• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN STUDI

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK

ASSESSMENT (EHRA)

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA

BANDA ACEHTAHUN 2014

(2)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei partisipatif di tingkat Kota Banda Aceh yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat. Studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Studi EHRA Kota Banda Aceh dilaksanakan tahun 2014.

Pokja S a n i t a s i Kota Banda Aceh melalui Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh mengambil sample sebesar 920 responden. Sample ini didistribusikan di 23 gampong yang terpilih dengan jumlah sample per desa sebanyak 40 responden. Sample dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling) sehingga memenuhi kaidah “Probability Sampling”, di mana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sample. Artinya, penentuan rumah t a n g g a itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri.

Sample dalam EHRA adalah rumah tangga, sementara yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak.

Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografis dan demografis melalui proses yang dinamakan clustering. Hasil cl ustering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko.

Studi EHRA menghasilkan analisis Indeks Resiko Sanitasi berdasarkan tingkat resiko mencakup Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pembuangan Air Limbah Domestik, Drainase

Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga, Perilaku Higiene dan Sanitasi, Kejadian Penyakit Diare dan Indeks Risiko Sanitasi (IRS).

(3)

DAFTAR ISI Ringkasan Eksekutif

Bab 1: Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 1

1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA ... 2

Bab 2: Metodologi dan Langkah Studi EHRA ... 3

2.1 Penentuan target area survei (Klastering Kecamatan dan Gampong) ... 3

2.2 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan survei ... 8

2.3 Penentuan Jumlah/besar responden ... 8

2.4 Penentuan Desa/Gampong dan responden di lokasi survei ... 8

Bab 3: Hasil Studi EHRA ... 10

3.1 Informasi responden ... 10

3.2 Sumber Air ... 12

3.3 Air Limbah Domestik ... 14

3.4 Persampahan ... 16

3.5 Genangan Air ... 18

3.6 PHBS ... 20

3.7 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) ... 24

Bab 4: Penutup ... 25

4.1 Kesimpulan ... 25

(4)

DAFTAR ISTILAH dan SINGKATAN

BABS : Buang Air Besar Sembarangan Balita : Bawah Lima Tahun

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BPS : Buku Putih Sanitasi

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

EHRA : Environmental Health Risk Assessment Ha : Hektar

KK : Kepala Keluarga MCK : Mandi Cuci Kakus

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum POKJA : Kelompok Kerja

PPLP : Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman PPSP : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

Privacy : Bersifat rahasia dan pribadi SATKER : Satuan Kerja

SD : Sekolah Dasar

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SPAL : Sistim Pengolahan Air Limbah SSK : Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota Stakeholders : Pemangku kepentingan

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan beresiko Tabel 2.2 Hasil clustering desa di Kota Banda AcehTahun 2014

Tabel 3.1 Informasi responden

Tabel 3.2 Area beresiko sumber air berdasarkan studi EHRA Tabel 3.3 Area beresiko air limbah domestik berdasarkan studi EHRA Tabel 3.4 Area beresiko persampahan berdasarkan studi EHRA Tabel 3.5 Area beresiko genangan air berdasarkan studi EHRA Tabel 3.6 Area PHBS berdasarkan studi EHRA

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Grafik Sumber Air Terlindungi

Gambar 3.2 Grafik Penggunaan Sumber Air TidakTerlindungi Gambar 3.3 Grafik Kelangkaan Air

Gambar 3.4 Grafik Tangki Septik Suspek Aman

Gambar 3.5 Grafik Pencemaran Karena Pembuangan Isi Tangki septik Gambar 3.6 Grafik Pencemaran Karena SPAL

Gambar 3.7 Grafik Pengelolaan Sampah Gambar 3.8 Grafik Frekuensi Pengangkutan

Gambar 3.9 Grafik Ketepatan Waktu Pengangkutan sampah Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat

Gambar 3.11 Grafik Genangan Air

Gambar 3.12 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting

Gambar 3.13 Grafik Lantai Dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja Gambar 3.14 Grafik Jamban Bebas Kecoa dan Lalat

Gambar 3.15 Grafik Keberfungsian Pengelontor.

Gambar 3.16 Grafik Terlihat adanya atau Tidaknya di dalam atau di dekat Jamban Gambar 3.17 Grafik Pencemaran pada wadah penyimpanan dan Penanganan Air Gambar 3.18 Grafik Prilaku BABS

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai ke tingkat gampong. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena :

Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat;

· Data terkait dengan sanitasi terbatas dimana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor/SKPD yang berbeda;

· EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa; · EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor

pemerintahan secara eksklusif;

· EHRA secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari studi EHRA adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan;

2. Menyediakan salah satu bahan utama (baseline) penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Banda Aceh.

(8)

Manfaat dari studi EHRA adalah :

1. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi;

2. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survei yang handal.

