• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Susunan Dewan Redaksi :

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

ISSN 2716-151X Volume 1 No.1 Tahun 2020

Dewan Redaksi Penanggung Jawab Yohanes Nong Bunga, S.Si., M.Pd

Ketua Redaksi Yohanes Bare, S.Pd., M.Si

Redaksi Pelaksana

Sukarman Hadi Jaya Putra, S.Pd., M.Si Yohanes Boli Tematan, S.Si., M.Pd

Editor

Oktavius Yoseph Tuta Mago, M.Si Mansur S, S.Pd., M.Pd

Mitra Berstari:

1. Dr. Tyas Rini Saraswati, M.Kes (Universitas Diponegoro) 2. Dr. Siti Alimah, S.Pd., M.Pd (Universitas Negeri Semarang) 3. Andri Maulidi, S.Pd., M.Si (Universitas Palangka Raya)

4. Fitra Arya Dwi Nugraha, S.Si., M.Si (Universitas Negeri Padang)

Alamat Redaksi dan Distribusi

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jln. Kesehatan No.03 Maumere

(3)

ii

SINOPSIS

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi diterbitkan oleh Program Studi : Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Nipa di Maumere sebagai media untuk menyalurkan pemahaman tentang aspek aspek Pendidikan Biologi dan biologi Murni berupa hasil penelitian lapangan maupun studi pustaka. Jurnal ini diterbitkan tiga kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, Juni dan November.

Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media lain dari dosen, peneliti, mahasiswa maupun praktisi dengan ketentuan penulisan seperti tercantum pada halaman belakang (petunjuk untuk penulis). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya. Naskah yang dikirim akan direview oleh tim editor dan tim reviewer. Dan akan diputuskan untuk dapat dipublish atau ditolak.

(4)

iii

ISSN 2716-151X

Daftar Isi

JUDUL HALAMAN

Eksplorasi Musuh Alami Hama Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Nitakloang Kecamatan Nita Kabupaten Sikka

Maria Yufriani Dua Mia, Oktavius Yoseph T. Mago, Sukarman Hadi jaya Putra

1-5

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup Kelas VII di SMPK Kimang Buleng Nita

Theresia Tati, Sukarman Hadi Jaya Putra, Rofinus Galis

6-14

Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Student Team Achievement

Division (Stad) Terhadap Kerja Sama Siswa

Pada Materi Sel Kelas Xi SMAS Katolik Alvarez Paga Tahun Ajaran 2019/2020

Theodora Edeltrudis Hoba, Yohanes Nong Bunga

15-20

Pengaruh Aplikasi Cuka Kayu Terhadap Hama Pada Tanaman Kakao (Theobroma

cacao L.) Di Desa Nawokote Kecamatan

Wulanggitang Kabupaten Flores Timur

Fransiskus D. H. Koten, Yohanes Boli Tematan

21-26

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Ekosistem di SMP San Carlos Habi

Servasisus Sati, Mansur S, Rofinus Galis

(5)

1

Original Artikel

Received January 2020 / Revised February 2020 / Accepted February 2020

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

p-ISSN: 2716-151X

EKSPLORASI MUSUH ALAMI HAMA TANAMAN KAKAO (Theobroma

cacao

L.) DI DESA NITAKLOANG KECAMATAN NITA KABUPATEN

SIKKA

Maria Yufriani Dua Mia1, Oktavius Yoseph Tuta Mago1, Sukarman Hadi Jaya Putra1 1Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Nusa Nipa, Maumere, 86111, Indonesia

Email: magoyotta@gmail.com Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao, yang sangat berpengaruh pada produktifitas tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami hama tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Nitakloang Kecamatan Nita Kabupaten Sikka. Metode sampling dilakukan menggunakan transek garis di tiga stasiun dan setiap statiun ditarik dua transek. Sampel dikumpulkan menggunakan teknik perangkap jebak dan teknik perangkap jaring. Data yang dianalisis berupa data kualitatif yaitu jenis serangga dan data kuantitatif yaitu kepadatan populasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 5 spesies 4 ordo dan 4 famili Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami hama tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yaitu semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith), laba-laba serigala (Aranea sp.), belalang sembah (Mantis religiosa), semut rang-rang (Oechopylla smaradigma), dan capung (Anax junius). Semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) memiliki populasi tertinggi yaitu dengan indeks kepadatan sebesar 0,37 individu/m2. Sedangkan capung (Anax junius) memiliki indeks

kepadatan terendah yaitu 0,01 individu/m2.

Kata Kunci: arthropoda; eksplorasi; kakao; musuh alami; nitakloang Pendahuluan

Kakao di Kabupaten Sikka merupakan komoditi penyumbang pendapatan utama bagi petani. Jumlah petani kakao di Kabupaten Sikka sebanyak 34.562 KK, namun demikian usaha perkebunan kakao di Sikka masih dalam skala usaha pertanian tradisional. Lahan untuk budidaya kakao dimiliki oleh petani secara pribadi (keluarga). Total lahan yang digunakan untuk budidaya kakao hingga tahun 2016 mencapai 22.467 ha (Diaz, 2016). Luas areal perkebunan kakao di wilayah

Kecamatan Nita adalah sebesar 2.599 ha dengan jumlah kepala keluarga 3.998 kk. Dari data yang diperoleh produksi kakao tidak sesuai dengan lahan yang dikelola oleh masyarakat dikarenakan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao di wilayah Kecamatan Nita khususnya di Desa Nitakloang masih dengan hama dan penyakit yang sama. Pemerintah juga sudah melakukan upaya semaksimal mungkin tetapi belum memperoleh

(6)

2

hasil yang baik hingga saat ini (Diaz, 2016).

Kepala bidang perkebunan Kabupaten Sikka menyebutkan bahwa penurunan produksi biji kakao yang disebabkan hama merupakan masalah yang penting dalam budidaya tanaman kakao. Sebagian besar hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao adalah penyakit busuk buah, Helopeltis sp. dan hama penggerek buah kakao. Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara pengendalian sanitasi, kondominasi, pemangkasan, insektisida, diadakan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dan pelatihan-pelatihan bagi kelompok kakao di desa-desa setempat (Diaz, 2016). Petani telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi serangan hama tersebut, salah satunya menggunakan insektisida yang menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, harus ada usaha lain yang lebih

efektif dan ramah lingkungan untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tanaman kakao, salah satunya ialah pengendalian hama secara biologis dengan memanfaatkan musuh alaminya.

Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga dan mengurangi fase reproduksi dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga (Simanjuntak, 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi kepada masyarakat khususnya petani kakao tentang pemanfaatan spesies musuh alami dalam mengendalikan hama kakao. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan produksi kakao petani desa Nitakloang.

