• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Rush tersebut diceritakan seorang anak yang memiliki kemampuan dan insting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Rush tersebut diceritakan seorang anak yang memiliki kemampuan dan insting"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat peneliti melihat sebuah film yang berjudul “August Rush” dan film “Punk in Love”, peneliti merasa terinspirasi untuk mengamati pengamen. Dalam film “August Rush” tersebut diceritakan seorang anak yang memiliki kemampuan dan insting sebagai pemusik, pada awalnya ia menjadi pengamen yang memainkan gitar disebuah taman. Dengan bakat yang ia miliki serta pertunjukkan yang bagus, dapat mengundang perhatian banyak orang berkumpul untuk menonton dan memberikan uang yang banyak. Seiring berjalanya waktu serta pengalamanya bermain musik akhirnya ia menjadi seorang komposer yang bagus. Sedangkan dalam film “Punk In Love”, dalam salah satu adegan menggambarkan empat orang remaja yang ngamen1 dengan sebuah lagu namun

hanya bermodalkan suara saja, dan tidak banyak yang mengerti akan lagu tersebut, sehingga mereka sedikit sekali memperoleh hasil (uang). Kemudian, atas inisiatif salah satu dari mereka, akhirnya mereka kembali mengamen dengan menyanyikan lagu dangdut yang banyak di kenal oleh masyarakat dengan alat musik berupa tempat sampah. Dengan lagu tersebut, hasil yang mereka dapatkan menjadi lebih banyak.

Pengamen atau disebut juga seniman jalanan, banyak kita jumpai di sudut kota, perempatan bahkan di dalam bus sekalipun. Pengertian pengamen dalam Kompas (22 Oktober 2003) diartikan sebagai orang yang mencoba menjual jasa (musik dan atau nyanyi) kepada khalayak atau publik, sementara khalayak atas dasar kesukarelaan memberi. Sebagai seorang seniman, seorang pengamen harus mampu menunjukkan

1 Ngamen/mengamen berasal dari kata amen yang berarti mencari uang khususnya dalam bidang musik yang berpindah-pindah tempat atau berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Balai Pustaka)

(2)

kualitas seni yang dimiliki sebagai sumber modal untuk mendapatkan uang. Beberapa dari mereka berupaya menghibur masyarakat walaupun terkadang performa yang mereka bawakan terkesan seadanya. Akan tetapi, mereka berupaya tampil dengan maksimal walaupun dengan peralatan yang terbatas, karena dibalik itu, kepercayaaan diri dan optimisme dari mereka membuat perbedaan dari lagu-lagu yang biasa kita dengar. Mereka mengkreasikan sebuah lagu menjadi berbeda dari aslinya, sehingga lagu-lagu tersebut mampu muncul dalam bentuk yang lebih unik dan beragam.

Alat musik yang dimainkan oleh individu ataupun kelompok serta dengan dukungan vokal yang bagus, membuat penampilan mereka dapat menghibur audien (pendengar atau penonton). Tak jarang ada yang kreatif memodifikasi barang-barang bekas menjadi alat musik, seperti galon dan pipa menjadi sebuah kendang. Walaupun dengan peralatan dari bahan bekas, namun suara yang dihasilkan tidak kalah dengan kendang yang asli, ditambah lagi dengan iringan musik gitar sehingga terdengar harmonis. Tak hanya musik saja yang ditampilkan para pengamen untuk menghibur, karena “ngamen” bisa dilakukan dengan membaca puisi, menari, bermain sulap, atau pertunjukkan drama.

Kebutuhan hidup yang semakin bertambah menjadikan pengamen sebagai alternatif untuk mendapatkan uang, mereka biasanya dapat kita jumpai di sepanjang trotoar jalan, di perkampungan, di persimpagan jalan, dan di dalam bus. Pengamen menampilkan sesuatu dihadapan audien dengan bekal yang mereka miliki, kemudian mereka mengharap uang dari audien sesuai dengan performa yang telah ditampilkan.