1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA

Laporan studi EHRA ini merupakan dokumen yang mengakomodasi masukan dari berbagai pihak khususnya Pokja Sanitasi Kota Banda Aceh sebagai pemilik utama kegiatan. Diawali dengan pelatihan enumerator, supervisor dan petugas entry data pada bulan Mei 2014. Dilanjutkan dengan kegiatan survei dilaksanakan mulai tanggal 13 - 23 Mei 2014. Setelah semua data responden dikumpulkan, selanjutnya dilaksanakan koreksi data oleh supervisor, dan entry data, pengolahan dan analisa data dan laporan hasil studi EHRA dilaksanakan pada 15 Mei – 21 Juni 2014.

Unit sampling utama (primary sampling) adalah rumah tangga. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan acak berdasarkan total rumah tangga dalam setiap desa yang telah ditentukan menjadi area survei. Jumlah sampel per desa adalah 40 responden dari total 920 responden yang tersebar di 23 gampong terpilih. Yang menjadi responden adalah ibu-ibu rumah Tangga.

Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang dinilai sangat privacy dan sensitif seperti tempat dan perilaku buang air besar. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban dan saluran drainase untuk pembuangan air limbah. Sedangkan pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi berupa cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan sampah.

Pelaksanaan pengumpulan data responden dan umpan balik hasil studi EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Pokja Sanitasi Kota Banda Aceh dengan penanggungjawab utama Dinas Kesehatan K o t a B a n d a A c e h . Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Banda Aceh dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kota Banda Aceh.

(9)

BAB ll

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

Studi EHRA adalah studi pengumpulan data yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan teknik wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah e numerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Sebelum turun ke lapangan, para supervisor dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrumen EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrumen.

2.1 Penentuan Target Area Survei (Klastering Kecamatan dan Gampong)

Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografis dan demografis melalui proses yang dinamakan klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan beresiko. Proses pengambilan sample dilakukan secara acak sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” di mana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sample. Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”.

Penetapan klastering dilakukan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) sebagai berikut :

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau gampong. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :

(10)

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Banda Aceh menghasilkan kategori klastering sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1. Wilayah (kecamatan) yang terdapat pada klastering tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat resiko kesehatannya. Dengan demikian kecamatan yang menjadi area survei pada suatu klastering akan mewakili kecamatan lainnya yang bukan merupakan area survei pada klastering yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area beresiko sanitasi untuk Kota Banda Aceh.

Tabel 2.1. Kategori klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan beresiko

Klaster Kriteria

Klaster 1 Wilayah gampong yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan beresiko

Klaster 2 Wilayah gampong yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan beresiko Klaster 3 Wilayah gampong yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi

lingkungan beresiko

Klastering pada tingkat gampong dilakukan oleh Pokja, berdasarkan ke empat indikator klastering untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko pada desa klastering tingkat gampong dilakukan terhadap seluruh gampong yang ada di wilayah Kota Banda Aceh (Tabel 2.2).

(11)

Tabel 2.2 : Hasil clustering desa di Kota Banda Aceh Tahun 2014

Klaster Jumlah Gampong dan Nama Gampong Jumlah Gampong dan Nama Gampong Terpilih untuk Lokasi Survey Responde Jumlah

K-1 Desa calon area survei : 24 Desa Terpilih : 6 Desa

1 Gampong Ateuk Jawo 1 Gampong Ateuk Pahlawan 40

2 Gampong Ateuk Pahlawan 2 Gampong Peunayong 40

3 Gampong Neusu Jaya 3 Gampong Rukoh 40

4 Gampong Kampung Baru 4 Gampong Lamlagang 40

5 Gampong Peunayong 5 Gampong Lamteumen Timur 40

6 Gampong Lamdingin 6 Gampong Punge Jurong 40

7 Gampong Pineung

8 Gampong Lamgugob

9 Gampong Kopelma Darussalam

10 Gampong Rukoh

11 Gampong Jeulingke

12 Gampong Tibang

13 Gampong Peurada

14 Gampong Pango Raya

15 Gampong Lamlagang

16 Gampong Geuceu Iniem

17 Gampong Lamjamee

18 Gampong Geuceu Menara

19 Gampong Lamteumen Timur

20 Gampong Surien

21 Gampong Punge Jurong

22 Gampong Punge Ujong

23 Gampong Cot Lamkuweueh

24 Gampong Merduati

Total 240

K-2 Desa calon area survei : 60 Desa Terpilih : 15 Desa

1 Gampong Ateuk Deah Tanoh 1 Gampong Seutui 40

2 Gampong Ateuk Munjeng 2 Gampong Sukaramai 40

3 Gampong Seutui 3 Gampong Laksana 40

(12)

5 Gampong Laksana 5 Gampong Lampulo 40

6 Gampong Keuramat 6 Gampong Alue Naga 40

7 Gampong Kuta Alam 7 Gampong Ceurih 40

8 Gampong Kota Baru 8 Gampong Lambhuk 40

9 Gampong Bandar Baru 9 Gampong Batoh 40

10 Gampong Lampulo 10 Gampong Lhong Cut 40

11 Gampong Lambaro Skep 11 Gampong Geuceu Komplek 40

12 Gampong Ie Masen Kayee Adang 12 Gampong Bitai 40

13 Gampong Deah Raya 13 Gampong Lamjabat 40

14 Gampong Alue Naga 14 Gampong Pie 40

15 Gampong Pango Deah 15 Gampong Jawa 40

16 Gampong Ilie

17 Gampong Lamteh

18 Gampong Lamglumpang

19 Gampong Ceurih

20 Gampong Ie Masen Ulee Kareng

21 Gampong Doy

22 Gampong Lambhuk

23 Gampong Lamdom

24 Gampong Cot Mesjid

25 Gampong Batoh

26 Gampong Lueng Bata

27 Gampong Blang Cut

28 Gampong Lampaloh

29 Gampong Sukadamai

30 Gampong Panteriek

31 Gampong Lamseupeung

32 Gampong Lam Ara

33 Gampong Lampeuot

34 Gampong Mibo

35 Gampong Lhong Cut

36 Gampong Lhong Raya

37 Gampong Penyeurat

38 Gampong Geuceu Komplek

(13)

40 Gampong Lampoh Daya

41 Gampong Emperom

42 Gampong Lamteumen Barat

43 Gampong Bitai

44 Gampong Punge Blang Cut

45 Gampong Asoe Nanggroe

46 Gampong Blang

47 Gampong Lamjabat 48 Gampong Baro

49 Gampong Lampaseh Aceh 50 Gampong Pie

51 Gampong Ulee Lheue 52 Gampong Deah Glumpang 53 Gampong Lambung 54 Gampong Blang Oi

55 Gampong Alue Deah Teungoh 56 Gampong Deah Baro

57 Gampong Keudah 58 Gampong Peulanggahan 59 Gampong Jawa

60 Gampong Pande

Total 600

K-3 Desa calon area survei : 6 Desa Terpilih : 2 Desa

1 Gampong Neusu Aceh 1 Gampong Peuniti 40

2 Gampong Peuniti 2 Gampong Lampaseh Kota 40

3 Gampong Beurawe

4 Gampong Mulia

5 Gampong Geuceu Kayee Jato

6 Gampong Lampaseh Kota

Total 80

(14)

2.2 Penentuan Jumlah gampong Area Survei

Kota Banda Aceh mempunyai anggaran Studi EHRA relatif terbatas, maka pengambilan seluruh gampong sebagai area survei menjadi tidak mungkin. Maka Kota Banda Aceh menggunakan metoda “Proporsionate Startified Random Sampling” artinya populasi tidak homogen dan cluster berbeda, sehingga sample diambil berdasarkan persentase untuk setiap cluster. Pokja Sanitasi dan Tim EHRA mengambil kebijakan sebanyak 23 gampong area survei (Tabel 2.2).

2.3 Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah responden per desa diambil 40 rumah tangga yang tersebar secara proporsional di 23 gampong terpilih sehingga total jumlah responden adalah 40 x 23 = 920 responden.

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sample minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut :

Di mana:

o n adalah jumlah sample o N adalah jumlah populasi

o d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir 5% (d=0,05) dengan asumsi tingkat kepercayaan 95% (karena menggunakan α=0,05), sehingga diperoleh nilai Z=1,96 dan dibulatkan menjadi Z=2

2.4 Penentuan Desa/Gampong Dan Resonden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah rumah tangga yang menjadi responden. Karena itu, data responden per desa dikumpulkan sebelum memilih responden. Jumlah responden per gampong adalah 40 (empat puluh). Untuk menentukan responden terpilih, silahkan ikuti panduan berikut :

1. Urutkan responden per gampong

2. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total rumah tangga total dan jumlah yang akan diambil

· Jumlah total rumah tangga desa : X

(15)

· Maka angka interval (AI) = jumlah total rumah tangga gampong / jumlah rumah tangga yang diambil

· AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z 3. Untuk menentukan rumah tangga pertama, kocoklah/ambillah secara acak angka antara 1 – Z

(angka acak). Sebagai contoh, angka acak (R#1) yang diperoleh adalah 3 4. Untuk memilih rumah tangga berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling) bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sample. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Pergi ke rumah tangga terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung b. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sample minimal yang akan diambil, misal 5

(lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

c. Ambil/kocok angka secara acak antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh di bawah misal angka mulai 2

(16)

BAB lll HASIL STUDI EHRA

Pelaksanaan studi EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air minum rumah tangga, perilaku higiene, kejadian penyakit diare dan Indeks Risiko Sanitasi (IRS).

3.1 Informasi Responden

Berdasarkan hasil analisis umur responden maka didapatkan responden yang berumur <= 20 tahun sebanyak 5 orang (0,6%), umur 21 - 25 tahun sebanyak 43 orang (4,8%), umur 26 – 30 tahun sebanyak 120 orang (13,4%), umur 31 - 35 tahun sebanyak 142 orang (15,8%), umur 36 - 40 tahun sebanyak 141 orang (15,7%), umur 41 - 45 tahun sebanyak 167 orang (18,6%) dan umur > 45 tahun sebanyak 278 (31,0%) (Tabel 3.1).

Rumah yang ditempati oleh responden berstatus milik sendiri berjumlah 627 responden (68,4%), rumah dinas berjumlah 13 responden (1,4.1%), berbagi dengan keluarga lain berjumlah 11 responden (1,2%), kontrak berjumlah 11 responden (1.2%), sewa berjumlah 98 responden (10,7%), milik orang tua berjumlah 151 responden (16,5%), dan lainnya berjumlah 6 responden (0.7%) (Tabel 3.1).

Dari 920 responden yang dilakukan wawancara, sebanyak 34 responden (3,7%) yang tidak mengenyam bangku sekolah formal, SD sebanyak 148 responden (16,1%), SMP sebanyak 191 responden (20,8%), SMA sebanyak 375 responden (40,9%), SMK sebanyak 49 responden (5,3%), dan perguruan tinggi/universitas sebanyak 120 responden (13,1%) (Tabel 3.1).

Dari 920 responden yang dilakukan wawancara sebanyak 345 responden (37,6%) yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan dan 590 responden (64,3%) yang memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) (Tabel 3.1).

(17)

Tabel 3.1. Informasi Responden B. INFORMASI RESPONDEN. Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 9 10

N % n % N % n % n %

Kelompok Umur

Responden <= 20 tahun 21 - 25 tahun 16 1 5.3 .3 1 5 5.8 1.2 17 3 4.3 .8 5 0 4.2 .0 43 5 4.8 .6

26 - 30 tahun 34 11.3 7 8.1 56 14.3 23 19.5 120 13.4

31 - 35 tahun 35 11.6 22 25.6 63 16.1 22 18.6 142 15.8

36 - 40 tahun 51 16.9 17 19.8 53 13.6 20 16.9 141 15.7

41 - 45 tahun 55 18.3 13 15.1 80 20.5 19 16.1 167 18.6

> 45 tahun 109 36.2 21 24.4 119 30.4 29 24.6 278 31.0

B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?

Milik sendiri 228 71.7 54 60.0 265 67.8 80 67.8 627 68.4 Rumah dinas 3 .9 0 .0 9 2.3 1 .8 13 1.4 Berbagi dengan keluarga lain 2 .6 0 .0 8 2.0 1 .8 11 1.2 Sewa 27 8.5 13 14.4 44 11.3 14 11.9 98 10.7 Kontrak 6 1.9 5 5.6 0 .0 0 .0 11 1.2

Milik orang tua 50 15.7 18 20.0 62 15.9 21 17.8 151 16.5

Lainnya 2 .6 0 .0 3 .8 1 .8 6 .7

B3. Apa pendidikan

terakhir anda? Tidak sekolah formal 29 9.1 0 .0 4 1.0 1 .8 34 3.7

SD 53 16.7 5 5.6 75 19.2 15 12.7 148 16.1 SMP 56 17.6 24 26.7 90 23.0 21 17.8 191 20.8 SMA 129 40.6 28 31.1 161 41.2 57 48.3 375 40.9 SMK 17 5.3 5 5.6 21 5.4 6 5.1 49 5.3 Universitas/Ak ademi 34 10.7 28 31.1 40 10.2 18 15.3 120 13.1 B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 96 30.2 41 45.6 159 40.7 49 41.5 345 37.6 Tidak 222 69.8 49 54.4 232 59.3 69 58.5 572 62.4 B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)?

Ya 192 60.4 65 72.2 231 59.1 102 86.4 590 64.3

Tidak 126 39.6 25 27.8 160 40.9 16 13.6 327 35.7

B6. Apakah ibu

(18)

16.7 31.2 12.7 26.0 83.3 68.8 87.3 74.0 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Penggunaan Sumber Air Terlindungi

Tidak, sumber air berisiko tercemar Ya, sumber air terlindungi

Berdasarkan hasil analisis studi EHRA didapatkan bahwa dari 920 responden, 679 responden (74,0%) menggunakan sumber air terlindungi tercemar, penggunaan sumber air tidak terlindungi sebanyak 238 (26,0%) yang tidak tercemar dan tingginya penggunaan sumber air tidak terlindungi yang tidak aman sebaynak 812 (88,5%) serta responden yang tidak pernah mengalami kelangkaan air sebanyak 746 (81,6%). (Tabel 1).

3.2. Sumber Air

Kluster Total

Variabel Kategori Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3

n % n % n % n %

1.1 Sumber air

terlindungi Tidak, sumber air

berisiko tercemar 15 16.7 122 31.2 15 12.7 238 26.0 Ya, sumber air terlindungi 75 83.3 269 68.8 103 87.3 679 74.0 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.

Tidak Aman

81 90.0 359 91.8 108 91.5 812 88.5 Ya, Aman

9 10.0 32 8.2 10 8.5 105 11.5

1.3 Kelangkaan air Mengalami

kelangkaan air

9 10.0 104 26.6 29 24.6 169 18.4

Tidak pernah

mengalami 81 90.0 287 73.4 89 75.4 748 81.6

Gambar 3.1. Grafik Sumber Air Terlindungi

Penggunaan Sumber air terlindungi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan sumber air terlindungi sebanyak 74,0 %

(19)

Gambar 3.2. Penggunaan Sumber Air Tak Terlindungi

Penggunaan sumber air yang tidak aman terhadap sumber air tidak terlindungi lebih tinggi (88,5%) dibandingkan penggunaan sumber air tidak terlindungi yang aman.

Gambar 3.3. Kelangkaan Air

Sebanyak 748 responden (81,6%) tidak pernah mengalami kelangkaan air dibandingkan responden yang mengalami kelangkaan air. Pada kluster 1 mengalami pencapaian persentase yang cukup tinggi terhadap tidak pernah mengalami kelangkaan air yakni sebanyak 90,0 %.

90.0 91.8 91.5 88.5 10.0 8.2 8.5 11.5 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Penggunaan Sumber Air Tidak

Terlindungi

Tidak Aman Ya, Aman 10.0 26.6 24.6 18.4 90.0 73.4 75.4 81.6 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Kelangkaan Air

Mengalami

kelangkaan air

Tidak pernah

mengalami

(20)

68.9 56.8 54.2 55.8 31.1 43.2 45.8 44.2 .0 20.0 40.0 60.0 80.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Berdasarkan Kluster di Kota Banda Aceh

Tahun 2013

Tidak aman Suspek aman

3.3. Air Limbah Domestik

Permasalahan yang timbul dalam perilaku mengelola limbah domestik menjadi salah satu faktor resiko timbulnya masalah kesehatan. Pada bahasan ini kuesioner diarahkan untuk menjawab faktor resiko yang ditimbulkan akibat perilaku yang tidak benar seperti tangki septik suspek aman, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik dan pencemaran karena SPAL.

Kluster Total Variabel Kategori Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3

n % n % n % n % 2.1 Tangki septik suspek aman Tidak aman 62 68.9 222 56.8 64 54.2 512 55.8 Suspek aman 28 31.1 169 43.2 54 45.8 405 44.2 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak, aman 26 51.0 21 11.5 10 20.8 133 24.7 Ya, aman 25 49.0 162 88.5 38 79.2 406 75.3 2.3 Pencemaran karena SPAL Tidak aman 25 27.8 84 21.5 30 25.4 219 23.9 Ya, aman 65 72.2 307 78.5 88 74.6 698 76.1

Grafik 3.4. Tangki Septik Suspek Aman

Berdasarkan table di atas, masih banyak tangki septic suspek yang tidak aman yakni dengan total 512 responden (55,8 %). Dalam hal ini terlihat pada kluster 1 lebih tinggi persentase dibandingkan kluster 2 da kluster 3.

(21)

.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total 51.0 11.5 20.8 24.7 49.0 88.5 79.2 75.3

Pencemaran Karena Pembuangan isi

Tangki Septik

Tidak, aman Ya, aman 27.8 21.5 25.4 23.9 72.2 78.5 74.6 76.1 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Pencemaran Karena SPAL

Ya, aman Tidak aman

Grafik 3.5. Pencemaran Karena Pembuangan Isi Tangki Septik

Dari grafik di atas terlihat bahwa pencemaran karena pembuangan isi tangki septic sebagian besar responden di masing-masing klaster desa memiliki persentase yang aman pada tingkat pencemaran akibat pembuangan isi tangki septik yaitu pada klaster 1 berjumlah 51,0%, klaster 2 berjumlah 88.5%, klaster 3 berjumlah 79.2%.

(22)

Pada grafik diatas terlihat labih dari 50% aman akibat pencemaran SPAL disetiap suspek pada tangki klusternya yakni pada kluster 1 sebanyak 72,2 %, kluster 2 sebanyak 78,5%, dan pada kluster 3 sebanyak 74,6%.

3.4 Persampahan

Berdasarkan hasil analisis studi EHRA didapatkan bahwa dari 920 responden, 626 responden (68,5%) yang pengelolaan sampahnya memadai, frekuensi pengangkutan sampah, dan ketepatan waktu pengangkutan sampah. Bahkan dalam pengolahan sampah, hanya 254 (10.6%) responden yang melakukan pengolahan sampah rumah tangganya.

Variabel Kategori

Kluster

Total Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3

n % n % n % n % 3.1 Pengelolaan sampah Tidak memadai 40 45.5 181 46.4 8 6.8 288 31.5 Ya, memadai 48 54.5 209 53.6 110 93.2 626 68.5 3.2 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 0 .0 2 40.0 0 .0 2 16.7 Ya, memadai 3 100.0 3 60.0 1 100.0 10 83.3 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 4 80.0 2 40.0 0 .0 6 42.9 Ya, tepat waktu 1 20.0 3 60.0 1 100.0 8 57.1 3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 73 81.1 341 87.2 96 81.4 763 83.2 Ya, diolah 17 18.9 50 12.8 22 18.6 154 16.8

(23)

45.5 46.4 6.8 31.5 54.5 53.6 93.2 68.5 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Pengelolaan Sampah

Tidak memadai Ya, memadai .0 40.0 .0 16.7 100.0 60.0 100.0 83.3 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Frekuensi Pengangkutan

Tidak memadai Ya, memadai

Gambar 3.7. Grafik Pengolahan Sampah

Pada grafik pengolahan sammpah di atas, terlihat sebagian besar responden telah memadai pada tingkat di setiap klusternya dengan total 626 responden (68%).

Grafik. 3.8. Frekuensi Pengangkutan Sampah

Dalam hal frekuensi pengangkutan sampah, tingkat nilai persentase yang memadai jauh lebih tinggi dibandingkan yang tidak memadai. Hal ini dapat dilihat di setiap klusternya. Pada kluster 1 (100%), kluster 2 (60%) dan kluster 3 (100%) dengan jumlah total 83,3%.

(24)

.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Kluster 1Kluster 2 Kluster 3 Total 80.0 40.0 .0 42.9 20.0 60.0 100.0 57.1

Ketepatan Waktu Pengangkutan

Sampah

Ya, tepat waktu Tidak tepat waktu

81.1 87.2 81.4 83.2 18.9 12.8 18.6 16.8 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Pengelolaan Sampah Setempat

Ya, diolah Tidak diolah

Grafik. 3.9 Ketetapan Waktu Pengangkutan Sampah

Ketepatan pada waktu pengangkutan sampah di setiap klusternya sudah berdasarkan jadwal, namun halnya saja pada kluster 1 belum memennuhi kriteria prosedur ketepatan waktu pengangkutan dengan nilai persentase lebih dari 50 % yakni 80 %. Hal ini berbeda dengan kluster 3 yang memiliki ketepatan waktu 100%.

(25)

Sebagian besar responden pada setiap klusternya tidak adanya pengolahan sampah setempat, hal ini jelas terlihat pada kluster 1 senilai 81,1 %, kluster 2 87,2% dan kluster 3 senilai 81,4% dengan nilai persentase keseluruhan total 83,2%.

3.5. Genangan Air

Variabel

Kluster

Kategori Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total n % n % n % n % 4.1 Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) 8 8.9 139 35.5 33 28.0 272 29.7 Tidak ada genangan air 82 91.1 252 64.5 85 72.0 645 70.3

Grafik 3.11. Adanya Genangan Air

Pada grafik diatas, hanya 645 responden (70,3%), tidak adanya genangan air. Hal ini terlihat signifikan pada kluster 1 yang memiliki tingkat persentase senilai 91,1%.

8.9 35.5 28.0 29.7 91.1 64.5 72.0 70.3 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Adanya Genangan Air

Ada genangan air (banjir)

Tidak ada genangan air

(26)

82.1

17.9

CTPS di Lima Waktu Penting

Tidak

Ya

3.6. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Kluster

Total

Variabel Kategori Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3

n % n % n % n %

5.1 CTPS di lima waktu

penting Tidak Ya 45 45 50.0 50.0 320 71 18.2 81.8 114 4 96.6 3.4 164 753 82.1 17.9

5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?

Tidak 22 24.4 114 29.2 34 28.8 222 24.2

Ya 68 75.6 277 70.8 84 71.2 695 75.8

5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?

Tidak 19 21.1 123 31.5 33 28.0 231 25.2

Ya 71 78.9 268 68.5 85 72.0 686 74.8

5.2.c. Keberfungsian

penggelontor. Tidak Ya, 5 5.6 45 11.5 18 15.3 100 10.9

berfungsi 85 94.4 346 88.5 100 84.7 817 89.1

5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?

Tidak 17 18.9 103 26.3 10 8.5 176 19.2

Ya 73 81.1 288 73.7 108 91.5 741 80.8

5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air

Ya,

tercemar 16 17.8 53 13.6 6 5.1 101 11.0

Tidak

tercemar 74 82.2 338 86.4 112 94.9 816 89.0

5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 57 63.3 189 48.3 49 41.5 553 60.3

Tidak 33 36.7 202 51.7 69 58.5 364 39.7

Grafik 3.12. CTPS di Lima Waktu Penting

Grafik di atas menunjukkan bahwa dari 920 responden hanya sejumlah 17,9 % responden melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting, sementara

(27)

.0 20.0 40.0 60.0 80.0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total 24.4 29.2 28.8 24.2 75.6 70.8 71.2 75.8

Lantai Dan Dinding Jamban

Bebas Dari Tinja

Tidak Ya .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

21.1 31.5 28.0 25.2 78.9 68.5 72.0 74.8

Jamban Bebas Dari Kecoa dan Lalat

Tidak Ya

82,1% responden lainnya tidak melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pola hidup sehat dan bersih (PHBS) pada masyarakat.

Grafik 3.13. Lantai Dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja

Sebagian besar responden terhadap lantai dan dinding bebas dari tinja, dengan jumlah total 695 responden (75,8%).

(28)

5.6 11.5 15.3 10.9 94.4 88.5 84.7 89.1 .0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Keberfungsian Pengelontar

Ya, berfungsi Tidak .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total 18.9 26.3 8.5 19.2 81.1 73.7 91.5 80.8

Adanya Sabun di Dalam atau di

Dekat Jamban

Tidak Ya

Dari 920 responden yang memiliki jamban bebas dari kecoa dan lalat adalah sebanyak 686 (74,8%).

Grafik. 3.15. Keberfungsian Pengelontor

Hampir seluruh responden memiliki pengelontor yang berfungsi pada setiap klusternya. Pada kluster 1 senilai 94,4 %, kluster 2 senilai 88,5% dan pada kluster 3 senilai 84,7%.

(29)

17.8 13.6 5.1 11.0 82.2 86.4 94.9 89.0 .0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

Pencemaran Pada Wadah

Penyimpanan Dan Penanganan Air

Ya, tercemar Tidak tercemar

Pada grafik diatas, masih banyak terlihat adanya sabun di dalam maupun di dekat jamban. Hal ini diperoleh nilai total 741 responden (80,8%).

Grafik.3.17. Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air

Tingkat pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air hampir seluruhnya tidak tercemar dengan tingakt persentase total 89,0%.

Grafik 3.18. Perilaku BABS

.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total

13.33 12.79 13.56 12.98

86.67 87.21 86.44 87.02

Perilaku BABS

Ya, BABS Tidak

(30)

0 50 100 150 200 250 STRATA 1STRATA 2 STRATA 3 32 44 38 49 30 33 52 53 22 9 36 28 37 42 41

Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Banda

Aceh 2014

5. PERILAKU HIGIENE DAN SANITASI

4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 1. SUMBER AIR

Grafik di atas menunjukkan dari 920 responden, (12,98%) masih buang air besar sembarangan (BABS), sedangkan (87,02%) tidak buang air besar sembarangan (BABS).

3.7. Indek Resiko Sanitasi (IRS)

Dari grafik di bawah menunjukkan kalkulasi indeks resiko sumber air pada klaster 1 berjumlah 32, pada klaster 2 berjumlah 44 dan pada klaster 3 berjumlah 38. Kalkulasi indeks resiko air limbah domestik, pada klaster 1 berjumlah 49, pada klaster 2 berjumlah 30 dan pada klaster 3 berjumlah 33. Kalkulasi indeks resiko sumber persampahan, pada klaster 1 berjumlah 52, pada klaster 2 berjumlah 53 dan pada klaster 3 berjumlah 22. Kalkulasi indeks resiko genangan air, pada klaster 1 berjumlah 9, pada klaster 2 berjumlah 36 dan pada klaster 3 berjumlah 28. Dan kalkulasi indeks resiko perilaku higiene dan sanitasi pada klaster 1 berjumlah 37, pada klaster 2 berjumlah 42 dan pada klaster 3 berjumlah 41. Kumulatif indeks resiko Pada klaster 1 bernilai 179, angka ini menunjukkan bahwa gampong klaster 1 beresiko sedang, hal ini dilihat karena batas nilai beresiko sedang antara 174 - 185.

Pada klaster 3 dengan nilai indeks resiko 163, angka ini menunjukkan bahwa gampong klaster 3 kurang berisiko, hal ini dilihat karena batas nilai berisiko kurang berisiko antara 163 - 173. Sedangkan pada klaster 2 bernilai 205, angka ini menunjukkan bahwa desa klaster 2 beresiko sangat tinggi hal ini dilihat karena batas nilai beresiko sangat tinggi 197 – 208.

(31)

BAB lV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Survei Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Survei Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei yang digunakan dalam mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di gampong. Dengan diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat, akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk promosi atau advokasi kesehatan lingkungan di kabupaten sampai ke gampong di Kota Banda Aceh. Pelibatan kader kesehatan gampong dan sanitarian Puskesmas sangat efektif dalam pencapaian sasaran berupa promosi dan advokasi dimaksud.

Dokumen hasil survei EHRA akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kota Banda Aceh. Perlunya pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat serta pentingnya advokasi dan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat diharapkan akan menjadi salah satu target perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kota Banda Aceh.

Kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi serta perilaku masyarakat sesuai yang teridentifikasi di dalam dokumen hasil survei EHRA akan dijadikan sebagai dasar penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banda Aceh. Diketahuinya kondisi eksisting tersebut baik sarana dan prasarana serta perilaku masyarakat di desa akan menghasilkan tingkat area beresiko di tiap desa. Dengan adanya kondisi eksisting area beresiko tersebut diharapkan akan dapat mendukung penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kota Banda Aceh.

4.2 Saran

· Sinergi antar SKPD yang telah terbangun diharapkan dapat terjaga dan berkesinambungan demi untuk menghasilkan dokumen Laporan Studi EHRA yang lebih berkualitas

· Adanya dukungan teknis baik provinsi maupun dari pusat baik berupa capacity building bagi fasilitator maupun Pokja Sanitasi Kota Banda Aceh

· Adanya koordinasi efektif dan kerja sama positif di antara Satker PPLP, Pokja Provinsi, Pokja Kota dengan melibatkan semua tenaga ahli fasilitator guna membahas kendala yang muncul, kemajuan dari pelaksanaan kegiatan dan memberikan dukungan/bantuan.

(32)

Gambar

Tabel  2.1. Kategori klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan beresiko
Tabel  2.2 :  Hasil clustering desa di Kota Banda Aceh Tahun 2014  Klaster  Jumlah Gampong dan Nama
Tabel 3.1. Informasi Responden B. INFORMASI RESPONDEN.  Variabel         Kategori
Gambar 3.1. Grafik Sumber Air Terlindungi
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012 43 EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi

Kondisi pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja pada Kabupaten Langkat dapat diketahui melalui hasil Studi EHRA yang digambarkan dalam

Metode pengambilan sampel untuk pelaksanaan survey Studi EHRA yang menggunakan stratified random sample menghasilkan desa-desa di Kabupaten Aceh Besar sebanyak 604

Hasil survei menunjukkan bahwa menurut wilayah cluster diketahui bahwa mayoritas responden sudah menggunakan tangki septik untuk buangan akhir tinja masing-masing

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku

Praktik pembuangan tinja yang tidak aman dapat dilihat pada grafik diatas, bahwa masih ada rumah tangga yang membuang tinja ke sungai sebesar 4%, dikubur

Sumber: Studi EHRA Kota Palembang, 2015.. Dari gambar terlihat, hampir seluruh responden telah memiliki jamban pribadi yaitu 89%, namun masih ada sedikit responden yang BAB

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.21 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada pada skala kabupaten sesudah buang air