• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN ANAK. Pelaksanaan perlindungan dan kesejahteraan anak di Indonesia untuk setiap anak. Tentang perlindungan anak. UNICEF di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN ANAK. Pelaksanaan perlindungan dan kesejahteraan anak di Indonesia untuk setiap anak. Tentang perlindungan anak. UNICEF di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN ADVOKASI

PERLINDUNGAN

ANAK

Pelaksanaan perlindungan dan kesejahteraan anak

di Indonesia – untuk setiap anak

Tentang perlindungan anak

UNICEF di Indonesia

1 Selama beberapa tahun terakhir, fokus pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan Pemerintah Indonesia telah memberikan peningkatan dampak positif pada kesejahteraan anak-anak Indonesia. Elemen kunci dalam penguatan perlindungan anak adalah perkembangan dan peningkatan kebijakan, yang harus terus diperhatikan supaya tujuan-tujuan perlindungan anak dapat tercapai. Memastikan registrasi kelahiran untuk setiap anak terus menjadi tantangan, begitu juga dengan pengurangan kekerasan terhadap anak-anak. Dukungan kesejahteraan pada anak-anak yang sudah hidup di luar pengasuhan tetap menjadi upaya yang terus

berkembang, dan perlindungan anak saat bencana menambahkan dimensi lain lagi pada pengurangan risiko, persiapan dan pelaksanaan respon bencana.

UNICEF bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung upaya-upaya perlindungan anak di seluruh Indonesia, menuju pada perkembangan sistem komprehensif yang dapat

mempromosikan dan memastikan perlindungan anak, baik laki-laki maupun perempuan dalam semua konteks. Upaya ini terdiri dari penguatan bukti yang dapat memantau peraturan dan kebijakan terkait anak-anak, perkembangan kapasitas untuk pihak-pihak kunci terkait kesejahteraan anak-anak, dan memberikan dukungan teknis yang inovatif dalam reformasi kebijakan dan berbagai program terkait anak-anak ke seluruh wilayah di Indonesia. Strategi-strategi seperti ini terus diperkuat melalui pembangunan kemitraan untuk hak-hak anak, dan menjadi suara di garis depan untuk seluruh anak, dimanapun.

Murid sekolah dasar di Mamuju, Sulawesi Barat.

Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

© UNICEF Indonesia/20 18/@raditski PENGUATAN BUKTI KETERLIBATAN PENGEMBANGAN KAPASITAS DUKUNGAN KEBIJAKAN & TEKNIS Pendekatan UNICEF Indonesia

(2)

7 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

Mengintegrasikan aktivitas dan inisiatif terkait registrasi dengan pemberian layanan garis depan di tingkat lokal

Memastikan bahwa layanan pencatatan kelahiran tersedia untuk masyarakat di mana saja, terlepas dari lokasi geografis Memusatkan perhatian khusus pada inklusi sosial, untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarga miskin, masyarakat tradisional dan anak-anak penyandang disabilitas dipertimbangkan selama perencanaan pemberian layanan

Memprioritaskan hak setiap anak untuk mendapat identitas legal saat lahir, terlepas dari status perkawinan atau sosial orang tua anak tersebut.

UNICEF terus memberikan anjuran bagi negara Indonesia bahwasanya semua anak harus memiliki akta kelahiran, bebas dari kekerasan dan eksploitasi, didukung oleh sistem kesejahteraan sosial yang kuat dengan intervensi keadilan khusus bagi anak, dan diberikan perhatian spesifik dalam persiapan bencana dan upaya pengurangan risiko.

Untuk mencapai hal ini, UNICEF Untuk mencapainya, UNICEF meminta aksi dari perwakilan pemerintah - dari desa ke tingkat nasional - untuk beraksi mendukung implementasi perlindungan anak di seluruh Indonesia, sebagaimana dirinci di bawah ini.

Para murid MAN Model Sorong, Papua mengikuti pelatihan keterampilan hidup.

