• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL,

DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tasawuf

Dosen Pengampu: Dianing Pra Fitri, M.S.I

Disusun Oleh:

1. Ummi Rohmah ( 1510310001 ) 2. Diana Nurul ‘Aini ( 1510310002 ) 3. Zulfia Kholifah ( 1510310003 ) 4. Faza Ilya ( 1510310004 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH ( PGMI )

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tasawuf merupakan ilmu yang menjelaskan bagaimana cara untuk menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membersihkan dhohir dan batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Dalam bahasan ilmu tasawuf terdapat bahasan mengenai kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) yang biasanya disebut dengan kecerdasan sufistik.

Pengertian dari kecerdasan spititual (SQ) itu sendiri ialah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang terinspirasi, penghayatan ketuhanan di mana di dalamnya kita menjadi bagian dari itu. Sedangkan kecerdasan emosional (EQ) adalah mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dan kecerdasan intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika.

Dalam pembicaraan tentang ketiga bentuk kecerdasan itu, terkadang muncul asumsi bahwa kecerdasan emosional dan spiritual lebih penting daripada kecerdasan intelektual. Namun, pada dasarnya ketiga bentuk kecerdasan pada manusia tersebut saling berhubungan. Seseorang yang mempelajari ilmu tasawuf haruslah dapat menjadikan tasawuf sebagai media untuk meraih kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam? 2. Bagaimana kecerdasan emosional dalam pandangan Islam? 3. Bagaimana kecerdasan intelektual dalam pandangan Islam?

(3)

2 C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional dalam pandangan Islam 3. Untuk mengetahui kecerdasan intektual dalam pandangan Islam

(4)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Spiritual dalam Pandangan Islam 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual, menurut Marsha Sinetar, ialah pemikiran yang terilhami. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektivitas, keberadaan atau hidup keilahian yang mempersatukan kita sebagai bagiannya.1

Sedang Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.2

2. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual

a. Mengenal motif kita yang paling dalam. b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. c. Bersikap responsif pada diri yang dalam.

d. Mampu memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan.

e. Sanggup berdiri, menentang, dan berbeda dengan orang banyak. f. Enggan mengganggu atau menyakiti orang dan makhluk yang lain. g. Memperlakukan agama cerdas secara spiritual.

h. Memperlakukan kematian cerdas secara spiritual.3

1

Sudirman Tebba, KECERDASAN SUFISTIK Jembatan Menuju Makrifat, Jakarta: PRENADA MEDIA, 2004, hlm. 24.

2

Ibid, hlm. 24-25.

3

(5)

4 3. Asal-Usul Kecerdasan Spiritual

Para pakar kecerdasan spiritual mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berasal dari otak, karena seperti sudah dijelaskan bahwa otak itu tidak hanya dapat berpikir, tetapi juga bisa merasa, termasuk merasakan sesuatu yang lebih dalam.

Tetapi, asumsi itu tidak sepenuhnya bertentangan dengan pandangan sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat spiritual seperti kecerdasan spiritual terdapat dalam hati dan jiwa.4

Pada dasarnya karena qalb suci, ia selalu merindukan Tuhannya, karena itu ia berusaha untuk selalu menuju Tuhannya. Lebih jauh mengenai dinamika qalb tadi, Agustian merumuskan lebih mendalam melalui perumusan kecerdasan spiritual yang berdasarkan kacamata Islam dan bisa diterima secara nalar serta oleh ilmu pengetahuan. Agustian memaparkan konsep kecerdasan spiritual dilihat dari tahapan penciptaan manusia adalah:

a. Manusia pada mulanya adalah makhluk spiritual murni.

b. Manusia menetapkan misi. Misi manusia untuk bertindak berdasarkan tuntunan Allah yang telah ditiupkan dalam ruhnya akan menyelamatkan dan akan memberikan kebahagiaan yang sebenarnya. c. Manusia diberi potensi intelektual, emosional, dan spiritual.

d. Manusia akan senantiasa tunduk kepada Allah. e. Manusia diberikan qalbu oleh-Nya.

f. Membuat perjanjian spiritual.

g. Perintah mencari dan membaca bukti-bukti yang ada dalam diri dan lingkungan serta berkewajiban untuk beriman kepada Allah.

4

(6)

5

4. Cara Mengembangkan Kecerdasan Spiritual secara Islami

Kecerdasan spiritual adalah komponen utama bila dibandingkan dengan IQ, EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman dan rukun islam dalam kehidupan.

Menurut Suharsono langkah-langkah mengembangkannya sebagai berikut:

a. Mengembangkan kapasitas kecerdasan umum yaitu IQ dan EQ. b. Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah.

c. Penyucian diri perlu dilakukan agar cahaya dapat menembus kecerdasan dan mata batin kita. Caranya adalah dengan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa.

d. Selalu mendidik hati dari dalam agar berkomitmen kuat dengan ketulusan nurani, dan semangat intelektual untuk mencari kebenaran dan dedikasi kemanusiaan secara universal. (Suharsono, Melejitkan IQ, IE, dan IS, (Depok: Inisiasi Press, 2005), hal 161-164).5

B. Kecerdasan Emosional dalam Pandangan Islam 1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional sering diberi definisi yang berbeda-beda. Reuven Bar-On menyebut kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

5

http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html diakses pada 21 Februari 2016, pukul 11.00 WIB.

(7)

6

Kemudian Peter Salovey dan Jack Mayer, pencipta istilah emotional intelligence (kecerdasan emosional) menjelaskan bentuk kecerdasan ini sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan dan maknanya dan mengendalikan perasaan secara mendalam, sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.6

2. Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak emosional. Otak emosional meliputi keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal, dan keadaan lain yang lebih kompleks dalam otak emosional.

b. Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok. Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada lingkungan. Seseorang akan memiliki kecerdasan emosi yang berbeda-beda. Ada yang rendah, sedang maupun tinggi.7

3. Asal-Usul Kecerdasan Emosional

Para pakar kecerdasan emosional mengatakan bahwa kecerdasan emosional berasal dari otak, karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa otak itu tidak hanya untuk berpikir, tetapi juga untuk merasa.

Dengan demikian, manusia seolah-olah tidak punya hati dan jiwa, karena seluruh kegiatan manusia dikendalikan oleh otaknya.

6 Sudirman Tebba, Op.Cit, hlm. 13.

7

https://personalitymutia.wordpress.com/2014/11/29/kecerdasan-emosi-emotional-intelligence/ diakses pada 21 Februari 2016, pukul 11.10 WIB.

(8)

7

Hal itu berbeda dengan asumsi yang berkembang di kalangan sufi atau tasawuf. Menurut tasawuf hal-hal yang bersifat emosional, seperti kecerdasan emosional, berasal dari hati atau jiwa. Tetapi menurut Robert Frager, seorang psikolog dan juga sufi, jiwa itu ada tujuh macam, dan satu di antaranya ialah jiwa pribadi, yang terletak di otak. Jadi, jiwa itu tidak sepenuhnya berada di dada atau jantung manusia, sebagaimana yang dipahami oleh orang awam selama ini.

Ketujuh jiwa itu adalah jiwa mineral, nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan maharahasia.8 Tujuh macam jiwa manusia yang menggambarkan bahwa sebagian jiwa itu berada pada otak, tetapi sebagian besar terdapat dalam hati. Hal ini merupakan kompromi antara asumsi yang berkembang selama ini bahwa kecerdasan emosional sepenuhnya berada dalam otak dengan pandangan sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat emosional berada dalam hati.9

4. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Salovey yang menempatkan kecerdasan pribadi Gardner yang mencetuskan aspek-aspek kecerdasan emosi sebagai berikut:

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan bahwa kesadaran diri merupakan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. b. Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan inividu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

8

Sudirman Tebba, Op.Cit, hlm. 17.

9

(9)

8

c. Memotivasi diri sendiri

Dalam mengerjakan sesuatu, memotivasi diri sendiri adalah salah satu kunci keberhasilan. Mampu menata emosi guna mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan mengenali emosi orang lain sangat bergantung pada kesadaran diri emosi. Empati merupakan salah salah satu kemampuan mengenali emosi orang lain, dengan ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain.

e. Membina hubungan dengan orang lain

Kemampuan membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.10

C. Kecerdasan Intelektual dalam Pandangan Islam 1. Pengertian Kecerdasan Intelektual

Menurut Steven J. Stein dan Howard E. Book, kecerdasan intelektual (intelligence quotient – IQ) ialah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. Hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika.

Kecerdasan intelektual mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis serta memecahkan permasalahan dengan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

10

https://personalitymutia.wordpress.com/2014/11/29/kecerdasan-emosi-emotional-intelligence/ diakses pada 21 Februari 2016, pukul 11.10 WIB.

(10)

9

Dengan demikian, IQ menentukan prestasi akademik seseorang dalam belajar. IQ sendiri bersumber dari akal pikiran yang bertumpu pada otak.11

Otak mempunyai tiga bagian dasar, yaitu batang atau otak reptil, sistem limbik atau otak mamalia, dan neokorteks. Masing-masing bagian mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan.12

Selain tiga bagian tersebut, otak juga dibagi menjadi belahan kanan dan kiri. Kedua belahan itu sekarang lebih dikenal sebagai otak kanan dan otak kiri.

Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Sedangkan proses berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.

Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupan mereka.13

2. Cara-Cara Rosululah dalam Membina Kecerdasan Intelektual

Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa akal manusia itu mengalami perkembangan dari tidak sempurna menjadi sempurna.

Menurut para ahli, otak manusia atau kecerdasan intelektual itu bisa diperbaiki, begitu pula dengan kecerdasan emosi dan spiritual, bisa dibenahi hingga tua sekalipun. Karena memang kemampuan akal dan potensi itu berkembang akibat pergaulan.

Pernah Imam Syafi'i ditanya: "Apakah kemampuan akal itu merupakan potensi yang dibawa sejak lahir?" Jawabnya: "Tidak, tapi akal itu adalah hasil dari pergaulan dengan banyak orang dan berdiskusi dengan mereka."

11 Sudirman Tebba, Op.Cit, hlm. 3. 12

Ibid, hlm. 4.