Metode

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni 2018. Lokasi penelitian dilakukan di perkebunan kakao warga Desa Nitakloang. Lokasi penelitian dibagi dalam tiga stasiun. Stasiun 1 berada di Dusun Blatat, stasiun 2 berada di Dusun Kojalaka dan stasiun 3 berada di Dusun Nitakloang. Setiap stasiun terdiri dari 2 transek garis sepanjang 80m yang dibentangkan ke arah kebun kakao. Pengumpulan sampel dilakukan dengan menggunakan metode jelajah, dengan

cara menelusuri wilayah gugus sampling untuk mencari dan menemukan Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami hama tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Pengambilan sampel menggunakan teknik perangkap jaring (sweep net) dan teknik perangkap jebakan (fit fall trap) (Latip et al., 2015). Data yang dikumpulkan yaitu meliputi lokasi pengambilan, jenis dan jumlah sampel. Data spesies yang ditemukan dianalisis dengan cara identifikasi di laboratorium

(7)

3

dengan bantuan studi literatur. Kepadatan populasi sampel dihitung menggunakan rumus Odum (1998)

berupa kepadatan individu dan kepadatan relatif (Mardatila et al., 2016)

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelusuran mendapatkan data bahwa terdapat 14 spesies Arthropoda ditemukan di perkebunan kakao desa Nitakloang. Lima spesies di antaranya berpotensi sebagai musuh alami hama pada tanaman kakao, yaitu semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith), laba-laba serigala (Aranea sp.) belalang sembah (Mantis religiosa), semut rang-rang (Oecophylla smaragdina) dan capung (Anax junius). Kelima spesies ini tersebar dalam 4 ordo yaitu Hymenoptera, Araneidea, Mantodea dan Odonata.

Semut hitam mampu mengusir pengisap Hellopeltis sp. dan serangga lain dari pohon kakao dengan cara mengeluarkan asam format khas dari abdomennya. Semut hitam juga berperan dalam mengusir hama kutu putih pada tanaman kakao (Simanjuntak, 2002). Laba-laba serigala dan laba-laba tutul umumnya aktif pada malam hari. Laba-laba ini memakan wereng seperti Hellopeltis sp. atau kepik, ngengat dan ulat. Cara memangsanya adalah menyuntikan racun yang melumpuhkan mangsa kemudian mengisap cairan tubuhnya.

Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama kakao seperti pengisap buah Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup dekat, lalu dia menangkapnya dengan gerakan yang cepat dengan menggunakan kedua kaki depannya. Semut rangrang pada saat memangsa tidak langsung menangkap mangsanya tapi hanya mengelilingi atau berputar-putar untuk mendeteksi mangsanya, kemudian semut rangrang mendekati mangsanya dan menyentuh mangsanya perlahan-lahan dengan menggunakan antena yang merupakan indera perabah kemudian semut menangkap mangsanya dengan menggunakan rahangnya dengan menggigit mangsanya yang dimana semut mengeluarkan kelenjar yang beracun yang dapat melumpuhkan mangsanya, dan mulai mengisap cairan mangsanya. Capung dapat menangkap dan memakan kutu, ngengat, nyamuk dan kepik seperti Helopeltis saat terbang (Simanjuntak, 2002; Panggalo et al., 2014).

(8)

4 Gambar 1. Kepadatan individu Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami

Hasil analisis kepadatan individu menunjukkan bahwa semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) memiliki kepadatan paling tinggi di setap stasiun, dengan kepadatan individu 0,37ind/m² dan kepadatan relatif 38,14% pada stasiun 2. Spesies

ini mampu beradaptasi dengan lingkungan yang lembab. Dengan mengeluarkan feromon, semut hitam mampu kembali ke sarangnya setelah mencari makanan di lingkungannya yang kompleks (Panggalo, 2014).

Gambar 2. Kepadatan relatif Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami

Spesies dengan kepadatan tertinggi kedua adalah semut rangrang (Oechopylla smaradigma) dengan kepadatan individu 0,33 ind/m2 dan

kepadatan relatif 37,5% pada stasiun 3. Spesies ini dikenal sebagai musuh alami beberapa hama tanaman produktif seperti kakao dan kelapa sawit. Oechopylla smaradigma memiliki sifat yang lebih suka protein dari pada

gula, membuat spesies ini lebih aktif memangsa spesies lain (Suhara, 2009). Sementara itu, tiga spesies lain memiliki kepadatan individu yang rendah yakni di bawah 0,05 ind/m2. Aranea sp.

memiliki kepadatan individu 0,03 ind/m2, Mantis religiosa 0,04 ind/m2

sedangkan Anax junius 0,03 ind/m2.

Kepadatan yang rendah ini dimungkinkan karena spesies-spesies 0 0.1 0.2 0.3 0.4 Di (in d /m 2) Spesies Arthropoda Di Stasiun 1 Di Stasiun 2 Di Stasiun 3 0 10 20 30 40 DiR ( % ) Spesies Arthropoda DiR Stasiun 1 DiR Stasiun 2 DiR Stasiun 3

(9)

5

ini kurang beradaptasi dengan keadaan lingkungan. Meskipun demikian, spesies ini memiliki kemampuan yang

efektif untuk mengendalikan beberapa hama tanaman produktif.

Kesimpulan

Arthropoda yang ditemukan di perkebunan kakao desa NItakloang sebanyak 14 spesies dan 5 spesies berpotensi sebagai musuh alami hama tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yaitu semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith), laba-laba serigala (Aranea sp.), belalang sembah (Mantis religiosa), semut rang-rang (Oechopylla

smaradigma), dan capung (Anax junius). Spesies yang memiliki kepadatan tertinggi adalah semut hitam (Dolichoderus thoracicus Smith) dengan kepadatan individu sebesar 0,37 ind/m², diikuti oleh semut rangrang (Oechopylla smaradigma) 0,33 ind/m². Sementara tiga spesies lainnya memiliki kepadatan di bawah 0,05 ind/m2.

Daftar Pustaka

Diaz, F. K. 2016. Produksi Komoditi Perkebunan Kabupaten Sikka dan Kecamatan Nita. Dinas Pertanian Kabupaten Sikka

Simanjuntak. 2002. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Jakarta.