©

UNICEF

Indonesia/20

17/Kate W

atson

Memastikan bahwa semua anak memiliki akta kelahiran, dan pemerintah bertanggung jawab untuk mencatat semua kelahiran baru, dengan cara:

Bekerja dengan pihak-pihak terkait untuk mengakhiri perkawinan anak, untuk memastikan bahwa anak perempuan dan perempuan muda dapat menyelesaikan pendidikan mereka dan mewujudkan semua hak lainnya

Mengakhiri semua bentuk kekerasan fisik dan seksual serta pelecehan terhadap anak-anak dengan menentang norma sosial yang berbahaya, serta dengan terus meningkatkan perhatian pada pelecehan emosional berikut dampaknya terhadap kesehatan mental anak-anak

Melindungi anak-anak dari pekerjaan berbahaya dan memastikan bahwa pendidikan dan kesehatan mereka diprioritaskan di atas permasalahan ekonomi

Melindungi anak-anak dari ancaman online dan digital seperti eksploitasi seksual, konten kekerasan dan pengucilan sosial melalui perundungan, sembari tetap memberi mereka kebebasan untuk mengambil manfaat dari dunia digital.

Mengakhiri semua bentuk kekerasan dan eksploitasi anak dengan memprioritaskan hak dan keselamatan anak dalam semua kasus dan semua konteks, dengan cara:

PERMINTAAN

KUNCI

Child Protection within the SDGs

Mengapa hak anak penting?

Panduan implementasi

perlindungan anak

di Indonesia

2

Anak-anak adalah individu – bukan barang ataupun benda milik orang tua maupun negara.

Anak-anak memulai hidup sebagai makhluk yang bergantung seluruhnya, dan bergantung pada orang dewasa untuk membina mereka menuju kemandirian – jika pengasuh utama tidak mampu memenuhi peran mereka, maka negara diwajibkan untuk menyediakan pengasuhan alternatif.

Tindakan pemerintah paling berdampak pada anak-anak dibandingkan kelompok lainnya – oleh karena itu proses pembuatan kebijakan harus mempertimbangkan kepentingan anak-anak.

Mendengarkan suara anak-anak dalam proses politik penting untuk partisipasi mereka dalam kehidupan bernegara di masa depan.

Dampak perubahan sosial dirasakan oleh anak-anak secara disproporsional, bahkan lebih dirasakan ketika situasi konflik bersenjata dan jenis bencana lain berlangsung.

Perkembangan kesehatan anak-anak sangat penting untuk kesejahteraan

masyarakat, baik sekarang maupun di masa depan.

Pengalaman di kehidupan awal anak-anak sangat memengaruhi masa depan mereka

– Kegagalan melindungi mereka dapat menimbulkan kerugian yang besar.

Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (UNCRC)

Sustainable Development Goals (SDGs) Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 28B (2) dan Pasal 34 (1)

Perpres No. 18/2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Undang-Undang No. 35/2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak Peraturan Pemerintah No. 6/2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak

Peraturan Pemerintah No. 59/2019 tentang Koordinasi Perlindungan Anak

Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

Seorang kakak membantu adiknya mengerjakan tugas sekolah.

©

UNICEF Indonesia/20

(3)

3 Indonesia memerlukan tiga pendekatan pokok untuk memastikan perlindungan anak. Pertama adalah

lingkungan yang memungkinkan, di dalamnya termasuk perkembangan layanan perlindungan anak yang kuat –

yang juga dapat membina peningkatan penyediaan layanan perlindungan anak, sekaligus mendorong munculnya ‘permintaan’ atas layanan tersebut. Upaya penguatan lingkungan ini membutuhkan, antara lain: peningkatan pemahaman terkait hak, undang-undang dan kebijakan anak yang mencerminkan prinsip-prinsip pro-anak; penguatan data dan bukti sekaligus pendanaan yang memadai untuk mendukung proses

pelaksanaan. Dalam lingkungan ini pemerintah dan pemangku kepentingan perlindungan anak lain harus memastikan pelayanan dan mekanisme perlindungan anak dapat dikembangkan, diakses dan dipromosikan kepada masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut, pemanfaatan dan ‘permintaan’ atas layanan tersebut harus ditingkatkan melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang perlindungan anak, sekaligus mengatasi hambatan sosial, budaya dan ekonomi yang menghalangi peningkatan perlindungan anak.

