• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketoprak adalah salah satu bentuk perkembangan drama di Indonesia yang tergolong dalam teater tradisional. Ketoprak adalah sebuah bentuk teater tradisional yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. Pertunjukannya diiringi dengan gamelan. Gerak pemainnya cenderung realis, walaupun dalam perkembangannya ada sedikit unsur tari. Cerita yang dibawakan biasanya diambil dari kisah-kisah babad, kepahlawanan seorang pangeran, sejarah berdirinya suatu kerajaan, cerita yang menyangkut kehidupan dalam kerajaan, dan cerita tentang kehidupan dan sejarah kemanusiaan. Dialog antar pemain dibawakan dalam bahasa Jawa. Para pemain akan bertutur dan berdialog dengan menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan tingkatan dan perannya dalam lakon tersebut (Lisbijanto, 2013: 19). Sehubungan dengan bentuk seni pertunjukan teater tradisional, maka ketoprak tergolong genre drama.

Drama merupakan bagian dari karya sastra. Karya sastra terbagi dalam beberapa genre yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis, kata drama berasal dari Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi (Waluyo, 2001: 2). Drama adalah tiruan kehidupan manusia yang ditampilkan di atas pentas. Ketika berbicara tentang drama, sesungguhnya terdapat dua wilayah pembicaraan, yakni drama naskah dan drama pentas. Drama naskah merupakan salah

(2)

satu jenis karya sastra yang berbentuk dialog dan memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Drama pentas merupakan lukisan kehidupan manusia yang digambarkan dengan peniruan tingkah laku. Sebelum dipentaskan, drama terlebih dahulu dituliskan dalam bentuk naskah sehingga pembicaraan mengenai drama sesungguhnya tidak terlepas dari wilayah sastra (Waluyo, 2001: 2).

Pembaca merupakan faktor yang hakiki dan menentukan dalam sastra. Pembacalah yang menilai, menikmati, menafsirkan, dan memahami karya sastra, serta menentukan nasibnya dan peranannya dari segi sejarah dan estetik. Penilaian terhadap suatu karya sastra dapat berubah berdasarkan faktor ruang dan waktu tertentu. Perubahan tersebut dikarenakan pandangan masyarakat yang berubah dari masa ke masa atau sacara ringkas dapat dikatakan bahwa penilaian karya sastra bersifat relatif. Interpretasi tergantung pada kondisi yang mempengaruhi pembaca, seperti budaya (Teeuw, 1984: 193).

Naskah ketoprak yang peneliti ambil merupakan karya Bondan Nusantara. Bondan lahir di Yogyakarta pada tanggal 6 Oktober 1952, ia adalah putra pasangan Suyatim RH dan Theresia Kadariyah yang merupakan primadona ketoprak pada masanya. Pada tahun 1982, Bondan Nusantara mulai menulis naskah-naskah ketoprak untuk pertunjukan panggung, televisi, maupun sandiwara radio. Pada penelitian ini peneliti menitik beratkan pada naskah karya Bondan Nusantara yang berjudul Kembang Katresnan. Kembang Katresnan dalam kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1939: 205) kembang artinya bakalan buah seperti bara api yang

(3)

berlembar dan warnanya indah. Kemudian katresnan berasal dari kata dasar tresna mendapat awalan ka- dan akhiran -an dalam kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1939: 620) berarti asih, condongnya hati kepada orang lain tanpa nafsu. Kembang Katresnan berarti bunga percintaan. Maksud dari bunga cinta dalam naskah ini adalah bunga cinta dua pasang kekasih yaitu Panuntun dengan Mirah dan Wiguna dengan Ajeng Maruti, akan tetapi cinta di antara kedua pasangan tersebut harus putus di tengah jalan, karena justru Panuntun dijodohkan dengan Ajeng maruti. Naskah ketoprak ini mengambil latar belakang sejarah peperangan antara Pajang melawan Mataram. Seperti diketahui bahwa sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, Sutawijaya menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin Mataram, bergelar Senapati Ing Alaga. Senapati memang ingin menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka. Ia sibuk mengadakan persiapan, baik yang bersifat material ataupun spiritual, misalnya membangun benteng, melatih tentara, sampai menghubungi penguasa Laut Kidul dan Gunung Merapi. Senapati juga berani membelokkan para mantri pamajegan dari Kedu dan Bagelen yang hendak menyetor pajak ke Pajang. Para mantri itu bahkan berhasil dibujuknya sehingga menyatakan sumpah setia kepada Senapati. Puncak kemarahan Senapati ketika mengetahui Hadiwijaya menghukum buang Tumenggung Mayang ke Semarang karena membantu anaknya yang bernama Raden Pabelan, menyusup ke dalam keputrian menggoda Ratu Sekar Kedaton, putri bungsu Sultan. Raden Pabelan sendiri dihukum mati dan mayatnya dibuang ke Sungai Lawiyan. Ibu Pabelan adalah adik Senapati. Maka Senapati pun mengirim para mantri pamajegan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam

(4)

perjalanan pembuangannya. Perbuatan Senapati ini membuat Sultan Hadiwijaya murka. Sultan pun berangkat sendiri memimpin pasukan Pajang menyerbu Mataram. Perang terjadi. Pasukan Pajang dapat dipukul mundur meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak. Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dalam perjalanan pulang ke Pajang. Ia akhirnya meninggal dunia. Naskah ketoprak ini menarik untuk diteliti karena pernah dipentaskan dalam festival Ketoprak antar Kabupaten dan Provinsi se DIY pada tahun 2009 dan menjadi juara pertama (I).

Adapun dasar cerita dari teks drama adalah memuat kegiatan-kegiatan antar manusia yang digali dari kegiatan pada kehidupan sehari-sehari. Penuangan tiruan kehidupan itu diberi warna oleh pengarangnya. Dunia yang digambarkan bukan primer, tetapi dunia sekunder. Aktualisasi terhadap peristiwa imajiner itu adalah hak pengarang. Naskah ketoprak Kembang Katresnan membahas kehidupan sehari-hari pada saat itu, dengan ciri kedaerahan. Naskah berisi tentang kehidupan sosial, ekonomi, hukum, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Fakta sosial merupakan struktur mengenai fakta-fakta kemanusiaan. Semua unsur yang mendukung aktivitas fakta kemanusiaan mengarah pada tercapainya tujuan. Fakta sosial di dalamnya biasanya meliputi permasalahan sosial, status sosial, hukum dan sebagainya. Karya sastra memiliki fungsi sosial atau manfaat yang tidak bersifat pribadi. Karya sastra menyajikan sebuah kehidupan. Kehidupan itu sendiri sebagian besar dari kehidupan nyata atau kenyataan sosial. Dari tanggapan pengarang terhadap dunia sekelilingnya (realitas sosial) yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra, maka kiranya dapat

(5)

dikatakan bahwa karya sastra merupakan pembayangan atau pencerminan realitas sosial (Sangidu, 2004: 43).

Tokoh-tokoh pada cerita Kembang Katresnan merupakan gambaran dari orang-orang desa. Orang-orang desa itu terdiri atas warga, pejabat, dan prajurit. Cerita Kembang Katresnan mengutamakan tentang masalah cinta dan kesetiaan. Masalah-masalah yang diangkat oleh naskah Kembang Katresnan dekat kehidupan rakyat, mengangkat masalah secara kompleks. Sebagai karya sastra Jawa, naskah ketoprak Kembang Katresnan memiliki struktur untuk diungkap melalui analisis struktural. Selain itu, amanat yang ingin disampaikan pengarang juga menarik untuk dibahas, karena secara sadar atau tidak, pengarang menyampaikan amanat dalam karyanya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Naskah Ketoprak Kembang Katresnan merupakan karya sastra bersifat realis. Drama realis memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat. Objek penelitian ini menarik untuk dilakukan penelitian karena mengangkat masalah tentang kehidupan keluarga, teritorial daerah dan masalah yang menjadi persoalan utama adalah tentang cinta. Dari pembacaan naskah ini muncul pertanyaan bagaimana tokoh, penokohan dan alur cerita pada naskah ketoprak Kembang Katresnan sehingga mampu menunjukkan amanat dari pengarang?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan analisis struktural pada naskah ketoprak Kembang Katresnan bertujuan untuk mengungkap amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui

(6)

karyanya tersebut. Untuk mengetahui amanat, harus ditemukan analisis tokoh, penokohan, dan alur. Penelitian bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin tokoh, penokohan, alur, sehingga ditemukannya amanat dari setiap peristiwa pada tahapan alur.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian difokuskan pada karya sastra tertulis, pembahasan analisis struktural pada naskah ketoprak Kembang Katresnan. Penelitian difokuskan pada analisis tokoh, analisis penokohan atau karakter tokoh, alur cerita dan amanat yang terkandung pada cerita.