Latip, D., Pasaru F., dan Hasriyanti. 2015. “Keanekaragaman Serangga pada Perkebuanan Kakao (Theobroma cacao L.) yang diaplikasi Insektisida dan tanpa Insektisida,” Jurnal penelitian Mahasiswa dan Staff dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Vol. 3 No. 2. Hal. 133-140

Mardatila, S., izmiarti., dan Nurdin, J. 2016. “Kepadatan, Keanekaragaman Serangga dan Pola Distribusi Gastropoda Di Danau Diatas, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat,” Jurnal Penelitian Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat

Panggalo, N. A., Yunus, dan M., Khasanah, N. 2014. “Inventarisasi Predator Hama Helopeltis sp. (HEMIPTERA: MIRIDAE) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi,” Jurnal penelitian Mahasiswa dan Staff Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.Vol. 2 No. 2. Hal. 121-128

Suhara. Semut Rangrang. Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Available: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196512271991031-SUHARA/Semut_Rangrang_ppt_Entomologi.pdf

(10)

6

Original Artikel

Received January 2020 / Revised February 2020 / Accepted February 2020

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

p-ISSN: 2716-151X

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads

Together

(NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup Kelas VII di SMPK Kimang Buleng Nita

Theresia Tati1, Sukarman Hadi Jaya Putra1, Rofinus Galis1

1 Universitas Nusa Nipa, Maumere, 86111, Indonesia

Email: sukarmanputra88@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran number heads together (NHT) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa SMPK kelas VII pada materi ciri-ciri makhluk hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan desain penelitian non-equivalen control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sempling jenuh. Sempel penelitian adalah siswa kelas VIIA untuk kelas eksperimen dan kelas VIIB untuk kelas kontrol. Instrumen penelitian penelitian yang digunakan adalah berupa angket dan tes hasil belajar yang berupa tes pilihan ganda. Hasil penelitian kedua kelompok menggunakan uji t di peroleh hasil belajar yaitu 0,000<0,05 dan uji t pada motivasi belajar 0,000<0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran NHT terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMPK Kimang Buleng Nita.

Kata Kunci: hasil belajar; motivasi belajar; number heads together; quasi experiment.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dari setiap individu dan selalu berubah seiring perkembangan jaman dan teknologi. Pendidikan bukanlah suatu yang statis yang tidak memuntut perubahan melainkan suatu yang dinamis memuntut adanya perubahan dan perkembagan, sehingga harus ada suatu perbaikan yang terus menerus untuk meningkatkan pendidikan. Dunia pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang terjadi antara guru dengan siswa di dalam kelas yang bertujuan agar siswa mampu memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Nuryamsi dkk, 2016). Guru harus menemukan metode pembelajaran yang tepat agar siswa selalu berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kurang keterlibatan siswa secara aktif dikarenakan kurang menariknya metode pembelajaran yang digunakan guru sehinga siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan hasil observasi di SMPK Kimang Buleng Nita rata-rata nilai ujian semester tahun

(11)

7

ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA baru mencapai 57,20 ini menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa masih di bahwa standar KKM yang di tetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA 75.

Hal ini terjadi karena guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dimana proses pembelajaran berpusat pada guru, guru aktif menjelaskan sehingga siswa bersifat pasif yang hanya mendengarkan dan mencatat saja. Hal tersebut sangat membosankan bagi siswa itu sendiri sehingga mereka sulit berkonsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang kurang memperhatikan materi yang di jelaskan guru dengan serius, dan sering bermain. Jika hal ini berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama maka motivasi dan hasil belajar siswa pun akan menurun (Pradana dan Dian, 2010).

Motivasi sebagai salah satu faktor psikologi dalam proses belajar mengajar yang memiliki makna sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2014). Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2015).

Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2015). Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran, oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Hasil belajar merujuk pada prestasi belajar, sedangkan peretasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2015).

Beradasarkan permasalahan di atas diperlukan suatu metode pembelajaran yang sistematik dan berdasarkan prinsip kontuktivistik yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada saatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi pengharagaan tersebut jika mereka berhasil sebagai kelompok terbaik (Rauf dkk, 2017).

Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe number heads together (NHT). Number heads together atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis

(12)

8

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap stuktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together (NHT), membuat semua siswa aktif dan termotivasi mengikuti pembelajaran dengan baik (Nurlina, 2013).

Lie (2002), menjelaskan bahwa number heads together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe pengajaran kooperatif pendekatan stuktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Pembelajaran number heads together terdiri dari empat tahap yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban (Trianto, 2007). Metode number heads together mengutamakan keterlibatan siswa dalam penguatan pemahaman dan pengecekkan

pemahaman siswa diharapkan dapat membantu peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) sudah penah dilakukan sebelumnya oleh Rauf, dkk (2017) yang menyatakan adanya pengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran Konvensional pada materi ekosistem di SMP Negeri 1 Watampone. Sedangkan penelitian yang dilakukan Juwairiyah (2017) menyatakan bahwa, penerapan stategi pembelajaran NHT dapat berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih kelas VII di Mts Darul Ihsan Hamparan Perak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Materi Ciri - ciri Makhluk Hidup Kelas VII Di SMPK. Kimang Buleng Nita.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPK Kimang Buleng Nita, Desa Nita, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka pada tanggal 28 Agustus sampai 21 September tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan metode quasi experiment design. Sedangkan, desain penelitian berupa non-equevalen control group yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (Sugiono, 2017).

Desain ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (Kelas VIIA) yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together dan kelompok kontrol (Kelas VIIB) menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penentuan

(13)

9

sampel mengunakan teknik sempling jenuh. Kedua kelompok diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan. Pre-pre-test

diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang diajarkan.

Hasil dan Pembahasan

a. Pengaruh Model Pembelajaran

Number Heads Together

terhadap Motivasi Belajar

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together pada kelomok eksperimen terlihat siswa sangat aktif dalam memgembangkan kemampuannya untuk mengajukan pendapat atau pertanyaan, memiliki rasa saling menghargai, mandri, bertangung jawab, serta mampu bekerjasama degan peserta didik lainnya. Hal ini merupakan akibat dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together.

Sardiman (2014), menjelaskan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan adanya

tujuan. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting pendidikan yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Motivasi merupakan salah satu hal yang berpengaruh pada kesuksesan pembelajaran siswa. Dengan motivasi siswa dapat megembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Penilaian motivasi belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung dilakukan melalui pengisian angket. Angket motivasi belajar diberikan kepada siswa setelah siswa mendapat perlakuan model koperatif tipe number heads together. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari rata- rata presentase motivasi belajar siswa yang diambil dari angket motivasi belajar siswa.

Gambar 1. Rata- rata presentase motivasi belajar siswa pada kelas Eksperimen dan Kontrol.

Berdasarkan Gambar 1 nilai rata- rata kelas eksperimen sebesar 75,79

mencapai kategori tinggi dan kelas kontrol nilai rata–rata sebesar 42,15

rata-rata, Kelas Eksperimen, 75.79

rata-rata, Kelas Kontrol, 42.15

(14)

10

mencapai kategori sedang. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pembelajaran terlihat bahwa siswa siswa sangat aktif dalam mencari informasi dan saling berbagi ide- ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tetap siswa saling bekerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertangung jawab terhadap hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe number heads together merupakan metode pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelomopok kecil yang beranggotakan 3-5 dengan kemampuan yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif tipe number heads together mengubah pembelajaran siswa mejadi lebih aktif dan termotivasi untuk mencapai hasil belajar yang baik.

Motode pembelajaran number heads together dikembangkan untuk membangun kelas sebagai komunitas belajar yang mengharagai semua

kemampuan siswa karena semua siswa dituntut untuk mengemukakan mendapat sesuai apa yang telah siswa pahami (Isjoni 2009). Kelebihan metode number heads together yaitu setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh - sungguh serta siswa yang pandai dapat megajari siswa yang kurang pandai (Nurhadi, 2004).

