• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Perkembangan Makroekonomi Terkini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Grafik 2.1

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

2. Perkembangan Makroekonomi

Terkini

Secara umum perekonomian Indonesia pada triwulan III-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin membaik disertai dengan stabilitas makroekonomi. Membaiknya pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didorong oleh cukup tingginya pengeluaran Pemerintah dan ekspor. Konsumsi swasta sudah mengindikasikan pertumbuhan yang meningkat meskipun belum terlalu kuat. Sementara itu, investasi swasta, belum memperlihatkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan, kecuali investasi bangunan yang masih dalam kecenderungan meningkat. Di sisi penawaran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor bangunan terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, dan diperkirakan akan diikuti pula dengan laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang meningkat. Di sisi eksternal, kinerja neraca pembayaran diperkirakan mencatat surplus yang disumbangkan oleh meningkatnya surplus yang disumbangkan oleh meningkatnya ekspor serta aliran modal masuk portofolio. Dengan perkembangan tersebut cadangan devisa menjadi US$ 42,36 miliar pada akhir September 2006.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada triwulan III-2006, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5,4% Pada triwulan III-2006, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5,4%Pada triwulan III-2006, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5,4% Pada triwulan III-2006, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5,4% Pada triwulan III-2006, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5,4% (y-o-y)

(y-o-y)(y-o-y) (y-o-y)

(y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan I dan II yang masing-masing tumbuh sebesar 4,7% dan 5,2% (y-o-y). Di sisi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi cenderung membaik terutama pada komponen pengeluaran Pemerintah dan ekspor. Pengeluaran Pemerintah pada triwulan III terlihat semakin meningkat, sampai dengan Agustus 2006 defisit telah mencapai sekitar Rp. 10 triliun atau sekitar 0,3% dari PDB. Sementara itu, kinerja ekspor yang membaik juga disebabkan oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan masih tingginya harga komoditas dunia. Perkembangan positif lainnya adalah indikasi peningkatan konsumsi swasta sebagai akibat mulai membaiknya daya beli masyarakat. Di sisi lain, pertumbuhan investasi swasta khususnya non bangunan masih relatif terbatas, walaupun stimulus belanja modal pemerintah ke sektor riil semakin meningkat. Di sisi penawaran agregat, perbaikan pertumbuhan terutama terindikasi pada sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor bangunan, khususnya properti komersial. Faktor utama yang mendukung pertumbuhan sektor tersebut yaitu semakin meningkatnya mobilitas penduduk dan meningkatnya daya beli, serta semakin menariknya suku bunga perbankan.

%, y-o-y -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 PDB 1993 PDB 2000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

(2)

Konsumsi swasta pada Konsumsi swasta padaKonsumsi swasta pada Konsumsi swasta padaKonsumsi swasta pada triwulan III-2006 diperkirakan triwulan III-2006 diperkirakantriwulan III-2006 diperkirakan triwulan III-2006 diperkirakantriwulan III-2006 diperkirakan akan tumbuh sekitar 3,3-akan tumbuh sekitar 3,3-akan tumbuh sekitar 3,3-akan tumbuh sekitar 3,3-akan tumbuh sekitar 3,3-3,8% (y-o-y)

3,8% (y-o-y)3,8% (y-o-y)

3,8% (y-o-y)3,8% (y-o-y), membaik dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi sejalan dengan mulai berkurangnya dampak kenaikan harga BBM dan juga dipengaruhi oleh ekspektasi positif terhadap kondisi perekonomian serta faktor musiman menjelang perayaan hari besar keagamaan.

Indikasi penguatan konsumsi swasta tersebut juga dikonfirmasi oleh beberapa Indikasi penguatan konsumsi swasta tersebut juga dikonfirmasi oleh beberapa Indikasi penguatan konsumsi swasta tersebut juga dikonfirmasi oleh beberapa Indikasi penguatan konsumsi swasta tersebut juga dikonfirmasi oleh beberapa Indikasi penguatan konsumsi swasta tersebut juga dikonfirmasi oleh beberapa indikator dan survei.

indikator dan survei. indikator dan survei. indikator dan survei.