Pengamen adalah sebagai pekerja seni yang menjual kesenian untuk mendapatkan imbalan. Sehingga untuk mendapatkan uang yang sesuai dengan yang diharapkan, maka sebaiknya pengamen memiliki kualitas seni yang bagus sebagai modal mereka

(3)

menjalankan profesi tersebut. Dalam sebuah surat kabar diberitakan bahwa Pemkot Yogyakarta membuat album kompilasi yang berasal dari pengamen-pengamen, khususnya pengamen Malioboro. Program pembuatan album kompilasi ini akan dianggarkan pada APBD Yogyakarta tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pengamen menjadi asset yang dapat dikembangkan dan memiliki potensi sebagai pariwisata khas Yogyakarta, seperti dikutip dalam harian Kompas :

Pemerintah Kota Yogyakarta bersama komposer musik Djaduk Ferianto berencana membuat album musik khusus para pengamen jalanan dengan judul Jogja Mbarang (Jogja Mengamen). Album ini disiapkan untuk mewadahi ekspresi para pengamen dan menjadikan hasil karya mereka sebagai cinderamata khas Yogyakarta. (Kompas. Pengamen Siapkan Album Jogja Mbarang. oleh Aloysius Budi Kurniawan dan Nasru Alam Aziz).

Perkembangan zaman yang semakin kompleks, budaya “ngamen” ini juga ikut berkembang menjadi salah satu peluang untuk mencari nafkah dari beberapa orang. Pada kenyataan saat ini, istilah seniman jalanan, atau musisi jalanan yang melekat pada pengamen kiranya sudah kabur, karena mereka sekarang banyak yang meninggalkan unsur seni sebagai identitas dan seharusnya menjadi modal untuk mencari nafkah. Sekarang ini, banyak diantara mereka yang meminta uang walaupun menyanyi seadarnya dan suara sumbang, ada pula yang hanya bergumam tidak jelas.

Sebagian masyarakat menganggap bahwa pengamen memiliki gambaran yang buruk, mereka seperti tidak mau tahu. Masyarakat hanya tahu, pengamen adalah kumpulan manusia malas, pemaksa, dan amat mengganggu. Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka hidup dijalanan dan berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh

(4)

berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun bagi sebagian dari mereka, menganggap bahwa pekerjaan mereka sama mulianya dengan profesi lainnya.

Pengamen dalam bus seharusnya dapat memberikan hiburan kepada penumpang, hiburan yang dapat mengurangi penat atau bosan dalam perjalanan. Meskipun begitu, tidak semua pengamen mengerti tentang peran yang seharusnya, ada pengamen yang hanya menampilkan lagu seadanya, terkesan memaksa saat meminta uang ataupun berharap untuk lebih dikasihani. Pengamen bus AKAP memiliki ciri khas dalam menampilkan performa mereka, sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Pengamen harus berupaya mencari strategi untuk memberikan penampilan terbaik agar dapat memberikan hiburan yang berbeda dengan pengamen yang sebelumnya agar mereka masih bisa memperoleh uang. Selain itu, penumpang juga akan lebih bisa terhibur dengan aneka lagu yang disuguhkan oleh para pengamen.

Purwokerto dan Yogyakarta sebagai kota tujuan pendatang yang memiliki beragam kesenian dan kualitas seni yang tinggi diharapkan menjadi pendongkrak kreativitas pengamen sebagai seniman jalanan agar mereka dapat memperoleh penghasilan yang lebih, karena kedua daerah ini merupakan tujuan bagi orang-orang yang tinggal di daerah sekitarnya untuk belajar dan berlibur. Pengamen saat ini banyak bermunculan di setiap kota. Pengamen- pengamen tersebut membawa ciri khas dari mana ia berasal. Para pengamen dalam bus ini terlihat “profesional”, mereka memiliki cara tersendiri agar lebih bisa menghibur penumpang.