Meskipun metode number heads together memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan, yakni adanya siswa yang takut di intimidasi bila memberi nilai jelek pada temannya, dan apabila satu nomor kurang maksimal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas pada nomor selanjutnnya.

Penelitian tentang model pembelajaran number heads together dilakukan oleh Rauf dkk (2017) dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together berpengaruh terhdap motivasi dan hasil belajar IPA Bilologi kelas VII SMP Negeri 1 Watampone.

b. Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Number Heads

Together Terahadap hasil Belajar

Kognitif Siswa

Pengaruh model Pembelajaran kooperatif tipe number heads together

dapat meingkatkan hasil belajar kogitif siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukan denagan berbedaan rata - rata pretest dan posttest . Hasil pretest dan postest dapat dilihat pada Gambar 2.

(15)

11 Gambar 2. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar 2 rata-rata pretest lebih kecil dari pada posttest. Nilai pretest lebih kecil disebebakan karena pretest diberikan sebelum di ajarkan materi ciri–ciri makhluk hidup untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Nilai posttest lebih besar dari pada pretest karena diberikan sesudah diajarkan materi ciri-ciri makhluk hidup dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together.

Siswa yang mengikuti pretest dan posttest pada kelas eksperimen berjumlah 28 orang dan pada kelas kontrol berjumlah 27 orang. Berdasarkan hasil pretest pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai 20-70 dengan rata-rata 46,79. Hasil posttest pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai 50-100 dengan rata–rata 75,71 dengan n gain 0,5 kriteria sedang. Hasil pretest pada

kelas kontrol diperoleh retangan nilai 20-70 dengan rata-rata 44, 81 sedangkan posttest diperoleh rentangan nilai 30-80 dengan rata-rata 57,78 dengan n gain 0,2 kriteria rendah.

Posttsest diberikan pada akhir pembelajaran setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran number heads together. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together pada materi ciri-ciri makhluk hidup menjukkan respon yang aktif, kreatif dan mandiri. Pembelajaran dengan model number heads together lebih menarik dan tidak membosankan karena siswa memiliki rasa tangung jawab untuk berusaha menjawab dan memahami permasalahan yang diberikan oleh guru, interaksi atara guru dengan murid juga terjalin dengan baik sehingga siswa tidak merasa canggung

Series1, Kelas Eksperimen Pretest , 46.79 Series1, Kelas Eksperimen Posttest , 75.71 Series1, Kelas Eksperimen n gain, 0.5 Series1, Kelas Kontrol Pretest , 44.81 Series1, Kelas Kontrol Posttest , 57.78 Series1, Kelas Kontrol n gain, 0.2

(16)

12

dalam mengajukan pendapat atau pertanyaan, sehingga proses pemahaman siswa lebih maksimal.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif materi ciri-ciri makhluk hidup kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pembelajaran dengan mengunakan model number heads together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada ranah kognitif, dimana siswa kelas eksperimen lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang diajarkan yang dengan model pembelajaran number heads together memiliki motivasi dan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada peserta didik yang diajarkan dengan metode konvensional. Model pembelajaran number heads together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada stuktur - stuktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola - pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meingkatkan penguasaan isi akademik. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Lie dalam Harsanti (2017),

yang menyatakan bahwa number heads together yaitu teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide - ide dan mempertimbangakan jawaban yang tepat. Kurniasih dan Berlin dalam Sulestiyan (2017) menyebutkan salah satu kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together adalah menghilangkan kesenjangan antara siswa yang pintar dan siswa yang tidak pintar.

Berdasarkan uarain diatas dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number heads together memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPK Kiamang Buleng Nita pada materi ciri - ciri makhluk hidup. Tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe number heads together yaitu penomoran, pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitin yang dilakukan oleh Nursyamsi (2016), menyatakan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran number heads together (NHT) terhadap hasil belajar siswa SMA negeri 1 Muara Badak.

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan model kooperatif tipe number heads together berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada kelas VII pada materi ciri-ciri makhluk hidup di SMPK Kimang Buleng Nita. Rata - rata motivasi belajar siswa yang

mengunakan model koopertif tipe number heads together pada kelas eksperimen lebih besar yaitu 57,79, sedangkan rata- rata pada kelas kontrol lebih rendah yaitu 42,15. Sedangkan, nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi 75,71,

(17)

13

sedangkan pada nilai rata - rata kelas kontrol lebih rendah yaitu 57,78.

Acknowledgment

Terimakasih peneliti sampaikan kepada SMPK Kimang Buleng Nita atas kebaikannya sudah memberikan ijin peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Daftar Pustaka

Dimyati & Mudjiono. 2015 Belajar dan pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta. Hamalik, O 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harsanti G. A. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooprtatif Tipe Number Heads Together (NHT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD. Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Pembelajaran. Vol. 1 November.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Juwaiarah. U. 2017. Pengaruh Penerapan Strategi Number Heads Together Untuk Meningkatkan motivasi dan hasil Belajar Siswa Kelas VIII di MTS Darul Ihsan Hamparan Perak. Jurnal Al- Irsyad. Vol.VIII, No. 1, Janari – Juni.

Lie, A. 2002. Coopertive Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang - Ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia Widiarasana.

Nurhardi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widia Rasana.

Nurlina. 2013. Penerapan Metode Scramble. 2013 Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammdiyah 1 Makassar. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 1. No.3

Nursyamsi SY., Corebima. D. A., Susilo. H.2016. Pengaruh Strategi Pembelajaran Number Heads Together (NHT) terhadapt Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Muara Badak. Jurnal Pendidikan Teori Pendidikan dan Pengembangan.Vol :1, No. 10 Bulan Oktober. Hal. 1993-1998.

Pradana. R., Dian. 2010.Pemebelajaran Kooperatif dengan Tekni NHT (Number` Heads Togerher) disertai Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi di SMP Negeri 1 Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas 11 Maret.

Rauf. A., Hala. Y., A. Taiyeb. M. 2017. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Watampone. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol. 5 No. 1, Januari - Juni.

Sardiman A. M. 2014 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakata: PT. Raja Grafindo.

Sudjana, N 2015. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiono, 2017. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

(18)

14

Sulestiyan, 2017. Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Model Guided Inquiri Materi Sistem Pernapasan di SMA N 2 Srangen. Skripsi.Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif dan Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

(19)

15

Original Artikel

Received January 2020 / Revised February 2020 / Accepted February 2020

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

p-ISSN: 2716-151X

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD) TERHADAP KERJA SAMA

SISWA PADA MATERI SEL KELAS XI SMAS KATOLIK ALVAREZ

PAGA TAHUN AJARAN 2019/2020

Theodora Edeltrudis Hoba1, Yohanes Nong Bunga1

1 Universitas Nusa Nipa, Maumere, 86111, Indonesia

Email: uma.sandy910@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) terhadap kerja sama siswa pada materi sel kelas XI yang dilakukan di SMAS Katolik Alvarez Paga tahun ajaran 2019/2020. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design dengan bentuk desain non-equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel non-probability sampling dengan jenis sampling purposive. Sampel penelitian ialah siswa siswi lintas minat biologi kelas XI Sos-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI Sos-4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner siswa. Hasil penelitian kerja sama siswa menunjukan bahwa ada perbedaan kerja sama siswa pada kelas eksperimen yaitu 3,32 dan kelas kontrol 2,88. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) terhadap kerja sama siswa.