1.5 Tinjauan Pustaka

Analisis struktural sudah banyak digunakan untuk menganalisis naskah kethoprak lain. Penelitian ilmiah yang menggunakan metode analisis struktural antara lain : “Tokoh dan penokohan dalam naskah kethoprak Pangeran Timur karya Handung Kus Sudarsana” yang ditulis oleh Sri Lestari Fakultas Bahasa dan Seni UNNES tahun 2011. “Sang Pangeran Pati : Analisis struktur dan makna naskah kethoprak sayembara” yang ditulis oleh Eko Purwanto Fakultas Ilmu Budaya UGM tahun 1999.

Beberapa tinjauan pustaka di atas menunjukkan keaslian penelitian naskah ketoprak dengan judul Kembang Katresnan belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, sebagai pengembangan penelitian mengenai tokoh dan penokohan yang telah ada, peneliti melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian ini semoga dapat melengkapi pustaka-pustaka yang telah ada sebelumnya.

(7)

1.6 Landasan teori

Setiap penelitian ilmiah memerlukan kerangka teori, meskipun kerangka teori tersebut tidak selalu dieksplisitkan dan diuraikan secara panjang lebar (Teeuw, 1984: 7). Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur. Unsur-unsur ini saling berkaitan dengan erat. Setiap unsur hanya bermakna dalam kaitannya dengan unsur-unsur lain dan keseluruhan (Pradopo, 1997: 208).

Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan indah. Di pihak lain, struktur karya sastra juga membahas pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan (Nurgiyantoro, 1995: 36).

Analisis struktural karya sastra fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995: 37). Setelah menganalisis tokoh, penokohan dan alur, dilakukan analisis hubungan antar ketiganya, sehingga secara bersama membentuk suatu tujuan dari pengarang.

Untuk memahami apa yang ingin disampaikan pengarang, maka struktur drama yang akan dijelaskan di sini adalah unsur-unsur tokoh, penokohan, dan alur itu

(8)

saling menjalin membentuk kesatuan dan saling terkait satu dengan yang lain. Ada yang menyebut alur sebagai unsur utama, tetapi ada juga yang menyebut penokohan sebagai unsur pembangun struktur utama. Memang kedua unsur tersebut saling membutuhkan, kekuatan alur terletak dalam kekuatan penggambaran watak, sebaliknya kekuatan watak pelaku hidup dalam alur yang meyakinkan (Waluyo, 2001: 8).

Tokoh erat hubungannya dengan penokohan. Susunan tokoh adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Dalam susunan tokoh-tokoh, pengarang menggambarkan perwatakannya melalui beberapa cara, yaitu: melukiskan bentuk lahir, melukiskan melalui jalan pikiran, reaksi tokoh terhadap kejadian, menganalisis pada dialog langsung, melukiskan melalui keadaan sekitar, dan pandangan tokoh lain (Tarigan, 1984: 75). Konflik atau masalah manusia biasanya terbangun oleh pertentangan antar tokoh-tokohnya. Dengan pertikaian itu terjadi pergerakan alur. Daya pikat suatu naskah drama ditentukan oleh kuatnya konflik (Waluyo, 2001: 7).

Bahasa adalah media sastra. Untuk dapat mengerti naskah drama, pembaca harus mempelajari kata-kata yang merupakan pembangun naskah tersebut. Pengarang memulai suatu karangannya dengan sebuah tujuan atau keinginan untuk disampaikan yang akhirnya menjadi dampak dalam pembaca. Setiap karakter pada setiap tokoh tersebut sudah tersusun rapi dalam daftar keinginan yang ingin disampaikan pengarang pada karangannya. Tujuan yang memberi fondasi pada kata-kata adalah suatu yang dapat dimengerti jika dianalisis secara struktural. Oleh karena tujuannya, pengarang mempunyai arah untuk memilih, mengkombinasikan kata-kata sedemikian

(9)

rupa, untuk menciptakan karakter-karakter dalam situasi-situasi mereka, dan memberi struktur gaya tertentu (Sitorus, 2003: 131).

Amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya harus dicari pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama, secara sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Pembaca yang cukup teliti akan dapat menangkap apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Amanat berhubungan dengan makna dari karya sastra. Amanat bersifat kias atau perbandingan, subyektif, dan umum (Waluyo, 2001: 28).