Titik awal untuk meningkatkan perlindungan anak termasuk:

Lingkungan yang memungkinkan • Meningkatkan pemahaman hak-hak anak • Mengidentifikasi hal

yang dapat didukung kebijakan

• Membuat atau

menjelaskan perarturan

• Membuat data dan

sistem informasi

• Mendorong koordinasi

kebijakan yang efektif

Penyediaan

• Memastikan akses kepada

pelayanan yang berkelanjutan

• Membuat standar layanan

yang berkualitas•

• Memperkuat kapasitas

tenaga kerja profesional

• Meningkatkan pendanaan

• Melakukan perkembangan

kapasitas dalam lembaga- lembaga

Tuntutan

• Meningkatkan kesadaran terkait

hak-hak dan perlindungan anak di masyarakat

• Mendorong pemahaman yang

lebih baik terkait undang-undang perlindungan anak

• Mendukung kegiatan dan layanan

khusus anak di tingkat desa, seperti deteksi dini terkait kerentanan terhadap kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi

• Menyoroti kemudahan dan

dukungan untuk akses layanan •

Mendorong upaya untuk

mengatasi tradisi atau kegiatan yang berdampak negatif pada anak-anak

Melaksanakan pelayanan dasar bersifat langsung dan wajib di masyarakat, termasuk di dalamnya pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, perlindungan masyarakat dan urusan sosial Melaksanakan layanan wajib non-dasar termasuk di dalamnya pemberdayaan perempuan & perlindungan anak, administrasi kependudukan & pencatatan sipil serta urusan pemuda & olahraga. Memberikan bantuan teknis untuk implementasi kebijakan nasional dan standar minimum

Memberikan layanan berbasis kelembagaan dalam urusan sosial kesejahteraan anak

Mengembangkan kebijakan dan standar minimum layanan Menyediakan panduan dan pengawasan terhadap implementasi

Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

Pendekatan tiga jalur untuk pelaksanaan

Mengatasi hambatan terhadap pelaksanaan perlindungan anak

Peran pemerintah dalam perlindungan anak

Kabu paten / K ota Pr ovinsi Nasional 6 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak Undang-undang dan peraturan

RPJMN

Mengembangkan model peradilan alternatif yang terintegrasi di tingkat provinsi.

Meningkatkan kepedulian dan pemahaman penegak hukum, pemangku kepentingan urusan legal, dan masyarakat luas tentang undang-undang, manajemen kasus dan perlindungan anak yang sedang berhadapan dengan hukum.

Undang-Undang No. 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Peraturan Pemerintah No. 43/2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana

Peraturan Pemerintah No. 65/2015 tentang pedoman pelaksanaan diversi pada penanganan anak yang belum berumur 12 tahun

Keadilan bagi anak-anak

Nasib anak-anak yang berhadapan dengan hukum tidak dapat diabaikan, karena banyak hak anak yang diabaikan ketika anak-anak menjadi sasaran oleh sistem peradilan orang dewasa. Kebijakan dan peraturan yang telah dikembangkan seputar topik ini harus diterapkan di tingkat pemerintahan yang lebih rendah, dan para pemangku kepentingan dalam sistem hukum perlu meningkatkan keterlibatan serta pemahaman mereka tentang keadilan untuk anak-anak. Fokus hal ini harus beralih ke model alternatif pengalihan penyelesaian perkara masyarakat, yang membutuhkan perencanaan dan pendanaan yang tepat untuk dapat secara efektif mendukung hasil yang lebih baik bagi anak-anak.