indikator dan survei. Beberapa indikator dini (prompt indicator) yang mendukung perbaikan konsumsi tersebut antara lain adalah adanya kecenderungan kenaikan pertumbuhan tahunan penjualan mobil dan motor (Grafik 2.2) dan masih tingginya pengeluaran untuk pembelian properti. Sementara itu, perkembangan level uang beredar dalam arti sempit (M1) cenderung meningkat secara konsisten mendukung adanya peningkatan konsumsi swasta. Secara historis, indikator M1 riil merupakan suatu indikator yang mendahului (leading indicator) dengan tingkat korelasi yang cukup kuat dengan konsumsi dalam PDB. Adanya peningkatan konsumsi juga didukung oleh beberapa hasil survei seperti Survei Keyakinan Konsumen Danareksa dan Indeks Tendensi Konsumen BPS menunjukkan adanya perbaikan ekspektasi. Hasil Survei Danareksa pada bulan Agustus 2006 menunjukkan bahwa pesimisme konsumen semakin berkurang sementara itu angka indeks keyakinan konsumen meningkat dibandingkan dengan indeks bulan September 2005. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan indeks keyakinan terhadap kondisi saat ini yang mencatat level tertinggi selama 2006. (Grafik 2.3) Pertumbuhan investasi sebagaimana tercermin pada Pertumbuhan investasi sebagaimana tercermin pada Pertumbuhan investasi sebagaimana tercermin pada Pertumbuhan investasi sebagaimana tercermin pada Pertumbuhan investasi sebagaimana tercermin pada perkembangan pembentukan modal tetap domestik bruto perkembangan pembentukan modal tetap domestik bruto perkembangan pembentukan modal tetap domestik bruto perkembangan pembentukan modal tetap domestik bruto perkembangan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh negatif antara -0.6% (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh negatif antara -0.6% (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh negatif antara -0.6% (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh negatif antara -0.6% (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh negatif antara -0.6% sampai -0.1% (y-o-y)

sampai -0.1% (y-o-y) sampai -0.1% (y-o-y) sampai -0.1% (y-o-y)

sampai -0.1% (y-o-y) meskipun sudah membaik dibandingkan dengan triwulan II-2006. Pertumbuhan dan kontribusi terbesar PMTB diperkirakan masih akan disumbangkan oleh investasi bangunan, sementara investasi nonbangunan diperkirakan masih akan tumbuh negatif seperti beberapa triwulan sebelumnya (Grafik 2.4). Sementara itu, dari sisi pelaku investasi,

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi : Sisi Permintaan

2005 I II III *) Total Konsumsi 4,4 3,9 5,8 4,7 - 5,2 Swasta 4,0 2,9 3,0 3,3 - 3,8 Pemerintah 8,1 12,8 31,4 15,2 - 15,7 Total Investasi 9,9 0,9 -1,0 -0,6 - -0,1

Ekspor Barang dan Jasa 8,6 11,0 11,3 10,7 - 11,2

Impor Barang dan Jasa 12,4 3,7 8,3 8,4 - 8,9

PDBPDBPDBPDBPDB 5,65,65,65,65,6 4,74,74,74,74,7 5,25,25,25,25,2 5,2 - 5,75,2 - 5,75,2 - 5,75,2 - 5,75,2 - 5,7 2006

* Angka Proyeksi

Grafik 2.2

Pertumbuhan Penjualan Mobil

-60,0 -40,0 -20,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 % lead = (-) 12 r =0.35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2004 2005 2006 gmobil_cma (yoy) gmobil_sa_cma (mtm) gKonsRT (yoy) (rhs) Grafik 2.3 Survei Danareksa 50 60 70 80 90 100 110 120 2005 2006

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

Expectation Index Consumer Confidence Present Situatuions Index (PSI)

(3)

pertumbuhan investasi masih akan didorong dan disumbangkan oleh investasi Pemerintah sedangkan investasi swasta diperkirakan masih akan sangat terbatas.

Masih rendahnya pertumbuhan investasi tercermin pada Masih rendahnya pertumbuhan investasi tercermin pada Masih rendahnya pertumbuhan investasi tercermin pada Masih rendahnya pertumbuhan investasi tercermin pada Masih rendahnya pertumbuhan investasi tercermin pada perkembangan indikator investasi seperti perkembangan kredit perkembangan indikator investasi seperti perkembangan kredit perkembangan indikator investasi seperti perkembangan kredit perkembangan indikator investasi seperti perkembangan kredit perkembangan indikator investasi seperti perkembangan kredit investasi riil baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy) investasi riil baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy) investasi riil baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy) investasi riil baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy) investasi riil baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy) yang menunjukkan pertumbuhan yang menurun (Grafik 2.5). Sementara itu, indikator impor barang modal, baik secara bulanan dan tahunan, mulai mengindikasikan peningkatan. Namun demikian, walaupun investasi swasta relatif rendah, realisasi belanja modal pemerintah diharapkan mampu membantu mendorong pertumbuhan investasi swasta. Walaupun beberapa indikator yang terkait dengan investasi masih belum menunjukkan perbaikan, namun demikian optimisme bahwa dimasa mendatang investasi masih akan dapat meningkat cukup kuat. Hal ini didasarkan pada beberapa hasil survei, baik survei Jetro, dan survei Danareksa. Hasil survei-survei dimaksud mengindikasikan adanya sedikit perbaikan kondisi pada triwulan III-06. Survei Jetro mencatat bahwa pada bulan Agustus, optimisme akan perbaikan investasi sudah meningkat. Kondisi tersebut cukup menggembirakan mengingat sejak November 2005 optimisme akan perbaikan investasi cenderung mengalami penurunan (Grafik 2.6). Peningkatan optimisme ini berasal dari adanya ekspektasi akan membaiknya kondisi pasar dalam negeri terutama yang berkaitan dengan suku cadang kebutuhan transportasi serta peralatan elektronik. Sementara itu, berdasarkan Business Sentiment Index (BSI) Danareksa, optimisme akan membaiknya iklim investasi muncul sebagai akibat adanya perbaikan ekspektasi terhadap suku bunga pinjaman. Penurunan suku bunga pinjaman tersebut diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi dan mengurangi salah beban biaya perusahaan. Pelaku bisnis juga mengharapkan penurunan terhadap tekanan inflasi kedepan sejalan dengan relatif stabilnya harga minyak. Kondisi tersebut mendorong BSI meningkat pada periode survey April-Mei. (Grafik 2.7). Net Ekspor di triwulan III-2006 diperkirakan masih tetap positif Net Ekspor di triwulan III-2006 diperkirakan masih tetap positif Net Ekspor di triwulan III-2006 diperkirakan masih tetap positif Net Ekspor di triwulan III-2006 diperkirakan masih tetap positif Net Ekspor di triwulan III-2006 diperkirakan masih tetap positif. Ekspor diperkirakan masih akan tetap tumbuh tinggi yaitu antara 10,7-11,2% (yoy). Sampai bulan Agustus, peningkatan ekspor berdasarkan golongan barang terutama berasal dari pertumbuhan ekspor bijih, kerak dan abu logam, mesin/ peralatan listrik dan bahan bakar mineral. Untuk ekspor kelompok barang nonmigas, pertanian, pertambangan dan industri, diperkirakan kesemuanya memberikan Grafik 2.4 Jenis Investasi (PMTB) -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 -40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 (%,yoy)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III**

2002 2003* 2004* 2005** 2006***

Pembentukan Modal Tetap Bruto Non Bangunan (rhs) Bangunan (rhs)

Grafik 2.5

Pertumbuhan KI Riil dan PMTB

-10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 gInv (rhs) ginvswasta (rhs) gKiriil_cma (yoy) gkiriil_sa_cma(mtm)

% lead = (-) 4 r = 0.92 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 6 7 8 9 2004 2005 2006 Grafik 2.6 Survei Jetro -60,0 -50,0 -40,0 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0 20,0

[At present] [Outlook] Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Ags

2005 2006

Country Total Manufacturing Non Manufacturing

(4)

sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekspor dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan. Sementara itu, impor diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 8,4-8,9% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan peningkatan impor pada tiga triwulan sebelumnya. Berdasarkan golongan barang, data hingga Agustus, peningkatan impor terjadi pada semua kelompok barang yaitu konsumsi, bahan baku, dan barang modal. Sementara itu, secara kumulatif impor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah impor barang konsumsi.

Kinerja operasi keuangan Pemerintah selama delapan bulan Kinerja operasi keuangan Pemerintah selama delapan bulan Kinerja operasi keuangan Pemerintah selama delapan bulan Kinerja operasi keuangan Pemerintah selama delapan bulan Kinerja operasi keuangan Pemerintah selama delapan bulan pertama tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang lebih pertama tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang lebih pertama tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang lebih pertama tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang lebih pertama tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2005, namun masih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2005, namun masih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2005, namun masih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2005, namun masih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2005, namun masih di bawah yang telah dianggarkan

di bawah yang telah dianggarkan di bawah yang telah dianggarkan di bawah yang telah dianggarkan

di bawah yang telah dianggarkan. Defisit selama bulan Januari-Agustus 2006 telah mencapai Rp10 triliun (0,3% dari PDB) atau 25% dari defisit APBNP sebesar Rp39,9 triliun (1,3% dari PDB). Kondisi ini lebih baik dari periode yang sama tahun 2005 ketika operasi keuangan Pemerintah masih mencatat surplus Rp16,6 triliun (0,6% dari PDB). Sampai dengan Agustus 2006, Belanja Negara telah mencapai 51% dari APBNP yang didorong oleh realisasi Belanja Untuk Daerah yang telah mencapai 64,8% dari APBNP, sedangkan Belanja Pemerintah Pusat masih 45% dari APBNP. Sebagian besar Belanja Negara digunakan untuk Transfer ke Daerah (40%) dan pembayaran kewajiban Pemerintah, yaitu Belanja Pegawai, Bunga Utang dan Subsidi (39%), sedangkan belanja-belanja yang bersifat diskresi seperti Belanja Modal dan Belanja Barang tercatat masing-masing sebesar 28% dan 37% dari APBNP. Sementara itu program-program yang ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat telah terlaksana dengan baik. Program Kompensasi Penghematan Subsidi BBM telah terealisasi sekitar Rp9 triliun dari Rp15,6 triliun yang