Kata Kunci: Kerja Sama; quasi experimental design; student team achievement division

Pendahuluan

Pendidikan merupakan aspek penting kehidupan manusia yang berpengaruh dalam perubahan zaman dan teknologi. Pendidikan sebagai sarana yang membantu setiap orang untuk mengembangkan diri. Seseorang dapat memiliki wawasan luas, mengetahui, menguasai, dapat bersaing serta mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengenyam pendidikan. Singkatnya, Pendidikan yang dilakukan manusia secara sadar dan berlangsung terus

menerus dapat mempengaruhi proses pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan setiap orang. (Hasbullah, 2006) mengartikan pendidikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaanya.

Tujuan pendidikan adalah membimbing, mendidik, membentuk karakter, perilaku dan pengetahuan seseorang untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Undang-undang No.2 Tahun 1989 menjelaskan

(20)

16

tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya. Berkaitan dengan pentingnya pendidikan, maka pemerintah selaku pengambil kebijakan dalam sistem pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu kebijakan kurikulum, kepemimpinan kepala sekolah, Kualitas pendidik, infrastruktur, dan proses pembelajaran.

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan suatuproses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan dukungan komponen lain seperti kurikulum, dan fasilitas belajar mengajar (Purba, 2016). Dalam proses ini, guru diharapkan untuk dapat memilih, menentukan serta mengembangkan model, metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Semua tujuan pendidikan dapat tercapai apabila aspek penting dalam pendidikan dapat bekerja sama dengan maksimal.

Berdasarkan hasil observasi di SMAS Katolik Alvarez Paga, ditemukan adanya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yaitu lemahnya minat belajar dan partisipasi siswa. Hal ini menunjukan bahwa siswa kurang mampu untuk membangun kerja sama dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Apabila siswa saling bekerja sama,

maka secara tidak langsung, mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dimana masing masing mereka akan memberikan pendapat dan mencari solusi untuk menyelesaikan materi pelajaran yang diberikan. Sehingga kerja sama merupakan hal penting yang harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

Hamid (2011) dalam Rosita (2013) menerangkan bahwa dalam dunia pendidikan, keterampilan kerja sama merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran, karena suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri. Hal ini ditegaskan kembali oleh West (2002) dalam Nurnawati (2012) yang menjelaskan bahwa bekerja sama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal daripada jika bekerja sendirian. Riset menjelaskan jika dilakukan dengan adanya kerja sama secara kelompok, maka akan mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.

Hamiya dan Jauhar (2014) menjelaskan bahwa kerja sama merupakan salah satu prinsip dalam belajar mengajar. Prinsip kerja sama adalah wujud nyata dalam proses belajar mengajar yang melibatkan setiap siswa dalam tugas-tugas klasikal atau kelompok. Tugas guru adalah mengakomodasi dan memfasilitasi agar kegiatan kelompok dapat berlangsung secara produktif dan dinamis. Johnson & Johnson dalam Purwaningsih

(21)

17

menuliskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kerja sama siswa ialah saling mengerti dan percaya satu sama lain, berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu, saling menerima dan mendukung satu sama lain, mendamaikan setiap perdebatan yang melahirkan konflik. Kerja sama bertujuan untuk membimbing siswa berpikir kritis, mampu menyelesaikan masalah, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, mampu memahami menghargai satu dengan yang lain dan memudahkan siswa mengerjakan tugas secara brsama sama.

Dari permasalahan tersebut, maka perlu solusi untuk menyelesaikannya. Salah satu hal yang harus diperhatikan ialah penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe Student Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran ini membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan melihat perbedaan kemampuan, jenis kelamin, dan etnik. Model ini diyakini dapat membantu meningkatkan kerja sama siswa dalam kelompok, karena guru memiliki peran yang terbatas.

Penelitian tentang model pembelajaran ini telah dilakukan oleh Arimadona (2017) yang melaporkan bahwa model pembelajaran STAD berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Suputra,

dkk (2013) yang menemukan bahwa ada peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan model pembelajaran STAD. Model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD merupakan pembelajaran kelompok, namun belum ada penelitian terkait kerja sama kelompok. Ada beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitianuntuk mengetahui kerja sama kelompok, akan tetapi menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Penelitian oleh Nurnawati, dkk (2012) menjelaskan adanya peningkatan kerja sama siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think pair share. Alsa (2010) juga menjelaskan penelitianya mengunakan metode belajar jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal dan kerja sama kelompok. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belum adapenelitian tentang hasil belajar dan kerja sama siswa yang menggunakan model pembelajara kooperatif learning tipe STAD.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif learning tipe Student Team Achievement Division terhadap kerja sama siswa dan bagaimana kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe Student Team Achievement Division

(22)

18

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental design, dengan bentuk desain ialah nonequivalent control group desaign. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 agustus sampai dengan 7 september 2019 di SMAS Katolik Alvarez Paga Kelas XI. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah 166 siswa. Teknik pengambilan sampel ialah nonprobability sampling dengan jenis sampling purposive (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok belajar yaitu kelas XI IS-3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 32 orang dan

kelas XI IS-4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 31 orang.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Dalam pelaksanaan penelitian, kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu di kelas XI IS-3 peneliti menggunakan model pembelajaran STAD sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas XI IS-4 peneliti menggunakan model konvensional. Setalah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan lembar kuesioner kerja sama kepada masing-masing siswa. Setelah kuesioner diisi, selanjutnya dikumpulkan dan di lakukan analisis data.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMAS Katolik Alvarez Paga pada kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) dan kelas kontrol dengan model konvensional diperoleh hasil seperti pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 1. Hasil Kuesioner Kerja Sama Siswa

Kelas Jumlah Rata-Rata

Eksperimen 1065 3,32

Kontrol 895 2,88

Dari hasil yang telah dipaparkan menunjukan bahwa ada pengaruh hasil yang dilihat dari nilai rata-rata kerja sama siswa padak kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran STAD lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kerja sama siswa pada kelas kontrol yang menggunakan modek konvensional.

(23)

19 Gambar 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Siklus siklus I dan Siklus II pada pembelajaran inkuiri

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa siswi pada kelas eksperimen lebih banyak berperan aktif untuk menyelesaikan materi yang diberikan sedangkan pada kelas kontrol siswa siswi lebih banyak menerima

penjelasan dari guru sehingga kurang berpartisipasi aktif. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD memberi pengaruh terhadap kerja sama siswa.

