Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahun 2016
LAPORAN STUDI EHRA
( Environmental Health Risk Assessment )
Kabupaten Tulungagung
Provinsi Jawa Timur
DISIAPKAN OLEH :
KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TULUNGAGUNG
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahun 2016
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 2
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Ringkasan Eksekutif... 1 2 3 4 6 BAB 1 BAB 2 Pendahuluan... Metodologi dan Langkah Studi EHRA...8 9 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi………... Penentuan strata kelurahan/ desa... Penentuan jumlah desa/ kelurahan target area studi... Penentuan RT dan responden di lokasi survei... Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta wilayah tugasnya………..
10 11 20 24 25 BAB 3 Hasil Studi EHRA... 26
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 Informasi responden... Pengelolaan sampah rumah tangga... Pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja... Drainase lingkungan/ selokan sekitar rumah dan banjir... Pengelolaan air minum rumah tangga... Perilaku higiene dan Sanitasi... Kejadian penyakit diare... Indeks Resiko Sanitasi ( IRS )...
26 27 32 38 47 49 53 55 BAB 4 Penutup... 58 Daftar Lampiran... 60
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 3
DAFTAR TABEL
Tabel Hal 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7Kategori Strata berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko... Strata Desa/ Kelurahan se – Kabupaten Tulungagung Tahun 2016………... Desa/ Kelurahan Area Studi EHRA di Kab. Tulungagung Tahun 2016……….. Informasi Responden Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kabupaten
Tulungagung Tahun 2016………. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……….. Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……….. Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……….. Kejadian Diare Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016……… 13 13 21 26 32 38 46 49 53 54
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal 2.1 2.2 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18Grafik Distribusi Desa/ Kelurahan Per Strata di Kab. Tulungagung Tahun 2016…… Grafik Area Studi EHRA Per Strata di Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016….. Grafik Pelayanan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016…….. Grafik Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Frekuensi Pengangkutan Sampah di Kab. Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar di Kab. Tulungagung Tahun 2016……. Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kab. Tulungagung Tahun 2016 ………... Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik di Kab. Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Praktik Pengurasan Tangki Septik di Kab. Tulungagung Tahun 2016……….. Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman di Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016……… Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016………
Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kab. Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Grafik Persentase Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah Kabupaten Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016………. Grafik Persentase SPAL Yang Berfungsi di Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Grafik Pencemaran SPAL di Kab. Tulungagung Tahun 2016………... Grafik Sumber Air Untuk Minum di Kab. Tulungagung Tahun 2016……….
20 21 28 29 30 31 33 34 35 36 37 39 40 41 42 43 44 45 46 47
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 5 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23
Grafik Sumber Air Untuk Memasak di Kab. Tulungagung Tahun 2016…………. Grafik CTPS di Lima Waktu Penting di Kab. Tulungagung Tahun 2016………… Grafik Waktu Melakukan CTPS di Kab. Tulungagung Tahun 2016……… Grafik Buang Air Besar Sembarangan di Kab. Tulungagung Tahun 2016…….. Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kab. Tulungagung Tahun 2016………
48 50 51 52 55
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
6
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi EHRA ( Environmental Health Risk Assessment ) di Kabupaten Tulungagung bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Hasil dari studi EHRA ini adalah sebagai salah satu bahan utama untuk menyusun pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kabupaten Tulungagung. Dalam pelaksanaan studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observasi). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang merupakan Kader Kesehatan/ Bagas. Sementara Sanitarian Puskesmas bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survei. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survei. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah minimal 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 sampai dengan 65 tahun.
Metode penentuan target area survei dilakukan berdasarkan kondisi geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan stratifikasi. Hasil stratifikasi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Kriteria utama penetapan strata tersebut adalah kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/ wilayah yang dialiri sungai/ kali/ saluran drainase/ saluran irigasi, daerah terkena banjir. Di Kabupaten Tulungagung responden dalam studi EHRA ini adalah sejumlah 4.800 responden yang telah dilakukan random sampling pada 120 desa/ kelurahan dari 271 desa/ kelurahan yang terdistribusi dalam 4 (empat) strata yaitu strata 1 sebanyak 29 desa/ kelurahan, strata 2 sebanyak 43 desa/ kelurahan, strata 3 sebanyak 31 desa/ kelurahan dan strata 4 sebanyak 17 desa/ kelurahan.
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Kategori area berisiko sangat tinggi pada anggota strata 2, 1 dan 3 dimana pada strata 2 yaitu dengan nilai/skor 213, risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 94, air limbah domestik sebesar 55 dan PHBS sebesar 34. Pada anggota Strata 1 yaitu dengan nilai/skor 210, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 89, air limbah domestik sebesar 64 dan PHBS sebesar 28. Sedangkan pada anggota strata 3 yaitu dengan nilai/ skor 205, risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 73, air limbah domestik sebesar 58 dan PHBS sebesar 36.
2. Kategori area berisiko rendah pada anggota Strata 4 yaitu dengan nilai/skor 174, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah air limbah domestik sebesar 60, persampahan sebesar 48 dan PHBS sebesar 28.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
7
Berdasarkan indeks resiko sanitasi tersebut diatas, prioritas masalah yang mendesak adalah :
a. Persampahan.
- Masih minimnya masyarakat yang menjadi penerima layanan sampah sehingga diperlukan suatu upaya
dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah mulai dari pemilahan sampah di rumah, pengumpulan sampah dari rumah, pemilahan dan pengangkutan sampah ke TPS serta pemilahan dan pengangkutan sampah ke TPA
- Mayoritas masyarakat melakukan pembakaran yang akan menyebabkan polusi udara yang pada
akhirnya akan merusak lapisan ozon dan menimbulkan efek rumah kaca. Untuk itu perlu di lakukan kegiatan sosialisasi mengenai hal tersebut
- Di samping membakar sampah, masyarakat terutama di pedesaan yang mempunyai lahan kosong yang
luas membuang sampahnya di tempat tersebut sehingga dapat mencemari tanah dan sumber air. Perlu dilakukan sosialisasi pengolahan sampah menjadi kompos.
- Masih minimnya masyarakat yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan yang lebih intensif mengenai pengelolaan sampah dengan metode 3 R ( Reuse, Reduce, Recycle )
b. Air limbah domestik
- Masih di temuinya masyarakat yang BAB di sembarang tempat terutama di daerah aliran sungai. Untuk
itu diperlukan suatu upaya merubah perilaku mereka supaya mau BAB di jamban dengan cara melakukan pemicuan.
- Masih banyaknya jamban keluarga model cubluk yang bisa mencemari sumber air bila jaraknya < 10
meter dari sumber air. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan jamban yang sehat
- Masih banyaknya tangki septik yang tidak pernah dikuras yang terindikasi terjadinya kebocoran pada
konstruksinya sehingga dapat mencemari air tanah
c. Perilaku Hidup Bersih Sehat
- Sangat minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di 5 waktu
penting. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya CTPS di 5 waktu penting karena dapat mencegah dari penularan penyakit diare
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survei partisipatif di tingkat Kabupaten/ Kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku - perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke desa/ kelurahan. Kabupaten Tulungagung pada Tahun 2016 ini dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa
4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan
2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survei yang handal
4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan pemutakhiran dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Tulungagung
Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Tulungagung. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk masukan dan mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Cakupan Studi EHRA ini menggambarkan kondisi higiene dan sanitasi di wilayah Kabupaten Tulungagung.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
9
BAB 2
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator kader kesehatan/ Bagas. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survei. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator dan Supervisor. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survei. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu rumah tangga atau anak perempuan yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 65 tahun.