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini membahas salah satu naskah ketoprak karya Bondan Nusantara yang berjudul Kembang Katresnan. Sumber data utama yang digunakan adalah naskah berbahasa Jawa. Metode yang digunakan adalah metode analisis struktural. Pertama dilakukan pembacaan keseluruhan. Setelah pembacaan keseluruhan akan diperoleh pemahaman cerita pada naskah. Dari pemahaman cerita, diperoleh pengetahuan tentang isi cerita. Kedua mengetahui unsur-unsur cerita yang meliputi tokoh-tokoh dalam cerita, mengetahui karakter-karakter tokoh dalam cerita, mengetahui alur cerita. Kemudian peneliti menganalisis hubungan antar tokoh, penokohan, dan alur. Setelah ditemukannya hubungan tokoh, penokohan, dan alur. Ketiga menguraikan amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui peristiwa-peristiwa pada setiap alur. Pada akhirnya ditemukan manfaat untuk pembaca dan terakhir peneliti menyusun hasil analisis sebagai sebuah hasil penelitian.

(10)

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian disusun dalam lima bab pembahasan. Sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I dijelaskan latar belakang yang berisi hal-hal menarik pada objek penelitian. Kemudian ditemukan rumusan masalah yang berisi permasalahan pada objek penelitian. Dikarenakan adanya masalah, ditemukan tujuan penelitian berisi jawaban atas pertanyaan dari rumusan masalah. Penelitian memiliki batasan-batasan penelitian yang akan dibahas pada rumusan masalah. Batasan-batasan ditentukan oleh peneliti. Penelitian menggunakan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan teori atau objek penelitian ini untuk menjadi tinjauan pustaka. Objek penelitian yaitu, naskah drama atau naskah ketoprak dan teori struktural. Tinjauan pustaka menunjukkan keaslian penelitian ini karena belum pernah dilakukan penelitian serupa dengan penelitian ini. Untuk melakukan penelitian, peneliti membutuhkan landasan teori yang berisi teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran, yaitu teori struktural. Kemudian setelah menetapkan teori yang digunakan, metode penelitian berisi tahap-tahap yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Terakhir adalah sistematika penyajian yang berisi urutan penyajian hasil penelitian dari pembahasan bab pertama sampai dengan daftar pustaka.

(11)

BAB II Rangkuman Cerita

Pada bab kedua berisi rangkuman cerita naskah ketoprak Kembang Katresnan dalam bahasa Indonesia.

BAB III Tokoh, Penokohan, Alur, dan Latar

Pada bab ketiga berisi analisis tokoh, penokohan, dan alur. Tokoh dibedakan menjadi tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh serba-bisa, dan tokoh statis. Kemudian setelah menganalisis tokoh-tokoh dan karakter masing-masing tokoh, dapat dipaparkan alur cerita yang berawal dari eksposisi, menuju komplikasi, sampai pada konflik dan akhirnya pada resolusi cerita. Setelah itu, menghubungkan antara tokoh dan karakternya dengan alur cerita. Latar digunakan untuk mengetahui kapan, dimana, dan bagaimana suasana terjadinya peristiwa.

BAB IV Amanat

Pada bab keempat berisi tentang amanat yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dianalisis melalui peristiwa-peristiwa pada setiap alur.

BAB V Kesimpulan

Pada bab kelima berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan menguraikan tentang apa yang telah dianalisis dari naskah ketoprak Kembang Katresnan. Kesimpulan berisi hasil dari analisis, yaitu tujuan untuk menemukan amanat yang ingin disampaikan pengarang.

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pesta adat perkawinan yang dilakukan masyarakat Nias di Kota Medan, tari Maena yang disajikan pada saat pesta pernikahan menggunakan Keyboard sebagai alat

Dan karena terdapat pertentangan satu sama lain pada beberapa kriteria yang juga merupakan fungsi tujuan, maka diperlukan adanya pertukaran (trade off) yang dilakukan

Di daerah@daerah yang sulit ter.angkau dan pada kasus risiko tinggi yang .elas memerlukan  penanganan di fasyankes yang memadai, maka ibu hamil diupayakan harus sudah berada di

persetujuan tersebut dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing The World

Agar validitas metode ini terjamin, maka akan diberikan suatu contoh kasus dari persamaan integral fuzzy Volterra dan membandingkan penyelesaian eksak dan

Bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan Penggugat didampingi kuasa hukumnya, telah datang menghadap, demikian juga Tergugat I dan Tergugat III telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi penerapan prinsip-prinsip GCG yang terdiri dari transparancy, accountability, responsibility, independency

Pada kesempatan ini, Bapak mengucapkan terima kasih kepada Pembina OSIS, Pada kesempatan ini, Bapak mengucapkan terima kasih kepada Pembina OSIS, seluruh