Hal ini telah menarik peneliti untuk meneliti lebih jauh permasalahan dan dinamika yang ada dalam kehidupan pengamen bus AKAP Jurusan Yogyakarta – Purwokerto, serta cara – cara yang diperlukan usaha bisa bertahan di tempat mereka menjalani

(5)

kehidupan sebagai pengamen yang profesional dengan seni sebagai salah satu unsur pengamen yang membentuk serta mempertahankan ciri khas seorang atau kelompok tersebut sebagai juga upaya mereka sebagai pengamen memperoleh pendapatan.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

Bagaimana dinamika kehidupan jalanan pengamen professional bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto yang dialami?

Atas dasar pertanyaan itulah, tulisan ini dibuat untuk berupaya menganalisis profesionalisme mereka dalam menjalankan pekerjaan sebagai pengamen melalui dinamika kehidupan yang mereka jalani.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitin ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dinamika kehidupan jalanan sebagai pengamen bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, akademisi, serta masyarakat secara keseluruhan, manfat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

(6)

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian ilmu sosiologi mengenai dinamika kehidupan jalanan para pengamen khususnya berkaitan tentang seni sebagai identitas pengamen yang merebak di Indonesia pada umunya dan khususnya pengamen bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto saat ini, serta dapat memberikan masukan terhadap penelitian lanjutan agar dapat menelaah lebih dalam.

2. Manfaat Praktis.

Memberikan pengetahuan mengenai sejauh mana kualitas seni pengamen dalam menghibur masyarakat sebagai audien untuk mendapatkan penghasilan serta menggambarkan dinamika kehidupan yang dijalani oleh pengamen Bus AKAP jurusan Yogyakarta-Purwokerto dalam berkarya.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai dinamika dan identitas sudah pernah dilakukan, baik dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif, beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan yaitu Identitas Music Islam (studi semiotika Nasyid Haroki, Romantic Nasheed dan Nasheed Muhasabah) oleh Ufiq Siqoyatin (2006) skripsi ini melihat bagaimana identitas yang ditunjukkan oleh remaja muslim dalam merepresentasikan aliran music Islam kepada masyarakat serta minat remaja dalam mengembangkan music tersebut. Kemudian skripsi yang berjudul “Keberadaan Pengamen Perkotaan Beserta Kompleksitas Permasalahannya”, yang disusun oleh Myra Puspasari, didalamnya membahas tentang berbagai hal yang timbul dalam kehidupan pengamen tersebut dan cara mereka mempertahankan dirinya dalam kompleksitas masalah yang dihadapi. Peneliti juga mengacu kepada skripsi “Mural jogja: Media Perlawanan Seniman Urban

(7)

Ditengah Modernitas Perkotaan oleh Wildan Mahendra tahun 2010. Dalam skripsinya dijelaskan upaya representasi serta perlawanan Mural JMF dan SMM terhadap keterbatasan ruang publik. Akan tetapi, pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini membahas tentang dinamika kehidupan jalanan pada pengamen bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto.

F. Landasan Teori

Penjelasan-penjelasan teoritis digunakan untuk memberikan gambaran mengenai konsep pemikiran peneliti mengenai dinamika kehidupan jalanan pengamen Bus AKAP jurusan Yogyakarta-Purwokerto. Dalam hal ini teori-teori tersebut juga menjadi acuan dalam memberikan pembahasan mengenai masalah yang akan diteliti.

Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun khususnya pada keluarga miskin. Keluarga merupakan sebuah sistem dimana didalamnya terdapat elemen-elemen yang dapat mendukung atau membantu keluarga mancapai tujuannya. Cara keluarga dalam menggunakan sumberdaya berbeda-beda, oleh karena itu output yang dihasilkan oleh keluarga juga berbeda. Elemen keluarga tersebut terdiri dari input, throughput dan output. Input (sumberdaya manusia dan materi) dalam proses manajemen merupakan modal yang digunakan untuk mencapai output (kesejahteraan subjektif), sedangkan proses perubahan input menuju output disebut sebagai “throughput” (strategi koping fungsi ekonomi dan dukungan sosial). Keluarga miskin membutuhkan strategi koping (throughput) yang tinggi demi mencapai kesejahteraan subjektif (output). Menurut Friedman (1998) strategi koping merupakan suatu respon

(8)

perilaku positif yang digunakan keluarga dan sistemnya untuk memecahkan masalah akibat peristiwa tertentu.

Pengamen dipahami sebagai fenomena masyarakat yang dapat dijelaskan secara empiris tentang bagaimana pekerjaan sebagai pengamen sebagai suatu upaya untuk bertahan dan berjuang untuk mendapatkn kesejahteraan yang lebih baik. Didalam kehidupan pengamen tersebut, terdapat dinamika yang berpengaruh, untuk itu pengamen Bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya serta mempertahankan eksistensinya didalam masyarakat.

Kehidupan pada jaman modern sekarang ini sudah mengakibatkan banyak muncul fenomena-fenomena sosial, terutama di Indonesia. perubahan yang terjadi di masyarakat yang semakin memberikan dinamika dalam hidup mengakibatkan munculnya mata pencaharian baru di masyarakat, salah satunya adalah pengamen. Definisi Pengamen itu sendiri, awalnya berasal dari kata “amen” atau “mengamen” (menyanyi, main musik, dan sebagainya) untuk mencari uang. Amen/pengamen yaitu penari, penyanyi, atau pemain musik yang tidak bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan mengadakan pertunjukkan di tempat umum (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, 2002). Jadi pengamen itu mempetunjukkan keahliannya di bidang seni.

Seorang pengamen yang sebenarnya harus betul-betul dapat menghibur orang banyak dan memiliki kemampuan seni yang tinggi. Sehingga orang yang melihat, mendengar atau menonton pertunjukkan itu secara rela untuk memberikan uang. Hasil berbanding lurus dengan Usaha, selagi mereka menghibur dan penampilan mereka bagus, mereka akan mendapatkan hasil yang lebih banyak.

(9)

Pengamen sebagai mata pencaharianya melakukan kegiatan turun kejalan menyusuri trotoar, berdiri di persimpangan jalan, ataupun megamen di dalam bus kota. Oleh Sardikun dengan penelitianya yang berjudul “Pengamen Remaja Ditinjau dari Aspek Manusia dan Fungsi Sosialnya”, Pengamen dipandang sebagai sebuah alternatif mata pencaharian yang dapat mengurangi pengangguran, namun disisi lain kegiatan mengamen dianggap hanya sebagai kegiatan yang lebih bersifat meminta-minta karena hanya bermodalkan suara saja mereka bisa mendapat uang (Sardikun, B. Sw. 1993. Pengamen Remaja ditinjau dari Aspek Manusia dan Fungsi Sosialnya. dalam Pelita BPKS, No. 140. Th. XVII, April-September 1993, Yogyakarta).

Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakan- tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Dimana tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain. Tindakan sosial menekankan pada orientasi subjektif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif diatur atau dikendalikan oleh nilai atau standar normatif bersama. Hal ini berlaku untuk tujuan-tujuan yang ditentukan individu serta alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan itu juga dalam memenuhi kebutuhan fisik yang mendasar ada pengaturan normatifnya (Doyle Paul Johnson 1986: 113). Oleh Max Weber, tindakan sosial dapat digolongkan menjadi empat kelompok (tipe), yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afeksi.

a. Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya guna menunjang

(10)

kebutuhan sehari-hari para anak jalanan bekerja sebagai pengamen pengemis dan lain-lain untuk mendapat kan uang.

b. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing- masing.

c. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat. d. Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya tindakan meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

Dalam perjalananya menjadi pengamen para informan terus berupaya mencari strategi melalui tindakan yang diambilnya hingga munculah bentuk profesionalisme pengamen bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto itu sendiri.