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Sebelum melakukan entri data, kuesioer yang masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dilakukan final cek terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah diisi oleh enumerator dan di cros cek oleh supervisor sudah sesuai dengan petunjuk pengisiannya apa belum.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
10
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check
secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control
juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:
1. Penanggungjawab : Pokja Kabupaten Tulungagung
2. Koordinator Survei : Pokja - Dinas Kesehatan
3. Anggota : BAPPEDA, DPUPBC, BLH, BPM – PD, TP – PKK Kab.
4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas
5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas
6. Tim Entry data : Dinas Kesehatan Kab. Tulungagung
7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten Tulungagung
8. Enumerator : Kader aktif desa/ kelurahan (Bagas, Posyandu dll)
2.1.
Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi
Penentuan area studi EHRA ini berdasarkan kebijakan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung. Ada 2 pilihan Pokja Sanitasi dalam menentukan desa/ kelurahan area studi EHRA yaitu :
1. Seluruh desa/ kelurahan di Kabupaten Tulungagung apabila ketersediaan dana mencukupi
2. Sebagian desa/ kelurahan di Kabupaten Tulungagung apabila desa/ kelurahan cukup banyak dan dana untuk studi EHRA terbatas
Berdasarkan hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung dan dengan berbagai pertimbangan ( geografi, demografi dan pendanaan ), diperoleh kesepakatan bahwa area studi EHRA Kabupaten Tulungagung Tahun 2016 di sebagian desa/ kelurahan yaitu di 120 desa/ kelurahan yang tersebar di wilayah Kabupaten Tulungagung.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
11
Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/ desa diambil sebanyak 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa sebanyak 40 rumah tangga yang tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
n adalah jumlah sampel
N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 2,5% (d = 0,025)
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 329.660 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 1.592. Berdasarkan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung, menetapkan jumlah desa/ kelurahan yang akan dijadikan target area survei sebanyak 120 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 120 X 40 = 4.800 responden. Dengan demikian sudah melebihi dari jumlah minimum sampel/ responden dalam studi EHRA ini.
2.2.
Penentuan Strata Desa/ Kelurahan
Berdasarkan kebijakan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung yang menentukan area survei studi EHRA ini disebagian desa/ kelurahan maka metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Stratifikasi. Hasil stratifikasi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Strata Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Tulungagung. mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
12
Penetapan strata dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK
3. Daerah/ wilayah yang dialiri sungai/ kali/ saluran drainase/ saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/ genangan, lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, stratifikasi wilayah Kabupaten Tulungagung menghasilkan kategori strata sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1 kategori strata berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko. Yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/ homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/ desa/ kelurahan yang menjadi area survei pada suatu strata akan mewakili kecamatan/ desa/ kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survei pada strata yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Tulungagung.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
13
Tabel 2.1. Kategori Strata berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Kategori
Strata Kriteria
Strata 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Strata 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Stratifikasi wilayah di Kabupaten Tulungagung menghasilkan katagori strata sebagaimana diperlihatkan pada tabel di bawah ini
Tabel 2.2 : Strata Desa/ Kelurahan se – Kabupaten Tulungagung Tahun 2016
No. Kecamatan & Desa/ Kelurahan
KRITERIA STRATA
STRATA Padat
Penduduk Masyarakat Miskin
Daerah Aliran Sungai Daerah Banjir I KECAMATAN BESUKI
1 DESA TANGGUL WELAHAN 0 1 1 0 2
2 DESA TANGGUL TURUS 1 0 0 1 2
3 DESA TANGGUL KUNDUNG 0 1 1 1 3
4 DESA WATES KROYO 1 0 1 0 2
5 DESA SIYOTO BAGUS 1 0 1 1 3
6 DESA TULUNG REJO 0 1 1 0 2
7 DESA SEDAYU GUNUNG 0 0 1 0 1
8 DESA BESOLE 1 1 1 1 4 9 DESA BESUKI 0 0 1 0 1 10 DESA KEBOIRENG 1 1 1 0 3 II KECAMATAN BANDUNG 1 DESA NGLAMPIR 1 1 1 1 4 2 DESA MERGAYU 0 1 1 1 3 3 DESA KESAMBI 0 1 0 0 1
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 14 4 DESA SUWARU 0 0 1 1 2 5 DESA KEDUNGWILUT 1 1 1 1 4 6 DESA SINGGIT 0 0 1 0 1 7 DESA NGUNGGAHAN 0 1 0 0 1 8 DESA SUKOHARJO 0 1 1 0 2 9 DESA SOKO 0 1 1 1 3
10 DESA SURUHAN LOR 1 1 1 1 4
11 DESA TALUN KULON 1 1 1 1 4
12 DESA NGEPEH 1 0 0 0 1
13 DESA BANTENGAN 0 0 1 1 2
14 DESA GANDONG 1 1 1 1 4
15 DESA BULUS 1 1 0 0 2
16 DESA SEBALOR 1 1 0 0 2
17 DESA SURUHAN KIDUL 1 0 0 0 1
18 DESA BANDUNG 1 0 0 0 1
III KECAMATAN PAKEL
1 DESA SAMBITAN 1 0 0 0 1 2 DESA BONO 1 1 0 1 3 3 DESA SUKOANYAR 0 1 0 0 1 4 DESA TAMBAN 1 0 0 1 2 5 DESA DUWET 0 1 0 0 1 6 DESA NGEBONG 1 1 0 0 2 7 DESA SODO 1 1 0 0 2 8 DESA GOMBANG 1 0 0 0 1 9 DESA PAKEL 0 1 0 1 2 10 DESA SUWALUH 1 1 0 0 2
11 DESA BANGUN MULYO 1 1 0 0 2
12 DESA PECUK 0 0 0 1 1 13 DESA KASREMAN 0 1 0 1 2 14 DESA SANAN 0 1 0 1 2 15 DESA BANGUNJAYA 1 0 0 0 1 16 DESA NGRANCE 0 1 0 0 1 17 DESA GEBANG 0 1 0 0 1 18 DESA GESIKAN 1 1 0 0 2 19 DESA GEMPOLAN 1 0 0 0 1 IV KECAMATAN CAMPURDARAT 1 DESA CAMPURDARAT 1 1 1 1 4 2 DESA WATES 1 1 1 1 4 3 DESA GAMPING 1 0 0 0 1 4 DESA GEDANGAN 0 0 1 1 2 5 DESA SAWO 0 1 1 1 3
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 15 6 DESA NGENTRONG 1 1 1 1 4 7 DESA PELEM 0 1 1 1 3 8 DESA POJOK 1 1 1 0 3 9 DESA TANGGUNG 1 0 0 0 1 V KECAMATAN TANGGUNGGUNUNG 1 DESA KRESIKAN 1 1 0 0 2 2 DESA JENGGLUNGHARJO 0 1 0 0 1 3 DESA NGREJO 0 1 0 0 1 4 DESA TANGGUNGGUNUNG 0 1 0 0 1 5 DESA NGEPOH 1 1 0 0 2 6 DESA TENGGAREJO 1 1 0 0 2 7 DESA PAKISREJO 1 1 0 0 2 VI KECAMATAN KALIDAWIR 1 DESA KALIDAWIR 0 1 1 1 3 2 DESA KARANGTALUN 1 0 1 1 3 3 DESA PAKISAJI 0 0 1 0 1 4 DESA JOHO 0 0 1 0 1 5 DESA NGUBALAN 1 0 1 0 2
6 DESA SUKOREJO KULON 1 1 1 1 4
7 DESA REJOSARI 0 1 1 1 3 8 DESA BANYUURIP 0 1 1 1 3 9 DESA KALIBATUR 0 1 1 1 3 10 DESA TUNGGANGRI 1 0 1 1 3 11 DESA JABON 1 1 0 0 2 12 DESA PAGERSARI 0 1 1 0 2 13 DESA BETAK 1 1 1 1 4 14 DESA TANJUNG 1 1 0 0 2 15 DESA DOMASAN 1 1 0 0 2
16 DESA SALAK KEMBANG 1 0 0 0 1
17 DESA WINONG 0 1 0 0 1
VII KECAMATAN PUCANGLABAN
1 DESA SUMBER DADAP 1 1 0 0 2
2 DESA DEMUK 1 1 0 0 2
3 DESA PANGGUNGUNI 1 1 0 0 2
4 DESA SUMBER BENDO 0 1 0 0 1
5 DESA KALI GENTONG 1 1 0 0 2
6 DESA MANDING 0 1 0 0 1
7 DESA PANGGUNG KALAK 0 1 0 0 1
8 DESA PUCANGLABAN 1 1 0 0 2
9 DESA KALIDAWE 0 1 0 0 1
VIII KECAMATAN REJOTANGAN
1 DESA ARJOJEDING 1 1 1 0 3
2 DESA TANEN 0 1 0 0 1
3 DESA BLIMBING 0 1 1 0 2
4 DESA REJOTANGAN 1 1 0 0 2
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 16 6 DESA PAKISREJO 0 0 1 1 2 7 DESA TEGALREJO 1 0 0 0 1 8 DESA BANJAREJO 1 1 1 0 3 9 DESA TENGGUR 0 1 1 0 2 10 DESA TUGU 1 0 0 0 1 11 DESA BUNTARAN 1 0 0 0 1 12 DESA KARANGSARI 1 1 0 0 2 13 DESA PANJEREJO 1 0 0 0 1 14 DESA TENGGONG 0 1 1 1 3 15 DESA SUKOREJO 0 1 1 1 3 16 DESA JATIDOWO 0 1 0 1 2 IX KECAMATAN NGUNUT 1 DESA KALIWUNGU 1 0 0 1 2 2 DESA NGUNUT 1 1 0 1 3 3 DESA GILANG 1 1 0 0 2
4 DESA SUMBEREJO KULON 1 0 0 0 1
5 DESA KROMASAN 0 1 0 0 1 6 DESA PULOSARI 1 1 0 0 2 7 DESA PULOTONDO 0 1 1 0 2 8 DESA KARANGSONO 0 1 1 1 3 9 DESA SAMIR 1 0 0 0 1 10 DESA KACANGAN 0 0 1 1 2 11 DESA SELOREJO 0 0 0 1 1 12 DESA BALESONO 0 0 1 1 2 13 DESA PANDANSARI 0 1 0 0 1
14 DESA SUMBERINGIN KULON 1 0 1 0 2
15 DESA SUMBERINGIN KIDUL 0 1 0 0 1
16 DESA SUMBEREJO WETAN 1 1 0 0 2
17 DESA KALANGAN 0 0 0 1 1
18 DESA PURWOREJO 1 0 0 0 1
X KECAMATAN SUMBERGEMPOL
1 DESA DOROAMPEL 1 1 1 0 3
2 DESA WONOREJO 1 0 1 0 2
3 DESA BENDILJATI KULON 0 0 1 0 1
4 DESA SUMBERDADI 1 1 1 1 4
5 DESA BENDILJATI WETAN 1 1 1 0 3
6 DESA JABALSARI 1 1 1 1 4 7 DESA SAMBIROBYONG 1 1 1 0 3 8 DESA BUKUR 0 1 1 0 2 9 DESA JUNJUNG 1 1 1 1 4 10 DESA PODOREJO 1 0 1 0 2 11 DESA WATES 0 1 1 0 2 12 DESA SAMBIDOPLANG 1 0 0 0 1 13 DESA MIRIGAMBAR 1 1 1 0 3 14 DESA TRENCENG 1 0 0 0 1 15 DESA BENDILWUNGU 1 1 1 0 3 16 DESA SAMBIJAJAR 0 1 0 0 1 17 DESA TAMBAKREJO 0 1 0 0 1
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
17
XI KECAMATAN BOYOLANGU
1 DESA WAJAK LOR 1 1 1 0 3
2 DESA WAJAK KIDUL 1 0 1 0 2
3 DESA SANGGRAHAN 0 0 1 0 1
4 DESA PUCUNG KIDUL 0 1 0 0 1
5 DESA BOYOLANGU 1 1 1 0 3 6 DESA NGRANTI 1 1 0 1 3 7 DESA KENDALBULUR 0 1 0 1 2 8 DESA BONO 1 0 1 1 3 9 DESA WAUNG 1 1 1 1 4 10 DESA KARANGREJO 1 1 1 1 4 11 DESA KEPUH 1 1 1 0 3 12 DESA TANJUNGSARI 1 1 1 1 4 13 DESA SERUT 1 1 1 1 4 14 DESA BEJI 1 0 1 0 2 15 DESA SOBONTORO 1 1 0 1 3 16 DESA GEDANGSEWU 1 0 1 0 2 17 DESA MOYOKETEN 0 0 1 1 2
XII KECAMATAN TULUNGAGUNG
1 KEL. KEDUNGSOKO 1 0 1 0 2 2 KEL. TAMANAN 0 0 1 0 1 3 KEL. JEPUN 0 0 1 1 2 4 KEL. KARANGWARU 1 1 0 0 2 5 KEL. BAGO 1 1 1 1 4 6 KEL. KEPATIHAN 0 1 0 0 1 7 KEL. TERTEK 1 0 1 1 3 8 KEL. KENAYAN 0 1 1 1 3 9 KEL. KAMPUNGDALEM 1 0 1 0 2 10 KEL. KAUMAN 1 0 1 0 2 11 KEL. KUTOANYAR 0 1 1 1 3 12 KEL. SEMBUNG 1 1 1 0 3 13 KEL. PANGGUNGREJO 0 1 1 0 2 14 KEL. BOTORAN 1 0 1 0 2
XIII KECAMATAN KEDUNGWARU
1 DESA REJOAGUNG 1 1 1 1 4 2 DESA TAPAN 1 1 1 0 3 3 DESA BANGOAN 0 1 0 0 1 4 DESA BULUSARI 0 1 1 0 2 5 DESA LODERESAN 0 1 0 0 1 6 DESA RINGINPITU 1 1 0 0 2 7 DESA TUNGGULSARI 1 0 0 0 1 8 DESA PLOSOKANDANG 1 1 0 1 3 9 DESA KEDUNGWARU 1 1 0 0 2 10 DESA SIMO 1 0 1 1 3 11 DESA MAJAN 1 1 1 1 4 12 DESA WINONG 1 1 1 1 4 13 DESA TAWANGSARI 1 1 1 1 4 14 DESA MANGUNSARI 1 1 1 1 4
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 18 15 DESA PLANDAAN 1 0 1 0 2 16 DESA KETANON 1 1 1 0 3 17 DESA GENDINGAN 0 0 1 0 1 18 DESA BORO 0 0 1 0 1 19 DESA NGUJANG 0 1 1 0 2
XIV KECAMATAN NGANTRU
1 DESA BENDOSARI 1 1 1 0 3 2 DESA NGANTRU 1 0 1 0 2 3 DESA PULEREJO 1 1 1 0 3 4 DESA MOJOAGUNG 0 0 1 0 1 5 DESA KEPUHREJO 1 1 1 0 3 6 DESA BATOKAN 0 0 1 0 1 7 DESA POJOK 0 0 1 0 1 8 DESA BANJARSARI 0 0 1 0 1 9 DESA PINGGIRSARI 1 1 1 0 3 10 DESA SRIKATON 1 1 1 0 3 11 DESA PUCUNGLOR 0 1 1 0 2 12 DESA PADANGAN 1 1 1 0 3 13 DESA PAKEL 0 1 1 0 2 XV KECAMATAN KARANGREJO 1 DESA KARANGREJO 1 1 1 1 4 2 DESA BUNGUR 0 1 0 0 1 3 DESA BABADAN 0 0 1 1 2 4 DESA SUKOWIYONO 0 1 0 0 1 5 DESA SUKOWIDODO 1 1 0 1 3 6 DESA SEMBON 1 0 1 1 3 7 DESA GEDANGAN 1 0 1 0 2 8 DESA TANJUNGSARI 1 0 0 1 2 9 DESA SUKODONO 1 0 1 1 3 10 DESA SUKOREJO 1 0 0 1 2 11 DESA PUNJUL 0 1 1 1 3 12 DESA TULUNGREJO 0 1 0 1 2 13 DESA JELI 0 1 1 0 2
XVI KECAMATAN KAUMAN
1 DESA PUCANGAN 1 1 1 0 3 2 DESA BOLOREJO 1 1 1 1 4 3 DESA KAUMAN 1 0 1 0 2 4 DESA BALEREJO 1 1 1 0 3 5 DESA BATANGSAREN 1 1 1 1 4 6 DESA PANGGUNGREJO 1 1 1 0 3 7 DESA KALANGBRET 0 0 1 1 2 8 DESA SIDOREJO 1 1 1 1 4 9 DESA MOJOSARI 1 1 1 1 4 10 DESA KARANGANOM 1 1 1 1 4 11 DESA KATES 1 1 1 0 3 12 DESA BANARAN 1 1 1 0 3 13 DESA JATIMULYO 1 1 1 0 3
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 19 1 DESA GONDANG 1 0 1 0 2 2 DESA JARAKAN 1 1 1 0 3 3 DESA NGRENDENG 1 1 1 0 3 4 DESA BENDO 1 1 1 1 4 5 DESA REJOSARI 1 0 1 0 2 6 DESA KIPING 1 1 1 1 4 7 DESA SEPATAN 1 1 1 0 3 8 DESA DUKUH 1 0 1 0 2 9 DESA KENDAL 0 1 1 0 2 10 DESA GONDOSULI 0 0 1 1 2 11 DESA TAWING 0 0 1 1 2 12 DESA MACANBANG 1 0 1 0 2 13 DESA TIUDAN 1 1 1 1 4 14 DESA WONOKROMO 1 1 1 1 4 15 DESA MOJOARUM 1 1 1 0 3 16 DESA BENDUNGAN 1 1 1 0 3 17 DESA NOTOREJO 1 1 1 1 4 18 DESA SIDEM 1 1 1 0 3 19 DESA BLENDIS 1 1 1 0 3 20 DESA SIDOMULYO 1 1 1 1 4
XVIII KECAMATAN PAGERWOJO
1 DESA WONOREJO 0 1 1 0 2 2 DESA KEDUNGCANGKRING 0 1 1 0 2 3 DESA MULYOSARI 1 1 1 0 3 4 DESA SEGAWE 1 1 1 1 4 5 DESA PENJOR 1 0 1 0 2 6 DESA SAMAR 1 1 1 0 3 7 DESA SIDOMULYO 1 1 1 0 3 8 DESA KRADINAN 1 1 1 0 3 9 DESA PAGERWOJO 0 0 1 0 1
10 DESA GONDANG GUNUNG 0 1 0 0 1
11 DESA GAMBIRAN 1 0 1 0 2
XIX KECAMATAN SENDANG
1 DESA KEDOYO 1 1 0 0 2 2 DESA KROSOK 1 0 1 0 2 3 DESA NYAWANGAN 1 1 1 0 3 4 DESA SENDANG 1 0 1 0 2 5 DESA NGLURUP 1 0 1 0 2 6 DESA GEGER 1 1 1 0 3 7 DESA NGLUTUNG 1 1 0 0 2 8 DESA TALANG 1 1 1 1 4 9 DESA DONO 1 1 1 0 3 10 DESA TUGU 1 0 1 0 2 11 DESA PICISAN 0 1 0 0 1
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
20
Hasil strafikasi wilayah desa/ kelurahan di Kabupaten Tulungagung yang terdiri dari 271 desa/ kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Grafik Distribusi Desa/ Kelurahan Per Strata di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah desa/ kelurahan pada strata 1 sebanyak 66 desa/ kelurahan ( 24,4% ), strata 2 sebanyak 97 desa/ kelurahan ( 35,8% ), strata 3 sebanyak 70 desa/ kelurahan ( 25,8% ) dan strata 4 sebanyak 38 desa/ kelurahan ( 14% )
2.3.
Penentuan Jumlah Desa/ Kelurahan Target Area Studi
Dari Jumlah strata desa/ kelurahan yang sudah disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung, kemudian dipilih target area studi. Berdasarkan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung, target area studi dilakukan di 120 desa/ kelurahan. Pemilihan area studi dilakukan dengan metode proporsional random sampling, yang diperoleh hasil seperti gambar di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
21
Gambar 2.2 : Grafik Area Studi EHRA Per Strata di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Untuk rincian desa/ kelurahan yang menjadi area studi EHRA dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.3 : Desa/ Kelurahan Area Studi EHRA di Kab. Tulungagung Tahun 2016
No. Kecamatan & Desa/ Kelurahan
KRITERIA STRATA
STRATA Padat
Penduduk Masyarakat Miskin
Daerah Aliran Sungai Daerah Banjir I KECAMATAN BESUKI
1 DESA TANGGUL TURUS 1 0 0 1 2
2 DESA TANGGUL KUNDUNG 0 1 1 1 3
3 DESA BESUKI 0 0 1 0 1 4 DESA KEBOIRENG 1 1 1 0 3 II KECAMATAN BANDUNG 1 DESA NGLAMPIR 1 1 1 1 4 2 DESA SINGGIT 0 0 1 0 1 3 DESA SUKOHARJO 0 1 1 0 2
4 DESA SURUHAN LOR 1 1 1 1 4
5 DESA GANDONG 1 1 1 1 4
6 DESA BANDUNG 1 0 0 0 1
III KECAMATAN PAKEL
1 DESA SUKOANYAR 0 1 0 0 1
2 DESA TAMBAN 1 0 0 1 2
3 DESA SODO 1 1 0 0 2
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 22 5 DESA SUWALUH 1 1 0 0 2 6 DESA KASREMAN 0 1 0 1 2 7 DESA GEBANG 0 1 0 0 1 8 DESA GESIKAN 1 1 0 0 2 IV KECAMATAN CAMPURDARAT 1 DESA WATES 1 1 1 1 4 2 DESA GAMPING 1 0 0 0 1 3 DESA SAWO 0 1 1 1 3 4 DESA POJOK 1 1 1 0 3 V KECAMATAN TANGGUNGGUNUNG 1 DESA KRESIKAN 1 1 0 0 2 2 DESA JENGGLUNGHARJO 0 1 0 0 1 3 DESA TENGGAREJO 1 1 0 0 2 VI KECAMATAN KALIDAWIR 1 DESA KARANGTALUN 1 0 1 1 3 2 DESA JOHO 0 0 1 0 1 3 DESA TUNGGANGRI 1 0 1 1 3 4 DESA DOMASAN 1 1 0 0 2 5 DESA WINONG 0 1 0 0 1
VII KECAMATAN PUCANGLABAN
1 DESA DEMUK 1 1 0 0 2
2 DESA KALI GENTONG 1 1 0 0 2
3 DESA MANDING 0 1 0 0 1
4 DESA PUCANGLABAN 1 1 0 0 2
5 DESA KALIDAWE 0 1 0 0 1
VIII KECAMATAN REJOTANGAN
1 DESA BLIMBING 0 1 1 0 2 2 DESA SUMBERAGUNG 0 1 1 0 2 3 DESA TEGALREJO 1 0 0 0 1 4 DESA BANJAREJO 1 1 1 0 3 5 DESA BUNTARAN 1 0 0 0 1 6 DESA SUKOREJO 0 1 1 1 3 7 DESA JATIDOWO 0 1 0 1 2 IX KECAMATAN NGUNUT 1 DESA GILANG 1 1 0 0 2
2 DESA SUMBEREJO KULON 1 0 0 0 1
3 DESA PULOTONDO 0 1 1 0 2
4 DESA SAMIR 1 0 0 0 1
5 DESA BALESONO 0 0 1 1 2
6 DESA PANDANSARI 0 1 0 0 1
7 DESA SUMBEREJO WETAN 1 1 0 0 2
8 DESA KALANGAN 0 0 0 1 1
X KECAMATAN SUMBERGEMPOL
1 DESA BENDILJATI KULON 0 0 1 0 1
2 DESA SUMBERDADI 1 1 1 1 4
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 23 4 DESA BUKUR 0 1 1 0 2 5 DESA WATES 0 1 1 0 2 6 DESA MIRIGAMBAR 1 1 1 0 3 7 DESA TRENCENG 1 0 0 0 1 8 DESA TAMBAKREJO 0 1 0 0 1 XI KECAMATAN BOYOLANGU
1 DESA WAJAK LOR 1 1 1 0 3
2 DESA PUCUNG KIDUL 0 1 0 0 1
3 DESA NGRANTI 1 1 0 1 3 4 DESA KENDALBULUR 0 1 0 1 2 5 DESA KARANGREJO 1 1 1 1 4 6 DESA KEPUH 1 1 1 0 3 7 DESA SERUT 1 1 1 1 4 8 DESA GEDANGSEWU 1 0 1 0 2
XII KECAMATAN TULUNGAGUNG
1 KEL. KEDUNGSOKO 1 0 1 0 2 2 KEL. KARANGWARU 1 1 0 0 2 3 KEL. KEPATIHAN 0 1 0 0 1 4 KEL. TERTEK 1 0 1 1 3 5 KEL. KAUMAN 1 0 1 0 2 6 KEL. KUTOANYAR 0 1 1 1 3 7 KEL. BOTORAN 1 0 1 0 2
XIII KECAMATAN KEDUNGWARU
1 DESA REJOAGUNG 1 1 1 1 4 2 DESA TAPAN 1 1 1 0 3 3 DESA LODERESAN 0 1 0 0 1 4 DESA SIMO 1 0 1 1 3 5 DESA WINONG 1 1 1 1 4 6 DESA MANGUNSARI 1 1 1 1 4 7 DESA PLANDAAN 1 0 1 0 2 8 DESA GENDINGAN 0 0 1 0 1
XIV KECAMATAN NGANTRU
1 DESA BENDOSARI 1 1 1 0 3 2 DESA NGANTRU 1 0 1 0 2 3 DESA MOJOAGUNG 0 0 1 0 1 4 DESA KEPUHREJO 1 1 1 0 3 5 DESA POJOK 0 0 1 0 1 6 DESA SRIKATON 1 1 1 0 3 7 DESA PAKEL 0 1 1 0 2 XV KECAMATAN KARANGREJO 1 DESA BUNGUR 0 1 0 0 1 2 DESA SUKOWIDODO 1 1 0 1 3 3 DESA GEDANGAN 1 0 1 0 2 4 DESA SUKODONO 1 0 1 1 3 5 DESA SUKOREJO 1 0 0 1 2
XVI KECAMATAN KAUMAN
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 24 2 DESA BOLOREJO 1 1 1 1 4 3 DESA PANGGUNGREJO 1 1 1 0 3 4 DESA KALANGBRET 0 0 1 1 2 5 DESA SIDOREJO 1 1 1 1 4 6 DESA KARANGANOM 1 1 1 1 4 7 DESA BANARAN 1 1 1 0 3
XVII KECAMATAN GONDANG
1 DESA GONDANG 1 0 1 0 2 2 DESA NGRENDENG 1 1 1 0 3 3 DESA KIPING 1 1 1 1 4 4 DESA DUKUH 1 0 1 0 2 5 DESA GONDOSULI 0 0 1 1 2 6 DESA MACANBANG 1 0 1 0 2 7 DESA WONOKROMO 1 1 1 1 4 8 DESA MOJOARUM 1 1 1 0 3 9 DESA SIDEM 1 1 1 0 3 10 DESA SIDOMULYO 1 1 1 1 4
XVIII KECAMATAN PAGERWOJO
1 DESA KEDUNGCANGKRING 0 1 1 0 2
2 DESA SAMAR 1 1 1 0 3
3 DESA KRADINAN 1 1 1 0 3
4 DESA GAMBIRAN 1 0 1 0 2
XIX KECAMATAN SENDANG
1 DESA KROSOK 1 0 1 0 2 2 DESA NGLURUP 1 0 1 0 2 3 DESA GEGER 1 1 1 0 3 4 DESA TALANG 1 1 1 1 4 5 DESA TUGU 1 0 1 0 2 6 DESA PICISAN 0 1 0 0 1 T O T A L 120
2.4.
Penentuan RT Dan Responden Di Area Studi
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per desa/ kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per desa/ kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.
Urutkan RT per RW per kelurahan.
Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
25 Jumlah RT yang akan diambil : Y
Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/ responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/ supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sebagai berikut :
Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2
Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
2.5.
Karakteristik Enumerator dan Supervisor Serta Wilayah Kerjanya
Jumlah enumerator masing - masing desa/ kelurahan area studi EHRA adalah 1 orang . Enumerator adalah Kader Kesehatan/ Posyandu/ Bagas yang bertempat tinggal di desa/ kelurahan yang menjadi area studi EHRA yang diharapkan sudah menguasi wilayah kerjanya. Supervisor adalah Sanitarian Puskesmas yang berjumlah 31 orang yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan survei di area studi yang masuk di wilayah kerja masing – masing Sanitarian Puskesmas
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
26
BAB 3
HASIL STUDI EHRA
3.1 Informasi Responden
Karakteristik responden studi EHRA Kabupaten Tulunggaung Tahun 2016 dapat di lihat pada tabel informasi responden dibawah ini :
Tabel 3.1 : Informasi Responden Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016
Strata Desa/Kelurahan Total
VARIABEL KATEGORI 1 2 3 4 n % n % n % n % n % A8. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Istri 1100 94.8 1627 94.6 1175 94.8 661 97.2 4563 95.1 Anak perempuan yg sudah menikah 60 5.2 93 5.4 65 5.2 19 2.8 237 4.9 B1. Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 6 0.5 6 0.3 5 0.4 2 0.3 19 0.4 21 - 25 tahun 39 3.4 59 3.4 32 2.6 21 3.1 151 3.1 26 - 30 tahun 94 8.1 144 8.4 90 7.3 41 6.0 369 7.7 31 - 35 tahun 184 15.9 250 14.5 174 14.0 97 14.3 705 14.7 36 - 40 tahun 211 18.2 265 15.4 250 20.2 134 19.7 860 17.9 41 - 45 tahun 214 18.4 313 18.2 225 18.1 122 17.9 874 18.2 > 45 tahun 412 35.5 683 39.7 464 37.4 263 38.7 1822 38.0 B2. Apa status dari
rumah yang anda tempati saat ini? Milik sendiri 998 86.0 1346 78.3 963 77.7 509 74.9 3816 79.5 Rumah dinas 3 0.3 3 0.2 2 0.2 1 0.1 9 0.2 Berbagi dengan keluarga lain 3 0.3 13 0.8 13 1.0 15 2.2 44 0.9 Sewa 1 0.1 5 0.3 5 0.4 2 0.3 13 0.3 Kontrak 4 0.3 10 0.6 5 0.4 5 0.7 24 0.5
Milik orang tua 150 12.9 320 18.6 249 20.1 147 21.6 866 18.0
Lainnya 1 0.1 23 1.3 3 0.2 1 0.1 28 0.6 B3. Apa pendidikan terakhir anda? Tidak sekolah formal 36 3.1 64 3.7 53 4.3 36 5.3 189 3.9 SD 435 37.5 687 39.9 494 39.8 257 37.8 1873 39.0 SMP 366 31.6 484 28.1 350 28.2 188 27.6 1388 28.9 SMA 248 21.4 348 20.2 252 20.3 139 20.4 987 20.6 SMK 32 2.8 50 2.9 43 3.5 39 5.7 164 3.4 Universitas/ Akademi 43 3.7 87 5.1 48 3.9 21 3.1 199 4.1
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016 27 B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 123 10.6 416 24.2 278 22.4 109 16.0 926 19.3 Tidak 1037 89.4 1304 75.8 962 77.6 571 84.0 3874 80.7 B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Ya 289 24.9 413 24.0 326 26.3 183 26.9 1211 25.2 Tidak 871 75.1 1307 76.0 914 73.7 497 73.1 3589 74.8 B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 1106 95.3 1649 95.9 1185 95.6 658 96.8 4598 95.8 Tidak 54 4.7 71 4.1 55 4.4 22 3.2 202 4.2
Dari 3.1 diatas terlihat bahwa yang menjadi responden dalam survei yang terbanyak adalah istri ( 95,1% ). Usia responden yang terbanyak adalah kelompok umur > 45 tahun ( 38% ) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur ≤ 20 tahun (0,4%). Status rumah yang ditempati oleh responden yang terbanyak adalak milik sendiri ( 79,5% ) dan yang paling sedikit adalah rumah dinas ( 0,2% ). Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SD ( 39% ) dan yang paling sedikit adalah SMK ( 3,4% ). Kepemilikan SKTM dari desa/ kelurahan yang terbanyak adalah tidak memiliki ( 80,7% ). Kepemilikan Askeskin yang terbanyak adalah tidak memiliki ( 74,8% ). Sedangkan untuk mempunyai anak yang terbanyak adalah mempunyai anak ( 95,8% ).
3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga merupakan salah satu jenis sampah yang ikut memperberat masalah persampahan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Tulungagung, khususnya di wilayah perkotaan. Berdasarkan data dari Dinas PU Bina Marga Perumahan dan Cipta Karya Kab. Tulungagung, saat ini timbulan sampah rumah tangga mencapai 1.587,26 m³/hari yang terangkut ke TPA sekitar 14,98% yang dikelola mandiri oleh masyarakat sebesar 16,76%, sampah terangkut 3R sekitar 0,57% dan sisanya sebesar 67,72% sampah tidak terproses. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk pengelolaan sampah merupakan salah satu kendala dalam pengendalian pencemaran limbah sampah di samping keterbatasan sarana dan prasarana persampahan, sehingga seringkali masyarakat membuang sampah sembarangan dan membakar sampah.
Pengelolaan sampah sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah atau yang lebih dikenal dengan metode 3 R ( Reuse Reduce Recycle ) misalnya sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
28
Seperti yang telah dilakukan di Kelurahan Tamanan Kecamatan Tulungagung, kelompok lansia memanfaatkan sampah organik diolah menjadi kompos dengan menggunakan keranjang takakura.
Permasalahan persampahan yang dipelajari dalam survei EHRA antara lain: 1) cara pembuangan sampah 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah 3) praktek pemilahan sampah dan 4) biaya layanan sampah. Sisi layanan pengangkutan juga dilihat dari aspek frekuensi, ketetapan waktu pengangkutan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar layanan sampah ini. Sebuah rumah tangga yang menerima pelayanan pengangkutan sampah, tetap memiliki resiko kesehatan tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Ketepatan pengangkutan sampah digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketepatan tentang frekuensi pengangkutan sampah.
Hasil survei EHRA mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada aspek cara pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 : Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Dari gambar 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga pada total skala kabupaten yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar adalah dibakar ( 64,3% ), dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah ( 10,6% ) dan dikumpulkan dan di buang ke TPS
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
29
(10,3%). Sedangkan untuk masing – masing strata dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga pada strata 1 sebagian besar adalah dengan dibakar ( 72,7% ) dan dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup tanah ( 11,1% ). Pada strata 2 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibakar ( 63,1% ) dan dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan dan dibiarkan membusuk ( 11,3% ). Pada strata 3 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibakar (63,2%) dan dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup tanah ( 13,7% ). Sedangkan pada strata 4 pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak adalah dengan dibakar ( 55,3% ) dan dikumpulkan dan di buang ke TPS ( 22,2% ). Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa sebagian masyarakat belum menjadi penerima layanan sampah dan belum melakukan pemanfaatan sampah ( 3R ) sehingga sampah dapat mencemari tanah, air dan udara ( gas hasil pembakaran sampah ).
Untuk kepentingan identifikasi tingkat resiko kesehatan lingkungan, rincian cara pengelolaan sampah di atas disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar yaitu penerima layanan sampah dan non penerima layanan sampah yang dapat dilihat pada gambar dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.2 : Grafik Pelayanan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Dari gambar 3.2 di atas terlihat bahwa jumlah responden yang menerima layanan sampah pada total skala kabupaten sebanyak 11,2% sedangkan sebanyak 88,7% tidak menerima layanan sampah.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
30
Sedangkan untuk masing – masing strata dapat terlihat bahwa penerima layanan sampah pada strata 1 hanya sebanyak 6,1%, strata 2 sebanyak 10,9%, strata 3 sebanyak 9,5% dan strata 4 sebanyak 24%.
Untuk lebih jelaskan diuraikan di bawah ini : 3.2.1 Penerima Layanan Sampah
Sebelum sampah di buang seharusnya dilakukan pemilahan sampah yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah langsung dari sumbernya yaitu rumah tangga. Praktik pemilahan sampah sebelum dibuang dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 3.3 : Grafik Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Dari gambar 3.3 di atas terlihat bahwa jumlah responden yang menerima layanan sampah dan melakukan praktik pemilahan sampah pada total skala kabupaten sebanyak 21,2% sedangkan sebanyak 78,8% tidak melakukan praktik pemilahan sampah. Sedangkan untuk masing – masing strata dapat terlihat bahwa penerima layanan sampah yang melakukan praktik pemilahan pada strata 1 sebanyak 46,6%, strata 2 sebanyak 15%, strata 3 sebanyak 21% dan strata 4 sebanyak 17,1%.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
31
Gambar 3.4 : Grafik Frekuensi Pengangkutan Sampah di Kab. Tulungagung
Tahun 2016
Dari gambar 3.4 di atas terlihat bahwa mayoritas responden yang menerima layanan sampah pada total skala kabupaten, responden menyatakan tidak tahu ( 40,4% ), beberapa kali dalam seminggui ( 34% ) dan tidak pernah ( 21,3% ). Sedangkan untuk masing – masing strata responden yang menerima layanan sampah pada strata 1 mayoritas responden menyatakan tidak tahu ( 64% ). Pada strata 2 mayoritas sampahnya tidak pernah diangkut ( 50% ). Pada strata 3 mayoritas sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu ( 37,5% ). Pada strata 4 mayoritas sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu ( 75% ).
3.2.2 Non Penerima Layanan Sampah
Pengelolaan sampah rumah tangga pada responden yang tidak menerima layanan sampah mayoritas sampah yang berasal dari rumah tangga di bakar yang dapat di lihat pada gambar 3.1 di atas.
Area berisiko persampahan yang digunakan untuk menentukan area berisiko sanitasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
32
Tabel 3.2 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016
VARIABEL KATEGORI Strata Desa/Kelurahan Total
1 2 3 4
n %
n % n % n % n %
3.1 Pengelolaan
sampah Tidak memadai 1089 93.9 1532 89.1 1120 90.5 517 76.0 4258 88.8
Ya, memadai 71 6.1 187 10.9 118 9.5 163 24.0 539 11.2
3.2 Frekuensi
pengangkutan sampah Tidak memadai 21 84.0 2 100.0 5 62.5 2 16.7 30 63.8
Ya, memadai 4 16.0 0 0.0 3 37.5 10 83.3 17 36.2
3.3 Ketepatan waktu
pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 23 92.0 2 100.0 5 62.5 2 16.7 32 68.1
Ya, tepat waktu 2 8.0 0 0.0 3 37.5 10 83.3 15 31.9
3.4 Pengolahan
sampah setempat Tidak diolah 986 85.0 1523 88.5 925 74.6 553 81.3 3987 83.1
Ya, diolah 174 15.0 197 11.5 315 25.4 127 18.7 813 16.9
Dari tabel 3.2 diatas terlihat bahwa 88,8% pengelolaan sampah tidak memadai, 63,8% frekuensi pengangkutan sampah tidak memadai, 68,1% ketepatan waktu pengangkutan sampah tidak tepat waktu dan 83,1% pengolahan sampah setempat tidak diolah.
3.3 Pembuangan Air Kotor/ Limbah Tinja dan Lumpur Tinja
Air kotor/ limbah tinja adalah buangan yang berasal dari pembuangan tinja manusia baik yang berupa cair maupun padat. Pengelolaan tinja manusia memerlukan penanganan yang khusus karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat menularkan penyakit seperti thypus, hepatitis, diare dan sebagainya.
Praktek BAB ( Buang Air Besar) di tempat yang kurang memadai merupakan salah satu faktor meningkatnya resiko status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah dan juga mencemari sumber air minum warga. Tempat BAB yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti sungai/kali/got/kebun tetapi juga menggunakan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, tapi sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai. Sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misal yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum.
Pembuangan tinja anak menurut masyarakat umumnya dianggap sepele. Kotoran/tinja anak dianggap berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak dianggap tidak berbahaya dan bisa dibuang kemana saja, termasuk ke ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang ataupun keranjang
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
33
tempat sampah rumah tangga. Anggapan seperti ini sangat keliru karena pembuangan tinja baik anak maupun orang dewasa adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diperhatikan karena sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan berbagai pathogen penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hasil survei EHRA mengenai tempat Buang Air Besar ( BAB ) dapat terlihat dari gambar di bawah ini :
Gambar 3.5 : Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Dari gambar 3.5 diatas terlihat bahwa tempat BAB pada skala kabupaten sebagian besar adalah di jamban pribadi ( 88,6% ), sungai/ pantai/ laut ( 6,5% ) dan di lubang galian ( 2,6% ). Dari data tersebut terlihat bahwa masih adanya masyarakat yang BAB tidak di tempat yang aman ( 9,4% ) sehingga perlu dilakukan kegiatan untuk merubah perilaku BAB sehingga mereka mau BAB di tempat yang aman yaitu jamban pribadi ataupun MCK/ WC Umum. Sedangkan untuk masing -- masing strata pada strata 1 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi ( 94,6% ) dan di sungai/ pantai/ laut ( 2,6% ). Pada strata 2 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi ( 89,7% ) dan di sungai/ pantai/ laut ( 5,6% ). Pada strata 3 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi ( 83% ) dan di sungai/ pantai/ laut ( 11,2% ). Sedangkan pada strata 4 tempat BAB orang dewasa yang terbanyak adalah di jamban pribadi ( 85,6% ) dan di sungai/ pantai/ laut ( 7,1% ).
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
34
Sedangkan untuk tempat penyaluran buangan akhir tinja dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.6 : Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Dari gambar 3.6 di atas terlihat bahwa tempat penyaluran akhir tinja pada skala kabupaten sebagian besar adalah berupa tangki septik ( 70,5% ), cubluk/ lobang tanah ( 13,7% ) dan tidak tahu (12,3%). Sedangkan untuk masing – masing strata terlihat bahwa pada strata 1 tempat penyaluran akhir tinja yang terbanyak adalah tangki septik ( 73,3% ) dan cubluk/ lobang tanah ( 14,9% ). Pada strata 2 yang terbanyak tangki septik ( 70,2% ) dan cubluk/ lobang tanah ( 15,9% ). Pada strata 3 yang terbanyak adalah tangki septik ( 64,4% ) dan tidak tahu ( 19,1% ). Sedangkan pada strata 4 yang terbanyak adalah tangki septik ( 77,9% ) dan tidak tahu ( 14,6% ). Dari data tersebut terlihat bahwa masih banyak rumah tangga yang buangan akhir tinjanya di buang di tempat yang tidak aman yaitu cubluk/ lobang tanah dan tidak mengetahui kemana penyaluran akhir tinja di rumh yang ditempati sehingga beresiko dapat mencemari sumber air. Disamping itu juga banyak masyarakat yang menempati rumah yang mempunyai jamban leher angsa tetapi tidak mengetahui dimana posisi dan model penyaluran akhir tinjanya.
Sedangkan untuk waktu terakhir pengurasan tangki septik dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
35
Gambar 3.7 : Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Dari gambar 3.7 di atas terlihat bahwa waktu terakhir pengurasan tangki septik pada skala kabupaten yang terbanyak adalah tidak pernah dikuras ( 87,9% ), tidak tahu ( 7,6% ) dan 1-5 tahun yang lalu ( 2% ). Sedangkan untuk masing – masing strata terlihat bahwa pada strata 1 waktu terakhir pengurasan tangki septik yang terbanyak adalah tidak pernah dikuras ( 88,3% ) dan tidak tahu ( 9,2% ). Pada strata 2 yang terbanyak adalah tidak pernah dikuras ( 87,7% ) dan tidak tahu ( 8% ). Pada strata 3 yang terbanyak adalah tidak pernah dikuras ( 89,8% ) dan tidak tahu ( 5,1% ). Sedangkan pada strata 4 yang terbanyak adalah tidak pernah dikuras ( 84,7% ) dan tidak tahu ( 7,7% ). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas tangki septik yang digunakan sebagai penyaluran akhir tinja yang dimiliki oleh masyarakat tidak pernah dikuras dengan asumsi tangki septik tidak pernah penuh, hal ini menimbulkan kecurigaan telah terjadi kebocoran pada tangki septik sehingga merembes ke tanah dan dapat mencemari sumber air.
Praktik pengurasan tangki septik hasil studi EHRA tahun 2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
36
Gambar 3.8 : Grafik Praktik Pengurasan Tangki Septik di Kab. Tulungagung Tahun 2016 Dari gambar 3.8 diatas terlihat bahwa praktik pengurasan tangki septik pada skala kabupaten mayoritas responden menjawab tidak tahu ( 63,4% ), layanan sedot tinja ( 26,6% ) dan membayar tukang ( 6,1% ). Sedangkan pada masing masing strata praktik pengurasan tangki tinja pada strata 1 yang terbanyak adalah responden menjawab tidak tahu ( 86,9% ) dan layanan sedot tinja ( 12,1% ). Pada strata 2 yang terbanyak adalah responden menjawab tidak tahu ( 62,4% ) dan layanan sedot tinja ( 31,5% ). Pada strata 3 yang terbanyak adalah responden menjawab tidak tahu ( 49,4% ) dan layanan sedot tinja ( 27,2% ). Sedangkan pada strata 4 yang terbanyak adalah responden menjaawab tidak tahu ( 50,6% ) dan layanan sedot tinja ( 34,6% ). Dari hasil diatas mayoritas responden menjawab tidak tahu yang dapat diasumsikan bahwa mayoritas masyarakat belum mengetahui bagaimana cara mengamankan tinja yang telah dikeluarkan dari tangki septik untuk itu perlu adanya sosialisasi keberadaan layanan sedot tinja dan pengolahan lumpur tinja yang ada di Kab. Tulungagung yaitu di Desa Moyoketen Kec. Boyolangu.
Untuk kualitas tangki septik bersuspek aman dan tidak aman dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
37
Gambar 3.9 : Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Pada gambar 3.9 di atas terlihat bahwa kualitas tangki septik pada skala kabupaten sebagian besar bersuspek tidak aman yaitu 50,4% dan hanya 49,6% tangki septik yang bersuspek aman. Sedangkan pada masing -- masing strata terlihat bahwa pada strata 1 kualitas tangki septik sebagian besar bersuspek tidak aman sebanyak 53,4%, strata 2 sebagian besar bersuspek tidak aman sebanyak 51,2%, strata 3 sebagian besar bersuspek aman sebanyak 55,8% dan strata 4 sebagian besar bersuspek tidak aman sebanyak 54,4%. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi tangki septik sebagian besar masyarakat di Kab. Tulungagung tidak memenuhi syarat kesehatan.
Area berisiko air limbah domestik yang digunakan untuk menentukan area berisiko sanitasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
38
Tabel 3.3 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kab. Tulungagung Tahun 2016
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
VARIABEL KATEGORI Strata Desa/Kelurahan Total
1 2 3 4
n %
n % n % n % n %
2.1 Tangki septik suspek
aman Tidak aman 619 53.4 880 51.2 548 44.2 370 54.4 2417 50.4
Suspek aman 541 46.6 840 48.8 692 55.8 310 45.6 2383 49.6
2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
Tidak, aman 87 87.9 102 68.5 59 72.8 53 65.4 301 73.4
Ya, aman 12 12.1 47 31.5 22 27.2 28 34.6 109 26.6
2.3 Pencemaran karena
SPAL Tidak aman 572 49.3 784 45.6 714 57.6 404 59.4 2474 51.5
Ya, aman 588 50.7 936 54.4 526 42.4 276 40.6 2326 48.5
Dari tabel 3.3 diatas terlihat bahwa terdapat 50,4% tangki septik suspek tidak aman, 73,4% pencemaran karena pembunagan isi tangki septik dan 51,5% pencemaran karena SPAL.
3.4 Drainase Lingkungan/ Selokan Sekitar Rumah dan Banjir
Dalam rangka persiapan pelaksanaan pembangunan prasarana pembangunan Kabupaten Tulungagung secara terpadu, untuk pekerjaan fisik salah satu pendekatan program yang dilaksanakan yaitu pembenahan system drainase. Sebagaimana diketahui bersama bahwa permasalahan banjir yang ada di kawasan kota Kabupaten Tulungagung, khususnya pada system drainase pada saluran wilayah Kecamatan Kota Tulungagung di karenakan kondisi system drainase yang belum optimal, terjadinya perubahan land use (dari kawasan pertanian menjadi kawasan industri, perdagangan dan permukiman), serta kondisi topografi yang relative rendah dan datar.
Masalah banjir timbul ketika lahan dataran banjir telah berkembang menjadi kawasan budidaya seperti untuk pemukiman, perkotaan, perdagangan, industri, pertanian dan sebagainya.Banjir bisa terjadi kapan saja dengan kuantitas yang merupakan fungsi dari intensitas hujan dan karakteristik Daerah Pengaliran Sungai.
Mengatasi masalah banjir, tidak cukup hanya dengan upaya yang bersifat struktur tapi juga perlu ditunjang dengan upaya yang bersifat non-struktur, sehingga membentuk upaya terpadu dan menyeluruh.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
39
Dalam survei EHRA ini dilakukan wawancara mengenai lokasi genangan di sekitar lingkungan rumah, ulasan topografi dan mengenai keberadaan saluran drainase lingkungan. Di samping itu dilakukan pengamatan mengenai kondisi drainase lingkungan.
Berdasarkan hasil survei EHRA mengenai kejadian banjir/ genangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.10 : Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Pada gambar 3.10 di atas terlihat bahwa persentase rumah tangga yang pernah mengalami banjir pada skala kabupaten mayoritas rumah tangga tidak pernah mengalami banjir ( 88,6% ), beberapa kali dalam setahun ( 5,6% ) dan sekali dalam setahun ( 4,3% ). Sedangkan pada masing – masing strata, persentase rumah tangga yang pernah mengalami banjir dapat dilihat bahwa pada strata 1 mayoritas rumah tangga tidak pernah mengalami banjir ( 90,3% ) dan sekali dalam setahun/ beberapa kali dalam setahun ( 4,3% ). Pada strata 2 mayoritas rumah tangga tidak pernah mengalami banjir (90,8%) dan sekali dalam setahun ( 3,8% ). Pada strata 3 mayoritas rumah tangga tidak pernah mengalami banjir ( 86,6% ) dan beberapa kali dalam setahun ( 7,3% ). Sedangkan pada strata 4 mayoritas rumah tangga tidak pernah mengalami banjir ( 84,1% ) dan beberapa kali dalam setahun (10,1%). Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa mayoritas wilayah di Kab. Tulungagung sudah bebas dari banjir yang hal ini dimungkinkan karena semakin baiknya sistem drainase lingkungan.
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
40
Dari kejadian banjir diatas, rumah tangga yang mengalami banjir rutin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.11 : Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Dari gambar 3.11 di atas terlihat bahwa persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin pada skala kabupaten sebagian besar tidak mengalami banjir secara rutin ( 54,9% ) sedangkan sisanya mengalami banjir secara rutin ( 45,1% ). Pada masing masing strata, persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin pada strata 1 mayoritas tidak mengalami banjir rutin sebanyak 64,6%, strata 2 mayoritas tidak mengalami banjir rutin sebanyak 66,7%, strata 3 mayoritas tidak mengalami banjir rutin sebanyak 51,2% dan pada strata 4 mayoritas mengalami banjir rutin sebanyak 66,7%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa banjir yang terjadi mayoritas tidak rutin dialami oleh rumah tangga di Kab. Tulungagung.
Sedangkan lama air menggenang bila terjadi banjir dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
LAPORAN STUDI EHRA KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2016
41
Gambar 3.12 : Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kab. Tulungagung Tahun 2016
Dari gambar 3.12 di atas dapat dilihat bahwa lama air menggenang jika terjadi banjir pada skala kabupaten sebagian besar antara 1 - 3 jam ( 34,4% ), kurang dari 1 jam ( 18,8% ) dan lebih dari 1 hari (18,8%). Sedangkan pada masing – masing strata terlihat bahwa lama air menggenang jika terjadi banjir pada strata 1 yang terbanyak responden menjawab tidak tahu ( 50% ) dan kurang dari 1 jam/ lebih dari 1 hari ( 25% ). Pada strata 2 yang terbanyak adalah kurang dari 1 jam ( 38,1% ) dan antara 1 – 3 jam ( 28,6% ). Pada strata 3 yang terbanyak adalah lebih dari 1 hari ( 31,6% ) dan antara 1 – 3 jam (26,3%). Sedangkan pada strata 4 yang terbanyak adalah antara 1 – 3 jam ( 55% ) dan lehih dari 1 hari ( 15% ).