• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMUN IREMBANG ipi140448

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMUN IREMBANG ipi140448"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMUN I

REMBANG

Sri Ernawati

Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta

Abstract

Recently, many mischief and crime actions such as the act of fighting, beating, and other crime actions had been situated by teenagers. The phenomenon indicates the increase of aggressive behaviors among teenagers. The problem can no longer be considered as common mischievousness behavior, due to the negative effects. The taking place of the events could be caused by teenager’s over-confidence. The over-convidence teenager tends to fail to judge his flaws objectively, so that he always feels that he’s perfect and better than anyone else.

Based on mentioned problems, researcher wants to find out the correlation between self-confidence and aggressive behavioral tendency, to answer the question whether self-confidence dos affect teenager’s aggressive behavioral tendency. There are two variables served in this inquiry : 1) The tendency of aggressive behavior as dependent variable, and 2) self-confidence as independent variable.

Population in the research consists of second grade student of SMUN I Rembang. Sampling technique of the research uses Cluster Random Sampling, where all classes have the chance to be examined as research subject. There are 35 research subjects who are treated as try-out subject, and 72 research subjects who are anaysed for the research purpose.

In this research, the data collecting methodology used questionnaire which has already been tested its validity and reliability. The data analyzing technique uses Correlation Product Moment.

The result of the data analysis shows these results : there are positive correlation between self-confidence and the aggressive behavioral tendencies of the student of SMUN I Rembang. This can be seen with the rate of rxy = 0,435 with p < 0,01.

The level of subject’s self confidence canbe classified as high, while the subject’s aggressive behavioral tendencies can be classified as low. The effective contribution of self confidence to aggressive behavioral tendencies is 18,9 percent. It can be concluded that there are 81,1 percent of other factors that can add contribution to affect the aggressive behavioral tendencies like temperature anf disindividuation.

(2)

Abstrak

Akhir – akhir ini banyak terjadi tindak kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh remaja seperti perkelahian antar pelajar, pengeroyokan dan tindakan kriminil lainnya. Hal tersebut menunjukkan semakin meningkatnya tindakan agresif yang dilakukan remaja. Problem tersebut sudah tidak bisa ditolerir sebagai kenakalan biasa karena akibat yang ditimbulkan bersifat sangat negatif. Peristiwa tersebut mungkin disebabkan karena rasa percaya diri remaja yang terlalu tinggi. Karena remaja yang sangat percaya diri cenderung tidak dapat melihat kekurangan dirinya secara obyektif, sehingga dia selalu ingin sempurna dan merasa lebih baik dari orang lain.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis ingin mengetahui “ apakah benar kepercayaan diri dapat berpengaruh pada perilaku agresif remaja?”. Adapun variabel penelitian ini adalah : 1. Kecenderungan perilaku agresif sebagai variabel tergantung, 2. Kepercayaan diri, sebagai variabel bebas.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 2 SMUN I Rembang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Cluster Random Sampling, maksudnya semua kelas mempunyai kesempatan yang sama sebagai subyek penelitian. 35 subyek sebagai subyek try-out dan 72 dianalisis untuk penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket, dan angket yang digunakan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedang analisa data yang digunakan adalah korelasi product moment.

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku agresif pada siswa-siswi SMUN I Rembang. Hal ini ditunjukkan dengan rxy = 0,435 dengan p< 0,01

Kepercayaan diri yang ada pada subyek tergolong tinggi dan kecenderungan perilaku agresif subyek tergolong rendah. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap kecenderungan perilaku agresif adalah 18,9 %. Hal ini berarti masih ada 81,1% faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku agresif seperti temperatur dan deindividuasi.

(3)

PENDAHULUAN

Kenakalan remaja merupakan suatu fenomena yang kompleks dan sering terjadi pada remaja. Di mana remaja sebagai kelompok masyarakat yang sedang mencari identitas diri, tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan yang beragam. Dalam kehidupan bermasyarakat sering mengakibatkan remaja merasa kesulitan untuk mengadakan penyesuaian terhadap kondisi yang ada. Adanya kegagalan remaja dalam mengatasi masalah sering menyebabkan kompensasi. Di mana kompensasi yang terjadi tidak selalu positif , tetapi dapat juga berupa kenakalan atau kecenderungan berlaku agresif. Terlebih jika dibarengi dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Kecenderungan agresif menurut Dember (1984) merupakan suatu perpaduan antara keyakinan individu terhadap individu lain dan terhadap suatu obyek, dengan respon emosional yang dimunculkan, individu yang bersangkutan terhadap individu lain dengan obyek yang sama dan sejenis. Dimana perilaku

agresif bisa dikatakan juga sebagai perilaku yang dipelajari dari lingkungan, bukan yang diwariskan.

Dari tahun ke tahun sudah sedemikian parahnya peningkatan kenakalan remaja di sekitar kita

sehingga banyak yang

mengkhawatirkan. Kecenderungan kenakalan remaja tersebut semakin membahayakan masyarakat, seperti merampok, perkelahian massal yang berakibat pembunuhan dan lainnya. Tingkah laku remaja yang demikian itu memang bisa disebabkan oleh adanya tekanan yang mereka rasakan dari lingkungan tetapi bersumber pada keinginan untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap situasi yang mendukung dirinya. Dimana situasi yang tidak menyenangkan biasanya akan memunculkan reaksi atau perilaku menyimpang dalam diri remaja terhadap lingkungannya. Kecenderungan perilaku agresif pun dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek frustrasi, efek senjata, alcohol dan obat-obatan, agresi tersinggung.

(4)

aktif tidak langsung, 4) Agresi Fisik pasif tidak langsung, 5) Agresi Verbal Aktif Langsung, 6) Agresi verbal pasif langsung, 7) Agresi verbal aktif tidak langsung, 8) Agresi verbal pasif tidak langsung.

Seiring dengan hal tersebut, rasa percaya diri sangat diperlukan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Karena kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan, tidak tergantung pada orang lain dan melihat kenyataan secara obyektif.

Rasa percaya diri itu sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu rasa kepercayaan diri tinggi, normal dan rendah. Dimana aspek yang berpengaruh antara lain keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

Pada massa remaja pengaruh lingkungan sangat besar dalam membentuk kepercayaan dalam dirinya. Pada masa transisi, remaja biasanya mengalami krisis identitas yang merupakan fenomena pribadi. Dimana pada masa itu, remaja

mencoba untuk menunjukkan individualitas dan otonominya. Remaja mengalami kehidupan yang semakin luas dan ia membutuhkan rasa solidaritas dari teman-temannya. Rasa ini akan membuat remaja semakin percaya diri karena ia merasa tidak sendirian. Kadang remaja mampu melupakan keluarganya sendiri bahkan dirinya sendiri. Di dalam kelompoknya itu remaja kan merasa aman, kuat dan dapat mempelajari kehidupan social dengan sesame atau lawan jenisnya.

Rasa kepercayaan diri yang begitu tinggi pada seorang remaja akan cenderung membuat remaja itu berlaku agresif, karena dengan kepercayaan diri yang over tersebut, remaja merasa dirinya adalah orang yang paling benar dan super. Apalagi jika ditunjang dengan lingkungan yang kurang mendukung. Remaja akan cenderung melakukan hal-hal yang merugikan orang lain (cenderung agresif).

(5)

convidence (terlalu tinggi) itu akan cenderung melakukan tindakan agresif.

METODE

Definisi Operasional

1. Kepercayaan Diri

Yaitu merupakan suatu keyakinan pada diri seseorang akan kemampuan dirinya, tidak selalu tergantung kepada orang lain, mampu berfikir positif

sehingga ia dapat

mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya serta dapat melihat kenyataan secara obyektif. Hal ini diungkap dengan angket kepercayaan diri. Dimana semakin tinggi skor maka semakin tinggi kepercayaan dirinya.

2. Kecenderungan Perilaku Agresif Yaitu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan yang mengandung bahaya, menyakiti, melukai atau merugikan diri sendiri atau orang lain serta tidak dapat diterima masyarakat lingkungannya. Hal ini diungkap

dengan angket kecenderungan perilaku agresif. Dimana semakin tinggi skornya maka semakin tinggi kecenderungan perilaku agresif.

Populasi, Sample dan Teknik

Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas dua SMU N 1 Rembang, jadi populasinya

berbentuk “finit”, maksudnya

jumlahnya relative tetap atau pasti.Sampel pada penelitian ini berbentuk cluster sampel. Pada penelitian ini sampelnya adalah sebagian siswa-siswi SMU N 1 Rembang yang duduk di kelas dua.Teknik pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah cluster random sampling.

(6)

Lauster (1992) yaitu 1) keyakinan, 2) optimis, 3) obyektif, 4) tanggungjawab, 5) rasionalitas dan realitas.

Penyusunan butir-butir untuk angket kecenderungan perilaku agresif berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Koeswara (1988) yaitu frustrasi, efek senjata, alkohol dan obat-obatan, agresi tersinggung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasar hasil analisis data yang diperoleh dengan product moment diketahui rxy = 0.435

dengan p < 0.01 yang berarti ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku agresif pada siswa SMA I Rembang. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan terbukti, bahwa semakin over convidence individu,

maka saemakin tinggi

kecenderungan perilaku agresifnya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Tetapi kepercayaan diri yang berlebihan justru akan mengakibatkan perbuatan

yang negative. Hal tersebut terjadi karena remaja yang sangat percaya diri cenderung tidak dapat melihat kekurangan dirinya secara objektif, sehingga ia akan selalu ingin sempurna dan lebih baik dari orang lain (Lauster dalam Sa’idah, 1995).

Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap kecenderungan perilaku agresif sebesar 18,9%. Artinya kepercayaan diri bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi timbulnya kecenderungan perilaku agresif. Tetapi masih ada factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya kecenderungan perilaku agresif (Willis,1981). Factor-faktor tersebut, antara lain :

a. Kondisi pribadi remaja yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik atau psikis, lemahnya control diri terhadap lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan. b. Lingkungan keluarga yang

(7)

dan keluarga yang kurang harmonis.

c. Lingkungan masyarakat yang

kurang sehat,

keterbelakangan pendidikan pada masyarakat, pengaruh norma-norma baru dari luar. d. Lingkungan sekolah, seperti

kurangnya perhatian guru.

Kategori yang ada pada kepercayaan diri yaitu sangat tinggi (171,84 – 206,4), tinggi (137,18 – 171,84), sedang (102,72 – 137,28), rendah (68,16 – 102,72) dan sangat rendah (33,6 – 68,16). Untuk variabel kepercayaan diri dengan mean empiric 153,208 dan mean hipotetik 120 tergolong tinggi. Sedang pada kecenderungan perilaku agresif yang ada yaitu sangat tinggi (125,3 – 150,5), tinggi (100,1 – 125,3), sedang (74,9 – 100,1), rendah (49,7 – 74,9) dan sangat rendah (24,5 – 49,7). Variabel kecenderungan perilaku agresif dengan mean empiric 59,75 dan mean hipotetik 87,5 terletak pada kategori rendah.

Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh factor hasil proses belajar, kondisi internal dan factor

situasional. Penelitian ini juga menemukan bahwa beberapa kondisi berpengaruh terhadap seseorang untuk menjadi agresif melalui proses kognitif seperti pengaruh temperature maupun pengaruh perseorangan yang ditentukan oleh pemikiran individu terhadap maksud pelaku.

Goodhart (Sulistyo, 1999) mengemukakan bahwa satu proses dalam cognitive processing adalah evaluasi. Individu akan mengevaluasi peristiwa dari positif atau negative dengan melibatkan aspek-aspek identitas diri dan pandangan terhadap dunia. Bagaimana pemrosesan informasi dalam suatu situasi akan menentukan bentuk perilaku seseorang.

(8)

SIMPULAN

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku agresif, yaitu semakin tinggi kepercayaan diri (over convidence), maka akan semakin

tinggi kecenderungan untuk berperilaku agresif.

2. Kepercayaan diri yang ada pada subjek tergolong tinggi.

3. Kecenderungan perilaku agresif yang ada pada subjek tergolong rendah.

4. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap kecenderungan perilaku agresif 18,9%. Hal ini

menunjukkan bahwa

kecenderungan perilaku agresif tidak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan diri saja, tetapi 81,1% factor lain ikut mempengaruhinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri (terjemahan Rita Waryadi). Jakarta : CV. Rajawali

Azwar, S. 1986. Reliabilitas dan Validitas Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta : Liberty.

---. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Liberty.

Bandura, A.1997. Social Learning Theory. New Jersey : Prentice Hall.

Berkowitz, L. 1993. Aggression It’s Causes, Consequences and Control. New York : Mc. Graw Hill, Inc.

Brennecke, J.H. dan Amick, R.G. 1978. Psychology and Human Exprence. Land.ed. California Gleoncol Publishing Co.Inc

Daradjat, Z. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Gunung Mulia.

_________. 1990. Problem Remaja di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang.

Faizah, A. 1994. Hubungan Antara Konsep Diri dan Persepsi Terhadap Kondisi Sekolah dengan Perilaku Agresif Pada Remaja. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung : P.T. Eresco

(9)

______. 1984. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Hambly, K. 1987. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri (terjemahan FX. Budiyanto). Jakarta : Arcan

Hurlock, E.B. 1978. Child Development. New York : Mc. Grow Hill Book Company.

__________. 1979. Child Development (6th.ed). Tokyo : Mc.Grow Hill Kagakusha Ltd.

Jersild, A.T. 1964. The Psychology of Adolescence. New York : The Mac Millan Company.

Khumas, A. 1997. Peran Agresi terhadap Perilaku Agresif Anak-anak. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung : P.T. Eresco

Kumara, A. 1988. Studi Pendahuluan Tentang Validitas dan Reliabilitas The Test of Self Confidence. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Lauster, P. 1988. The Personality Test. London : Ran Books.

________. 1992. Tes Kepribadian (terjemahan D.H. Gulo), Jakarta : Bumi Aksara

Maslow, A.N. 1970. Motivation and Personality. New York : Herper and New Publisher.

Monks, F.J., Knoers, AMP dan Haditono, S.R. 1985. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mutiara, I. 1999. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Asertivitas dengan Kecemasan

dalam Komunikasi

Interpersonal. Skripsi. Srakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Rokhmat, J. 1994. Psikologi

Komunikasi. Cetakan

kesembilan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Sai’dah, M. 1995. Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Psikologi dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja. Skripsi. Surakarta : Fkultas Psikologi UMS.

Sarwono, S.W. 1994. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Supriyana, R. 1994. Hubungan Antara Intensitas Melihat Film Kekerasan di TV dengan Tindak Agresi. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Suryabrata, S. 1982. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Rake Press.

Susetya, Y.F. 1999. Hubungan Antara Berpikir Positif dan Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Agresi Reaktif Remaja. Jurnal Pemikiran dan

(10)

Psikologikal. No. 7, tahun III. Hal. 51 – 63.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan kelulushidupan ikan sidat setelah pemberian pakan alternatif dengan berbagai proporsi dan untuk mengetahui

4) Shooting kedua dan seterusnya testee mengambil bola dari kotak 6. Kemudian dribbling dan memposisikan bola pada kotak 5 untuk shooting.. Skor tes berupa waktu tempuh dan

SD4-075 Peningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bilangan Pecahan Kelas IV SD

In the third stage, the sustainable revitalization model of Cetho temple as the religious (Tirta Yatra) and educative (Widya Wisata) based on Tri Karana, is the final target of

Lebih lanjut, data hambatan arus listrik lendir vagina pada kelompok injeksi ganda lebih rendah dibandingkan dengan injeksi tunggal (187.77 ; 192.14), dengan pola

Hal ini berarti ada peningkatan motivasi belajar dari pra tindakan sampai siklus II sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran tipe STAD yang diterapkan pada siswa kelas

Untuk mencapai tujuan tersebut akan di lakukan kajian faktor-faktor modal sosial yang ada di PKL Kawasan Alun-Alun Kota Taliwang, menganalisis peranan modal sosial

prinsip-prinsip, teori, jenis-jenis dan bentuk-bentuk inovasi, makna dan tujuan inovasi, model- model inovasi yang dikembangkan di berbagai negara dan institusi (pemerintahan,