(11)

G. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu mengumpulkan informasi dalam bentuk narasi untuk menerangkan serta menggambarkan secara jelas dan detail suatu data. Menurut Taylor dan Bogan menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif deskriptif adalah

“Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisa maupun tulisandan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti” (Bagong Suyanto & Sutinah. 2006).

Dalam penelitian ini, perolehan data dilakukan melalui penggalian alamiah, seperti observasi, wawancara, serta pengumpulan informasi yang berkaitan dengan data penelitian dari berbagai sumber baik itu media maupun dari seseorang, serta data-data yang didapat melalui pendokumentasian, setelah itu kemudian dikembangkan berdasarkan kebutuhan penelitian. Demi mendapatkan data deskriptif tersebut dibutuhkan interaksi secara langsung antara peneliti dan informan. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di area sepanjang jalur Bus AKAP Yogyakarta-Purwokerto. Dengan alasan karena terdapat pengamen yang berasal dari tempat yang berbeda-beda serta dengan beragam jenis musik yang dapat dinikmati sehingga diharapkan mampu memberikan hiburan bagi audien yang beraneka ragam. Peneliti berasumsi bahwa setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda, dan beragam pengamen yang berbeda sehingga setiap pengamen memiliki identitas yang dibawa dari setiap daerah tersebut, yang dapat memberikan gambaran terhadap pengamen Bus itu sendiri.

Setelah mendapatkan lokasi penelitian, peneliti menentukan informan penelitian yaitu pengamen bus yang berada di sepanjang jalur Bus AKAP Yogyakarta - Purwokerto, serta masyarakat (penumpang) sebagai Audien dan orang yang dianggap berpengaruh dalam proses penelitian. Pada penelitian ini peneliti mempelajari dan

(12)

mengamati individu dengan memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang data yang dibutuhkan, khususnya terkait dengan hal – hal apa saja yang memberikan gambaran mengenai dinamika kehidupan jalanan para pengamen Bus AKAP jurusan Yogyakarta – Purwokerto. Dalam hal ini, peneliti mengambil beberapa individu yang menjadi pengamen sebagai penyaji musik, ataupun individu yang terkait dengan data penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pengamen profesional yang memiliki kriteria yaitu pengamen tersebut memiliki kemampuan bermusik yang bagus dan tidak asal-asalan baik dalam bernyanyi, bermain alat musik maupun lagu yang dibawakan, dan bagimana mereka menampilkan pertunjukkan mereka didepan penumpang. Selain itu, peneliti juga melihat profesionalisme pengamen dari jam lama mereka bekerja sebagai mengamen dalam sehari, yang paling utama ialah pengamen tersebut merupakan pengamen bus AKAP Jalur Yogyakarta- Purwokerto.

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan informan penelitian, yaitu pengumpulan data, bagian ini merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian, begitu pula dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik relevan dengan jenis penelitian kualitatif. Proses pengumpulan datanya yaitu :

a. Tekhnik Observasi

Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis. Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah. Untuk observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung, mencatat, dan merekam data dari objek pengamatannya. Kemudian, peneliti membuat deskripsi dan analisis tertulis tentang objek kajiannya.

(13)

b. Tekhnik Wawancara

Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan dari informan. Untuk itu, mengingat informan memiliki kesibukan, wawancara dilakukan pada saat yang tepat agar lebih mudah mendapat informasi, serta informan juga tidak merasa dirugikan dengan mengorbankan waktu untuk diwawancara. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menanyakan kesediaaan mereka untuk diwawancara. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai acuan peneliti, namun pertanyaan yang tidak terpaku sepenuhnya terhadap daftar pertanyaan tersebut, artinya pertanyaan dapat berkembang sesuai keadaan dan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka dan non formal, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih luas dan beraneka ragam.

c. Tekhnik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian ini sebab data-data tertulis sangat menunjang dalam menganalisis data. Dokumentasi data ini diambil saat mereka mengamen, data yang diambil berupa catatan lapangan maupun dokumentasi berupa gambar dan video.