Kesimpulan

Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif learning tipe Student Team Achievement Division terhadap kerja sama siswa dengan nilai rata-rata kerja sama siswa kelas eksperimen ialah 3,32 sedangkan pada kelas kontrol 2,88. Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran STAD,

Siswa siswi lebih berperan aktif dan saling berbagi tugas dalam kelompok untuk menyelesaikan materi yang diberikan sedangkan pada kelas kontrol siswa siswi mendengarkan penjelasan dari guru sehingga terdapat perbedaan kerja sama siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

3.32 2.88

Rata-Rata Kerja Sama Siswa

(24)

20

Daftar Pustaka

Alsa, Asmadi. 2010. Pengaruh Metode Belajar Jigsaw terhadap Keterampilan Hubungan Interpersonal dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi. Jurnal psikologi. Vol 37 (2) : 165-175

Arimadona, S. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Biologi. Jurnal pendidikan IPA Veteran. Vol. 1 (1) : 72-78

Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hamiya, Nur & Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta :

Prestasi Pustakarya

Nurnawati, Enis., Dwi Yulianti, dan Hadi Susanto (Eds). 2012. Peningkatan Kerja Sama Siswa SMP melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/764-Article%20Text-1501-1-10-20121201.pdf. Diakses senin,18/02/2019, 13.09

Purba, Theresia Hartaulina, Mariaty Sipayung, Adriana Lumbangaol. 2016. Inovasi Pembelajaran Metode Konvensional Dikombinasikan Dengan Strategi Peta Konsep (Concept Mapping) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Sub Materi Pokok Sistem Indera Manusia Di Kelas XI IPA 3 SMA Negri 3 Binjai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Jurnal Biodik. Vol. II (2) : 73-85

Purwaningsih, Etik. 2013. Implementasi Metode Firing Line untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa Kelas VIII D dalam Pembelajaran IPS di SMP Negri 3 Depok

Tahun Ajaran 2012/.

https://eprints.uny.ac.id/18186/4/BAB%20II%2009.12.017%20Eti%20i. Diakses Kamis,14/2/2019:14.45

Rosita, Ita & Leonard (Eds). 2013. Meningkatkan Kerja Sama Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/108/105. Diakses 28/2/2019 jam 08.04)

Suputra, Putu Adi., Nunuk Suryani, Putu Suriyasa. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anatomi Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal magister kedokteran keluarga. Vol. 1 (2) : 104-116

(25)

21

Original Artikel

Received January 2020 / Revised February 2020 / Accepted February 2020

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

p-ISSN: 2716-151X

PENGARUH APLIKASI CUKA KAYU TERHADAP HAMA PADA

TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI DESA NAWOKOTE

KECAMATAN WULANGGITANG KABUPATEN FLORES TIMUR

Fransiskus D. H. Koten1, Yohanes Boli Tematan1

1 Universitas Nusa Nipa, Maumere, 86111, Indonesia

Email: yohanestematan@gmail.com

Abstrak

Pestisida merupakan bahan utama untuk membasmi hama pada tanaman karena memiliki unsur – unsur kimia yang penting di dalamnya. Salah satu pestisida yang bisa digunakan adalah cuka kayu.Cuka kayu merupakan cairan kondenzat dari asap yang didapat dari bahan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dosis cuka kayu yang tepat untuk membasmi hama pada tanaman kakao dan jumlah jenis hama pada tanaman kakao yang dapat diatasi dengan cuka kayu. Penelitian ini dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 transek dan setiap transek di tempatkan 5 plot sehingga di peroleh 15unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah cuka kayu/air 0/500 ml, 10/500 ml, 20/500 ml, 30/500 ml, 40/500 ml. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi cuka kayu tidak memiliki pengaruh nyata (P > 0.05) terhadap jumlah hama yang mati pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Hanya 1 jenis hama yaitu semut api solenopsis geminata yang memiliki dampak postif akibat pemberian pestisida cuka kayu dengan dosis 40/50 ml air. Jenis hama pada tanaman kakao yang ditemukan adalah 5 jenis hama kakao yaitu, kutu putih Planococcus, Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella, ulat jengkal Hyposidra talaca, semut api Solenopsis geminata,dan Helopeltis.

Kata Kunci: Cuka kayu; Hama; pestisida; tanaman kakao

Pendahuluan

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman perkebunan yang menghasilkan biji kakao dan menjadi salah satu sumber keuangan petani dan negara. Luas Perkebunan kakao Indonesia berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan bahan baku. Luas areal tanaman kakao Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1.442.876 Ha dengan produksi sebesar 794.210 ton yang berasal dari perkebunan rakyat 733.574 ton (92,4%) perkebunan negara 31.207 ton (3,9%) dan perkebunan swasta 29.430 ton (3,7%). Angka produksi ini memberikan

kontribusi ± 12% terhadap produksi dunia, yaitu sebesar ± 3 juta ton per tahun. Produksi tersebut menempatkan Indonesia sebagai produsen kakao ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana (Toana, 2014).

Pengembangan kakao di Indonesia, tersebar di beberapa wilayah termasuk propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Lampung, Propinsi Bali dan NTT. Salah satu daerah di NTT yang berpotensi untuk budidaya kakao adalah Kabupaten Flores Timur, Kecamatan Wilanggitang. Usaha pengembagan

(26)

22

agisbisnis kakao di Wulanggitang mengalami beberapa kendala diantaranya penggunaan bibit local yang rentan terhadap hama produktivitas yang rendah, teknik budidaya masih bersifat tradisional, upaya pemberatasan organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan cara P3S (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi) serta penggunaan pestisida namun kurang memadai akibat keterbatasan pengetahuan.

Organisma pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman kakao yaitu hama penggerek buah kakao (Acrocercops cramerella), hama penghisap buah (Helopeltis sp) dan busuk buah. Hama penggerak buah kakao dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kuantitas biji kakao yang paling diresahkan petani kakao. Hama penghisap buah menyerang pada fase pentil sampai buah muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga pentil dapat gugur dan menghambat pertumbuhan buah (Joko, 2016). Organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman kakao dapat diatasi dengan menggunakan cuka kayu yang diperoleh dari hasil destilasi limbah kayu. Pembuatan bioinsektisida atau insektisida organic yang ramah lingkungan dapat menggunakan limbah kayu seperti sekam padi, kayu nangka,

kayu mahoni, kayu jati, serbuk kayu dan kelongkong kelapa. Bahan tersebut memiliki berbagai komponen kimia yang dapat berperan sebagai bioinsektisida (Nugrahaini, 2017).

Cukakayu dapat dimanfaatkan sebagai insektisida organic umtuk mengatasi organisme pengganggu tanaman yang ramah lingkungan dan mudah diperoleh. Cuka kayu tidak hanya digunakan untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman akan tetapi dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan, menguatkan akar dan daun, menyuburkan tanah, menghalang pembiakan virus dan penyakit dalam tanah, memperbaiki keadaan tanah, menambah kuantitas mikroba yang berguna, menambah kualitas buah dan menambah kandungan gula dalam buah (Komarayati, 2011).

