitat lutung di lokasi Kajang cukup representatif bagi kehidupan lutung sebagai satwa primata arboreal, yaitu lebih menyukai berada di tajuk pohon yang tinggi.

Keberadaan berbagai jenis pohon dengan arsitektur tajuk yang melebar, batang cabang-cabang utama yang besar dan kokoh sangat disukai oleh lutung, serta mempunyai tinggi total yang lebih dari rata-rata pohon di sekitarnya. Jenis pohon yang digunakan sebagai habitat selama pengamatan yaitu : asam (Tamarindus indica), krasak (Ficus

superba), apak ( Ficus sp.), lamtoroan (Leucana glauca) dan pilang (Acacia leucophloea).

3. Jalur edar

Pergerakan harian kelompok lutung di lokasi ini selama pengamatan dari lokasi tidur kemudian menuju pohon lokasi pakan dan beraktivitas lainnya diperkirakan menempuh jarak + 500 m per hari. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan dan lokasi sumber pakan, adanya gangguan dan faktor pengontrolan daerah territorial.

(9)

C. Pembahasan

1. Perilaku

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, primata melakukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari kelompok lutung mempunyai jadwal tertentu, seperti yang biasanya dilakukan jenis-jenis satwa lainnya. Pemanfaatan waktu yang digunakan lutung cenderung sama dari hari ke hari (ritme harian) dengan asumsi tidak ada gangguan dari luar yang mempengaruhi aktivitas harian tersebut. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan yang dilakukan lutung pada saat mereka bangun tidur dan bergerak-berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain hingga kembali ke pohon / lokasi tempat tidur lagi (bisa pohon yang sama maupun berbeda).

Selama pengamatan berlangsung kelompok lutung yang diamati ditemukan pada awal pengamatan di pohon dan dengan jalur edar relatif sama. Rata-rata pengamatan dimulai pukul 06.00 dan berakhir pukul 17.00. Pada awal pengamatan kelompok lutung, mereka sebagian besar ditemukan pengamat sedang melakukan aktivitas makan. Sebelum melakukan aktivitas pergerakan menjelajahi jalur edar kelompok tersebut. Secara umum yang dilakukan lutung dalam aktivitas makannya yaitu :

• memilih buah / daun yang akan dimakan,

• menarik ranting yang terdapat buah atau daun yang hendak dimakan dan kemudian memakannya

• apabila ada buah atau ranting yang jatuh /lepas dari tanah, tidak diambil / dibiarkan saja.

Setelah cukup puas makan, lutung kemudian istirahat yang dilakukan baik di pohon lokasi pakan maupun bergerak terlebih dahulu ke pohon yang dianggap lebih nyaman / cocok untuk istirahat. Pada saat istirahat lutung memilih tempat / posisi yang nyaman, yaitu

(10)

mencari batang (terutama percabangan) yang cukup besar dengan duduk maupun tengkurap pada batang pohon tersebut. Selama waktu istirahat, terdapat anggota kelompok yang mengawasi keadaan sekeliling, biasanya dilakukan anggota kelompok jantan.

Dalam mempertahankan daerah jelajah / teritori, apabila terdapat gangguan baik dari kelompok lutung yang lain maupun gangguan yang lain, mereka akan melakukan perlawanan. Bentuk aktivitas mempertahankan diri dan kelompok tersebut dilakukan baik secara langsung (kontak fisik / berkelahi) maupun dengan isyarat teriakan. Aktivitas mempertahankan diri yang dijumpai yaitu :

• anggota kelompok yang terdapat di pohon tersebut, satu persatu meninggalkan pohon, akan tetapi 1 - 3 ekor bertahan dipohon tersebut sambil mengawasi perkembangan situasi. Apabila gangguan berlangsung mereka akan melakukan perlawanan dan apabila gangguan telah pergi, anggota yang meninggalkan pohon akan kembali ke pohon tersebut.

• apabila terdapat gangguan dari kelompok yang mereka akan melawan dengan mengejar bahkan berkelahi hingga kelompok pengganggu tersebut lari dengan radius yang diperkirakan aman atau diluar daerah teritorinya.

2. Habitat

Satwa liar memerlukan tempat-tempat yang dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari untuk mencari makan, minum, bermain, berkembang biak dan berlindung / istirahat. Tempat-tempat yang fungsinya semacam itu membentuk suatu kesatuan yang disebut habitat. Dalam pemilihan habitatnya, kelompok lutung melakukan seleksi terhadap daya dukung yang terdapat di lokasi tersebut. Faktor - faktor yang mempengaruhi primata dalam memilih habitatnya antara lain :

• ketersediaan pakan

• faktor keamanan dari pemangsa (predator) • kondisi cuaca

• persaingan dengan kelompok yang lain.

Kelompok lutung yang diamati di Taman Nasional Baluran pada kesempatan kali ini, sebagian besar berada di hutan pantai dan berbatasan langsung dengan hutan mangrove. Lokasi yang termasuk dalam kategori kelompok hutan dataran rendah merupakan habitat yang paling disukai, sehingga paling banyak jenis primata, terutama lutung, hidup di lokasi ini. Tipe ekosistem tersebut mempunyai sumber pakan yang sangat banyak dan bervariasi terutama buah-buahan yang hampir selalu ada sepanjang tahun.