Proses yang terakhir yaitu analisis data, Analisis data kualitatif dengan cara mengkategorikan data-data yang telah diperoleh menurut tema dan focus penelitiannya (Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2006: 56). Analisis data kualitatif pada penelitian ini dilakukan saat pengumpulan data. Pengumpulan data selama analisis data mengharuskan kepada peneliti untuk berulang kali berpikir tentang data yang ada serta mengembangkan

(14)

cara untuk mengumpulkan data yang baru, mengoreksi data yang telah ada, dan mengarahkan analisis yang berkaitan dengan kerja lapangan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kecocokan antara informan dari pengamen tersebut maupun dari masyarakat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Reduksi Data.

Proses analisis diawali dengan membaca, mempelajari dan menelaah data yang sudah terkumpul dari berbagai sumber. Lalu langkah berikutnya melakukan reduksi data dengan menyaring data melalui rekapitulasi pertanyaan-pertanyaan informan. Data-data tersebut dipisahkan antara data terkait (relevan) dan data yang kurang terkait atau sama sekali tidak ada kaitannya. Sehingga proses dan pertanyaan- pertanyaan yang perlu dijaga tetap pada fokus penelitianya.

b. Penyajian Data

Proses selanjutnya adalah penyajian data, dimana informasi yang telah dikumpulkan berupa data yang telah tersusun untuk memberi kesimpulan mengenai data yang diperolah dan telah dianalisis. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul, dianalisis serta disajikan. Untuk dapat menarik kesimpulan diperlukan ketajaman, kedalaman dan keluasan wawasan peneliti sehingga dapat menyentuh pada akar kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini berarti peneliti selain harus mampu mengungkapkan analisis, juga harus mampu mengungkapkan aspek-aspek mengapa sesuatu itu terjadi.

(15)

H. Proses penelitian

Penelitian dimulai dari observasi lapangan yang meliputi subjek serta kondisi lingkungan yang berkaitan dengan data penelitian, setelah itu peneliti menyusun rencana penelitian sebagai acuan untuk mencari sumber data. Penelitian ini dimulai pada bulan bulan September 2011, untuk mencari keterangan-keterangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan informan. Dalam mengamati lapangan peneliti melihat factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan serta bagaimana cara mendapatkan data tersebut. Dengan melihat kondisi awal, peneliti mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengamen dengan cara menumpang bus jurusan Yogyakarta- Purwokerto dan melihat pengamen tersebut menyanyi serta respon dari penumpang.

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kadar sari larut air bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa kimia bersifat polaryang terkandung di dalam simplisia herba pugun tanoh seperti asam, garam,

Di sinilah letak permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang masalah akal dan wahyu. Sudah diketahui dari kedua pemikir di atas, mereka lebih mengutamakan rasio atau akal

Berdasarkan pada hasil intrepetasi citra satelit Landsat 8, terdapat beberapa kelas penggunaan lahan yang dominan di wilayah pesisir Selat Madura yaitu : pemukiman,

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner tertutup ( check list ) yang berisi variabel yang diukur, yaitu identitas dokter penulis resep

Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik token economy efektif dalam meningkatkan adversity quotient peserta didik kelas V SD Negeri 05 Jaten, Karanganyar... vii

Salah satu contoh tindak pidana pencabulan terhadap anak yang dilakukan orang dewasa adalah dalam Perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Skd, dengan terdakwa berjenis

b) Aliran materi dan energi yang telah didekode, kemudian dioperasikan dalam pasar. Artinya, aliran materi dikelola oleh pasar yang memiliki aturan mainnya sendiri. Hasrat dengan

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pretest Posttest Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas