• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pengumpulan data melalui interview dan observasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pengumpulan data melalui interview dan observasi."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

60

Bab ini berisi pemaparan hasil temuan secara menyeluruh melalui penyajian untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang dilkukan oleh peneliti. Hasil penyajian ini didapat dari hasil yang dilakukan dalam proses pengumpulan data melalui interview dan observasi.

Setelah melewati beberapa proses, akhirnya penulis menemukan beberapa hasil temuan yang dapat penulis sajikan dan analisis, untuk menjawab rumusan dari penelitian tentang penggunaan media sosial twitter dan facebook dalam proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara pada website www.kitabisa.com. Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil temuan yang diperoleh dari teknik obsevarsi dan wawancara. Untuk memulai pembahasan pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menyajikan mengenai data dari informan.

A. Data tentang informan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatan media sosial twitter dan facebook untuk mendukung proyek pembangunan kembali masjid di tolikara melalui website www.kitabisa.com diperoleh temuan-temuan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan. yaitu bagaimana dan mengapa twitter dan facebook mampu menarik orang untuk berdonasi dalam proyek tersebut. Berikut akan dijelaskan temuan yang didapat dari hasil wawancara dan data observasi yang dimulai dengan identitas informan.

(2)

1. Identitas Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa unsur. Pertama, informan adalah pihak dari Kitabisa, hal ini dikarenakan Kitabisa sebagai platform dari atau wadah dari Project pembangunan kembali masjid di Tolikara. Kedua, adalah penggagas proyek, dimana dalam project ini penggagasnya adalah seorang komika terkenal Pandji Pragiwaksono. Ketiga, peneliti juga melakukan interview dengan orang orang yang ikut menyumbang dalam project ini. Berikut ini adalah data diri masing-masing informan.

a. Informan 1

Informan pertama, adalah salah satu staff dari Kitabisa. Staff tersebut bernama Iqbal Hariadi. Di Kitabisa, Iqbal berposisi sebagai Storyteller yang bertugas untuk menulis, dan menceritakan agar tulisan di dalam campaign Kitabisa sesuai dengan standar. Iqbal juga beberapa kali mengisi materi tentang Kitabisa pada beberapa Open Discussion. Pertemuan peneliti dengan Iqbal dilakukan ketika Iqbal sedang mengisi sebuah Diskusi mengenai Online Fundraising di Gedung PIP Kota Semarang, pada hari Jumat, 16 Juni 2015. Iqbal lahir tahun 1992 di Bekasi, dan merupakan lulusan dari jurusan Biologi Universitas Indonesia 2013. Pada kelanjutanya dalam penelitian ini, Iqbal akan disebut sebagai informan 1.

(3)

b. Informan 2

Informan yang kedua adalah seorang entertainer bernama Pandji Pragiwaksono. Pandji berprofesi sebagai aktor, komik, dan rapper. Selain, itu, juga aktif didalam berbagai kegiatan kemanusian, seperti shave for hope, Yayasan Pita Kuning Indonesia, dan Indonesia Unite. Dalam proyek pembangunan kembali masjid Tolikara, Pandji adalah penggagas proyek ini. Pandji lahir di Singapura pada 18 Juni 1979. Pandji merupakan sosok yang cukup berpengaruh di dunia maya, saat ini Pandji memiliki jumlah follower sebanyak 777.283. Interview dengan Pandji dilakukan di Fave Hotel Jogjakarta pada tanggal 6 November 2015. Selanjutnya dalam penelitian ini Pandji akan disebut sebagai informan 2.

c. Informan 3

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah salah satu dari 1186 orang yang turut serta menyumbang dalam proyek masjid tolikara. Informan ketiga ini bernama Rania Suditanto. Rania bekerja sebagai staff marketing di sebuha perusahaan Farmasi di Kota Deli Serdang, Sumatera Utara. Peneliti melakukan interview melalui Email dan Facebook Messenger. Saat ini Rania berumur 40 tahun dan tinggal di Deli Serdang. Selanjutnya dalam penelitian ini Rania akan disebut sebagai Informan 3.

(4)

d. Informan 4

Informan keempat dalam penelitian ini adalah Zahriyyatul Humairah. Pada penelitian ini Zahriyyatul selanjutnya akan disebut sebagai Informan 4. Peneliti menemukan nama informan 4 pada daftar donator yang dapat diakses di www.Kitabisa.com. Informan keempat yang berusia 21 tahun, bekerja sebagai salah satu staf administrasi dari sebuah organisasi non profit di Jakarta. Interview peneliti dengan informan keempat dilakukan melalui email.

e. Informan 5

Informan kelima dalam penelitian ini adalah Atha Halim. Peneliti melakukan interview dengan Atha Halim melalui sebuah email, yang didahului dengan pertemuan di Instagram. Atha Halim adalah salah satu karyawan dari Event Organizer di Jakarta. Nama Atha Halim juga masuk kedalam daftar donatur yang ada di proyek Masjid Tolikara. Pada tulisan selanjutnya Atha Halim akan disebut sebagai informan 5.

f. Informan 6

Selanjutnya informan keenam penelitian ini adalah Ira Purwo Kinanti. Informan keenam ini merupakan karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta. Peneliti sempat melakukan interview pada gadis lulusan UI ini dan kemudian interview dilanjutkan melalui email.

(5)

Informan 6 ini juga merupakan salah satu donator di proyek masjid tolikara.

g. Informan 7

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah gadis yang berdomisiili di Kalianda Lampung Selatan. Informan yang ketujuh bernama Putri Lestanti. Informan merupakan seorang mahasiswi berumur 22 tahun. Sama seperti informan 3 hingga 6, Informan ketujuh ini juga merupakan salah satu donator di proyek masjid tolikara.