dianggarkan dalam Bantuan Sosial1 dan Subsidi Langsung Tunai

telah mencapai Rp16 triliun dari yang dianggarkan sebesar

Rp18,8 triliun dalam Belanja Lainnya.2

Pada triwulan III-2006, realisasi beberapa komponen Belanja Pada triwulan III-2006, realisasi beberapa komponen Belanja Pada triwulan III-2006, realisasi beberapa komponen Belanja Pada triwulan III-2006, realisasi beberapa komponen Belanja Pada triwulan III-2006, realisasi beberapa komponen Belanja Negara dalam jumlah besar menyebabkan defisit pada periode Negara dalam jumlah besar menyebabkan defisit pada periode Negara dalam jumlah besar menyebabkan defisit pada periode Negara dalam jumlah besar menyebabkan defisit pada periode Negara dalam jumlah besar menyebabkan defisit pada periode laporan lebih besar dari defisit triwulan III-2005

laporan lebih besar dari defisit triwulan III-2005 laporan lebih besar dari defisit triwulan III-2005 laporan lebih besar dari defisit triwulan III-2005

laporan lebih besar dari defisit triwulan III-2005. Defisit selama Grafik 2.7

Survei Tendensi Bisnis-Danareksa

105 107 109 111 113 115 117 119 121 123 125 J-04 S-04 N-04 J-05 M-05 M-05 J-05 S-05 N-05 J-06 M-06 M-06

BSI Present Situation Expectation

%

Grafik 2.8

Ekspor menurut kelompok barang

-30,0 0,0 30,0 60,0 90,0 120,0 150,0 180,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 %,y-o-y

I II III IV I II III IV I II III*

2004 2005 2006

PDB ekspor (rhs) gXmineral/ pertambangan (val) gXpertanian (val) gXindustri (val)

Grafik 2.9

Impor menurut kelompok barang

1 Program Kompensasi Penghematan Subsidi BBM dalam anggaran Bantuan Sosial mencakup bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan asuransi kesehatan rakyat miskin (Askeskin). 2 Anggaran Subsidi Langsung Tunai meningkat dari Rp17 triliun dalam APBN 2006 menjadi Rp18,8 triliun dalam APBNP 2006 karena perluasan cakupan penduduk miskin dari 17,7 juta rumah tangga miskin (RTM) dalam APBN 2006 menjadi 19,2 juta RTM dalam APBNP 2006. SLT dibayarkan sebesar Rp100.000 per bulan untuk setiap RTM dan dibayarkan setiap tiga bulan selama triwulan I-III 2006.

-30,0 -10,0 10,0 30,0 50,0 70,0 90,0 110,0 130,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 %, y-o-y

I II III IV I II III IV I II III*

2004 2005 2006

PDB Impor (rhs) gMbahan Baku (val) gMbarang Konsumsi (val) gMbarang modal (val)

(5)

Juli-Agustus 2006 telah mencapai Rp8,6 triliun, lebih tinggi dari defisit selama tiga bulan pada triwulan III-2005 yang mencapai Rp5,5 triliun. Besarnya pengeluaran di triwulan ini karena adanya pembayaran gaji ke-13 pada bulan Juli serta adanya pembayaran subsidi BBM, Dana Bagi Hasil dan Subsidi Langsung Tunai dalam jumlah signifikan di bulan Agustus. Secara umum, proyeksi defisit untuk triwulan III-2006 sudah cukup baik kecuali Belanja Modal yang baru mencapai Rp6,7 triliun, masih di bawah proyeksi dengan menggunakan pola historis sebesar Rp20 triliun, namun sedikit lebih tinggi dari realisasi triwulan III-2005 yang mencapai Rp6,5 triliun.

Penawaran Agregat

Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, angka PDB sisi penawaran pada Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, angka PDB sisi penawaran padaSearah dengan perkembangan di sisi permintaan, angka PDB sisi penawaran pada Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, angka PDB sisi penawaran pada Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, angka PDB sisi penawaran pada triwulan III-2006 diperkirakan mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan III-2006 diperkirakan mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengantriwulan III-2006 diperkirakan mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan III-2006 diperkirakan mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan III-2006 diperkirakan mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan tiga triwulan sebelumnya

tiga triwulan sebelumnyatiga triwulan sebelumnya tiga triwulan sebelumnya

tiga triwulan sebelumnya, namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kecenderungan historis menjelang kenaikan harga BBM Oktober 2005 . Pertumbuhan PDB sektoral pada triwulan III-2006 diperkirakan mencapai 5,4% (y-o-y). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor bangunan, sementara sektor yang tumbuh relatif tinggi dibanding trend historisnya adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan. Dua sektor terbesar yaitu sektor industri dan sektor perdagangan meskipun trend pertumbuhannya meningkat namun masih mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor Industri Pengolahan dalam triwulan III 2006 diperkirakan tumbuh 3,34%, Sektor Industri Pengolahan dalam triwulan III 2006 diperkirakan tumbuh 3,34%,Sektor Industri Pengolahan dalam triwulan III 2006 diperkirakan tumbuh 3,34%, Sektor Industri Pengolahan dalam triwulan III 2006 diperkirakan tumbuh 3,34%, Sektor Industri Pengolahan dalam triwulan III 2006 diperkirakan tumbuh 3,34%, kecenderungan pertumbuhannya relatif membaik dibandingkan dengan tiga triwulan sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan trend historisnya. Faktor penting yang menyebabkan masih belum optimalnya pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah kenaikan biaya produksi yang belum sebanding dengan perbaikan daya beli masyarakat. Belum optimalnya pertumbuhan di sektor industri pengolahan ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator penting seperti masih rendahnya produksi mobil, sepeda motor, dan truk, serta menurunnya tingkat penjualan produk elektronik walaupun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sudah mulai menunjukkan perbaikan.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triwulan III-2006 diperkirakan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triwulan III-2006 diperkirakanSektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triwulan III-2006 diperkirakan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triwulan III-2006 diperkirakan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran pada triwulan III-2006 diperkirakan tumbuh 5,08%

tumbuh 5,08%tumbuh 5,08% tumbuh 5,08%

tumbuh 5,08%, membaik dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, namun jauh lebih rendah dibandingkan trend historisnya (pra kenaikan harga BBM). Hal ini menunjukkan bahwa indikasi perbaikan permintaan domestik masih belumnya

(y-o-y)

2005*) 2006

I II III IV Total I II III**)

Tabel 2.2

Pertumbuhan PDB Sektoral

Sektor

1. PERTANIAN 1,10 0,92 2,95 5,46 2,49 3,93 5,00 4,44

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,06 -0,53 1,01 1,92 1,59 3,65 5,43 5,46

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,31 4,94 4,46 2,91 4,63 3,09 3,05 3,34

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 6,36 6,86 6,60 6,13 6,49 5,77 5,69 6,37

5. BANGUNAN 7,42 8,23 6,91 6,86 7,34 7,15 8,26 9,11

6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 9,88 10,01 8,65 6,01 8,59 4,72 4,64 5,08

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 14,27 14,10 12,99 10,78 12,97 11,03 13,29 13,79

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 6,66 8,86 7,86 5,21 7,12 5,39 5,07 5,13

9. JASA-JASA 4,64 4,43 5,58 5,97 5,16 5,44 5,86 5,97

PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTOPRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO

PRODUK DOMESTIK BRUTO 6,256,256,256,256,25 5,635,635,635,635,63 5,635,635,635,635,63 4,904,904,904,904,90 5,605,605,605,605,60 4,704,704,704,704,70 5,225,225,225,225,22 5,415,415,415,415,41 * Angka Sementara

(6)

sepenuhnya pulih. Perbaikan pertumbuhan di sektor perdagangan ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator penting seperti mulai positifnya pertumbuhan indeks riil penjualan eceran (Survey Pedagang Eceran-BI), pertumbuhan nilai PPN riil dan mulai meningkatnya pertumbuhan arus barang (cargo loaded dan unloaded domestik dan internasional). Khusus di sub sektor Hotel, perbaikan antara lain tercermin pada peningkatan tingkat hunian hotel di Jakarta.

Sektor Pertanian di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 4,44%, Sektor Pertanian di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 4,44%, Sektor Pertanian di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 4,44%, Sektor Pertanian di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 4,44%,

Sektor Pertanian di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 4,44%, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan trend historis pra kenaikan BBM Oktober 2005. Pertumbuhan tinggi sektor pertanian pada triwulan ini didorong oleh bergesernya musim panen dan tingginya volume ekspor komoditas beberapa sub sektor perkebunan seperti kopi dan karet dan juga peningkatan ekspor binatang ternak dan hasil perikanan. Peningkatan di sektor pertanian secara qtq sebagaimana terlihat pada hasil SKDU.

Sektor Pertambangan di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 5,46%, Sektor Pertambangan di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 5,46%, Sektor Pertambangan di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 5,46%, Sektor Pertambangan di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 5,46%, Sektor Pertambangan di triwulan III-2006 diproyeksikan tumbuh 5,46%, relatif tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun trend historis dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan tinggi sektor pertambangan terutama disebabkan oleh peningkatan produksi pada beberapa hasil pertambangan nonmigas, seperti batu-bara, alumunium dan tambang lainnya yang tercermin pada peningkatan volume ekspor produk dimaksud. Produksi gas diperkirakan juga meningkat sebagaimana tercermin pada peningkatan nilai ekspor gas. Sementara itu, produksi minyak dipengaruhi oleh terbatasnya ekploitasi sumur/ladang minyak baru produksinya relatif turun.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III-2006 diperkirakan tetap Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III-2006 diperkirakan tetap Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III-2006 diperkirakan tetap Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III-2006 diperkirakan tetap Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III-2006 diperkirakan tetap tumbuh tinggi (13,79%)

tumbuh tinggi (13,79%) tumbuh tinggi (13,79%) tumbuh tinggi (13,79%)

tumbuh tinggi (13,79%), meskipun pada saat yang sama sektor-sektor lain mengalami perlambatan pertumbuhan pascakenaikan harga BBM Oktober 2005. Salah satu indikator yang mendukung pertumbuhan sektor ini adalah peningkatan jumlah penumpang Kereta API dan Kapal, peningkatan penumpang udara, dan peningkatan jumlah pengguna telepon seluler. Selain itu, peningkatan di sektor ini

