• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Fosfat dan Minyak Lemak pada Limbah Cair Oleokimia Dasar di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Fosfat dan Minyak Lemak pada Limbah Cair Oleokimia Dasar di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini.Tidak

akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih

sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk

keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan

pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 1995).

Air sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Air selalu berkaitan

erat dengan keberadaan makhluk biologis san kehidupannya dalam alam ini, dan

planet bumi tempat makhluk biologis tumbuh dan berkembang biak. Dalam

kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung pada air, dan kualitas kesehatan

juga sangat ditentukan oleh kualitas air untuk keperluan sehari-hari. Untuk

mendapatkan air yang baik, yaitu air dengan kualitas tertentu, pada saat ini di

beberapa tempat terutama pada daerah yang padat pemukiman sudah mulai sulit

karena adanya pencemaran air yang disebabkan oleh kegiatan manusia

(Situmorang, 2007).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang

seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar

tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar

oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari

(2)

Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena

tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut antara lain:

- Kegunaan air:

- Air untuk minum

- Air untuk keperluan rumah tangga

- Air untuk industri

- Air untuk mengairi sawah

- Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain

- Asal sumber air:

- Air dari mata air di pegunungan

- Air danau

- Air sungai

- Air sumur

- Air hujan, dan lain-lain

Air yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi

selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini

tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang

diambil dari pegunungan dan air hujan. Keduanya dianggap sebagai air bersih,

namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan seperti

tampak pada keterangan berikut ini:

Air hujan mengandung: SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C,O2, debu.

(3)

Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan

makhluk hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia, fisika

maupun untuk aktivitas kehidupan lainnya.

Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat di perbaharui, tetapi

kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam

pengelolaannya.pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut:

1. Melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga

kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik

maupun kimiawi.

2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga

proses fotosintesis dapat berjalan lancar.

3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan

mempertahankan rantai makanan.

4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin,sehingga

zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai

penyimpanan energi dan materi. Pada prinsipnya pengelolaan sumber daya alam

air ini, sangat bergantung pada bagaimana kita mempergunakan dan memelihara

serta memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi tanpa

merusak ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan lingkungan

sebaik-baiknya (Supardi, 1994).

(4)

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa diolah terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah

sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian

dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik

tenaga air (PLTA) (Kristanto, 2002).

2.2. Uji Kualitas Air

Untuk menetapkan kualitas air bersih sangat sulit karena ditentukan oleh banyak

faktor, seperti ditinjau dari kegunaan dan sumber air itu sendiri. Kegunaan air

dapat berupa untuk air minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, irigasi

pertanian dan perkebunan, perikanan,rekreasi dan lain-lain. Sedangkan kualitas air

berdasarkan sumbernya dapat berasal dari mata air pegunungan, air danau, air

sungai, air sumur ( air tanah), air hujan, air laut desalinasi, dan sumber air lainnya

yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan.

Untuk memberikan gambaran tentang kualitas air maka secara umum kualitas air

ditentukan berdasarkan beberapa parameter kualitas air, diantaranya kelarutan zat

padat di dalam air, konduktifitas ionik, kelarutan oksigen, pH, chemical oxygen

demand (COD), biological oxygen demand (BOD), dan total organik karbon.

(5)

2.2.1. Kelarutan total zat padat

Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas air,

karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat ditentukan oleh kelarutan

zat padat di dalamnya. Produktivitas air akan tinggi terhadap kehidupan

organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat terlarut tersebut

berupa nutrien dalam bentuk senyawa fosfat, nitrat, yang akan mendukung

kehidupan organisme. Air yang mengandung senyawa zat padat terlarut berupa

nutrien yang tinggi disebut eutrofik, sedangkan air yang mengandung sedikit zat

padat terlarut berupa nutrien berarti mempunyai daya dukung rendah terhadap

organisme disebut oligotrofik.

2.2.2. Konduktifitas ionik

Konduktifitas ionik sangat berguna untuk memberikan gambaran terhadap tingkat

kualitas air, karena pengukuran konduktifitas ionik adalah merupakan total

konduktifitas ion-ion yang terdapat di dalam larutan (air). Ion yang berbeda akan

memberikan konduktifitas yang berbeda. Pengukuran konduktifitas ionik air dapat

dilakukan dengan menggunakan konduktimeter, yaitu peralatan elektrokimia yang

dapat mengukur daya hantar (konduktans) air dengan menggunakan dua elektroda

planar.

2.2.3. Kelarutan oksigen

Kelarutan oksigen (DO) di dalam air merupakan indikator kualitas air karena

kadar oksigen yang terdapat di dalam air sangat di butuhkan oleh organisme air

dalam kelangsungan hidupnya. Kadar oksigen juga dapat di pergunakan sebagai

(6)

dapat terjadi dengan kehadiran zat-zat kimia yang menyebabkan reaksi kimia

mengonsumsi oksigen. Kadar oksigen juga digunakan sebagai indikator terhadap

melimpahnya pertumbuhan mikroorganisme di dalam air seperti bakteri atau alga

yang akan mengonsumsi oksigen dalam jumlah banyak. Secara umum kehidupan

organisme di dalam air dapat bertahan apabila kadar oksigen terlarut DO 5 mg/L

atau lebih, akan tetapi ada juga yang dapat bertahan pada DO rendah, tergantung

jenis organismenya.

2.2.4. Kebutuhan oksigen biologis (BOD)

Kebutuhan oksigen biologis atau biological oxygen demand (BOD) di defenisikan

sebagai pengukuran pengurangan kadar oksigen didalam air yang dikonsumsi oleh

mahkluk hidup (organisme) di daalam air selama periode 5 hari ada keadaan gelap

(tidak terjadi proses fotosintesa). Pengurangan kadar oksigen ini adalah

disebabkan oleh kegiatan organisme (bakteri) mengonsumsi atau mendegradasi

senyawa organik dan nutrien lain yang terdapat didalam air. Air yang relatif bersih

akan mengandung mikroorganisme relatif sedikit, sehingga pengurangan oksigen

didalam air selama periode 5 hari akan sedikit, sedangkan untuk air yang terpolusi

dan mengandung banyak mikroorganisme bakteri akan mengonsumsi banyak

oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan nutrien selama 5

hari,sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat besar.

2.2.5. Kebutuhan oksigen kimia

Kebutuhan oksigen kimia atau chemical oxygen demand (COD) didefenisikan

sebagai kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi senyawa kimia yang terdapat di

(7)

yang dapat dioksidasi di dalam air tetapi dengan menggunakan senyawa kimia

sebagai sumber oksigen.

2.2.6. Kekuatan asam (pH) dan alkalinitas

Tingkat keasaman air atau sering juga disebut sebagai kekuatan asam (pH)

trmasuk parameter untuk kualitas air. Air yang belum terpolusi biasanya berada

pada skala pH 6,0-8,0. Besar pH air dapat diukur dengan menggunakan pH meter.

Tingakt keasaman air tidaklah cukup sebagai parameter kualitas air,dan

parameter lainnya adalah alkalinitas. Untuk meyakinkan kualitas air yang

disebabkan oleh kehadiran senyawa alkali (basa) dapat dilakukan uji alkalinitas,

yaitu ditentukan berdasarkan banyaknya asam yang dibutuhkan untuk

mereaksikan seluruh senyawa basa yang terdapat didalam air (Situmorang, 2007).

2.3. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan

dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat

dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar.

Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan

udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya

selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan N2, serta

bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa hujan

dari atmosfir.

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan

(8)

maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air

kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai

air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air

minum (Kristanto, 2002).

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti

zat-zat oleh deterjen, asam belerang, dan zat-zat-zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan

pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran ini pun bisa juga oleh peptisida,

herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan, sehingga mutu

air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk

tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau

kotoran yang tidak berguna akibat proses kehidupan manusia yang sering

membuang sampah kedalam tanah/air(sungai). Hal ini jelas akan mempengaruhi

produktivitas air, tanah, dan lingkungan secara luas (Supardi, 1994).

2.3.1. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.

3. Adanya perubahan warna,bau dan rasa air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.

(9)

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Adanya tanda atau perubahan seperti tersebut di atas menunjukan bahwa air telah

tercemar. Masing-masing uraian indikator ini dijelaskan secara singkat berikut ini.

1. Adanya perubahan suhu air

Air sungai yang suhunya naik akan menganggu kehidupan hewan air dan

organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun

bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen

untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara

lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air maka makin sedikit

oksigen yang terlarut di dalammnya (Wardhana, 1995).

Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:

a. Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.

b. Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.

c. Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya

mungkin akan mati (Kristanto, 2002).

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH

berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar

kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang

(10)

mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan

buangan dari kegiatan industri yang di buang ke sungai akan mengubah pH air

yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air

(Wardhana, 1995).

3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa

Air bersih dalam keadaan normal tidak berwarna (bening), tidak berbau dan tidak

berasa. Masuknya limbah yang dapat larut ke dalam air akan dapat mengubah

warna, bau, dan rasa pada air. Perubahan warna dapat disebabkan oleh hasil

buangan berupa proses kimia yang dapat menghasilkan warna, atau berasal dari

degradasi senyawa-senyawa organik dan senyawa hasil degradasi melarutkan di

dalam air. Namun perlu diketahui bahwa air yang tidak berwarna tidak selalu

terbebas dari polusi, karena banyak bahan buangan (terutama bahan buangan

industri) yang dibuang ke dalam air tanpamelalui proses pengolahan air tidak

berwarna sehingga kelihatan fisik air tetap jernih akan tetapi sudah mengandung

banyak bahan pencemar berbahaya (Situmorang, 2007).

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau

air limbah dari kegiatan industri,atau dapat pula berasal dari hasil degradasi

bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Timbulnya bau pada air

lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat

pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal

dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti hal ini juga telah

(11)

dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH

air.

4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan

industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat

kalau tidak dapat larut sempurna akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai

ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal.

Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya

sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sianr matahari sangat di perlukan

oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak ada sinar

matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan

mikroorganisme jadi terganggu. Apabila endapan dan koloidal yang berasal dari

bahan buangan organik,maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen yang

terlarut didalam air, akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga

menjadi bahan yang lebih sederhana (Wardhana, 1995).

5. Adanya mikroorganisme

Kehadiran mikroorganisme di dalam air dapat digunakan sebagai indikator tingkat

pencemaran lingkungan. Keberadaan mikroorganisme seperti bakteri patogen di

dalam air sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit

bagi yang menggunakannya. Pembuangan limbah berupa limbah yang berasal dari

industri makanan dan limbah rumah tangga akan dapat meningkatkan jumlah

mikroorganisme di dalam air karena ketersediaan limbah makanan akan

(12)

Mikroorganisme yang terdapat didalam air dapat di kelompokkan sebagai bakteri,

fungi dan alga (Situmorang, 2007).

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila

tidak ditangani dengan benar maka tidak di benarkan dan sangat tidak etis bila ada

yang membuang bahan sisa radiokatif ke lingkungan. Secara nasional sudah ada

peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif.

Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi

pelaksanaan peraturan perundangan tersebut. Pemakaran batu bara adalah salah

satu sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas lingkungan (Wardhana, 1995).

2.3.2. Komponen Pencemaran Air

1. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat adalah limbah padat berupa butiran besar dan halus yang

masuk kedalam air. Sebagian dari bahan buangan padat inin dapat melarut,

sebagian lagi membentuk koloid,dan yang lainnya tidak dapat melarut dalam air.

2. Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik biasanya dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Bahan

buangan organik sebaiknya jangan masuk kedalam air karena senyawa organik

akan dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri.

Meningkatnya jumlah bakteri, terutama bakteri patogen akan sangat berbahaya

bagi kesehatan manusia bila air yang terkontaminasi organisme dikonsumsi

(13)

3. Bahan Buangan Anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat

membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan

anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion

logam di dalam air (Wardhana, 1995).

4. Bahan Buangan Makanan

Bahan buangan makanan merupakan bahan buangan organik, dan diberikan

pengelompokan khusus karena bahan buangan makanan pada umumnya akan

memberikan bau busuk, terutama yang mengandung nitrogen yang berasal dari

hasil degradasi senyawa protein dan asam amino oleh mikroorganisme.

5. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Bahan buangan cairan berminyak disebabkan oleh pembuangan limbah minyak

oleh industri pengolahan minyak dan curahan bahan berminyak kr dalam air

(sungai dan laut) oleh mesin bertransportasi perairan. Bahan cair berminyak akan

mempengaruhi kehidupan air karena lapisan minyak didalam air akan

menghalangi masuknya oksigen ke dalam air, sehingga akan mengurangi

kelarutan oksigen didalam air.

6. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia termasuk pencemar yang sangat bebahaya dan potensil

(14)

secara langsung atau melalui mediasi. Beberapa zat kimia yang umum dikenal

sebagai pencemar diantaranya deterjen, insektisida, zat warna kimia, senyawa

organik, bahan sintesis, larutan penyamak kulit, dan lain-lain (Situmorang, 2007).

2.3.3. Dampak Pencemaran Air

1. Dampak transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama

diare, kolera, typhus abdominalis,disentri basiler.

2. Menjadi media berkembang biak mikroorganisme patogen.

3. Menjadi tempat-tempat berkembang biak nyamuk atau tempat hidup larva

nyamuk.

4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta mengurangi estetika.