Dalam pemilihan ruang / strata hutan, lutung mempunyai kebiasaan dan menempati ruang pada lapisan tajuk yang paling atas (arboreal). Kondisi di lokasi pengamatan yang rata-rata mempunyai jenis-jenis pohon yang tinggi dan tajuk yang cukup rapat dan kompak, dengan ranting / cabang yang cocok sebagai aktivitas lutung.

(11)

Jenis pohon yang disukai lutung karena mempunyai ciri-ciri : • Merupakan pohon yang mempunyai buah dan bisa dimakan.

• Mempunyai tajuk yang rindang, cabangnya kuat, tingginya lebih dari 15 m dan berdiameter lebih dari 30 cm.

• Pohon yang tahan dari kering (tidak menggugurkan daun)

3. Jalur edar

Setiap jenis primata menunjukkan sebaran yang khas melalui aktivitas hariannya. Lutung di Taman Nasional Baluran memulai aktivitas hariannya dari pukul 05.30 dari lokasi tempat tidur dan mulai bergerak menuju pohon sumber pakan. Dalam ritme hariannya, alokasi waktu paling banyak digunakan untuk istirahat dan mencari makanan. Waktu istirahat yang cukup panjang dilakukan lutung salah satunya untuk memberikan waktu yang optimal dalam mencernakan makanan, karena makanan lutung banyak mengandung selulosa dan toxin dari daun tua dan buah.

4. Analisa Daya Dukung Kawasan Bagi Kelestarian Lutung

Kondisi habitat lutung di lokasi Kajang hingga saat ini sangat cocok dengan perilaku lutung yang bersifat arboreal (memilih tajuk). Karena banyak pohon dengan tajuk yang tinggi, rimbun dan percabangan yang banyak. Jenis pohon-pohon tersebut selain sebagai lokasi beraktivitas juga sebagai pohon sumber pakan. Apabila pertumbuhan dan kelestariaan berbagai jenis pohon tersebut terjaga, perkembangan populasi lutung di lokasi tersebut diharapkan juga berlangsung lestari.

Akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan kecenderungan potensi yang negatif dari faktor gangguan manusia. Di lokasi Kajang terdapat aktivitas manusia yang cukup tinggi, yaitu pemancing, nelayan, pencari biji akasia dan gadung. Aktivitas manusia di lokasi tersebut walaupun tidak secara langsung mengganggu kehidupan kelompok lutung, akan tetapi mengurangi keleluasaan satwa liar untuk beraktivitas. Sehingga wilayah jelajah lutung cenderung menjadi lebih sempit dari yang seharusnya.

(12)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

2. Jumlah individu lutung (Trachypithecus auratus cristatus) dalam satu kelompok yang diamati pada Blok Kajang ini berjumlah 9 individu yang terdiri dari 8 individu dewasa dan 1 anak.

3. Jenis pohon yang digunakan sebagai habitat selama pengamatan yaitu : asam (Tamarindus indica), krasak (Ficus superba), apak ( Ficus sp.), lamtoroan (Leucana glauca) dan pilang (Acacia leucophloea).

B. Saran

Pengamatan lutung (Trachypithecus auratus cristatus) di Taman Nasional Baluran hingga saat ini masih belum berjalan secara maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Oleh karena itu, beberapa hal yang diharapkan dapat dijadikan masukan serta bahan evaluasi dari kegiatan yang telah terlaksana ini adalah :

a. Kegiatan pengamatan lutung (Trachypithecus auratus cristatus) perlu dilakukan secara periodik untuk terus memantau pola perilaku dan jalur edarnya sehingga apabila ada gangguan akan lebih mudah penanganannya.

b. Hasil pengamatan ini hendaknya dapat digunakan sebagai acuan dalam perlindungan habitat lutung (Trachypithecus auratus cristatus) dari gangguan sehingga dapat melestarikan keberadaan lutung di Taman Nasional Baluran.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Baluran. 1995. Laporan Inventarisasi Populasi Primata di Taman Nasional Baluran. Proyek Pengembangan TN Baluran Tahun Anggaran 1995/1996. Banyuwangi.

Bismark, M. 1993. Ekologi Makan Primata. Program Studi Pengelolaan Satwa Liar. Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Setyawan, Koen. 1996. Interaksi Antara Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata) di TN Baluran. FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Keyakinan dan harapan saya sebagai pengusaha keripik kentang adalah ingin usaha ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang saya harapkan dan juga

Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada keluarga tidak ada

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis di atas, maka penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelanggaran agen HPAI dalam menjalankan bisnis MLM

Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan bahan-bahan industri melalui pendirian pabrik industri kimia dan diusahakan untuk dapat mengekspor produk kimia seperti sodium

Rumusan permasalahan yang dikemukakan adalah Bagaimanakah pemanfaatan sewa barang milik daerah pada Kabupaten Boyolali yang meliputi tata cara, barang milik daerah

Mengatasi permasalahan moralitas siswa, pihak sekolah berusaha mengimplementasikan PAK untuk membina moral siswa/i yakni dengan cara menggunakan pribadi Yesus

Pilih jaringan Wi-Fi anda dari daftar dan masukan kata sandi Wi-Fi anda, sebelum menekan ikon > untuk menyelesaikan setup... AirBox anda akan terdaftar di All dan Favorite

Penggunaan teknologi dan informasi kini tidak hanya terbatas dalam lingkungan kerja tetapi juga dalam aspek kehidupan lain. Hal tersebut yang menjadikan teknologi