Proses mengaplikasikan cuka kayu pada tanaman kakao adalah tindakan untuk memberantas hama dan mengurangi keguguran pada buah yang ramah lingkungan. Penyemprotan cuka kayu pada bagian putik buah kakao yang terserang hama dapat memperbaiki perkembangan buah. Dosis yang tepat untuk aplikasi cuka kayu pada tanaman kakao adalah 1ml cuka kayu: 500 ml air (Kementrian Kehutanan dan Pengelola Hasil Hutan, 2012).

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik warga Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan dengan

dosis yang berbeda yaitu K0:kontrol (tanpa cuka kayu), K1: 10ml/500mlair, K2: 20ml/500mlair, K3: 30ml/500ml air dan K4: 40 ml/500ml air. Cuka kayu diujicobakan untuk mengetahui dosis yang tepat mengatasi hama pada

(27)

23

tanaman kakao. Bahan yang dibutuhkan adalah air dan cuka kayu. Alat yang digunakan antara lain semprotan, alat takaran, tali raffia, meter, alat tulis kamera dan handskul. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah transek dan plot. Terdapat 3 buah transek (sebagai ulangan) dan setiap transek terdapat 5 buah plot (sebagai perlakuan) sehingga diperoleh 15 unit perlakuan. Setiap perlakuan dengan aplikasi cuka kayu dengan dosis berbeda. Setiap unit

pelakuan diamati dan dihitung jumlah dan jenis hama sebelum dan sesudah aplikasi (Gomes, 2015). Data yang diperoleh pada setiap perlakukan dianalisis dengan analisis of varians (ANOVA). Jika P < 0,05, maka dinyatakan bahwa aplikasi cuka kayu memiliki pengaruh terhadap hama pada tanaman kakao, dan sebaliknya jika P > 0,05, maka tidak pengaruh aplikasi cuka kayu terhadap hama pada tanaman kakao.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil pengamatan terhadap semua jenis hama pada setiap dosis perlakuan menjukan bahwa tidak semua jenis hama pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dapat diatasi

pada interval waktu 2 jam sesudah aplikasi cuka kayu. Data pengamatan semua jenis hama sebelum dan sesudah aplikasi cuka kayu pada Tabel 1.

Table 1. Jumlah Serangga yang mati berdasarkan dosis cuka kayu yang diberikan

Jumlah semua jenis hama Dosis cuka kayu (ml)

0 10 20 30 40

Mati 1,333a 12,333a 6,333a 7,667a 6,333a

Menurunnya jumlah hama dapat terjadi karena mati atau berpindah. Hama dapat mati karena cuka kayu mengandung komponen kimia diantaranya asam asetat berkisar antara 21,71 - 30,05 ppm, metanol 0,44-1,15% dan fenol 45,07-63,62 ppm (Komarayati, 2011). Cuka kayu dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman, dengan cara melarutkan cuka kayu dalam air dengan perbandingan 1/500 ml (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan, 2012). Variasi kandungan komponen kimia

cuka kayu disebabkan oleh jenis limbah kayu yang digunakan. Kandungan komponen kimia yang bervariasi ini menyebabkan perbedaan jenis hama yang dapat diatasi dengan cuka kayu. Komponen kimia cuka kayu seperti asam asetat berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, pencegah penyakit tanaman. Metanol berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman (Komarayati, 2011).

Terdapat 5 jenis hama pada tanaman kakao (Theobroma cacao L) di Desa Nawakote Kecamatan

(28)

24

Wulanggitang yang dapat di atasi dengan menggunakan cuka kayu yakni: 1. Kutu Putih (Planococcus)

Hama kutu putih memiliki musuh alami antara lain coleoptera, thysanoptera, diptera, dan neuroptera yang bersifat sebagai predator serta jamur entomophthorales. Musuh alami merupakan faktor biotik yang berperan penting dalam pengendalian populasi

hama. Kutu putih dapat di atasi juga dengan menggunakan pestisida dan cuka kayu. Konsentrasi 10/500 ml cuka kayu efektif untuk mengatasi hama kutu putih. Penurunan jumlah kutu putih pada setiap dosis cuka kayu berbeda tergantung daya tahan tubuh kutu putih. Menurunnya jumlah kutu putih dapat terjadi karena mati atau berpindah. (Ambarwati, 2013). Data pengamatan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Serangga yang mati berdasarkan dosis cuka kayu yang diberikan

Serangga Yang Mati

Dosis cuka kayu (ml)

0 10 20 30 40 Kutu Putih 0,667a 5,667a 3,667a 7,000a 0,333a Semut Api 1,000a 0,667a 1,333a 0,000a b -3,333b Kepik Buah 0,000a 0,333a 0,667a -0,667a -0,333a Ulat Jengkal 0,000a 5,333a 0,000a 0,667a -2,00a Penggerek Buah 0,000a 5,333a 0,000a 0,667a -2,00a

2. Semut Api (Solenopsis geminata) Keberadaan semut api sangat erat kaitannya dengan kondisi habitat. Faktor pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan semut yaitu suhu rendah, habitat yang tidak mendukung untuk pembuatan sarang, sumber makanan yang terbatas serta daerah jelajah yang kurang mendukung. Semut api juga dapat di atasi dengan cuka kayu pada konsentrasi 40ml/ 500 air. Data hasil analisis pengamatan jumlah semut api menunjukkan bahwa pemberian cuka kayu dengan berpengaruh nyata (0,014< 0,05) terhadap keberadaan semut api. Hasil pengamatan semut api pada setiap dosis perlakuan terlihat pada Tabel 2.

3. Kepik Buah (Helopeltis)

Buah kakao yang terserang helopeltis ditandai dengan bercak – bercak berwarna cokelat kehitaman. Helopeltis dapat menyebabkan buah kakao yang masih muda (pentil) menjadi layu, kering dan akhirnya rontok. Apabila pertumbuhan buah terus berlanjut maka kulit buah akan mengeras dan retak-retak, pada akhirnya terjadi perubahan bentuk buah yang dapat menghambat perkembangan biji di dalamnya (Indriati, 2018). Helopeltis dapat diatasi dengan insektisida akan tetapi cara lain yang lebih ramah lingkungan adalah dengan cuka kayu. Dosis cuka kayu yang lebih efektif untuk mengatasi serangan helopeltis adalah kayu 2,5 ml.

Data hasil analisis pengamatan jumlah helopeltis menunjukkan bahwa pemberian cuka kayu dengan tidak

(29)

25

berpengaruh nyata (0,826 > 0,05) terhadap keberadaan kepik buah Secara umum hasil pengamatan terhadap helopeltis pada setiap dosis perlakuan terlihat pada Tabel 2. Ulat 4. Jengkal (Hyposidra talaca)

Ulat jengkal menyerang daun kakao yang masih muda. Serangan ulat jengkal menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul, hingga tinggal tulang daun. Bila daun-daun muda dan pucuk telah habis makan ulat jengkal akan meningkatkan serangannya ke daun-daun tua. Ulat jengkal memiliki beberapa musuh alami, diantaranya adalah patogen yang menyerang ulat pada fase larva (Hidayah, 2017). Selain ulat jengkal dapat di atasi dengan dengan musuh alami, ulat jengkal dapat di atasi dengan cuka kayu 10 ml cuka kayu dilarutkan dalam 250 ml aquades. Cuka kayu dapat mencegah serangan hama karna komponen kandungan kimia fenol fenol 45,07-63,62 ppm, dapat mencegah serangan hama dan yang terdapat pada tanaman (Maryam, 2019).

Hasil analisis data pengamatan jumlah ulat jengkal menunjukkan bahwa pemberian cuka kayu dengan tidak berpengaruh nyata (0,58 > 0,05) terhadap keberadaan ulat jengkal. Secara umum hasil pengamatan terhadap jumlah ulat jengkal pada setiap dosis perlakuan terlihat pada Tabel 2.

5. Penggerek buah (Acrocercops cramerella)

Serangan Acrocercops cramerella sangat khas dan sulit dideteksi karena imago betina meletakkan telur pada buah kakao yang masih muda dan gejala baru terlihat pada saat buah siap dipanen. Telur diletakkan pada permukaan buah kakao, kemudian menetas dan larva instar ke-1 menggerek kulit buah masuk ke dalam buah. Larva hidup di dalam buah sehingga sulit untuk dikendalikan (Samsudin, 2018). Pengendalian hama antara lain: (1) mengendalikan populasi hama tetap di bawah ambang kerusakan dalam waktu yang cukup lama, (2) tidak berdampak negatif pada lingkungan, (3) tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan (4) tidak membutuhkan biaya tambahan lain (samsudin, 2018). Cuka kayu merupakan salah satu pestisida alami untuk membasmi hama dan penyakit pada tanaman termasuk kakao. Dosis cuka kayu yang efektif untuk mengatasi hama penggerek buah kakao adalah 20 ml cuka kayu/ 500 ml air.

Data hasil analisis mengenai pengamatan jumlah penggerek buah kakao menunjukkan bahwa pemberian cuka kayu dengan tidak berpengaruh nyata (0,534 > 0,05) terhadap keberadaan penggerek buah kakao. Secara umum hasil pengamatan terhadap jumlah penggerek buah kakao pada setiap dosis perlakuan terlihat pada Tabel 2.

(30)

26

4. Kesimpulan

Aplikasi cuka kayu dengan dosis 40/500ml pada tanaman kakao dapat berpenaruh nyata terhadap hama semut api (Solenopsis geminate) namun tidak berpengaruh nyata

terhadap jenis hama yang lain seperti kutu putih (Planococcus), kepik buah (Helopeltis), ulat jengkal (Hyposidra talaca) dan Acrocercops cramerella.

Daftar Pustaka

Ambarwati. N., Subagiya. Dan Pardjo N. S. Y. V. 2013. Efektifitas Cuka Kayu sebagai Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Crocidolomia Pavonana dan Zat Perangsang Tumbuh pada Sawi. Agrosains 15(1): 17-20 2013. ISSN: (1411) – (5786)

Hidayah. H. N., Irawan. A., dan Anggraini. I. 2017. Serangan Ulat Jengkal (Hyposidra talaca Wlk.) Pada Bibit Pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) Di

Persemaian. Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43.

Joko. S dan Wibisono. I. I. 2016. Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan. PT Intan sejati, Klaten 57438, Indonesia.

Komarayati. S., Gusmailina. dan Pari.G., 2011. Produksi Cuka Kayu Hasil Modifikasi Tungku Arang Terpadu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. (29)(3), : 234-247. Maryam., Ekamawanti . H. A., dan Togar F Manurung. T. F. 2019. Pengaruh

Konsentrasi Cuka Kayu Dan Media Tanam Pada Pertumbuhan Setek Pucuk Pangal (Baccaurea Bracteata Muell). Jurnal Hutan Lestari Vol. (7) (1) : 462 – 471

Nugrahaini. D. L., Kusdiyantini. E., Tarwotjo. U. dan Prianto. A. H. Identifikasi

Kandungan Senyawa Kimia Cuka Kayu dari Sekam Padi. 2017. Jurnal Bioma. Vol. 19, No. 1, Hal. 30-37.

Toana. H., Mudjiono. G., Karindah. S., dan Abadi. A. L. 2014. Morfologi dan Ukuran Liang Gerak Larva PBK Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) pada Buah Kakao. Jurnal AgrolandVol (21)(2) : 77 – 80. E-ISSN : 2407 – 7607.

(31)

27

Original Artikel

Received January 2020 / Revised February 2020 / Accepted February 2020

Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi

p-ISSN: 2716-151X

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Ekosistem di SMP San

Carlos Habi

Servasius Sati1, Mansur S1, Rofinus Galis1

1 Universitas Nusa Nipa, Maumere, 86111, Indonesia

Email: mansursaputra00@gmail.com

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP San Carlos Habi melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dengan materi ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus tindakan yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII I SMP San Carlos Habi dengan jumlah siswa 21 orang. Metode pengumpulan data meliputi hasil belajar siswa berupa data hasil tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan pemberian kusioner pada siklus I dengan jumlah 21 orang. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas meningkat dari siklus I 69,44% menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukan bahwa pembelajaran model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII I SMP San Carlos Habi.

Kata Kunci: Ekosistem; Hasil Belajar; Inkuiri; PTK

Pendahuluan

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas SDM merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkunganya, dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam

dirinya yang memungkinkanya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2015). Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai bidang yang pada akhirnya akan menempatkan seseorang pada derajat yang lebih baik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang

Gambar

Gambar 2. Kepadatan relatif Arthropoda yang berpotensi sebagai musuh alami
Gambar 1. Rata- rata presentase motivasi belajar siswa pada kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 1.  Hasil Kuesioner Kerja Sama Siswa
Table 1. Jumlah Serangga yang mati berdasarkan dosis cuka kayu yang diberikan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

(empat puluh sembilan juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) Waktu Pelaksanaan : 30 (Tiga puluh) Hari Kalender.. Email

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran ekonomi dari tokoh islam yang meberikan dampak pada perkembangan Ilmu Ekonomi dan juga memberikan manfaat

Ya Allah, kuatkanlah Islam dari orang-orang muslim dan muslimat, orang-orang mukmin dan mukminat, baik yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia.. Dan mudahkanlah mereka

Bank dapat terlindung dari risiko tersebut bila dapat dicapai kombinasi dan komposisi yang paling tepat sesuai fluktuasi yang terjadi pada tingkat margin/bagi hasil antara asets

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,