5. Merupakan sumber pencemar air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup

lainnya.

6. Menimbulkan ketidaknyamanan dan dapat mengurangiproduktivitas

manusia (Zulkifli, 2014).

2.3.4. Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan

berbagai faktor sebagai berikut:

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu

(15)

2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi antarpolutan satu dengan

lainnya.

3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang

tupah diperairan.

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan.

Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.

5. Limbah radioaktif harus diproses terlebih dahulu agar tidak mengandung

bahaya radiasi dan barulah di buang di perairan.

6. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan

menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan

umum (Supardi, 1994).

2.4. Limbah Cair

2.4.1. Pengertian Air Limbah

Menurut PP No 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau

kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair atau air buangan adalah sisa air yang

dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum

lainnya, dan pada umunya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat

membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.

Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu fisika dan

sifat agregat, parameter logam, anorganik nonmetalik, organic agregat dan

(16)

Apabila limbah cair yang mengandung bahan pencemaran tersebut langsung

dialirkan ke sungai atau danau akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada

badan air tersebut. Pemerintah telah menetapkan baku mutu efluen dan baku mutu

beberapa badan air sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu efluen bagi industri

diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

KEP-51/MENLH/10/1995. Baku mutu menetapkan kualitas dan jumlah (debit)

maksimal yang diizinkan (harus dipenuhi). Kualitas efluen dalam baku mutu

ditetapkan dengan memberikan batasan maksimal beberapa parameter bahan

pencemar yang terdapat dalam efluen suatu jenis industri. Pengolahan air limbah

ditujukan agar efluen dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Baku

mutu air limbah juga menetapkan debit maksimal efluen, sehingga pengambilan

air juga akan terkendali dan dapat menjaga ketersediaan sumber air baik air

permukaan maupun air tanah dalam (Zulkifli, 2014).

2.4.2. Jenis Air Limbah

1. Limbah cair domestik

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan,

perdagangan, perkantoran, dan saran sejenisnya. Volume limbah cair dari daerah

perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung

pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang

mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang

menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari bisa

digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan

(17)

2. Limbah cair industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha

yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak

dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga

cenderung untuk dibuang (Asmadi, 2012).

2.5. Pengolahan Limbah Cair

Air buangan berupa limbah cair umumnya mengandung beberapa

komponen pencemar seperti senyawa kimia pengoksidasi dan pereduksi, sedimen,

kotoran, lumpur, minyak, bakteri, bakteri patogen, virus, garam, nutrien, pestisida,

senyawa organik, logam berat, dan bahan lainnya. Agar air limbah dapat

dipergunakan kembali atau dibuang kembali ke lingkungan maka perlu dilakukan

usaha untuk memisahkan bahan-bahan komponen pencemar ini dari dalam air.

Langkah yang digunakan untuk mengolah limbah cair dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu: Pengolahan limbah primer, Pengolahan limbah sekunder,

Pengolahan limbah tersier.

2.5.1. Pengolahan Limbah Primer

Pengoalahan limbah primer terhadap air limbah cair adalah penghilangan

bahan padat yang tidak melarut di dalam air seperti sampah, kotoran dan lain-lain.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan limbah primer adalah

skrining, yaitu menghilangkan bahan pencemar yang berukuran besar yang masuk

(18)

langkah selanjutnya adalah penghilangan partikel kecil yang tidak dapat dijaring

dengan menggunakan Grit removal, yaitu bahan yang trbuat dari materi yang

tidak dapat diurai oleh mikroorganisme berbentuk seperti pasir sehingga limbah

cair di lewatkan dari bahan tersebut bertujuan sebagai penyaring untuk

menghilangkan partikel lebih kecil. Tahap berikutnya adalah proses sedimentasi

primer untuk menghilangkan benda adat yang mengapung dan mengendap. Proses

ini dilakukan dengan penambahan senyawa kimia agar bahan pencemar dapat

mengapung atau mengendap berupa lemak dan dapat dikumpulkan.

2.5.2. Pengolahan Limbah Sekunder

Pengolahan limbah sekunder biasanya dilakukan melalui proses biologi.

Pengolahan limbah sekunder dengan proses biologi adalah memberikan

kesempatan kepada mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik yang

terdapat didalam air melalui penambahan oksigen sampai BOD air telah

berkurang sampai kadar yang di terima.

2.5.3. Pengolahan Limbah Tersier

Pengolahan limbah tersier adalah pengolahan lanjutan dari dari

pengolahan sekunder sehingga semua bahan pencemar yang terdapat didalam air

harus diyakinkan telah hilang dari air, dan air dapat dipergunakan kembali untuk

keperluan rumah tangga. Pengolahan limbah tersier ini adalah penghilangan bahan

pencemar berupa kontaminan yang tidak dapat terlihat oleh mata. Pengolahan

tersier dapat dikategorikan menjadi: Pembebasan bahan padat tersuspensi,

menghilangkan bahan organik terlarut, penghilangan bahan anorganik terlarut

(19)

2.6. Fosfat

Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat

,polifosfat, fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk

terlarut, tersuspensi atau terikat didalam sel organisme air. Di daerah pertanian

ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau

melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui

air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen yang

mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya.

Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa

makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui

proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi

pertumbuhannya. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh

terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (<

0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan

oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan

ganggang tidak terbatas lagi (keadaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah

oksigen terlarut dalam air. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kelestarian

ekosistem perairan (Alaerts, 1984).

Dalam air, fosfor merupakan suatu komponen yang sangat penting dan

sering menimbulkan permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari

beberapa unsur essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan

ganggang yang berlebihan disamping hancurnya biomas dapat menyebabkan

(20)

pupuk, limbah domestik, hanciran bahan organik, dan mineral fosfat (Achmad,

2004).

2.7. Minyak/Lemak

Minyak mengandung senyawa volatile yang mudah menguap, namun

masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat

larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika

minyak tersebut terdampar ke pantai atau tanah di sekeliling sungai. Minyak yang

menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.

Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen yang

terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya,

terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho, 2006)

Minyak tidak dapat larut dalam air, melainkan akan mengapung di atas

permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan

akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan

berminyak mengandung senyawa volatile maka akan terjadi penguapan dan luasan

permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan

luasan permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu. Lapisan

minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh

mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama.

Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan menggangu kehidupan

organisme didalam air. Hal ini disebabkan oleh :

a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari

(21)

berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan menggangu kehidupan

hewan air.

b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi

masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman

ait tidak dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya

dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi. Kandungan

oksigen dalam air menjadi semakin menurun.

c. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak

pada permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena

bulunya menjadi lengket, tidak bisa mengembang lagi akibat terkena

minyak (Wardhana, 1995)

2.8. Spektrofotometri

Alat yang digunakan untuk menganalisa spektrofotometri adalah

spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitransi

atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran

terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin

juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai

manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Dan

biasanya dalam praktek alat sinar tunggal dijalankan dengan tangan dan

alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorpsi (Day &

Underwood, 1989).

Spektrofotometer terdiri atas alat spektrometer dan fotometer.

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

(22)

atau diabsorbsikan. Jadi spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk

mengukur energi secara reaktif apabila energi tersebut ditransmisikan,

direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan

spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari

sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini dapat diperoleh dengan alat pengurai

seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan

diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yaang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Fotometer filter ini tidak

mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,

melainkan melalui suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.

Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yng benar-benar

terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorpsi untuklarutan sampel atau blanko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko atau pembanding

(Khopkar, 1990).

Kesalahan-kesalahan dalam spektrofotometer, dapat dicegah dengan

memperhatikan:

1. Sel-sel contoh harus bersih

2. Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu

(23)

4. Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik

5. Penerapan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang-kadang

6. Penyimpangan atau ketidakstabilan didalam sirkuit harus diperbaiki

7. Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan jika

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip perhitungan massa gas CO 2 dapat dilakukan dengan berdasarkan pada berat kering biomassa dan perhitungan persamaan gas ideal. Prinsip perhitungan berdasarkan

Pelaksanaan jual beli arisan uang yang terjadi di Desa Sidokumpul Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik yaitu peserta penjual menjual nama arisan yang dimilikinya kepada pihak yang

Model User Interface Permainan Puzzle Gambar sesuai User Experience pada Anak Usia Dini dengan Metode..

5) Anjar Permana (2012) Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Yang Diberikan Terhadap Rentabilitas. Dari hasil Uji Hipotesis dapat ditarik kesimpulan bahwa Dana pihak

Sampel yang disentrifugasi dengan kecepatan tinggi dan gaya sentrifugal menyebabkan komponen yang lebih besar dan lebih berat akan terendap di dasar tabung yang

Karakteristik bahan baku perekat untuk pembuatan biobriket adalah memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampurkan dengan bioarang, mudah terbakar, tidak berasap, mudah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar matematika siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif dengan aktivitas quick on the draw (kelas

KARAKTER TOKOH PEMIMPIN DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG SERTA PEMANFAATANNYA. SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS DI