13

(11)

10

Di lain kesempatan, Imam Syafi'i pernah menganjurkan kepada barang siapa yang ingin akalnya menjadi jenius agar belajar matematika dengan perkataannya: "Siapa yang mempelajari matematika maka jeniuslah akalnya."

Selanjutnya ada beberapa cara Rosulullah dalam membina dan memperbaiki serta menyempurnakan akal seseorang yaitu sebagai berikut: a. Perintah menyusui anak selama dua tahun.

Pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi merupakan suatu pendekatan tidak langsung dalam upaya mendorong kecerdasan akal.

b. Larangan menikah dengan orang-orang yang terlalu dekat hubungan kekerabatannya.

c. Memakan makanan yang halal dan bergizi.

d. Larangan mabuk-mabukkan dan berjudi. Karena keduanya merusak akal.

e. Larangan berzina.14

3. Keistimewaan Akal Manusia

Keistimewaan akal bila dibandingkan dengan penglihatan lahiriah (mata kepala) adalah:

a. Akal dapat mengetahui sesuatu selain dirinya.

b. Sesuatu yang dekat dan jauh bagi akal adalah sama saja.

c. Akal dapat mengetahui kehidupan di ‘arasy, kursi, ‘alam samawi serta alam malakut (alam yang dapat dicapai dengan kekuatan akal).

d. Akal dapat mengetahui bagian luar dan bagian dalam serta hakikat sesuatu.

e. Akal dapat mengetahui hal-hal yang bersifat indrawi dan juga non-indrawi seperti suara, bau, rasa, kehendak, dan lain-lain.

f. Akal dapat mengetahui sesuatu yang tidak memiliki batas akhir.

g. Akal dapat mengetahui pergerakan dan perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.15

14

http://el-hamidy.blogspot.co.id/2009/06/konsep-kecerdasan-intelektual-dalam.html

(12)

11 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

SQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang berfokus di sekitar wilayah roh, EQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa, dan IQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak.

Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses, sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh EQ. Mekanisme EQ tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia, tetapi intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga yaitu kecerdasan spiritual (SQ).

SQ sulit sekali diperoleh tanpa kehadiran EQ, dan EQ tidak dapat diperoleh tanpa IQ. Sinergi ketiga kecerdasan ini biasanya disebut multiple intelligences yang bertujuan untuk melahirkan pribadi utuh (insan al-kamilah). Untuk persiapan SDM di masa depan, internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat ditawar lagi.

Di dalam al-Qur`an, ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dijelaskan secara terperinci. Namun, masih perlu dikaji lebih mendalam beberapa kata kunci yang berhubungan dengan ketiga pusat kecerdasan yang dihubungkan dengan ketiga substansi manusia, yaitu unsur jasad yang membutuhkan IQ, unsur nafsani yang membutuhkan EQ, dan unsur roh yang membutuhkan SQ.

B. Penutup

Demikianlah makalah yang kami tulis dan sajikan. Semoga dalam pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

15

http://esoriha-emanise.blogspot.co.id/2011/01/islam-dan-kecerdasan-intelektual.html

(13)

12 BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Tebba, Sudirman. 2004. KECERDASAN SUFISTIK Jembatan Menuju Makrifat. Jakarta: PRENADA MEDIA.

http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html

diakses pada 21 Februari 2016, pukul 11.00 WIB.

https://personalitymutia.wordpress.com/2014/11/29/kecerdasan-emosi-emotional-intelligence/ diakses pada 21 Februari 2016, pukul 11.10 WIB.

http://el-hamidy.blogspot.co.id/2009/06/konsep-kecerdasan-intelektual-dalam.html diakses pada 24 Februari 2016, pukul 08.00 WIB.

http://esoriha-emanise.blogspot.co.id/2011/01/islam-dan-kecerdasan-intelektual.html diakses pada 24 Februari 2016, pukul 08.05 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini yang bukan nama-nama hari kiamat adalah.... Sikap tidak senang apabila melihat orang lain mendapat nikmat dari Allah SWT dan berusaha menghilangkan nikmat itu

Hasil penelitian menunjukan bahwa Etika bisnis Islam yang dijalankan dalam akad Mudhârabah di BMT TAMZIS KCP Bandung Inggit Garnasih telah menunjukan contoh

Karena interval Bonferroni tidak memuat nol, maka rata-rata Y1 pada group tersebut berbeda. Hal ini berarti, ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara minat

Leuwih écésna Modul Diklat Guru Pembelajar Basa Sunda Kelompok Kompeténsi Gngawengku 10matéri poko, nu ngawengku 4 (opat) matéri poko kompeténsi pédagogik, jeung 6

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon dan saksi-saksi Pemohon tersebut, Majelis Hakim menemukan fakta-fakta bahwa antara Pemohon dan Termohon terjadi perselisihan dan

9. Proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik menggunakan energi kimia disebut dengan kemosintesis. Bakteri yang berperan dalam kemosintesis disebut bakteri

Kita juga sering kagum dengan akurasi bacaan tarot seseorang yang sangat akurat, namun kita juga pernah terheran – heran dengan orang yang sebenarnya tidak bisa baca tarot,