juga dikonfirmasi oleh Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Sektor Bangunan di triwulan III 2006 diperkirakan juga tetap Sektor Bangunan di triwulan III 2006 diperkirakan juga tetap Sektor Bangunan di triwulan III 2006 diperkirakan juga tetap Sektor Bangunan di triwulan III 2006 diperkirakan juga tetap Sektor Bangunan di triwulan III 2006 diperkirakan juga tetap tumbuh tinggi (9,11%)

tumbuh tinggi (9,11%) tumbuh tinggi (9,11%) tumbuh tinggi (9,11%)

tumbuh tinggi (9,11%), seperti halnya sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan ini dikonfirmasi oleh mulai terlihatnya indikasi meningkatnya pertumbuhan suplai properti komersial di area Jakarta dan sekitarnya serta perbaikan pada produksi semen. Berdasarkan hasil SKDU, peningkatan pertumbuhan secara triwulanan (qtq) juga diperkirakan akan terjadi pada triwulan III-2006.

Kesenjangan Output (Output Gap)

Perekonomian triwulan III-2006 diperkirakan masih berada di bawah Perekonomian triwulan III-2006 diperkirakan masih berada di bawah Perekonomian triwulan III-2006 diperkirakan masih berada di bawah Perekonomian triwulan III-2006 diperkirakan masih berada di bawah Perekonomian triwulan III-2006 diperkirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya

tingkat potensialnya tingkat potensialnya tingkat potensialnya

tingkat potensialnya. Hasil estimasi menunjukkan output gap masih Grafik 2.10

Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap

Output Gap

Accelerated Output Gap ACC. SSMX

Inflasi inti (yoy, skala kanan)

-0,3 -0,25 -0,2 -0,15 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

(7)

negatif dengan pergerakan yang menyempit ke titik nol. Akselerasi penyempitan tersebut terlihat meningkat sejak triwulan I-2006. Pergerakan output gap yang kembali meningkat di tengah pertumbuhan PDB aktual yang masih moderat mengindikasikan bahwa trend perlambatan pertumbuhan investasi tidak hanya menyebabkan melambatnya pertumbuhan PDB aktual tetapi juga PDB potensial (kapasitas perekonomian) (Grafik 2.10).

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA3

Sampai dengan triwulan III 2006, perkembangan ekonomi global masih mendukung Sampai dengan triwulan III 2006, perkembangan ekonomi global masih mendukungSampai dengan triwulan III 2006, perkembangan ekonomi global masih mendukung Sampai dengan triwulan III 2006, perkembangan ekonomi global masih mendukung Sampai dengan triwulan III 2006, perkembangan ekonomi global masih mendukung kinerja sektor eksternal Indonesia

kinerja sektor eksternal Indonesiakinerja sektor eksternal Indonesia kinerja sektor eksternal Indonesia

kinerja sektor eksternal Indonesia. Kinerja ekspor yang membaik, baik akibat harga maupun volume, dan masih rendahnya keperluan impor telah menyebabkan surplus transaksi berjalan. Di sisi lalu lintas modal, dengan dukungan aliran modal asing portofolio, neraca modal dan finansial juga mencatat surplus. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan III-06 mencapai US$ 42,36 miliar. Membaiknya kondisi neraca pembayaran tersebut diharapkan mampu mendukung percepatan pembayaran utang IMF tahap kedua sebesar US$ 3,1 miliar. Selain itu, perkembangan tersebut juga mendukung kestabilan nilai tukar rupiah yang banyak mengalami goncangan (shock) dari sisi eksternal pada akhir-akhir ini.

Transaksi Berjalan

Transaksi berjalan di triwulan III-2006 diperkirakan mengalami surplus Transaksi berjalan di triwulan III-2006 diperkirakan mengalami surplusTransaksi berjalan di triwulan III-2006 diperkirakan mengalami surplus Transaksi berjalan di triwulan III-2006 diperkirakan mengalami surplus

Transaksi berjalan di triwulan III-2006 diperkirakan mengalami surplus yang didukung oleh pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dan masih relatif rendahnya pertumbuhan

impor dibanding perkiraan awal triwulan4. Cukup kuatnya permintaan eksternal telah

mendorong kinerja ekspor Indonesia, baik di sisi harga maupun volume, sehingga kinerja ekspor (migas dan nonmigas) pada triwulan III-06 diperkirakan tumbuh sebesar 17,6% (yoy). Ditengah apresiasi nilai tukar riil, pertumbuhan ekspor nonmigas sampai dengan bulan Agustus 2006 mencapai 18,8% dibanding perkiraan sampai dengan TW III sebesar 13,8%. Di lain pihak, impor pada periode laporan diperkirakan tumbuh sebesar 4,6% (yoy), yang ditopang oleh pertumbuhan impor nonmigas yang cukup tinggi (8,9% yoy). Dari sisi jasa-jasa terjadi penyesuaian biaya angkutan akibat rendahnya impor sementara di sisi neraca pendapatan (income) terjadi penyesuaian penurunan profit transfer. Surplus transaksi berjalan yang tinggi tersebut diperkirakan masih dapat lebih baik lagi berdasarkan asesmen terhadap realisasi angka ekspor dan impor terkini. Namun dari sisi ekspor migas perlu diperhatikan kemampuan produksi minyak yang terus menurun dan adanya pengalihan ekspor gas untuk keperluan domestik.

3 Berdasarkan perkiraan NPI exercise September 2006 .

4 Dalam perkiraan Agustus, pertumbuhan tahunan ekspor non migas direvisi dari 7% menjadi 11%, sementara impor non migas diturunkan dari 6% menjadi 2%

(8)

Neraca Modal dan Finansial

Neraca Lalu Lintas Modal (LLM) pada triwulan III-2006 diperkirakan akan mencatat Neraca Lalu Lintas Modal (LLM) pada triwulan III-2006 diperkirakan akan mencatat Neraca Lalu Lintas Modal (LLM) pada triwulan III-2006 diperkirakan akan mencatat Neraca Lalu Lintas Modal (LLM) pada triwulan III-2006 diperkirakan akan mencatat Neraca Lalu Lintas Modal (LLM) pada triwulan III-2006 diperkirakan akan mencatat surplus

surplus surplus surplus

surplus. Setelah sempat mengalami pembalikan arus modal asing pada akhir triwulan II-2006 yang dipicu oleh sentimen global, arus modal asing kembali masuk ke Indonesia pada periode laporan. Namun demikian, aliran modal masuk tersebut masih didominasi oleh aliran modal jangka pendek (investasi portofolio), sementara investasi langsung masih terbatas.

Investasi portofolio pemodal asing kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia dengan penempatan terbesar pada SUN dan saham. Ekspektasi terhentinya kenaikan suku bunga global mendorong investor menanamkan dananya pada kedua instrumen tersebut. Sementara itu, aliran modal berbentuk investasi langsung masih terbatas seiring dengan tertundanya beberapa proyek infrastruktur dan masih belum adanya perbaikan yang signifikan terhadap iklim investasi di dalam negeri.

Cadangan Devisa

Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan III-2006 diperkirakan mencatat surplus, dibandingkan perkiraan semula yang mencatat defisit. Kondisi tersebut menyebabkan posisi cadangan devisa menjadi US$ 42,36 miliar. Apabila rencana untuk pembayaran utang luar negeri ke IMF tahap kedua dilaksanakan maka diperkirakan cadangan devisa masih pada level yang relatif aman dan diperkirakan tidak mengganggu kondisi stabilitas makroekonomi Indonesia.

KEBIJAKAN MAKROEKONOMI

Sampai dengan triwulan III-2006 Pemerintah terus berupaya untuk implementasikan Sampai dengan triwulan III-2006 Pemerintah terus berupaya untuk implementasikan Sampai dengan triwulan III-2006 Pemerintah terus berupaya untuk implementasikan Sampai dengan triwulan III-2006 Pemerintah terus berupaya untuk implementasikan Sampai dengan triwulan III-2006 Pemerintah terus berupaya untuk implementasikan berbagai kebijakan yang telah diambil dalam rangka mendorong kegiatan berbagai kebijakan yang telah diambil dalam rangka mendorong kegiatan berbagai kebijakan yang telah diambil dalam rangka mendorong kegiatan berbagai kebijakan yang telah diambil dalam rangka mendorong kegiatan berbagai kebijakan yang telah diambil dalam rangka mendorong kegiatan perekeonomian.

perekeonomian. perekeonomian. perekeonomian.

perekeonomian. Beberapa kebijakan telah diambil Pemerintah di berbagai bidang. Di bidang industri dan perdagangan terutama terkait dengan harmonisasi tarif untuk mengurangi distorsi tata niaga. Di bidang infrastruktur kebijakan yang dikeluarkan lebih menyentuh aspek legal. Di bidang pertanian mencakup penyesuaian harga pokok penjualan (HPP) beras dan pengalihan subsidi pupuk. Sementara itu, di bidang iklim investasi, kebijakan yang telah direalisasikan masih di bawah 10 bidang, antara lain bidang umum, bidang perpajakan, bidang kepabeanan dan bidang ketenaga kerjaan. Adapun perkembangan kebijakan Pemerintah sampai dengan triwulan III antara lain adalah penyelesaian 26 tindakan perbaikan iklim investasi dari yang direncanakan 85, kebijakan infrastruktur terselesaikan sebanyak 41 tindakan dari yang direncanakan 161. Sementara itu kebijakan lain yang bersifat penyesuaian, terutama untuk meningkatkan dan mendukung sektor produksi relatif terbatas. Kebijakan tersebut yang cukup penting antara lain adalah pemberian restitusi pajak bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) patuh paling lama 1 bulan dan pembebasan PPn produk primer.

(9)

Sampai dengan triwulan III tersebut, kebijakan ekonomi yang bersifat struktural, Sampai dengan triwulan III tersebut, kebijakan ekonomi yang bersifat struktural,Sampai dengan triwulan III tersebut, kebijakan ekonomi yang bersifat struktural, Sampai dengan triwulan III tersebut, kebijakan ekonomi yang bersifat struktural, Sampai dengan triwulan III tersebut, kebijakan ekonomi yang bersifat struktural, terutama kebijakan perbaikan iklim investasi dan perbaikan infrastruktur terutama kebijakan perbaikan iklim investasi dan perbaikan infrastrukturterutama kebijakan perbaikan iklim investasi dan perbaikan infrastruktur terutama kebijakan perbaikan iklim investasi dan perbaikan infrastruktur terutama kebijakan perbaikan iklim investasi dan perbaikan infrastruktur pelaksanaannya masih berjalan relatif lambat belum menunjukkan perkembangan pelaksanaannya masih berjalan relatif lambat belum menunjukkan perkembanganpelaksanaannya masih berjalan relatif lambat belum menunjukkan perkembangan pelaksanaannya masih berjalan relatif lambat belum menunjukkan perkembangan pelaksanaannya masih berjalan relatif lambat belum menunjukkan perkembangan yang berarti

yang berartiyang berarti yang berarti

yang berarti. Di bidang perbaikan iklim investasi, beberapa alasan yang menyebabkan lambatnya realisasi penyelesaian tindakan antara lain adalah lambatnya penyelesaian produk UU seperti UU Investasi dan UU Perpajakan, dan tertundanya penyelesaian UU ketenagakerjaan. Sementara itu di bidang infrastruktur, permasalahan yang dihadapi selain menyangkut koordinasi juga menyangkut kompleksitas permasalahan yang dihadapi di bidang infrastruktur. Seiring dengan relatif terbatasnya implementasi kebijakan struktural tersebut, Seiring dengan relatif terbatasnya implementasi kebijakan struktural tersebut,Seiring dengan relatif terbatasnya implementasi kebijakan struktural tersebut, Seiring dengan relatif terbatasnya implementasi kebijakan struktural tersebut, Seiring dengan relatif terbatasnya implementasi kebijakan struktural tersebut, keyakinan dunia usaha masih belum mengalami peningkatan secara signifikan. keyakinan dunia usaha masih belum mengalami peningkatan secara signifikan.keyakinan dunia usaha masih belum mengalami peningkatan secara signifikan. keyakinan dunia usaha masih belum mengalami peningkatan secara signifikan. keyakinan dunia usaha masih belum mengalami peningkatan secara signifikan. Beberapa hal yang dirasakan oleh pelaku usaha antara lain adalah informasi tentang tindakan-tindakan yang telah keluarkan oleh pemerintah sosialisasinya dirasakan masih sedikit; implementasi kebijakan di tingkat pelaksana kurang optimal; praktek-praktek yang menyebankan biaya tinggi masih cukup besar. Hal lain yang dikeluhkan pelaku usaha adalah adanya persepsi bahwa Inpres 3/2006 hanya ditujukan untuk mendorong investasi asing, kurang memberikan insentif dorongan kepada UKM. Sementara itu, secara regional, permasalahan iklim investasi di daerah berdasarkan hasil survei dan dari contoh beberapa daerah tingkat dua yang ada, maka kepemimpinan kepala daerah akan sangat mewarnai iklim investasi di suatu daerah. Kepala daerah yang memiliki visi pro bisnis cenderung menjadikan daerahnya memiliki iklim investasi yang lebih baik sehingga mampu menarik investor.

Referensi

Dokumen terkait

Aspek-aspek yang masuk dalam kategori penyimpangan sesuai hasil penilaian kelayakan dasar dalam penelitian antara (1) penyimpanan dan penanganan sampah, limbah

Mahasiswa dengan latar belakang pendidikan bidang selain itu (mahsiwa dengan latar belakang pendidikan yang kurang mendukung) tetapi mempunyai prestasi baik, juga dapat

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan durasi hemodialisa dengan

Belanda konsentrasi terhadap negaranya sendiri yang dikuasai Jerman, serta bangsa Indonesia yang turut membantu Jepang (dianggap pembebas). Jepang begitu kuat dan kejam

Premi adalah sejumlah dana yang dibayar oleh Pemerintah Daerah kepada Badan Penyelenggara Jamkesda (PT. Askes) Persero berdasar kesepakatan dalam kontrak sebagai

WT Strategi: UKM Kerupuk Kulit dapat meningkatkan kualitas produk seperti merek, perijinan, BPOM pegemasan.Berdasarkan hasil obsevasi dan pengamatan produk kerupuk

Menurut guru-guru di MGMP Matematika SMA di Bandar Lampung (Yunarti, 2011:17) hampir semua guru matematika SMA di Bandar Lampung masih menyaji- kan pembelajaran

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja pegawai dan gaya kepemimpinan atasan secara bersama-sama terhadap produktivitas kerja pegawai pada Deputi