B. Temuan Data dan Analisis

Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan dan sekaligus menganalisis data yang telah didapatkan selama pengumpulan data yang dilakukan. Seluruh data dikumpulkan melalui interview kepada para donatur, pembuat projek, serta kru dari kitabisa.com dan juga observasi dengan mengamati akun media sosial dari dan website dari kitabisa.com.

Informan yang didapatkan peneliti dalam penelitian ini diperoleh daftar nama donatur yang ada di website kitabisa.com. Kemudian dilakukan penelusuran melalui google, twitter, facebook, hingga Instagram untuk mendapatkan kontak pribadi dari para informan demi mendapatkan diperoleh kontak pribadi, yang berupa email. Sedangkan dua informan (informan 1-2) data diperoleh melalui peretemuan langsung di Kota Semarang dan Yogyakarta.

(6)

Sebelumnya peneliti akan sedikit membahas mengenai website Kitabisa.com, Kitabisa.com sendiri adalah salah situs penggalang dana yang ada di Indonesia. Situs ini bergerak dalam bidang sosial dan bertujuan untuk membantu agar sebuah proyek-proyek sosial dapat didanai dengan baik. Lebih lanjut kitabisa.com memiliki ide bahwa orang baik ada dimana-mana, namun mereka tidak terkoneksi dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh informan 1, yang merupakan salah satu staff dari kitabisa.com.

"Nah bagaimana menyelesaikan masalah sosial di Indonesia, balik lagi ke hal di awal, bahwa orang baik ada dimana mana, namun mereka tidak terkoneksi dengan baik satu sama lain. jadi kita bisa menyelesaikan masalah sosial.." (wawancara dengan informan 1 pada tangal 16 Oktober 2015)

Proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara adalah salah satu dari sekian banyak proyek sosial yang dilakukan. Informan 1 mengungkapkan bahwa proyek Masjid Tolikara berlangsung sangat viral, dimana target yang awalnya hanya 200 juta rupiah, justru terkumpul 308 juta rupiah. ketika kampanye proyek ini berlangsung, dua timeline media sosial yang sering digunakan masyarakat Indonesia, yaitu twitter dan facebook, pun diramaikan oleh orang-orang yang ikut serta mendukung gerakan ini. Fasilitas share yang ada media sosial twitter dan facebook sangat aktif untuk menyebarkan proyek ini.

"Kita targetkan 200 juta. Dalam tiga hari, yang terkumpul sampe 308 juta. dan dishare di facebook sangat viral 15 ribu share. Di Twitter 3.300 share. Ini adalah salah satu contoh, Penggalangan dana dimana kita melihat masalah sosial tapi kita gak berhenti di bacot doang. Kita gak berhenti di omong doang. Tapi kita melakukan sesuatu" (wawacara dengan informan 1 pada Jumat 16 Oktober 2015)

(7)

Dalam menjawab masalah yang peneliti buat dalam penelitian ini. Peneliti berasumsi ada faktor-faktor yang membuat proyek ini berjalan sukses meski hanya melalui media sosial. Berikut dibawah ini adalah analisis data penelitian ini terkait rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab pertama.

1. Proses penyebaran Informasi (Ajakan Berpartipasi)

Proses penyebaran informasi ini berlangsung berlangsung dalam tiga tahap, yakni: pra-project, project dan pasca-project. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing tahapan tersebut.

a. Tahap Pra-Project (Awal)

Proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara, dimulai tepat selang satu hari setelah peristiwa terbakarnya. Pandji Pragiwaksono sebagai penggagas proyek ini mengawali gerakannya dengan menulis sebuah tulisan yang berjudul “Mari Menangkan” di dalam blog pribadinya.

Dalam tulisannya ini, Pandji mengajak pembaca blog-nya untuk tidak menyalahkan umat agama lain dalam kejadian ini. Tak lama setelah tulisan ini keluar di internet, CEO dari Kitabisa.com kemudian mengajak Pandji berkolaborasi. Pandji sekaligus informan 2 dalam penelitian ini menuturkan bahwa dirinya dihubungi untuk membuat penggalangan dana di kitabisa.com.

“Blog itu gue release trus rame trus dibaca sama salah satu co founder-nya kitabisa.com. Trus gue dihubungin via Whatsapp. Dia bilang “eh gue abis baca tulisan lo nih. Kita bikin sesuatu yuk”. Gue bilang hayuk apa. Trus dia bilang “gue punya platform dimana orang bisa berdonasi untuk kegiatan sosial. Namanya kitabisa gitu”. Trus gue

(8)

bilang wah bagus juga. Dia sebenernya yang pertama kali ngomong gimana kalo misalnya kita galang dana untuk bangun masjid” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015)

Setelah setuju, akhirnya halaman penggalangan dana dibuat, yaitu di kitabisa.com/masjidtolikara, Pandji dan kitabisa.com menargetkan untuk mengumpulkan dana sebesar 300 juta dalam waktu 30 hari. Dalam laman tersebut Pandji mengajak untuk masyarakat dunia maya, agar berhenti dengan berbagai cacimaki dan saling menyalahkan. Pandji menuliskan sebuah kalimat yang memberi ajakan untuk mengingatkan bahwa dengan memaki masalah tidak akan berhenti dan dengan membawa suasana lebaran di laman penggalangan dana Pandji mencoba untuk memenangkan segala caci maki yang ada.