[PHOTO SAMPLE]

Undang-undang dan peraturan RPJMN

Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua

Dari sekitar 2,15 juta anak Indonesia yang tidak hidup dengan orang tua kandung, 500.000 diantaranya tinggal di lembaga pengasuhan di luar lingkungan keluarga.1 Lebih banyak perhatian harus diberikan untuk merawat

anak-anak yang tinggal di luar rumah - terlepas dari tatanan hidup mereka atau sejarah mereka sebelumnya. Dukungan untuk keluarga besar yang memikul tanggung jawab atas anak kerabat sangat penting, dan lembaga dan pekerja kesejahteraan anak membutuhkan kapasitas dan pelatihan profesional yang jauh lebih besar. Pengembangan sistem kesejahteraan sosial terpadu untuk anak-anak Indonesia adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh semua tingkatan pemerintah, dan juga semua pihak lain yang aktif di sektor perlindungan anak.

1 Better Care Network & UNICEF, 2015, Making Decisions for the Better Care of Children, p. 44

Mengembangkan sistem kesejahteraan sosial terpadu yang tersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang rentan, termasuk di dalamnya mereka yang hidup tanpa orang tua.

Mengembangkan kapasitas pekerja sosial, berikut dukungan ekonomi untuk keluarga –khususnya keluarga memikul tanggung jawab atas anak kerabat.

Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 34 (1-2)

Undang-Undang No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang No. 14/2019 tentang Pekerja Sosial

Peraturan Pemerintah No. 44/2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak

Peraturan Pemerintah No.54/2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak

Peraturan Pemerintah No. 9/2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

(4)

Undang-undang dan peraturan RPJMN

4

Registrasi kelahiran

Walaupun terdapat peningkatan angka kelahiran yang telah teregistrasi, masih dibutuhkan upaya yang signifikan untuk memastikan seluruh anak Indonesia dapat teregistrasi saat lahir – sebagai langkah awal untuk

memastikan masa depan generasi termuda penerus bangsa. Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hasil penting ini, program ini juga harus dapat memastikan bahwa layanan berada dalam jangkauan keluarga dengan bayi yang baru lahir. Akhirnya, hak anak untuk mendapatkan identitas legal tidak boleh dilanggar karena permasalahan yang berkaitan dengan orangtua (sebagai contoh: status pernikahan).

Seluruh anak berusia 0–17 tahun sudah harus memiliki akta kelahiran pada 2024.

Pencatatan sipil harus menerbitkan akta kelahiran untuk seluruh bayi yang baru lahir pada 2024.

Undang-Undang 24/2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan

Peraturan Pemerintah No. 38/2017 tentang Inovasi Daerah

Peraturan Presiden No. 62/2019 tentang Strategi Nasional Percepatan Administrasi Kependudukan untuk Pengembangan Statistik Hayati Peraturan Presiden No. 96/2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

Masalah utama dan mekanisme dukungan

Seorang gadis kecil di sebuah kamp pengungsian pascabencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi.

©

UNICEF Indonesia/20

18/Dinda

(5)

Undang-undang dan peraturan RPJMN

Perlindungan anak dalam keadaan darurat

Menyertakan perlindungan anak ke dalam semua kegiatan yang terkait dengan bencana merupakan hal yang sangat penting, karena kerentanan anak-anak terhadap berbagai bentuk ancaman meningkat ketika bencana terjadi. Upaya-upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa layanan vital seperti kesehatan dan pendidikan tersedia sesegera mungkin, sementara dukungan psiko-sosial dan upaya mencegah terpisahnya anak dari keluarga juga penting pada saat pergolakan besar terjadi. Penggabungan seluruh upaya untuk melindungi anak harus menjadi bagian integral dari seluruh kesiapsiagaan bencana, termasuk didalamnya upaya yang ditujukan untuk memperkuat ketahanan masyarakat.

