• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paket pengembangan pelatihan keluarga ideal bagi pasangan suami istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Paket pengembangan pelatihan keluarga ideal bagi pasangan suami istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan."

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PAKET PENGEMBANGAN PELATIHAN KELUARGA IDEAL BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI DI DESA KEMANTREN PACIRAN

LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

KHOIRUN NISA’

B53213054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

▸ Baca selengkapnya: sepasang suami istri mempunyai kelainan polidaktili heterozigot persentase kemungkinan anaknya yang bersifat polidaktili heterozigot adalah

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Khoirun Nisa’ (B53213054), Paket Pengembangan Pelatihan Keluarga Ideal bagi

Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

Fokus permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah 1) Bagaimana Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan; dan 2) Bagaimana Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran lamongan.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil wawancara secara lisan dan tulisan. Selain itu, observasi, saran, kritik dan komentar tertulis dan catatan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara juga melengkapi data kualitatif. Adapun data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian buku paket dari tim uji ahli yang berupa angket.

Proses pelatihan keluarga ideal dilakukan melalui beberapa tahap, yakni pendahuluan (membangun rapport), kuesioner pre-test (identifikasi & diagnosis), materi pelatihan (prognosis & treatment) dan kuesioner post-test (evaluasi). Pelatihan keluarga ideal ini berjalan efektif sesuai prosedur pelatihan dan hasilnya terukur melalui evaluasi konkret. Hasil implementasi dari pelatihan tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perubahan ucapan, sikap dan perilaku sepasang suami istri dalam menerapkan upaya membangun keluarga ideal. Seperti, sepasang suami istri lebih menjalankan peran masing-masing dengan baik, saling terbuka, suami lebih membantu menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangga, suami istri saling menghargai, suami istri mulai bekerja sama untuk mencari solusi setiap ada persoalan rumah tangga. Selain itu, suami istri lebih saling mengalah (tidak egois) dan saling belajar memahami sifat masing-masing.

Adapun proses pelatihan keluarga ideal dalam penelitian ini cukup berhasil. Sebelum pelatihan diberikan, suami istri memperoleh skor masing-masing dengan nilai yang sama, yakni 64%. Setelah diberikan pelatihan, terjadi peningkatan skor, skor untuk suami sebesar 86% dan istri 88%. Sehingga, masing-masing suami dan istri memperoleh peningkatan skor sebesar 22% dan 24%. Adapun produk yang diujikan dalam penelitian ini juga dinyatakan sangat tepat dengan skala penilaian sebesar 80,9%.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

MOTTO ...iii

PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAGIAN INTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...11

E. Definisi Konsep ...12

F. Spesifikasi Produk ...15

G. Metode Penelitian ...18

H. Sistematika Pembahasan ...32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ...34

1. Keluarga Ideal ...34

a. Pengertian Keluarga Ideal ...34

b. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Mencapai Keluarga Ideal ...36

2. Hak dan Kewajiban Suami Istri ...44

a. Kewajiban Suami ...44

b. Kewajiban Istri ...48

c. Hak dan Kewajiban Bersama ...50

3. Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga ...63

4. Komunikasi Interpersonal Suami Istri ...71

5. Bimbingan Seks Suami Istri Menurut Pandangan Islam dan Medis ...75

6. Pelatihan dan Pengembangan ...89

a. Definisi Pelatihan dan Pengembangan ...89

b. Tujuan dan Manfaat Pelatihan dan Pengembangan ...90

c. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan ...90

(8)

e. Penerapan Hasil Pelatihan ...92

7. Materi Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri ...92

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...96

BAB III PENYAJIAN DATA A. Produk Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri ...98

1. Deskripsi Produk Paket Pelatihan Keluarga Ideal ...98

2. Analisis Tingkat Ketepatan, Kelayakan dan Kegunaan Paket ...102

3. Revisi Produk ...107

B. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...109

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...109

a. Letak Geografis Lokasi Penelitian ...109

b. Kondisi Masyarakat...109

2. Peran Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...111

3. Deskripsi Konselor ...114

4. Deskripsi Konseli /Peserta Pelatihan ...115

C. Pelatihan Keluaga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...119

1. Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri ...119

a. Proses Pelatihan...119

b. Pengolahan Waktu Pelatihan ...130

c. Lokasi Pelatihan ...132

2. Hasil Implementasi Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri ...134

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Paket Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...136

1. Analisis Pelaksanaan Pelatihan ...136

2. Analisis Hasil Implementasi Pelatihan ...138

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...145

B. Saran ...146

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai hukum paling pokok

dari sunnah-sunnah para Rasul adalah nikmat Allah Swt. untuk hamba-Nya

sejak nabi Adam a.s. Allah juga telah mewariskan bumi ini kepada umat

manusia untuk tinggal di dalamnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al

Qur’an Surat ar-Ra’d ayat 38:

الُسُر اَن

ۡلَسۡرَأ ۡدَقَلَو

ااجَٰوۡزَأ ۡمََُ اَن

ۡلَعَجَو َكِلۡبَ ق نِ م

يِ رُذَو

اة

ةيآا ...

Dan sungguh telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, dan Kami

memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan....2

Segala hal di dunia ini tercipta berpasang-pasangan. Ada pagi dan

malam, suka dan duka, sedih dan gembira dan lain sebagainya. Begitu pun

dengan manusia yang diciptakan untuk berpasangan dengan lawan jenisnya. Di

saat manusia sudah memasuki usia dewasa yang menjadikan dirinya matang

secara fisik dan psikisnya, tentu sangat wajar manusia mulai memikirkan

tentang pasangan hidup. Pasangan yang akan menemani perjalanan hidupnya,

baik dalam kehidupan berdua, kehidupan berkeluarga, dan juga kehidupan

bermasyarakat.

Pembahasan bahwa setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan

telah Allah Swt. firmankan dalam al Qur’an Surat ar-Rum ayat 21:

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

(10)

2

جَٰوۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َقَلَخ

ۡنَأ ٓۦِهِتَٰياَء ۡنِمَو

اا

آوُ نُك ۡسَتِ ل

اَه ۡ يَلِإ

َلَعَجَو

مُكَن ۡ يَ ب

اة دَو م

اةَ

َۡۡرَو

نِإ

ِف

َكِلَٰذ

َٰيََٓ

ت

م ۡوَقِ ل

َنوُر كَفَ تَ ي

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.3

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang perempuan dengan laki-laki

yang saling mencintai dan menyayangi dengan penuh ketulusan, kemudian

melangkahkan kaki menuju pernikahan, maka yang akan dijumpai adalah

ketenteraman, kedamaian dan kesejukan. Pernikahan telah dibingkai dengan

indah oleh agama.

Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1974 BAB I pasal 1 menjelaskan

bahwa pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Dengan demikian,

ikatan lahir secara nampak antara suami istri harus ada, yaitu dalam bentuk

formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh agama

sesuai yang dianut oleh kedua mempelai dan juga peraturan yang ditetapkan

oleh negara setempat.5

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2010), hal. 406.

4 Tim Permata Press, Undang-Undang Perkawinan & Administrasi Kependudukan,

Kewarganegaraan (Surabaya: Permata Press, 2015), hal. 2015.

5 Faizah Noer Laela, “Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk

(11)

3

Pernikahan dianalogikan sebagai pembangunan pencakar langit, yang

mana dalam pembangunannya didahului dua proses, yakni menetapkan ide dan

membuat desain. Jika bangunan tersebut didirikan atas dasar nekat, kita sudah

tahu apa yang terjadi selanjutnya, yakni keruntuhan di tengah jalan dari

pembangunan tersebut. Sebuah bangunan saja memerlukan ide dan desain yang

bagus, untuk mencapai hasil yang kukuh dan bagus. Apalagi untuk mencapai

pernikahan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan serta keberkahan, tentu

membutuhkan fondasi yang kukuh, dihiasi dengan desain perencanaan yang

bagus pula. Karena di dalam pernikahan, impian suami istri dan masa depan

anak akan dibangun.6

Pernikahan juga laksana kapal di tengah samudra luas, yang mana siap

atau tidak siap kemungkinan akan terhempas badai dan angin topan, sehingga

sangat mungkin dapat merobohkan tiang-tiang kapal. Oleh karena itu

dibutuhkan nahkoda dan pendamping yang saling membantu, juga perlu

adanya keahlian dan pengetahuan yang cukup untuk mengatasi badai dan angin

yang menerpa dari segala penjuru.7

Pernikahan mempunyai tujuan pokok yang besar sebagai sarana

melanggengkan hikmah utama di dalamnya, yakni kelangsungan ras manusia

dan membangun peradaban dunia. Allah Swt. berfirman dalam al Qur’an Surat

an-Nahl ayat 72:

جَٰوۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َلَعَج ُ َٱَو

اا

َلَعَجَو

مُكَل

ۡنِ م

مُكِجَٰوۡزَأ

َيِنَب

اةَدَفَحَو

ةيآا ...

6 Indra Noveldy dan Nunik Hermawati, Menikah untuk Bahagia; Formula Cinta

Membangun Surga di Rumah (Jakarta Selatan: Noura Books, 2015), hal. 43.

7 Kang Abay at all., Pernikahan Impian; Menuju Rumah Tangga Dambaan (Bandung:

(12)

4

Dan Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu....8

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang wanita sangat

direkomendasikan untuk menjadi sosok yang wadud dan walud. Maksudnya,

ia harus punya cinta, kasih sayang, dan kesetiaan, di samping potensi besar

untuk melahirkan keturunan. Melalui kedua predikat tersebut, wanita telah

mengumpulkan dua kebaikan.9

Pernikahan yang didirikan berdasarkan asas-asas Islami bertujuan

untuk mendapatkan keturunan yang sah dan baik serta mendapatkan

ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Kebahagiaan tersebut

bukan saja terbatas dalam ukuran-ukuran fisik-biologis, tetapi juga dalam

psikologis dan sosial serta agamis.10

Menikah juga memiliki beberapa manfaat yang sangat penting, yakni

menyelamatkan pandangan (dari kecerobohan), memelihara farji dan

mengharap keturunan yang lebih baik, membersihkan hati, menguatkan tekad

untuk beribadah, beristirahat dari mengatur rumah tangga sampai berusaha

keras untuk melatih diri agar merasa cukup.11

Adanya peraturan dan undang-undang yang menjelaskan kepada

manusia bagaimana menciptakan kehidupan perkawinan pada jalan yang lurus

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2010), hal. 274.

9 Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Fiqih Cinta Kasih: Rahasia Kebahagiaan Rumah Tangga.

Terjemahan oleh Habiburrahim (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 8.

10 Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1995), hal. 24.

11 Muhammad at-Tihami, Merawat Cinta Kasih: Terjemah Qurratul Uyun. Terjemahan

(13)

5

dan dengan dasar yang kuat, menjadi bekal terpenting bagi pasangan suami

istri. Islam mengatur hubungan dan memberikan batasan-batasan, menjelaskan

hak dan kewajiban agar bahtera hidup berlayar dengan tenang dan damai.

Rumah tangga berjalan tidak sia-sia dan kehidupan yang dipenuhi dengan

ridha-Nya.12

Setiap perjalanan hidup tidak pernah terlepas dari sebuah masalah.

Begitu pun dengan kehidupan rumah tangga, akan ada banyak masalah yang

timbul dari berbagai arah. Oleh karena itu, butuh adanya persiapan yang

matang secara fisik dan psikis untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Persiapan fisik misalnya kesehatan fisik, ketahanan fisik dan lain sebagainya.

Adapun persiapan psikis seperti membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang

cukup, baik ilmu tentang kehidupan rumah tangga dan sebagainya, kesehatan

psikis, dan mental yang baik. Di samping itu, perlu adanya kerja sama suami

istri untuk memupuk hubungan dengan penuh cinta kasih.13

Studi psikologi dan eksperimental membuktikan bahwa pernikahan

ideal adalah mimpi yang jauh dari kenyataan. Artinya, amat sulit diwujudkan

jika masing-masing pasangan suami istri menghendaki bahwa pernikahannya

akan menjadi puncak kesempurnaan ideal. Sebaliknya, sebuah pernikahan akan

menjadi mimpi indah, jika masing-masing pasangan menjunjung tinggi

12 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah. Terjemahan

oleh Ida Nursida (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal. 11.

13 Imam Musbikin, Membangun Rumah Tangga Sakinah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

(14)

6

toleransi, memahami watak pasangan, dan berusaha menerima apa adanya

watak tersebut.14

Kenyataan di lapangan berkata lain. Tidak semua pasangan suami istri

dapat merasakan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Peneliti mendapati adanya kasus istri yang tidak bahagia dalam berhubungan

intim.15 Ada juga pasangan suami istri yang sama-sama menyatakan bahwa

mereka sering tidak merasakan kebahagian saat berhubungan intim.16

Setelah peneliti cermati, ada beberapa alasan yang menjadikan suami

istri tidak merasakan kebahagiaan saat berhubungan intim, antara lain: 1)

Suami memaksakan kehendak untuk melakukan hubungan intim, sedangkan

istri sedang tidak berminat (dikarenakan capek atau karena hal lain); 2) Suami

menyatakan kepada istri akan perbuatan dosa dikarenakan istri tidak mau

melayani suami; 3) Istri tetap melayani suami, meskipun ada perasaan terpaksa;

dan 4) Suami merasakan adanya sikap keterpaksaan istri saat melayani suami.

Peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor yang menjadikan suami istri

atau salah satunya tidak merasa senang atau bahagia saat berhubungan intim

adalah dikarenakan adanya ketidakpahaman masing-masing suami istri tentang

tata cara melakukan hubungan intim yang baik. Ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan saat berhubungan intim, seperti kondisi fisik, psikis, dan situasi di

sekitar. Jika suami istri tidak memahami tata cara berhubungan intim dengan

14 Ahmad Bahjat, Hakikat Cinta Menuju Rumah Tangga Ideal. Terjemahan oleh Saiful

Hadi(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hal. 14-15.

15 Hasil wawancara lisan dengan ID (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada tanggal 18

Februari 2017 pukul 10.00 WIB.

16 Hasil wawancara tertulis dengan AFM (suami) dan SRH (istri), di Ds. Kemantren Paciran

(15)

7

baik, maka sangat wajar suami atau istri atau keduanya tidak merasakan

kebahagiaan.

Peneliti mendapati kasus lain, diantaranya komunikasi suami istri tidak

berjalan dengan baik sehingga menyebabkan kesalahpahaman antara suami

istri yang menjadikan konflik tersendiri, suami mengeluh atas pekerjaan istri

yang menurutnya kurang baik (contoh kecilnya, masakan istri dibilang kurang

enak), istri juga mengeluh karena suami tidak peka untuk membantu istri

(suami tidak membantu momong anak saat istri sedang repot memasak),17

suami memperlakukan istri dengan cara tidak baik,18 istri membentak suami19

dan lain sebagainya.

Melalui beberapa kasus yang telah peneliti uraikan di atas, peneliti

menarik kesimpulan bahwa ada empat aspek yang jika tidak diperhatikan oleh

suami istri dengan baik, maka akan menimbulkan permasalahan suami istri.

Adapun beberapa aspek tersebut adalah hak dan kewajiban suami istri, tugas

pekerjaan domestik dalam rumah tangga, komunikasi dan hubungan intim

suami istri.

Peneliti mencermati serta mengamati bahwa ada beberapa faktor yang

menjadikan suami istri belum bisa membangun rumah tangga yang bahagia,

antara lain:

17 Hasil wawancara kepada AFM (suami) dan SRH (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada

tanggal 10 Maret 2017 dan 18 Maret 2017.

18 Hasil observasi terhadap LH (suami) dan IH (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada

tanggal 24 Februari 2017.

19 Hasil observasi terhadap YSP (suami) dan ID (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada

(16)

8

1. Minimnya pemahaman suami istri tentang bagaimana menjalani

kehidupan rumah tangga yang baik;

2. Saat masih menjadi calon pengantin, mereka hanya mendapatkan

konseling pranikah seputar sejauh mana kesiapan masing-masing

mempelai. Seharusnya, calon pengantin perlu dibekali tentang segala hal

yang menunjang persiapan lahir dan batin masing-masing mempelai. Hal

ini sangat dibutuhkan bagi calon pengantin, terlebih bagi calon pengantin

yang belum memiliki bekal pengetahuan tentang kehidupan rumah

tangga;20

3. Tidak adanya penyuluhan secara khusus yang ditujukan kepada suami istri

tentang manajemen kehidupan rumah tangga yang baik;

4. Belum ada buku panduan khusus yang menjadi pegangan suami istri; dan

5. Faktor lain yang berkaitan, seperti adanya mertua dari pihak pria atau

wanita yang turut ikut campur dalam kehidupan rumah tangga anaknya

sehingga memunculkan konflik antara suami istri, anak yang mendapati

pola pengasuhan kurang tepat yang terbawa sampai pada cara dia dalam

menjalani kehidupan rumah tangga.

Mengenai tentang konseling pranikah yang tidak diadakan sesuai

program yang ada, peneliti menanyakan secara langsung kepada kepala Kantor

Urusan Agama (KUA) Paciran. Sebagaimana penjelasan dari bapak Sutrisno

(kepala KUA Paciran), “Sebenarnya program konseling pranikah memang ada.

20 Hasil wawancara terhadap AM (istri), ID (istri), IH (Istri), di Ds. Kemantren pada tanggal

(17)

9

Namun, karena dana dari pemerintah tidak ada, menjadikan konseling pranikah

tidak terlaksana dengan baik. Kami meyiasati agar konseling pranikah tetap

terlaksana meski hanya sekadarnya dengan cara menanyakan seputar kesiapan

lahir batin calon mempelai untuk menikah. Kami juga menjelaskan bahwa

kehidupan rumah tangga tidak seindah angan-angan. Kami juga menanyakan

kepada calon mempelai tentang bagaimana cara calon pengantin menghadapi

permasalahan rumah tangga”.21

Beberapa kasus yang telah peneliti uraikan di atas, tentu sangat tidak

diharapkan terjadi lagi. Bahkan, suami atau istri akan terbesit bagaimana cara

menyelesaikan konflik. Namun, kerap kali suami istri belum bisa menemukan

solusi dari penyelesaian konflik yang terjadi. Konflik yang tidak segera

diselesaikan atau mala dipendam, tentu menjadi tekanan batin tersendiri.

Hal-hal seperti ini perlu adanya solusi yang dapat membantu pasangan suami istri

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi serta meminimalisir

terjadinya konflik sehingga suami istri dapat menjalani kehidupan rumah

tangga dengan lebih baik dan lebih bahagia.

Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti

memiliki ide untuk mengemas paket keluarga ideal sebagai salah satu solusi

yang ditujukan kepada suami istri. Paket ini bisa dijadikan sebagai langkah

kuratif (pengobatan) bagi pasangan suami istri yang memang terdapat

permasalahan. Juga, sebagai langkah preventif (pencegahan) bagi pasangan

21 Hasil wawancara kepada Kantor Urusan Agama (KUA) Paciran, pada tanggal 06 April

(18)

10

suami istri untuk meminimalisir terjadinya konflik. Dan yang terakhir, sebagai

langkah development (pengembangan) bagi pasangan suami istri yang

menginginkan kehidupan rumah tangga lebih baik lagi.

Peneliti tertarik mengangkat penelitian dengan judul “Paket Pengembangan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan”. Penelitian yang kemudian menjadi produk ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang arti pernikahan yang

penuh makna serta pentingnya adanya kerjasama suami istri.

Peneliti berusaha mengemas dengan baik produk ini sehingga bisa

menjadi pegangan wajib bagi pasangan suami istri dalam mencapai keluarga

ideal, sehingga dapat menyatukan visi dan misi dalam mencapai keluarga

sakinah, mawaddah, warrahmah yang dari buah pernikahan ini akan tercipta

generasi penerus agama dan bangsa yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah peneliti paparkan

di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri

di Desa Kemantren Paciran Lamongan?

2. Bagaimana Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal kepada

Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

(19)

11

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Sepasang

Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

2. Untuk Mengetahui Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal bagi

Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada

ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan kepada Program Studi

Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya Konsentrasi Keluarga dalam

hal menciptakan keluarga ideal bagi pasangan suami istri. Hasil penelitian

ini juga diharapkan berguna sebagai pelengkap bahan kajian dan

bermanfaat sebagai bahan referensi bacaan. Hasil penelitian ini juga

dimaksudkan agar bermanfaat sebagai petunjuk arahan maupun acuan

serta bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan

penelitian yang relevan dengan hasil penelitian ini.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis. Peneliti

membagi manfaat ini dalam beberapa lingkup sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pemahaman

(20)

12

kebahagiaan melalui pelatihan Keluarga Ideal. Melalui penelitian ini,

peneliti tentu mendapat banyak wawasan tentang kiat-kiat

menciptakan keluarga ideal secara maksimal. Peneliti juga bisa belajar

dari berbagai macam pola hubungan pasangan suami istri saat berada

di lapangan.

b. Bagi Pasangan Suami Istri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konsep tentang

strategi dalam mencapai keluarga yang dilingkupi kebahagiaan

melalui pelatihan keluarga ideal sehingga dapat membentuk atau

meningkatkan keharmonisan rumah tangga bagi pasangan suami istri.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penggugah hati

masyarakat agar tergerak untuk mengetahui serta memahami tentang

konsep keluarga ideal sehingga dapat tercipta lingkungan masyarakat

yang penuh kedamaian, kesejukkan dan keindahan karena dihuni oleh

masyarakat yang berasal dari keluarga yang penuh cinta dan kasih.

E. Definisi Konsep

1. Keluarga Ideal (Sakinah)

Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki beberapa arti, yakni: a) Ibu dan bapak beserta anak-anaknya; b)

Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; c) Sanak saudara atau kaum

(21)

13

masyarakat.22 Menurut George Murdock, dalam bukunya Social Structure,

menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki

karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan terjadi

reproduksi. Adapun, menurut Zakaria Lemat, bahwa keluarga merupakan

kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang-kurangnya dianggotai

oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak.23

Ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

sesuatu yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau

diangan-angankan atau dikehendaki.24 Di samping ideal, penulis juga mengambil

kata yang berkaitan, yakni sakinah (ةنيكس), mengandung arti

“ketenangan”.25 Adapun keluarga ideal yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah kelompok paling kecil dalam masyarakat yang

minimal terdiri dari suami dan istri (baik yang sudah tinggal di rumah

sendiri atau masih tinggal dengan mertua) yang menjalani kehidupan

rumah tangga sesuai dengan yang diinginkan masing-masing, dihiasi

dengan ketenangan dan kebahagiaan, sehingga dapat mencapai tujuan

bersama.

Keluarga bisa dikatakan sebagai keluarga ideal, salah satunya jika

terdapat kerjasama yang baik antara suami istri dalam melaksanakan hak

22 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 536.

23 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 3.

24 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 416.

25 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Telaah oleh Ali

(22)

14

dan kewajiban masing-masing. Adapun hak dan kewajiban suami istri

sebagai berikut:

a. Kewajiban Suami. Mencakup: Memimpin, Memelihara dan

Bertanggung Jawab; Mencukupi Keperluan Ekonomi; Memenuhi

Kebutuhan Biologis; dan Melakukan Pergaulan yang Baik.

b. Kewajiban Istri. Mencakup: Taat kepada Allah dan Suami; Menjaga

Kehormatan Diri; Melayani Kebutuhan Biologi Suami dengan Baik;

dan Mengurus Rumah Tangga.26

Hak dan kewajiban suami istri juga telah dikembangkan dalam

berbagai ilmu, salah satunya adalah di dalam buku Baiti Jannati karya

Abdul Syukur al-Azizi sebagai berikut:

a. Hak dan Kewajiban Suami. Mencakup: Merawat dan Menjaga

Kepercayaan; Menghiasi Rumah Tangga dengan Kejujuran;

Mempertajam Spirit Perhatian terhadap Istri; Mempererat Jalinan

Kasih Sayang; dan Memberikan Nafkah yang Halal.

b. Hak dan Kewajiban Istri. Mencakup: Hak mendapatkan Nafkah; Taat

kepada Suami; Berwajah Ceria di Depan Suami; Berbicara yang

Menyenangkan Suami; Mensyukuri Pemberian Suami; Tidak

Mendikte Suami; Mendengarkan dan Menerima Nasihat Suami; Tidak

Keluar Rumah tanpa Izin Suami; Memenuhi Ajakan Jima’; Tidak Meminta Cerai tanpa Alasan yang Dibenarkan; Jujur kepada Suami;

(23)

15

Menjaga Rahasia Suami; Menjadi Pendamping yang Baik; dan

Mengajak Suami Beribadah di Malam Hari.27

2. Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri

Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri

merupakan media layanan bimbingan dan konseling yang ditujukan

kepada pasangan suami istri yang berisi materi tentang kiat-kiat

meningkatkan kualitas peran suami istri agar tercipta keluarga harmonis

serta keluarga yang diimpikan oleh masing-masing suami istri.

Peneliti menguatkan paket pelatihan ini pada aspek hak dan

kewajiban suami istri. Hal ini memiliki maksud tersendiri bagi peneliti

bahwa penjelasan tentang hak dan kewajiban suami istri menjadi rujukan

bagi perkembangan ilmu yang membahas tentang kehidupan rumah

tangga. Peneliti berusaha mengemas hak dan kewajiban suami istri dengan

baik tanpa mengandung kesan paksaan yang menjadikan suami istri

melakukan kewajiban-kewajiban secara terpaksa. Peneliti memiliki

harapan agar suami istri dapat melaksanakan kewajiban masing-masing

dengan senang hati.

F. Spesifikasi Produk

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka

penelitian ini dirancang dan dikemas sebaik mungkin, tentunya memiliki

manfaat yang besar, praktis, menarik, mudah dipahami, sistematis dan akurat.

(24)

16

Oleh karenanya, penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi

empat kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan, maksudnya isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan peneliti, prosedur paket serta tepat sasaran. Hal ini dapat

diketahui dengan cara mengukur tingkat validitas paket yang

dikembangkan dengan menggunakan skala penilaian.

2. Kelayakan, maksudnya paket yang dikembangkan telah memenuhi

persyaratan yang ada, baik dari segi prosedur, isi, maupun pelaksanaannya

sehingga paket tersebut dapat diterima oleh pasangan suami istri

khususnya dan masyarakat umumnya. Atau bisa jadi, paket pengembangan

ini dapat dijadikan acuan bagi berbagai pihak untuk mempublikasikan ke

masyarakat yang membutuhkan.

3. Kegunaan, maksudnya paket yang dikembangkan memiliki daya guna dan

bermanfaat untuk dijadikan pegangan oleh pasangan suami istri dalam

rangka mencapai keluarga sakinah.

4. Respon aktif positif, maksudnya tampilan atau sampul dan isi paket

memiliki daya tarik yang kuat bagi pasangan suami istri untuk membaca,

memahami dengan seksama dan pada akhirnya tergugah untuk

mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.28

Paket pelatihan keluarga ideal bagi pasangan suami istri dalam

mencapai keluarga sakinah terdiri dari tiga bagian, yaitu:

28 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” (Skripsi,

(25)

17

1. Bentuk Paket

Bentuk Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami istri

ini terdiri dari empat (4) topik, yaitu: a). Hak dan Kewajiban Suami Istri;

b). Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah

Tangga; c). Komunikasi Suami Istri; dan d). Hubungan Intim Menurut

Pandangan Islam dan Medis.

2. Isi Paket

Isi paket ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Buku panduan bagi pasangan suami istri yang berisi petunjuk atau

pedoman bagi pasangan suami istri dalam mengikuti pelaksanaan

pelatihan agar dapat memudahkan mereka dalam mencapai target

yang diinginkan setelah pelatihan.

b. Materi pelatihan berasal dari buku materi yang terdiri dari: 1). Hak

dan Kewajiban Suami Istri; 2). Kiat Praktis Pembagian Tugas

Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; 3). Komunikasi Suami

Istri; dan 4). Hubungan Intim Menurut Pandangan Islam dan Medis.

3. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan ini dirancang dengan menggunakan teknik

sarasehan. Selain itu, pelatihan ini dilengkapi dengan beberapa simulasi,

yakni simulasi “Always Loving You” (berisi tentang ajakan yang ditujukan

kepada suami istri untuk senantiasa mengungkapkan rasa terima kasih,

(26)

18

Validation Process Model” (bertujuan untuk meningkatkan hubungan

suami istri).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian pengembangan atau

research and development dalam penelitian ini. Research and development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan kemudian

menguji keefektifannya agar dapat menghasilkan produk yang berdaya

guna bagi kehidupan masyarakat luas.29 Penelitian ini juga erat kaitannya

dengan penelitian evaluatif, yakni sebuah kegiatan pengumpulan data atau

informasi untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil

kesimpulan.30

Penelitian evaluatif bermaksud mengumpulkan data tentang

implementasi kebijakan. Dengan demikian manfaat hasil penelitian juga

untuk pihak yang membuat kebijakan. Tujuan penelitian evaluatif adalah

untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan., bukan hanya pada

kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin

mengetahui kalau belum baik implementasinya, apa yang telah

menyebabkan, di mana letak kelemahannya, dan kalau lemah apa

sebabnya. Dengan kata lain, penelitian evaluatif bermaksud mencari

29 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)

(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 407.

30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

(27)

19

titik lemah dari implementasi yang mungkin juga letak kelemahan sebuah

kebijakan. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, pengambil kebijakan

dapat memperbaiki unsur-unsur yang lemah dari kebijakan, yang tujuan

akhirnya adalah meningkatkan mutu dari implementasi dari kebijakan.

Penelitian evaluatif ini mempunyai manfaat sebagai pengembangan

kualitas (quality improvement).31

Peneliti menggunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan

melalui pendekatan kualitatif yang meliputi: wawancara, observasi, saran,

dan kritik secara tertulis. Di samping itu, peneliti juga menggali data

menggunakan pendekatan kuantitatif melalui angket. Peneliti

menggunakan angket sebagai uji ahli produk untuk tim uji ahli.

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sepasang suami istri yang belum

bisa dikatakan sebagai keluarga ideal dikarenakan dalam hubungan

pasangan suami istri tersebut masih banyak didapati konflik yang belum

bisa terselesaikan dengan baik. Baik konflik internal rumah tangga

maupun eksternal. Adapun lokasi penelitian ini berada di Desa kemantren

Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan.

3. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Perencanaan

31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

(28)

20

Peneliti melakukan studi literatur dengan mempelajari

berbagai buku yang membahas tentang keluarga ideal bagi suami istri.

Kemudian, peneliti mengumpulkan data-data yang telah dipelajari

untuk menjadi bahan pelatihan saat di lapangan.

b. Pengembangan

1) Merumuskan tujuan yaitu menciptakan keluarga ideal bagi

pasangan suami istri yang mana dalam pencapaiaannya

dibutuhkan kerjasama yang baik dari masing-masing suami istri.

2) Menyusun naskah pengembangan dengan mempersiapkan materi

tentang: a). Hak dan Kewajiban Suami Istri; b). Kiat Praktis

Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; c).

Komunikasi Suami Istri; dan d). Hubungan Intim Menurut

Pandangan Islam dan Medis.

3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi pasangan

suami istri agar dapat mengikuti proses bimbingan dengan tepat

sehingga peserta penelitian memahami target yang ingin dicapai

setelah diadakannya pelatihan.

c. Menyusun Strategi Evaluasi

Peneliti sangat perlu menyusun strategi evaluasi. Hal ini

dilakukan agar tingkat keberhasilan paket dapat diketahui sehingga

dapat mencapai hasil yang maksimal.

(29)

21

Tahap uji coba dilakukan untuk menghasilkan produk yang

berkualitas. Adapun uji coba ini melalui dua tahap, yaitu:

1) Uji ahli. Bertujuan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang

mendasar baik dalam segi isi buku paket maupun rancangannya.

2) Uji kelompok kecil dan terbatas. Bertujuan untuk mengetahui

efektifitas perubahan produk yang dihasilkan dari uji ahli serta

menentukan tingkat pemahaman para peserta pelatihan terhadap

materi paket.

e. Tahap Revisi Produk

Revisi produk merupakan kegiatan yang dilakukan setelah

tahap uji coba, dan juga sebagai kegiatan terakhir dari proses

pengembangan serta langkah penyempurnaan paket.32

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Berdasarkan jenisnya, data dalam penelitian ini

diklasifikasikan dalam dua macam, yaitu:

1) Data Primer merupakan data utama dari penelitian ini. Data

primer berupa segala aktivitas verbal dan nonverbal, sikap dan

perilaku yang diperoleh dari proses pelatihan yang diikuti oleh

sepasang suami istri, juga hasil tulisan tangan informan yang

32 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” (Skripsi,

(30)

22

tersedia di lembar kerja pernyataan yang terdapat dalam buku

paket latihan.

2) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh dengan mudah melalui membaca, mendengar dan

mengamati.33 Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari

buku-buku referensi yang menjadi pelengkap buku pelatihan.

b. Sumber Data

Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu:

1) Sumber data primer yaitu sumber data yang didapatkan langsung

dari lapangan, yaitu segala informasi yang didapatkan dari

sepasang suami istri yang menjadi peserta pelatihan, kepala desa,

mudin, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan masyarakat

yang sudah berkeluarga.

2) Sumber data sekunder berupa literatur yang terkait dan hasil

pengamatan peneliti terhadap situasi dan kondisi yang tergambar

dari proses pelatihan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

33 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Graha

(31)

23

Observasi merupakan proses pengamatan peneliti

menggunakan pancaindra dengan seksama.34 Mata yang tidak sekedar

memandang, tetapi memandang dengan penuh perhatian, telinga yang

mendengar dengan penuh pemahaman, dan lain sebagainya.

Kemudian, hasil pengamatan tersebut peneliti analisis dengan

menggunakan ilmu yang berkaitan dengan hasil pengamatan tersebut.

Ada beberapa aspek yang diamati oleh peneliti, yakni aspek

fisik dan psikis. Aspek fisik maksudnya segala sikap dan perilaku

yang tampak kemudian diiringi dengan ekspresi tertentu. Adapun

aspek psikis maksudnya makna kejiwaan (berupa perasaan, pikiran)

yang tersingkap dari ekspresi yang dimunculkan.

Peneliti mengambil metode observasi nonpartisipan di mana

peneliti tidak ikut serta dalam proses kehidupan berumah tangga yang

dijalani oleh suami istri. Peneliti hanya mengamati saja yang

bertujuan agar dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Observasi

ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas suami istri sehari-hari, baik

aktifitas berupa verbal maupun nonverbal, sikap dan perilaku yang

dimunculkan. Observasi ini dilakukan sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan.

Adapun kegiatan observasi yang peneliti lakukan antara lain:

1) Tanggal 15 Februari 2017

34 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press,

(32)

24

Peneliti sedang bersilaturrahim ke rumah ID (istri). YSP

(suami) kebetulan tidak berada di rumah. Peneliti dan ID duduk

santai sambil berbincang-bincang seputar kehidupan rumah

tangga. Di sela-sela perbincangan kami, YSP (suami) menelpon.

ID dan YSP pun berbicara lewat telepon. Tidak lama kemudian,

ID membentak YSP dengan nada kesal dikarenakan rasa tidak

sukanya terhadap sikap suami. Peneliti pada waktu itu

mengingatkan istri agar bersabar. ID pun menyatakan kepada

peneliti tentang beberapa sikap suami yang tidak disukai. Seperti,

sikap prosesif dan cemburu yang berlebihan. ID kesal karena

suami sering mengulangi sikap tersebut. Hal ini terlihat dari

ekspresi kekesalan yang terbaca dari wajah ID.

2) Tanggal 24 Februari 2017

Peneliti sedang berada di rumah LH (suami) dan IH (istri).

Waktu itu, peneliti mendapati suami sedang memperlakukan istri

secara tidak baik. Seperti, suami berbicara kasar terhadap istri,

suami tidak menghargai pekerjaan istri dan suami tidak

menghiraukan pendapat istri dengan baik. Terlihat jelas dari

ekspresi IH yang sangat kesal dan sedih atas sikap LH.

3) Tanggal 28 Februari 2017

Peneliti sedang silaturrahim ke rumah AFM (suami) dan

SRH (istri). Waktu itu, peneliti sedang berbincang dengan SRH.

(33)

25

nada yang kasar. Setelah dibelikan rokok, suaminya pergi. Istri

menanyakan soal tujuan kepergiannya. Namun, suami hanya

menjawab, “mau main!” (menjawab dengan singkat). Peneliti

melihat ekspresi kekesalan SRH terhadap AFM.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab yang dilakukan

oleh peneliti kepada pihak yang diwawancarai yang hasilnya

berbentuk tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, hasil pemikiran,

dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan

sehubungan dengan masalah penelitian.35 Hasil dari wawancara

tersebut akan menjadi pelengkap data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara

terbuka dan tertutup. Wawancara tertutup maksudnya wawancara

yang dilakukan dalam kondisi subjek tidak mengetahui kalau

diwawancarai. Wawancara tertutup ini dilakukan pada saat ada

persoalan kursial yang dialami oleh pasangan suami istri. Adapun

wawancara terbuka dilakukan dalam kondisi subjek menyadari dan

tahu tujuan dari wawancara.36

Wawancara ini dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan.

Wawancara yang dilakukan sebelum pelatihan bertujuan agar

memperoleh informasi tentang seluk beluk kehidupan rumah tangga

35 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1995), hal. 98.

36 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),

(34)

26

yang dijalani suami istri. Adapun wawancara yang dilakukan setelah

pelatihan bertujuan untuk menggali informasi tentang dampak dari

pelaksanaan pelatihan. Dengan demikian, akan diketahui ada tidaknya

perubahan-perubahan pada pola sifat, sikap, dan perilaku suami istri.

Adapun kegiatan wawancara yang peneliti lakukan antara lain:

1) Tanggal 18 Februari 2017: Wawancara peneliti dengan ID (istri

YSP) tentang hubungan intim. Wawancara ini bersifat tertutup,

dilakukan di rumah ID. Adapun intrumen dalam wawancara ini

hanya menggunakan memo dan bulpoin yang digunakan setelah

peneliti berada di rumah.

2) Tanggal 10 Maret 2017: Wawancara Peneliti dengan SRH (istri)

tentang cara suami istri menjalani kehidupan rumah tangga dalam

keseharian mereka. Wawancara ini bersifat terbuka, dilakukan di

rumah SRH. Peneliti menggunakan instrumen memo dan bulpoin

pada saat melakukan wawancara ini.

3) 30 Maret 2017: Wawancara peneliti dengan AM (istri), ID (istri)

dan IH (istri) mengenai ada atau tidak adanya konseling pranikah.

Wawancara ini bersifat terbuka, dilakukan di rumah

masing-masing. Adapun instrumen dalam kegiatan wawancara ini

menggunakan memo dan bulpoin yang digunakan setelah peneliti

berada di rumah peneliti.

4) Tanggal 06 April 2017: Wawancara peneliti dengan Kepala

(35)

27

dilakukan di KUA. Peneliti menggunakan instrumen satu lembar

kertas yang berisi daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara

dan perekam suara berupa handphone. Kemudian, peneliti

meminta tanda tangan Kepala KUA sebagai tanda bukti telah

melakukan kegiatan wawancara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pengambilan data yang

diperoleh dari dokumen37 berupa benda-benda tertulis, seperti buku,

notulen, catatan, harian, peraturan-peraturan dan lain-lain38 atau

berbentuk film yang telah ada.39 Peneliti menggunakan dokumentasi

melalui record berupa rekaman, hasil tulisan peserta selama pelatihan

berlangsung, serta foto buku panduan suami istri yang terdapat di

KUA. Adapun instrumen yang digunakan dalam kegiatan

dokumentasi ini antara lain: handphone yang digunakan untuk

merekam dan kegiatan foto-foto dan lembar kertas yang berisi daftar

pertanyaan yang akan diisi oleh peserta pelatihan.

d. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau

37 Husaini Usman, Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 55.

38 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara, 1996), hal. 202.

39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(36)

28

pertanyaan tertulis kepada responden untuk diisinya.40 Kuesioner

dalam penelitian ini berbentuk kuesioner tertutup dan terbuka.

Tertutup maksudnya responden hanya memiliki jawaban yang telah

disediakan peneliti. Adapun kuesioner terbuka maksudnya peneliti

memberikan kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban

sesuai dengan jalan pikiran dan perasaan masing-masing.41

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan kuesioner ini

berupa lembaran yang berisi pre-test dan post-test yang diisi oleh

peserta sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Juga, berupa

lembaran kertas yang berisi penilaian uji kelayakan paket. Adapun

instrumen tersebutsebagaimana terlampir.

Kuesioner diberikan kepada pasangan suami istri peserta

pelatihan (responden) yang berupa pre-test dan post-test yang berguna

sebagai alat pengukur potensi, manfaat serta dampak pelatihan yang

berpengaruh pada perubahan rangkaian perilaku. Hasil kuisioner ini

kemudian diberikan kepada tim uji ahli untuk mengetahui apakah

paket sudah memenuhi kriteria paket yang telah ditentukan, yaitu

kelayakan, kegunaan, ketepatan, dan respon positif responden.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data ini bertujuan agar peneliti memperoleh hasil temuan

yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Analisis data

40 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hal. 55.

41 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

(37)

29

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data lapangan model

Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu.42 Peneliti mulai melakukan analisis data saat sudah memulai

mengumpulkan data yang didapat dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian

dianalisis melalui cara berikut:

a. Melakukan Analisa Produk yang akan Dikembangkan

Melakukan analisa produk yang akan dikembangkan ini

dimulai dari pengumpulan informasi dan data. Informasi yang

dibutuhkan adalah sesuai atau tidaknya produk yang akan

dikembangkan ini dengan problematika peserta pelatihan.

b. Pengembangan Produk Awal

Model pengembangan ini dirancang dalam format dan tahapan

yang jelas, sederhana, dan sistematis sehingga memudahkan pasangan

suami istri untuk mengaplikasikan produk dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk

Penelitian dengan model pengembangan paket ini memiliki

tahapan khusus yang berbentuk uji lapangan dan revisi produk.

Melalui penilaian dan revisi atas produk pengembangan, maka dapat

42 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),

(38)

30

dihasilkan produk efektif dan tentunya diharapkan memiliki daya tarik

bagi para penggunanya untuk memahami isinya.43

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian

Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah penelitian adalah uji

keabsahan hasil penelitian. Uji keabsahan hasil penelitian sebagai tolak

ukur dari kualitas hasil penelitian. Peneliti menggunakan teknik keabsahan

data sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian research and development ini sangat

berperan penting dalam mengikuti setiap proses penelitian dari awal

hingga akhir. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara

menyeluruh dari semua sesi pelatihan dan di luar pelatihan (saat

peserta konsultasi) agar memperoleh data secara maksimal dan

mendalam sehingga dapat tergambar isi materi apa yang cocok dan

tepat untuk dimasukkan ke dalam produk.

b. Ketekunan Pengamatan

Peningkatan ketekunan pengamatan di lapangan sangat perlu

dilakukan dalam rangka memperoleh derajat pengabsahan hasil

penelitian yang maksimal. Ketekunan pengamatan ini dilakukan

dengan melibatkan seluruh panca indra, perasaan dan insting peneliti.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan kriteria atau

43 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

(39)

31

unsur yang relevan dengan masalah atau isu yang sedang diangkat

oleh peneliti.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengabsahan data yang

melibatkan peneliti, metode, teori dan sumber data. Cara ini

digunakan agar peneliti bisa menarik kesimpulan secara maksimal.

Triangulasi dibagi sebagai berikut:

1) Triangulasi peneliti adalah pengujian validitas hasil penelitian

yang melibatkan peneliti lain untuk melakukan pengecekan ulang

secara langsung baik dari segi wawancara ulang, atau perekaman

data yang sama di lapangan.

2) Triangulasi sumber data adalah proses membandingkan hasil

pengamatan atau data yang satu dengan data yang lain dengan

berbagai sumber data yang berbeda.

3) Triangulasi metodologi merupakan proses membandingkan data

sejenis dengan menggunakan berbagai teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda.

4) Triangulasi teoritis merupakan proses mengkaji satu

permasalahan dilihat dari berbagai sudut pandang teori yang lebih

dari satu.44

44 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hal.

(40)

32

Triangulasi yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah triangulasi sumber data, metode dan teoritis. Peneliti

melakukan triangulasi sumber data dengan menggunakan berbagai

sumber data, yakni data primer dan sekunder.

Adapun triangulasi metode yang dilakukan peneliti adalah

dengan mengumpulkan semua data sejenis yang didapat dari hasil

observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Melalui

pengkombinasian dan perbandingan data ini, maka akan saling

melengkapi. Sehingga lebih memungkinkan memperoleh hasil

penelitian yang akurat. Adapun triangulasi teoritis dilakukan peneliti

dengan menyikapi dengan bijak segala permasalahan rumah tangga

dengan merujuk dari beberapa teori.

H. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bagian awal. Bagian awal terdiri dari: Judul Penelitian (Sampul); Persetujuan Pembimbing; Pengesahan Tim Penguji; Motto dan Persembahan;

Pernyataan Otentisitas Skripsi; Abstrak; Kata Pengantar; Daftar Isi; Daftar

Tabel; dan Daftar Bagan.

Bagian inti. Bagian inti terdiri dari lima bab. Masing-masing bab berisi sub bab, antara lain:

Bab I. Pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Definisi Konsep;

(41)

33

BAB II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka terdiri dari: Kajian Keluarga Ideal; Hak dan Kewajiban Suami Istri; Kiat Praktis Pembagian Tugas

Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; Komunikasi Interpersonal Suami

Istri; dan Bimbingan Seks Suami Istri Menurut Pandangan Islam dan Medis.

Kemudian akan dibahas kerangka berfikir pengertian pengembangan paket

pelatihan keluarga ideal bagi suami istri.

BAB III. Penyajian Data. Penyajian data terdiri dari: Deskripsi Umum Objek Penelitian dan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di

Desa Kemantren.

BAB IV. Analisis Data. Terdiri dari: Analisis Data Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren dan Revisi

Produk.

BAB V. Penutup. Terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

Bagian akhir. Terdiri dari: Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

Demikian sistematika pembahasan dari skripsi yang berjudul, “Paket

Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri (Studi Kasus Sepasang

(42)

BAB II

KELUARGA IDEAL, PASANGAN SUAMI ISTRI, PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

A. Kajian Teoritik 1. Keluarga Ideal

a. Pengertian Keluarga Ideal

Keluarga memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:

1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki

beberapa arti, yakni ibu dan bapak beserta anak-anaknya, orang

seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara atau kaum

kerabat, satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam

masyarakat.45

2) Keluarga yaitu suami atau ayah, istri atau ibu dan anak-anak,

dengan kata lain keluarga inti yang hidup terpisah dari orang lain

di tempat tinggal mereka sendiri, dan para anggotanya satu sama

lain.46

3) Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil di dalam

masyarakat, yang diikat oleh tali pernikahan yang sah.47

4) George Murdock, dalam bukunyaSocial Structure, menguraikan

bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki

karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan

45 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 536.

46Jane Cary Peck,Wanita dan Keluarga(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 12.

(43)

35

terjadi reproduksi. Adapun menurut Zakaria Lemat, keluarga

merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat,

sekurang-kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan

anak-anak.48

5) Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam

masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan

kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam

suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.49

Ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

sesuatu yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau

diangan-angankan atau dikehendaki.50Di samping ideal (dalam penelitian ini),

penulis juga mengambil kata yang berkaitan, yakni sakinah ( ),

mengandung arti ketenangan .51

Adapun pasangan suami istri adalah pria dan wanita yang

menjadi pasangan hidup secara sah dan resmi melalui jalur

pernikahan.52 Keluarga ideal yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah kelompok paling kecil dalam masyarakat yang minimal terdiri

dari suami dan istri (baik yang sudah tinggal di rumah sendiri atau

48 Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga(Jakarta: Kencana, 2012), hal. 3.

49Mufidah,Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Edisi Revisi)(Malang:

UIN-Maliki Press, 2013), hal. 33.

50 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 416.

51 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Telaah oleh Ali

Ma shum dan Zainal Abidin (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 646.

52 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(44)

36

masih tinggal dengan mertua) yang menjalani kehidupan rumah

tangga sesuai dengan keinginan dan harapan masing-masing, dihiasi

dengan ketenangan dan kebahagiaan, sehingga dapat mencapai tujuan

bersama.

b. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Mencapai Keluarga Ideal

Pernikahan yang didasari atas asas Islami, tentu telah memiliki

taraf kedewasaan diri yang baik dengan segala cabang-cabangnya

serta telah mempunyai dan memenuhi persyaratan-persyaratan pokok

lainnya yang tidak dapat diabaikan bila menghendaki suatu

pernikahan yang bahagia dan penuh kesejahteraan, keharmonisan dan

keserasian yang menyeluruh.

Kondisi ideal yang melekat pada diri suami dan istri

sebenarnya suatu hal yang tidaklah sepenuhnya diperoleh. Namun,

tidak akan menghalangi berlangsungnya suatu pernikahan yang

berbahagia bila kedua belah pihak telah menyetujuinya dan berbulat

hati untuk bersatu dalam membina sebuah rumah tangga dengan

kesiapan mental guna menanggung segala macam resiko yang akan

dihadapi dalam perjalanan pernikahan selanjutnya.

Walaupun predikat ideal sukar diperoleh sepenuhnya oleh

masing-masing pribadi yang akan menjadi pasangan dalam

pernikahan, alangkah baiknya bila masing-masing pihak selalu

memahami dan berusaha mendapatkannya di sepanjang jalur

(45)

37

yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang cukup,

sangat menunjang pencapaian tujuan-tujuan pernikahan.53

Sedikitnya ada tiga bekal utama yang perlu diperhatikan untuk

mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga, sebagaimana yang

dikutib dari Asma Nadia, dalam bukunya yang berjudul Sakinah

Bersamamu, sebagai berikut:

1) Membangun jiwa sakinah. Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa,

artinya agar kau berteduh wahai para suami kepada istrimu.

Litaskunuuberasal darisakana yaskunu(berdiam atau berteduh).

Dari kata sakana muncul istilah sakinah yang berarti tenang.

Firman lain, Allah Swt. berkata: alaa bidzikrillahi tathma’innul

quluub, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang (QS.

Ar-Ra d: 28). Kalau disimpulkan keduanya, jelaslah bahwa hanya

dengan banyak berdzikir kepada Allah,insya Allahdapat dicapai

ketenangan dalam diri juga rumah tangga.

2) Menghidupkan semangat mawaddah. Mawaddah berarti cinta.

Tanpa mawaddah, kehidupan keluarga akan terasa hampa dan

menjenuhkan. Mawaddah biasanya sangat bersifat pribadi. Ia

terlepas dari persoalan fisik. Itu sebabnya, Allah Swt. memberi

penyeimbangnya, yaknirahmah, agar saat cinta mulai kehilangan

cahaya, masih ada semangatrahmahyang akan menjaganya.

53Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama(Yogyakarta: Pustaka

(46)

38

3) Mempertahankan spirit rahmah. Rahmah artinya kasih sayang,

diambil dari katarahima yarhamu. Katarahmahlebih bermakna

kesungguhan untuk berbuat baik kepada orang lain, apalagi

kepada keluarga. Katarahmahlebih mencerminkan sikap saling

memahami kekurangan masing-masing, lalu berusaha untuk

saling melengkapi. Sikap ini menekankan adanya tolong

menolong dalam bersinergi, sehingga kekurangan menjadi

kesempurnaan. Sikap rahmah pun lebih sering berperan ketika

semangat cinta mulai menurun.

Mawaddahdanrahmah bagaikan sepasang sayap. Bila sayap

itu berfungsi dengan baik,insya Allahtujuan kehidupan keluarga yang

penuh berkah dan diridhai Allah Swt. akan tercapai. Begitu indahnya

cara Islam dalam mengantarkan manusia menuju kebahagiaan

kehidupan rumah tangga yang bisa dilakukan siapa saja tanpa

memandang status sosial. Hanya perlu kerja sama yang baik dari

pasangan suami istri.54

Pasangan yang mau menikah, sangat diperlukan adanya

persiapan untuk menikah. Persiapan inilah yang menjadi bekal dalam

mengarungi kehidupan rumah tangga. Diantara persiapan menikah

antara lain:

54Asma Nadia,Sakinah Bersamamu; Belajar Lebih Bijak Berumah Tangga Melalui Cerita

(47)

39

1) Kesehatan fisik dan psikis. Agama Islam sangat meperhatikan

kesehatan manusia dan memerintahkan mereka agar menjaga

kebersihan dan menjauhi hal-hal yang najis atau kotor, serta

menganjurkan agar manusia berolah raga. Dengan begitu, jelas

bahwa kesehatan sangat diperlukan untuk bekal menikah. Tidak

hanya kesehatan fisik, kesehatan psikis juga sangat diperlukan.

Seperti, jiwa yang senantiasa tenang, tentram dan damai menjadi

salah satu hal penting untuk bekal menikah.

2) Keilmuan. Suami istri perlu memiliki bekal ilmu yang akan

menemani setiap perjalanan rumah tangga mereka.

3) Akal. Manusia sebelum menikah, diperlukan untuk memiliki

bekal dalam penggunaan akal yang baik, memiliki pemikiran

yang matang terhadap segala hal, dapat menyimpulkan dengan

baik segala peristiwa yang terjadi.

4) Jiwa dan akhlak yang baik. Melalui ibadah sehari-hari, seperti

shalat, puasa, zakat dan haji, akan dapat mengokohkan akhlak

seseorang, mensucikan jiwanya, dan mendidik perasaan hatinya,

mengarahkan bermacam-macam emosinya ke arah yang positif,

menajamkan perasaannya, memperkuat kehendaknya,

memantapkan tekad, menyeimbangkan karakternya hingga hanya

karakter baiknya yang dominan, menstabilkan tabiatnya hingga

dia tidak akan ragu-ragu atau terlalu lamban namun juga tidak

(48)

40

menjadi orang yang statis, namun juga tidak dikuasai sifat

tergesa-gesa dan mudah panik, tidak mudah menjadi sangat

gembira dan tidak gampang merasa sangat menderita, serta juga

tidak kehilangan kesadaran dan perasaan hatinya.55

Kesalahan besar seorang suami atau istri adalah, mereka yang

ingin menjalani kehidupan rumah tangganya tanpa mau mengalami

pelbagai problem dan kesulitan-kesulitan hidup. Mereka

mengidam-idamkan sebuah kehidupan rumah tangga yang ideal bersama

pasangan dan menginginkan untuk mewujudkannya. Dia

menginginkan hak-haknya saja tanpa mau menunaikan kewajiban

yang seharusnya dilakukan sebagai seorang suami atau istri. Hal ini

adalah satu gambaran yang sangat berbeda dan sebuah pandangan

yang salah jika menginginkan kehidupan keluarga yang ideal.56

Penelitian terhadap 1.000 pria menikah yang berusia antara

21-78 tahun, mengenai alasan yang membuat pernikahan berjalan baik

dan membuahkan hasil cukup menarik, sebagai berikut:

1) Adanya komunikasi yang baik

Komunikasi ini berupa cerita yang ringan sampai pada

cerita yang berat (sesuatu yang penting atau adanya

permasalahan). Suami istri saling berkomunikasi secara timbal

baik. saling mengetahui kapan sebaiknya dia berbicara dan kapan

55Muhammad Washfi,Mencapai Keluarga Barokah. Terjemahan oleh Humaidi Syuhud

dan Ahmadi Andianto (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hal. 151, 152, 153, 164, 171.

56 Adil Fathi Abdullah,Ketika Suami Istri Hidup Bermasalah. Terjemahan oleh Abdul

(49)

41

dia hanya cukup mendengar. Kalau suami dilanda masalah, istri

cukup diam mendengarkan. Dan kalau dirasa butuh pendapat,

istri dengan pelan-pelan menyampaikan pendapatnya. Begitupun

sebaliknya suami kepada istri.

2) Menjadikan kehidupan rumah tangga sebagai kehidupan pribadi

Ada beberapa hal yang menjadi kehidupan pribadi suami

istri dan tidak ada ruang bagi orang lain untuk mengetahuinya.

Hal-hal yang bersifat pribadi seperti, rahasia tempat tidur ,

segala permasalahan pribadi rumah tangga, dan lain sebagainya

yang dianggap penting bagi suami istri.

3) Pribadi yang mandiri

Suami maupun istri perlu memiliki kepribadian yang

mandiri. Walaupun

Gambar

Tabel 2.1Daftar Pekerjaan Domestik Rumah Tangga
Tabel 2.2Jam Kerja Rumah Tangga
Tabel 2.3
Tabel 3.1 Perhitungan Uji Ahli Kelayakan Paket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dipenksa dan divalidasi dengan baik, dan sampai pernyataan ini dibuat sebagai karya ilmiah original / plagiat*, sehingga kami turut bertanggung jawab bahwa karya ilmiah

a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan dapat diketahui dari tabel 12. Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah sejenis dengan vokal sebelumnya.

Hasil 1).faktor fisik yang paling kuat berpengaruh adalah kemiringan lereng, tingkat erosi, permeabilitas tanah faktor non fisik yang berpengaruh adalah tekanan ekonomi

“Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu,

Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahunan Pengadilan Militer I-07 Balikpapan tahun 2020 ini merupakan gambaran pelaksanaan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

6) Guru menyuruh siswa untuk menggabungkan kalimat menjadi karangan dengan kata penghubung yang tepat dan memperhatikan penggunaan ejaan secara individu.

Mengetahui faktor penghambat dalam mengimplementasikan peraturan daerah nomor 15 tahun 2011 tentang retribusi rumah potong hewan (studi pada upacara adat rambu