“Ingat, selama anda memaki & saling menyalahkan, saudara saudara kita di Tolikara membutuhkan kembali Masjid mereka. Kita bangun kembali rumah ibadah ini dalam semangat perdamaian. Kita diberikan peluang untuk menunjukkan bagaimana bijaknya bersikap & bertindak. Kita bersatu padu menggalang dana membangun kembali rumah ibadah ini. Mungkin ada kelompok yang ingin memecah belah kita, tapi kita takkan biarkan mereka menang. Ini Idulfitri kita.Ini hari kemenangan kita.” (Tulisan Pandji di kitabisa.com/masjidtolikara. Sumber https://kitabisa.com/masjidtolikara# diakses pada 16 Februari 2016)

b. Tahap Project

Pelaksanaan penyebaran informasi mengenai project pembangunan masjid di Tolikara dilakukan oleh Pandji dan Kitabisa. Keduanya, sama-sama menggunakan akun media sosial facebook dan twitter.

(9)

Berikut ini adalah penjabaran secara terperinci mengenai proses pelaksanaan penyebaran informasi dari kedua belah pihak

1) Pandji Pragiwaksono

Setelah membuat halaman penggalangan dana di website kitabisa.com. Informan 2 atau Pandji kemudian membagikan proyek yang dibangun ke akun twitter miliknya serta menautkan link donasi di blog miliknya. Hal ini memberikan dampak yang cepat. Blog Pandji yang disertakan link berhasil di bagikan pada aplikasi Facebook sebanyak 204 kali. Lalu Informan 2 juga membagikan perihal proyek ini ke dalam akun twitternya dan mendapat respon seperti retweet yang cukup banyak oleh pengguna twitter. Tweet Pandji Tolikara berhasil mendapat retweet sebanyak 723 kali dan favorite sebanyak 24 kali. Kesuksesan ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Prof Pawito dalam tulisannya, yang berjudul Pemuda, Media dan Konflik Sosial, yang diunggah pada blog pribadinya. Media baru termasuk media sosial berfungsi sebagai transmiter, booster, atau bahkan mungkin megaphone bagi individu dan atau kelompok aktivis.” (Pawito, 2016)

Dengan antusiasme yang tinggi awalnya Pandji dan kitabisa.com hendak melakukan promosi ke media massa seperti radio dan tv, namun proyek ini berhasil mengumpulkan dana hanya dalam waktu 3 hari. Pandji mengaku bahwa dirinya hanya membagikan proyek tersebut ke akun twitternya.

(10)

“Enggak enggak, hanya Twitter. Sempet juga Periscope. Karena banyak yang nanya, banyak yang bingung, banyak yang pengen tahu alasan di balik ini, dan kayaknya mereka pengen denger gue ngomong langsung ketimbang baca tulisan gue. Akhirnya gue bikin Periscope untuk menjelaskan posisi gue, kenapa gue pengen ini gitu.”

Meski pandji hanya menyebarkan melalui twitter, namun terdapat tombol share di blognya, sehingga bisa dsebarkan melalui facebook dan twitter tanpa harus meretweet apa yang di-tweet pandji atau bahkan mebagikan orang-orang sendirinya mampu menyebarkan proyek ini. Setelah proyek ini diluncurkan dan Pandji melalukan pengumuman pada akunnya, diasumsikan proyek ini akhirnya menjadi viral dengan sendirinya.

Selain proyek ini juga disebarkan oleh Pandji, proyek ini juga mendapat dukungan oleh platform dari proyek ini sendiri yaitu kitabisa.com.

2) Kitabisa.com

Seperti yang telah diungkapkan Pandji bahwa apa yang dibuatnya adalah kerja sama dengan kitabisa.com. Situs kitabisa.com juga turut mengunggah mengenai proyek masjid tolikara ini. Dari penuturan informan 1, proyek pembangunan kitabisa.com sangat viral. Banyaknya jumlah “klik share” di halaman kitabisa.com/tolikaa menjadikan proyek ini dianggap menjadi yang sukses di kitabisa.com.

(11)

“.. dishare di facebook sangat viral 15 ribu share. Di Twitter 3.300 share” (wawancara dengan informan 1 pada tangal 16 Oktober 2015)

Alur penyampaian informasi yang dilakukan pun sama seperti yang dilakukan Pandji. Kitabisa.com juga menyebarluaskannya melalui akun media sosial mereka, Twitter dan Facebook menjadi media yang dipilih dalam penggalangan dana. Informan 1 bahkan mengungkapkan bahwa donatur paling banyak dari pengguna facebook. Hal ini dikarenakan menurut informan 1, meski kini facebook mulai ditinggalkan, tapi sumbangan lebih banyak diperoleh oleh pengguna facebook, dibanding twitter yang konsentrasi penggunanya hanya 3 detik.

“Facebook adalah media yang paling ampuh. Jadi meski kadang suka banyak alay, alay-alay suka nyumbang. Kalau twitter, konsentrasinya hanya 3 detik untuk pemakaian yang mobile.” (wawancara dengan informan 1 pada tangal 16 Oktober 2015)

Proses dalam penyebaran informasi yang muncul pada penyebaran proyek pembangunan kembali masjid tolikara ini merupakan bentuk sebuah komunikasi yang mengalir ke berbagai. Pesan yang ditransmisikan oleh Pandji dan Kitabisa.com menjadi sangat mudah tersebar pada era media sosial saat ini.

Untuk menganalisis bagaimana proses penyebaran informasi ini, peneliti menggunakan model komunikasi banyak tahap. Model aliran banyak tahap menyatakan bahwa ada hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke

(12)

media, kemudian kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya. (Nurudin, 2013: 144).

Bagan 3.1 Proses penyebaran Informasi

Pesan yang disampaikan oleh Pandji dan Kitabisa.com, sesuai dengan bagan model komunikasi banyak tahap, mengalir kepada setiap followers terus dan terus hinga proyek ini selesai. Layaknya yang diungkapkan oleh West dan Turner bahwa proses sendiri suatu kejadian yang berkesinambungan, dinamis dan tidak memiliki akhir (West dan Turner, 2008:6). Model banyak tahap membuat pesan mengalir secara luas dan pengulangan (Stansberrry, 2012:15). Dengan alur proses seperti itulah proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara dapat tersebar luas di dunia maya. Tersebar luasnya proyek

(13)

ini pun hanya karena penggunaan media sosial, terutama Facebook dan Twitter.

Pola retweet pada twitter, atau share pada facebook, mendukung pola aliran ini. Pasalanya sumber, dapat langsung mengirimkan pesan ke semua penerimanya. Begitu pula penerima dapat kembali menyebar luaskan informasi. Penggunaan retweet twitter dan share pada facebook juga sangat mudah digunakan. Komunikan juga dapat menjadi komunikator dengan turut menyebarkan pesan.

c. Tahap Pasca-Project

Setelah dana terkumpul dan memenuhi target, tim kitabisa, mengirimkan dana yang telah terkumpul tersebut ke pihak yang ditunjuk di Tolikara untuk membangun kembali masjid. Tim Kitabisa juga lalu mengunggah nama-nama donatur beserta jumlah sumbangannya pada halaman penggalangan dana pembangunan masjid di tolikara pada website Kitabisa.com.

Selain nama donatur yang diunggah, pada halaman tersebut juga, Pandji memberikan kabar terbaru mengenai pembangunan masjid. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada para donatur bahwa masjid yang mereka bangun dari donasi telah selesai dibangun. Pada halaman penggalangan dana, setiap hal terbaru akan diunggah oleh penggalang dana hingga project berakhir.

(14)

Gambar 3.1 Masjid Tolikara yang telah selesai dibangun Sumber: www.kitabisa.com

2. Faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi.

Penelitian ini menggunakan teori Stimulus-Respond yang dikemukakan oleh Melvin De Fleur tahun 1970. Dimana Melvin menyatakan bahwa setiap individu menerima respond dan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu perbedaan individu, kategori sosial dan hubungan sosial. Berdasarkan teori tersebut, diasumsikan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi respon masyarkat. Analisis kedua akan membahas faktor apa saja yang membuat orang-orang atau masyrakat akhirnya ikut berpartispasi.

a. Rasa Saling Tolong Menolong

Ketika peneliti mengajukan pertanyaan apa penyebab para donatur ikut untuk menyumbang dana, jawaban dari donatur adalah prihatin dan ingin menolong. Rasa tersebut muncul karena alasan, toleransi, seagama, dan

(15)

sesama bangsa Indonesia. Feedback ini muncul karena adanya kesamaan yang ada di dalam diri para donatur.

Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 di awal tulisan bab ini, bahwa kitabisa.com memiliki misi untuk saling menghubungkan orang-orang baik untuk kebaikan, atau menjadi jembatan bagi orang-orang-orang-orang untuk saling menolong dan saling membahu untuk sebuah masalah. Itulah yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini. Informan 2 mengatakan bahwa media sosial yang digunakannya dalam membangun proyek ini hanyalah sebuah tool atau alat untuk menjawab masalah.

“social media itu tools bukan jawabannya. It is not the answer. It is a tools to get you towards the answer. Banyak orang yang bilang dan berpikir ketika gue udah nge-tweet udah kelar urusannya. Padahal ada banyak yang bisa dipikirin gitu.” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015)

Berdasarkan data yang ditemukan dari pengumpulan ditemukan ada hal yang kuat dan mendorong alasan para pendonasi akhinrya tertarik dalam donasi ini. Hal ini berkaitan dengan rasa kepedulian para donatur atas peristiwa ini. Seperti yang disampaikan oleh informan 6.

“saya merasa prihatin dengan kejadian tersebut dan saya ingin membantu berkontribusi untuk pembangunan masjid tersebut daripada harus mengikuti lebih banyak orang yang ramai mengutuk kejadian tersebut atau pelaku pembakaran masjid tersebut.” (Informan 6 melalui email pada 22 Desember 2015)

Selain informan 6, informan lain seperti informan 3 mengungkapkan alasan untuk ikut menolong adalah keprihatinan dan ingin membantu.

“Alasan paling mendasar ya prihatin dengan apa yang terjadi di sana. Ingin membantu walau mungkin hanya bantuan kecil tapi rasanya senang sudah berbuat sesuatu untuk yang

(16)

memerlukan.” (informan 3 melalui wawancara lewat email pada 20 Desember 2015)

Atau rasa ingin menolong yang hadir karena adanya kesaamaan seperti agama. Seperti yang diungkapkan oleh informan 7.

“Jika ditanya sebabnya.. maka sy menjawab karena sy seorang muslim. musibah yg terjadi di masjid tolikara dalam pandangan sy bukanlah sebuah kejadian yg terjadi karena ketidaksengajaan. ini adalah bentuk sebuah gangguan yg dilakukan secara sengaja oleh pihak lain karena kebencian mereka terhadap ummat muslim. sy sebagai seorang muslim memiliki sebuah tanggungjawab untuk ikut menjaga saudara sy yg mengalami gangguandi tolikara.”(Informan 7, diwawancara melalui email, pada 28 Desember 2015)

Lebih lanjut informan 7 juga mengungkapkan bahwa faktor agama ini yang sangat kuat membuat dirinya untuk berdonasi. Seperti yang diungkapkannya dalam pertanyaan yang diajukan lebih lanjut saat interview.

“yang sangat saya yakini. Di hati ummat muslim Islam menjadikan kami 1 tubuh. jika saudara kami merasakan sakit, maka kamipun akan merasakan hal yg sama. (Informan 7, diwawancara melalui email, pada 28 Desember 2015)

Hampir senada dengan pendapat informan 7, donatur lain mengemukakan bahwa perasaan ingin menolong muncul karena adanya rasa yang sama bahwa sesama bangsa Indonesia yang harus saling tolong menolong. Seperti yang diungkapkan informan 4.

“Kesadaran sebagai sesama bangsa indonesia, yg harsu ikut bantu membantu” (Informan 4 melalui email pada 21 Desember 2015)

(17)

Hasil data ini, membuat peneliti berasumsi bahwa faktor kesamaan sosial yang sama mampu memberikan efek atau timbal balik setelah mengetahui proyek sosial ini. Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Merlyna Lim berjudul “Social Media Activism in Indonesia” Kesuksesan dari aktivisme sebuah media sosial, dapat membangun sebuah massa saat memiliki cerita yang sederhana, kemudian memiliki resiko yang rendah, dan terakhir ada berhubungan dengan hal hal seperti Nasionalisme dan keagaamaan (Lim, 2013: 636).

Menyambungkan dengan apa yang dikatakan oleh Merlyna Lim, bahwa dalam kasus terbakarnya Masjid di Tolikara sangat erat kaitaanya dengan keagamaan. Pendonasi yang akhirnya ikut bergabung dalam proyek ini juga memiliki dasar seperti misalnya, kesamaan agama, atau sesama muslim. Selain keagaaman, yaitu hal yang mendasari juga adalah nasionalisme atau kebangsaan.

Dalam unsur komunikasi, faktor ini muncul dalam unsur audiens. Dimana respon atau efek yang diberikan audiens akan muncul ketika memiliki persamaan golongan sosial seperti agama dan tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan bahwa dalam Teori Stimulus-Respond, pada perspektif kategori sosial. Pada perspektif kategori sosial, respon yang diberikan audience akan cenderung sama karena merupakan kelompok sosial yang sama.

(18)

b. Momentum dan Waktu

Proyek pembangunan kembali masjid tolikara digagas oleh seorang komedian, aktor, rapper, dan sekaligus host, Pandji Pragiwaksono. Pandji sekaligus informan 2 ini menyebutkan bahwa asal mula proyek ini muncul akibat kekesalan dirinya yang melihat timeline media sosial yang isinya hanya cenderung negatif. Setelah proyek ini muncul, informan 2 ini sudah menyusun rencana untuk melakukan promosi ke media media besar,seperti televisi nasional ataupun radio. Namun sebelum itu dilakukan, proyek ini telah berhasil didanai hanya dengan melakukan tweet dan sharing facebook.

“Gue sih sebenernya (tertawa kecil) gue belum sempet ngapa-ngapain bahkan. Tadinya kita rencana untuk dateng ke radio, dateng ke TV gitu. Tapi baru 3 hari udah ketutup. 2 hari malah sebenernya mulai keliatan. Trus gue cuman nge-tweet sekali, dan nge-tweet beberapa kali dalam satu hari” (wawancara dengan informan 2 pada 6 November 2015)

Proyek ini dibuat oleh Pandji, satu hari setelah kejadian terbakarnya masjid di tolikara. Informan 1 yang merupakan staff dari kitabisa.com, membandingkan kesuksesan proyek masjid tolikara dengan proyek melawan asap yang sama-sama ada di kitabisa.com. Menurut informan 1, Proyek Tolikara mampu menjadi viral karena tepat sehari setelah kebakaran da isi timeline media sosial, twitter dan facebook, ramai dengan hal yang provokatif.

“kesuksesan Tolikara itu ada momentum. Jadi sehari setelah kebakaran langsung kita ajak Pandji kerja bareng, terus langsung kita posting di media sosial yang kitabisa punya” (wawancara dengan informan 1 pada tangal 16 Oktober 2015)

(19)

Informan 2 juga menyatakan hal yang senada, bahwa proyek tolikara menjadi tersebar luas karena adanya peristiwa dan fokus media yang sedang menuju tolikara. Bila informan 1 membandingkan dengan proyek melawan asap. Informan 2 membandingkan proyek ini dengan proyek shave for hope yang dimilikinya. Menurut informan 2, Masjid Tolikara terbantu oleh media sosial yang juga lagi ramai tentang Tolikara.

“Kalau menurut gue yang masjid karena kebantu media. Karena ada momennya, medianya ngomongin, jadi semua orang aware sama kondisi ini. Jadi, ketika ide ini muncul, mereka udah aware sama kondisinya, jadinya gayung bersambut lah gitu. Kalau kanker adalah, atau kanker pada anak, adalah kondisi yang ada terus gitu. Dan media gak setiap hari selalu ngebahas soal kanker pada anak gitu. Justru kita yang ngangkat itu ke permukaan gitu untuk ngasih tahu bahwa ini ada anak-anak yang sakit kanker loh. Regardless ini sebenernya hari kanker atau enggak, setiap hari mereka butuh bantuan gitu.” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015)

Pandji yang merupakan penggagas proyek membuat tulisan dan juga langsung melakukan tweet di halaman resminya untuk menyebarluaskan proyek ini. Begitu pula dengan website kita bisa yang bahkan menggunakan media sosialnya untuk ikut membantu menyebarluaskan proyek masjid Tolikara.

(20)

Gambar 3.2 Status Facebook dan website Kitabisa.com untuk menyebarluaskan proyek Masjid Tolikara

Sumber: Facebook Kitabisa

Jika diliat dari waktu postingan yaitu 18 Juli, maka itu hanya 1 hari setelah kejadian yang dimana fokus masyrakat atau timeline pada saat itu masih ramai diperbincangkan di dunia maya.

(21)

Gambar 3.3 Salah satu status Twitter dari Kitabisa.com mengenai proyek masjid Tolikara

Sumber: Akun Twitter Kitabisa

Penting untung diingat, seperti yang diungkapkan diatas bahwa ketika proyek ini berjalan secara online. Media massa dominan seperti TV atau koran, sedang membahas tragedi tersebut. Sehingga media online seperti twitter menjadi sebuah virtual public space bagi netizen untuk membicarakan tragedi ini pula. Maxwell dan McCombs mengatakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mentramisikan hal hal penting dalam agenda berita mereka menjadi agenda publik (Morissan, 2010:90). Kecepatan Facebook dan Twitter mampu untuk menyebarkan proyek ini ke berbagai penjuru dunia sama dengan waktu kejadian itu terjadi. DItambah lagi sebuah pendapat yang dibuat William Eva dan Battle John, bahwa twitter bukan hanya jejaring sosial, namun twitter adalah jaringan informasi yang menceritakan kepada orang bagaimana mereka perhatian dengan apa yang terjadi (Budiargo, 2015: 46).

Proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara menggunakan media sosial yang masuk dalam bentuk media baru. Media Baru sendiri memiliki keunggulan akses yang luas, ekspos luas, dan kecepatan (Morissan,

(22)

2014:327). Akses Facebook dan Twitter yang sangat mudah, ditambah kecepatan, maka proyek ini juga dengan mudah dan cepat tersebar. Disisi lain, dengan Tolikara telah menjadi agenda publik pada saat itu, maka netizen yang memiliki virtual public space juga akan membicarakan hal tersebut., sehinga ketika proyek ini muncul para netizen masih berkontsenterasi dengan hal tersebut. Vivian (Nasrullah, 2014:13) menjelaskan bahwa media baru khususnya internet, bisa dilakukan secara real time. Pola waktu yang cepat ini, membuat internet dapat mengangkat sebuah berita yang masih hangat di dunia maya.

c. Ide yang Tepat

Twitter dan Facebook layaknya sebuah alat yang sangat efektif, mengingat kesuksesan dari proyek masjid tolikara ini. Bagi informan 2, mengapa hal tersebut bisa sukses karena ide untuk membangun kembali masjid adalah ide yang sangat baik.

“…menurut gue idenya bagus. Ide untuk ngebangun masjid. Karena gue bisa aja misalnya ya kayak kebakaran asap, si galang dana untuk masker bukan ide yang buruk, tapi bisa jadi bukan ide yang terbaik gitu. Karena gak viral viral amat gitu, kayak masih agak “oh ya ya…” gitu dan banyak yang kepikiran hal yang sama gitu. Tapi waktu ide untuk bangun masjid muncul pertama kali saat itu, itu kayaknya gak kepikiran.” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015) Bagi Informan 2, twitter dan facebook, mampu berpengaruh karena ide yang dibuat tepat dan tidak membutuhkan penjelasan yang panjang. Informan 2 menjelaskan bahwa ide yang dibuat dengan kitabisa, sangat sederhana, yaitu mengumpulkan uang buat bangun masjid kembali.

(23)

“kalau kegiatan sosial lo tidak bisa didefinisikan atau dijelaskan dalam satu kalimat singkat, ada yang salah gitu. Ini kan jadi krusial ketika kita ngomongin Twitter. Orang nanya gerakan ini apa, ngumpulin duit untuk bangun masjid. Kan gampang. Ketimbang ada beberapa kegiatan sosial lain yang didefinisiinnya aja dalam bentuk kalimat susah gitu.” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015)

Merlyna Lim menyebutkan bahwa tidak semua isu dalam media sosial dapat tersebar dengan luas. Dalam lingkungan media sosial, sebuah tweet dapat secara cepat menghilang. Bahkan informan 1 menyatakan bahwa perhatian yang diberikan oleh pengguna twitter untuk men-scroll timeline hanyalah 3 detik. Maka dengan hal tersebut sebuah ide yang baik, dan sederhana sangat membantu proyek ini dengan sendirinya menjadi viral. Hanya dengan cerita yang sederhana yang biasanya menjadi viral (Lim, 2015:64).

Ide yang tepat dalam penelitian ini dimaksudkan pada ide dari pandji untuk membangun masjid. Kaitan ide disini adalah pesan yang disampaikan Pandji dan kitabisa untuk mengajak orang-orang untuk bersatu dan melakukan sumbangan. Ide atau pesan yangdisampaikan Pandji dan kitabisa dapat dikategorikan baik. Pasalnya, sumbangan berhasil dilakukan.

d. Sosok Berpengaruh

Kesuksesan media sosial juga tak lepas dari peranan penggalang dana yang merupakan “siapa-siapa” atau bukan orang biasa dalam mengangkat proyek ini sehingga bisa tersebar luas. Sosok informan 2 yang merupakan

(24)

publik figur yang cukup membantu dalam kesuksesan ini. Bahkan secara jelas dalam interview, informan 5 mendapatkan informasi mengenai proyek pembangunan kembali masjid di tolikara dari twitter Pandji (Informan 5, hasil wawancara pada 29 Desember 2015).

Gambar 3.4 Tweet @pandji tentang proyeknya Sumber: Akun Twitter Pandji Pragiwaksono

Gambar di atas adalah merupakan screenshot dari postingan pandji yang berhasil meraih perhatian dengan jumlah retweet yang sangat banyak. Peneliti berasumsi dengan Pandji yang merupakan seorang publik figur maka akan banyak orang yang percaya, atau tertarik dengan proyek sedang dijalankan. Seperti yang diungkapkan oleh informan 5 diatas. Bahwa ia mendapat dari twitter Pandji.

Informan 2 juga menyebutkan bahwa, beberapa followersnya merupakan orang-orang yang memiliki pengaruh yang cukup besar di dunia maya. Sosok yang berpengaruh ini jugalah yang Informan 2 anggap

(25)

memiliki andil yang cukup penting dalam kesuksesan tersebarluasnya proyek membangun kembali masjid di Tolikara.

“orang-orang kayak Rene, Dondi Hananto, Winna Hananto, orang-orang kayak Daniel Turner dan Daniel Tumiwa itu kan juga followers gue di Twitter tapi juga temen gue juga gitu. Jadi kayaknya sih orang-orang itu dan mereka juga influencials-kan. Jadi ketika mereka nyebarin akarnya jadi tambah jauh lagi gitu. Jadi, ya gue manfaatin social media tapi kayaknya temen-temen gue yang juga adalah influencers yang membuat ini jadi makin viral.” (Informan 2 diwawancara pada 6 November 2015)

Seperti yang telah dimaksudkan informan 2, mengenai orang-orang yang juga berpengaruh, maka peneliti melampirkan screenshoot dari beberapa nama yang dimaksud dari informan 2.

(26)

Gambar 3.5 Cuitan Pandji yang di-retweet oleh @ReneCC dan @Yoris mengenai proyek masjid Tolikara

Tidak hanya Informan 2 atau Pandji yang tweet-nya mendapat respon oleh berbagai influencers yang ada di Indonesia. Kitabisa.com selaku website yang memiliki platform juga turut menyebarkan via twitter dan mendapat respons atau dengan kata lain mendapat dukungan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Lukman Hakim Saifudin, melalui akun pribadi resmi beliau.

(27)

Gambar 3.6 Tweet dari Kitabisa.com yang ditujukan pada Menteri Agama dan mendapatkan Respond.

Dukungan atau Retweet yang muncul dari berbagai orang-orang yang memiliki pengaruh turut menambah panjang orang-orang untuk melihat proyek ini. Kemudian dengan dukungan ini juga, proyek tersebut makin terpercaya oleh para user di dunia maya.

Sebuah proses komunikasi dimulai komunikator.Hovland, menjelaskan bahwa komunikator harus memiliki karakteristik yang baik agar dapat memengaruhi penerimaan pada pihak penerima pesan. (Morissan, 2013: 17-18). Cangara bahkan secara jelas mengungkapkan bahwa komunikator

(28)

harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power) (Cangara, 2009: 91).

Komunikator yang dimaksud disini adalah Pandji Pragiwaksono. Pandji yang merupakan public figure memiliki daya tarik (attractive), selain itu statusnya juga sebagai public figure juga menambah bobot kualitas pesan. Selain Pandji, ada lagi-lagi nama diatas yang juga merupakan sosok public figure. Seperti Rene Suhandono yang merupakan penulis buku, lalu Yoris Sebastian yang merupakan sosok creative anak muda. Ditambah lagi sosok seperti Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Lukman Saifudin, yang turut menjadikan pesan ini terkuat. Komunikator dengan kepercayaan, daya tarik, kekuasaan atau kekuatan akan memberikan stimulus pesan yang baik pada komunikan.

Bila dikaitkan dengan teori Stimulus Respond yang dikembangkan Melvin DeFleur dan Sandra BallRokeach, hal ini masuk kedalam, perspektif hubungan sosial. Dimana perspektif ini menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruh reaksi orang terhadap media massa (Rakhmat, 2005: 204). Pengaruh dari orang-orang diatas merupakan pengaruh interpersonal, dimana orang-orang yang dianggap memiliki influence atau pengaruh diasumsikan peneliti turut mempengaruhi orang-orang untuk turut serta dengan berdonasi dalam proyek ini.

(29)

Media sosial juga mempermudah fan culture. Dimana dengan media digital, orang-orang yang memiliki basis follower yang banyak, dianggap peneliti memiliki pengaruh yang kuat dengan apa yang ia sebarkan atau ungkapkan. Nasrullah mengungkakpan bahwa interaksi antara fan dengan idolanya, membuat, sang “idola” atau “pemuka pendapat” tadi lebih mudah untuk menyebarkan ide yang dimiliki (Nasrullah, 2015: 138)

e. Fitur Twitter dan Facebook

Seperti yang dikemukakan sebelumnya Twitter dan Facebook memiliki fitur sharing, dimana fitur itu digunakan oleh user-nya maka akan sangat mudah dewasa ini untuk menyebarluaskan kampanye yang dilakukan di kitabisa.com. Seperti yang tertera pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.7 Halaman website kitabisa.com/masjid.tolikara (diakses pada 9 Januari 2016)

Orang yang tertarik untuk mengikuti proyek ini akan sangat mudah untuk melalukan fitur sharing langsung dari halaman website kitabisa.com. Seperti yang diungkapkan oleh informan 1 diatas bahwa

(30)

untuk facebook bahkan tembus sampai dengan 15 ribu share, dan twitter 3.300 share. Itupun hanya melalu website www.kitabisa.com. Sedangkan saat informan 2 menyebarluaskan melalui akun twitter, jumlah orang-orang yang me- retweet pun bisa dibilang besar.

Gambar 3.8 Screenshot dari Twitter @Pandji pada 23 Oktober 2015 Layakanya sebuah efek domino, satu retweet yang muncul sama dengan menyebarkan ke ratusan atau ribuan orang lainnya di twitter. Kitabisa.com juga tak ketinggalan untuk ikut mennyebarluaskan proyek pembangunan kembali masjid tolikara ini lewat akun twitter dan facebooknya. Akses internet yang saat ini mudah juga menjadi hal yang mempermudah viral-nya sebuah twitter dan facebook. Selain akses internet hal ini juga didukung dengan tingginya tingkat pengguna smartphone di Indonesia yang melebihi 50 Juta pengguna pada tahun 2015. (Millward,2015)

(31)

Selain itu juga, untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini, peneliti tentunya juga melakukan interview kepada orang-orang yang menjadi donatur dalam proyek ini, Nama nama donatur ini didapat dari website www.kitabisa.com yang dapat diakses dengan membuka halaman websitenya. Bahkan tak hanya nama, jumlah uang yang didonasikan pun dengan mudah dilihat dalam website tersebut.

Gambar 3.9 Halaman website Kitabisa.com (diakses pada 8 Januari 2016)

Dari hasil interview yang dilakukan, informan 5 mendapatkan info mengenai kasus tolikara melalui akun si pembuat proyek sendiri di @pandji. Sedangkan beberapa informan lain mengaku mendapatkan informasi ini mendapatkannya dari facebook. Seperti yang dikemukakan oleh Informan 7, bahwa dirinya mendapatkan informasi mengenai proyek ini melalui Facebook.

“awal sy mengrtahui berita itu dari FB, kemudian sy cross check melalui berita2 dari sumber lain tentang keadaan yg

(32)

sebenarnya.” (informan 7, diwawancara melalui email, pada 28 Desember 2015)

Para pendonatur yang telah diwawancara oleh peneliti juga mengaku bahwa mereka tidak hanya menyumbang kemudian selesai. Melainkan mereka juga membagikan proyek pembangunan masjid di tolikara di media sosial mereka. Seperti yang dilakukan oleh Informan 6.

“tentu saya juga ikut menyebarkan campaign proyek tersebut ke sosial media saya, path dan facebook. Dan saya juga menyebarkan dengan aktif ke seluruh grup whatsapp yang saya miliki pada saat itu.” (Informan 6, diwawancara melalui email pada 22 Desember 2015)

Hasil interview yang sama juga didapatkan pada informan ke 7 bahwa setelah berdonasi, informan ke 7, juga menyebarluaskan proyek ini ke media sosial miliknya.

“hanya via FB dan beberapa teman dari grup wa” (informan 7, diwawancara melalui email, pada 28 Desember 2015)

Selain menyebarkan luas proyek ini secara langsung dengan fitur share misalnya. Para donatur atau orang yang tertarik hanya perlu me-retweet supaya dapat menyebarkan kabar tersebut ke dalam jaringannya. Bila dikaitkan dengan karakter sharing yang diungkapkan oleh Nasrullah, sharing bukan hanya sekadar meyebarkan informasi. Namun ada beberapa yang menjadi alasan yaitu menunjukan posisi atau keberpihakan atas apa yang terjadi di Tolikara dan upaya membagi informasi yang dianggap penting kepada anggota komunitas media sosial lainnya.

Peneliti asumsikan bahwa proyek pembangunan kembali masjid di Tolikara itu sangat baik sehingga orang-orang yang berada didunia maya

(33)

mengaggap itu penting dan mau untuk menyebarluaskannya. Nasrullah bahkan menjelaskan bahwa share menjadi sebuah budaya di media sosial. Dimana budaya berbagi ini (share) merupakan sebuah upaya membagi informasi penting

Apa yang dimiliki oleh twitter dan facebook merupakan keunggulan yang dimiliki oleh media baru dalam penyampaian informasi. Seperti apa yang diungkapkan oleh Morisssan bahwa internet memiliki keunggulan seperti akses luas, ekspor luas, dan kecepatan (Morissan, 2014: 327). Dengan keunggulan seperti inilah apa yang sedang dibuat oleh www.kitabisa.com khususnya proyek masjid tolikara dapat disebarkan dengan cepat.

Vivian menjelaskan bahwa media baru mampu melalui pola penyebaran media tradisional. Facebook dan Twitter yang merupakan saluran pada proses penyebaran informasi ini mampu menembus batas geografis, kapasitas interaksi dan bisa dilakukan secara real timer (Nasrullah, 2014: 13).

Gambar

Gambar 3.1 Masjid Tolikara yang telah selesai dibangun  Sumber: www.kitabisa.com
Gambar 3.2 Status Facebook dan website Kitabisa.com untuk   menyebarluaskan proyek Masjid Tolikara
Gambar 3.3 Salah satu status Twitter dari Kitabisa.com   mengenai proyek masjid Tolikara
Gambar 3.4 Tweet @pandji tentang proyeknya  Sumber: Akun Twitter Pandji Pragiwaksono
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maksud ayat yang diberi garis bawah terkait dengan ketentuan haji adalah sebagai …. Ibadah haji merupakan kegiatan ritual yang dilakukan umat Islam yang datang dari seluruh

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi adalah salah satu entitas pelaporan sehingga berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan

Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan Program Visualisasi Panduan Manasik Haji Bagi Calon Jamaah Haji ini diawali dengan pengumpulan data,

255 Natrium klorida Larutan Infus 0,9 % Steril btl... AN AWAL JUMLAH

terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan bakiak terhadap perkembangan sosial anak usia dini kelompok B di TK Nusa Indah Palembang. Perkembangan sosial

46 Tatalaksana spesialistik ensefalopati 47 Tatalaksana spesialistik trauma kepala 48 Melakukan tindakan pungsi lumbal 49 Melakukan tindakan pemasangan EEG 50 Melakukan

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

Ditinjau dari perhitungan teori analysis of variance two way dengan interaksi maka didapatkan hasil F hitung = 11,7826 > F tabel = 5,32 maka dapat disimpulkan bahwa