Fokus pada pengembangan dan peningkatan aktivitas kesiapsiagaan bencana pada masyarakat – menyertakan elemen perlindungan anak dalam seluruh upaya tersebut.

Meningkatkan kapasitas pekerja di sektor perlindungan anak pada institusi-institusi siaga bencana serta menunjang

pengembangan dukungan psiko-sosial anak sebagai bagian dari upaya merespon bencana.

Peraturan Pemerintah No. 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Peraturan Pemerintah No. 22/2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan

Bantuan Bencana

5 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak Undang-undang dan peraturan

RPJMN

Mengurangi tindak kekerasan, praktik kerja dan perkawinan pada 2024 melalui penerapan

langkah-langkah proaktif yang memprioritaskan hak-hak anak. Menciptakan lingkungan dan institusi yang ramah anak, baik

offline maupun online, melalui

pendekatan yang memprioritaskan perlindungan langsung terhadap kekerasan dan eksploitasi anak-anak.

Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 28B (2) & 34 (1-3)

Undang-Undang No. 35/2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah No. 9/2008 tentang tata cara dan mekanisme pelayanan terpadu bagi saksi dan/atau korban tindak pidana perdagangan orang

Peraturan Pemerintah No. 4/2006 tentang penyelenggaraan dan kerjasama pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga

Peraturan Pemerintah 59/2019 tentang Penyelenggaraan Koordinasi Perlindungan Anak

(6)

6 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak Undang-undang dan peraturan

RPJMN

Mengembangkan model peradilan alternatif yang terintegrasi di tingkat provinsi.

Meningkatkan kepedulian dan pemahaman penegak hukum, pemangku kepentingan urusan legal, dan masyarakat luas tentang undang-undang, manajemen kasus dan perlindungan anak yang sedang berhadapan dengan hukum.

Undang-Undang No. 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Peraturan Pemerintah No. 43/2017 tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana

Peraturan Pemerintah No. 65/2015 tentang pedoman pelaksanaan diversi pada penanganan anak yang belum berumur 12 tahun

Keadilan bagi anak-anak

Nasib anak-anak yang berhadapan dengan hukum tidak dapat diabaikan, karena banyak hak anak yang diabaikan ketika anak-anak menjadi sasaran oleh sistem peradilan orang dewasa. Kebijakan dan peraturan yang telah dikembangkan seputar topik ini harus diterapkan di tingkat pemerintahan yang lebih rendah, dan para pemangku kepentingan dalam sistem hukum perlu meningkatkan keterlibatan serta pemahaman mereka tentang keadilan untuk anak-anak. Fokus hal ini harus beralih ke model alternatif pengalihan penyelesaian perkara masyarakat, yang membutuhkan perencanaan dan pendanaan yang tepat untuk dapat secara efektif mendukung hasil yang lebih baik bagi anak-anak.

[PHOTO SAMPLE]

Undang-undang dan peraturan RPJMN

Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua

Dari sekitar 2,15 juta anak Indonesia yang tidak hidup dengan orang tua kandung, 500.000 diantaranya tinggal di lembaga pengasuhan di luar lingkungan keluarga.1 Lebih banyak perhatian harus diberikan untuk merawat

anak-anak yang tinggal di luar rumah - terlepas dari tatanan hidup mereka atau sejarah mereka sebelumnya. Dukungan untuk keluarga besar yang memikul tanggung jawab atas anak kerabat sangat penting, dan lembaga dan pekerja kesejahteraan anak membutuhkan kapasitas dan pelatihan profesional yang jauh lebih besar. Pengembangan sistem kesejahteraan sosial terpadu untuk anak-anak Indonesia adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh semua tingkatan pemerintah, dan juga semua pihak lain yang aktif di sektor perlindungan anak.

1 Better Care Network & UNICEF, 2015, Making Decisions for the Better Care of Children, p. 44

Mengembangkan sistem kesejahteraan sosial terpadu yang tersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang rentan, termasuk di dalamnya mereka yang hidup tanpa orang tua.

Mengembangkan kapasitas pekerja sosial, berikut dukungan ekonomi untuk keluarga –khususnya keluarga memikul tanggung jawab atas anak kerabat.

Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 34 (1-2)

Undang-Undang No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang No. 14/2019 tentang Pekerja Sosial

Peraturan Pemerintah No. 44/2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak

Peraturan Pemerintah No.54/2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak

Peraturan Pemerintah No. 9/2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

(7)

7 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

Mengintegrasikan aktivitas dan inisiatif terkait registrasi dengan pemberian layanan garis depan di tingkat lokal

Memastikan bahwa layanan pencatatan kelahiran tersedia untuk masyarakat di mana saja, terlepas dari lokasi geografis Memusatkan perhatian khusus pada inklusi sosial, untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarga miskin, masyarakat tradisional dan anak-anak penyandang disabilitas dipertimbangkan selama perencanaan pemberian layanan

Memprioritaskan hak setiap anak untuk mendapat identitas legal saat lahir, terlepas dari status perkawinan atau sosial orang tua anak tersebut.

UNICEF terus memberikan anjuran bagi negara Indonesia bahwasanya semua anak harus memiliki akta kelahiran, bebas dari kekerasan dan eksploitasi, didukung oleh sistem kesejahteraan sosial yang kuat dengan intervensi keadilan khusus bagi anak, dan diberikan perhatian spesifik dalam persiapan bencana dan upaya pengurangan risiko.

Untuk mencapai hal ini, UNICEF Untuk mencapainya, UNICEF meminta aksi dari perwakilan pemerintah - dari desa ke tingkat nasional - untuk beraksi mendukung implementasi perlindungan anak di seluruh Indonesia, sebagaimana dirinci di bawah ini.

Para murid MAN Model Sorong, Papua mengikuti pelatihan keterampilan hidup.

©

UNICEF

Indonesia/20

17/Kate W

atson

Memastikan bahwa semua anak memiliki akta kelahiran, dan pemerintah bertanggung jawab untuk mencatat semua kelahiran baru, dengan cara:

Bekerja dengan pihak-pihak terkait untuk mengakhiri perkawinan anak, untuk memastikan bahwa anak perempuan dan perempuan muda dapat menyelesaikan pendidikan mereka dan mewujudkan semua hak lainnya

Mengakhiri semua bentuk kekerasan fisik dan seksual serta pelecehan terhadap anak-anak dengan menentang norma sosial yang berbahaya, serta dengan terus meningkatkan perhatian pada pelecehan emosional berikut dampaknya terhadap kesehatan mental anak-anak

Melindungi anak-anak dari pekerjaan berbahaya dan memastikan bahwa pendidikan dan kesehatan mereka diprioritaskan di atas permasalahan ekonomi

Melindungi anak-anak dari ancaman online dan digital seperti eksploitasi seksual, konten kekerasan dan pengucilan sosial melalui perundungan, sembari tetap memberi mereka kebebasan untuk mengambil manfaat dari dunia digital.

Mengakhiri semua bentuk kekerasan dan eksploitasi anak dengan memprioritaskan hak dan keselamatan anak dalam semua kasus dan semua konteks, dengan cara:

PERMINTAAN

KUNCI

(8)

Memastikan bahwa hukum peradilan anak dipahami dan diterapkan di semua tingkat dalam sistem peradilan

Merancang, mendanai dan memperkuat pendekatan keadilan yang bersifat alternatif bagi anak-anak serta mempromosikan keterlibatan dengan sistem layanan sosial

Mengembangkan prosedur operasional dan sistem manajemen kasus yang mendukung pendekatan yang lebih holistik untuk menangani kasus yang melibatkan anak-anak.

Menyediakan mekanisme peradilan alternatif dan terpadu yang bertujuan melindungi anak-anak yang bermasalah dengan hukum, untuk menghindari dampak negatif dari sistem peradilan orang dewasa terhadap kesejahteraan dan perkembangan anak-anak secara keseluruhan, dengan cara:

UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT, SILAKAN HUBUNGI:

Memperluas dan meningkatkan penerapan model PKSAI dan memastikan bahwa tersedia cukup dana untuk mendukung upaya-upaya yang mencakup peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak

Mengembangkan opsi dukungan berbasis keluarga untuk anak-anak yang tinggal di luar pengasuhan orang tua

Menegakkan standar nasional tentang kualitas pengasuhan anak di dalam lembaga pengasuhan dan memfasilitasi integrasi mereka ke dalam lingkungan pengasuhan permanen berbasis keluarga

Memperkuat mekanisme dukungan sosial untuk dapat mendampingi secara lebih baik keluarga untuk mengasuh anak-anak yang tidak hidup dengan orang tua mereka, memungkinkan mereka untuk terus tumbuh dan berkembang dengan pergolakan seminim mungkin

Menerapkan langkah-langkah sebelum dan ketika proses layanan, untuk memperluas keterampilan pekerja sosial guna memenuhi kebutuhan anak-anak yang kompleks, dengan tujuan menciptakan sistem kesejahteraan sosial yang dipersiapkan dengan baik dan responsif.

Mengembangkan model layanan kesejahteraan sosial yang menargetkan lebih banyak

perhatian dan sumber daya terhadap anak-anak yang rentan dan mereka yang tidak mendapat asuhan orang tua, dengan cara:

Turut terlibat dan menerapkan ‘Standar Minimum Perlindungan Anak dalam Aksi Kemanusiaan’ sebagai platform untuk menggelar kegiatan perlindungan anak dalam praktik manajemen bencana

Memastikan dukungan cepat, langsung dan spesifik untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-anak pada periode pascabencana, dengan berfokus pada kesetaraan dan pemenuhan kebutuhan yang paling mendesak

Melibatkan masyarakat – terutama anak-anak – dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, baik yang bersifat umum maupun khusus anak, serta memastikan bahwa perlindungan anak merupakan bagian dari langkah-langkah kesiapsiagaan bencana secara keseluruhan.

Mencurahkan perhatian, sumber daya, dan aksi secara signifikan untuk meningkatkan

kapasitas dan perencanaan yang bertujuan untuk melindungi anak-anak dalam kondisi darurat di seluruh penjuru Indonesia, termasuk upaya kesiapsiagaan bencana, dengan cara:

8 Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak

UNICEF Indonesia Phone: + 62 21 5091 6100

Address: World Trade Center 2, 22nd Floor Jl. Jend Sudirman Kav 31, Jakarta, Indonesia www.unicef.org

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tidak adanya akta kelahiran terhadap anak, berdasarkan hasil wawancara peneliti, maka negara mempunyai hambatan dalam melindungi anak, karena secara hukum tidak

1) Pengetahuan tentang tahapan perkembangan anak, mengenali dan memahami tanda-tanda kekerasan dan solusinya, mendukung dan mendorong perilaku positif, berkomunikasi dan

Data yang diperoleh secara langsung dari lapangan berupa pengamatan terkait kasus anak korban kekerasan seksual dan pengamatan mengenai pelaksanaan peranan KPAID Palembang

15 Murni Tukiman, Perlindungan Anak terhadap segala bentuk ketelantaran kekerasan dan eksploitasi. Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Anak dilihat dari segi

Program “Ibuku Dokterku” merupakan salah satu solusi yang dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kesehatan dan kesejahteraan pada anak sehingga dapat terciptanya bibit

http://nennysitohang.wordpress.com/category/uncategorized Op cit.. Seperti telah diuraikan sebelumnya oleh penulis mengenai identitas diri dari si anak, akta kelahiran

Kegunaan DBH- CHT tersebut diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga dana yang diperoleh dari hasil cukai kemudian dikembalikan kepada masyarakat untuk

 Dari segi kerjasama antar lembaga negara, terdapat ketimpangan dalam hubungan antara Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan