BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji korelasi dengan desain potong lintang (cross sectional), untuk mengetahui apakah terdapat korelasi lamapaparan sulfur dioksida dengan kadar Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum (SPBU).
3.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdiri dari :
Ho : tidak terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar Protein C-Reaktif, nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP1/KVP, dan Aliran Ekspirasi Paksa 25-75% (AEP 25-75%) pada pekerja SPBU.
Ha : terdapat korelasi lama paparan sulfur dioksida dengan kadar Protein
3.3.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum ( SPBU ) di kecamatan Medan Amplas kota Medan. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 12 - 20 minggu.
3.4. Populasi dan sampel penelitian 3.4.1. Populasi target
Pekerja pengisi bahan bakar minyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum (SPBU) di Kecamatan Medan Amplas kota Medan.
3.4.2. Populasi terjangkau
Pekerja Stasion Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum di Kecamatan Medan Amplas dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja SPBU yang sesuai kriteria inklusi dan kriteria ekslusi di SPBU Kecamatan Medan Amplas kota Medan. Perhitungan besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sampel untuk uji korelasi dengan teknik sampling stratified sampling. Pertama ditentukan besar sampel total dengan rumus (Dahlan, M.S, 2013)
�= ��1−∝/2
2 �2
(� −1)�2+�1−∝2 /2�2
Dengan n = besar sampel minimal total N = besar populasi
Z1-α/2
tingkat kepercayaan 95%, maka nilai Z
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, dengan
σ = nilai simpangan baku di populasi; berdasarkan penelitian Halim dan Ghozali (2011) ditetapkan sebesar 0,12
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir; ditetapkan sebesar 0,03
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas maka diperoleh : �= ��1−∝/2
Setelah didapat besar sampel minimal 48 orang, kemudian dihitung jumlah sampel berdasarkan pembagian SPBU dengan rumus
�� = �� ��
Dengan ni
n = besar sampel minimal total = sampel untuk stratum i
N = besar populasi
Ni = besar populasi untuk stratum i
Maka didapati perhitungan untuk setiap SPBU sebagai berikut:
No. Nomor SPBU Jumlah Pekerja Operator Pompa Jumlah Sampel
3.5.Subjek Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi
Kriteria yang termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pekerja SPBU jenis kelamin laki – laki dan perempuan 2. Umur pekerja minimal 18 tahun – 40 tahun
3. Lama bekerja minimal 1 tahun 4. Jam bertugas minimal 8 jam per hari 3.5.2. Kriteria eksklusi
Kriteria yang tidak termasuk menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menderita Asma, SOPT ( sindroma Obstruksi Paska TB Paru ) atau riwayat TB Paru dan kelainan paru lainnya
2. Penyakit Paru Obstruktif 3. Merokok
4. Gangguan dan Penyakit Hati 5. Obesitas
3.6.Variabel penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen • Lama Paparan Sulfur Dioksida • C-Reactive Protein
• Volume Ekspirasi Paru Detik • Kpasitas Volume Paru
1
• Rasio VEP1/KVP
• Aliran Ekspirasi Paksa 25-75%
3.7.Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Skala
1 Jenis kelamin Seluruh pekerja operator SPBU berjenis kelamin laki – laki dan perempuan
Nominal
2 Lama Bekerja Jumlah tahun bekerja sebagai operator Stasiun Pengisian bahan Minyak Untuk Umum minimal 1 tahun
Responden dibagi dalam dua kelompok :
1. Responden dengan lama kerja dibawah 5 tahun, 2. Responden dengan lama
kerja sama atau lebih dari 5 tahun
Ordinal
3 Jam Kerja Jumlah jam bekerja perhari minimal adalah 8 jam
Nominal
4 Konsentrasi Sulfur Dioksida
Konsentrasi sulfur dioksida yang diuji dengan metode
pararosanilin
Rasio
5 Kadar C-Reactive Protein
Serum plasma pekerja operator SPBU yang diuji dengan Metode ELISA
6 Nilai VEP1 Volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama dengan ekspirasi paksa
Rasio
7 Nilai KVP Volume udara yang dikeluarkan secara maksimal setelah
menghirup udara semaksimal mungkin
Rasio
8 Nilai VEP1/KVP Nilai perbandingan VEP1 dengan KVP
Rasio
9 Nilai AEP 25-75% Arus ekspirasi paksa dari keadaan 25% kapasitas vital sampai ke 75% kapasitas vital
Rasio
3.8.Bahan, Alat dan Cara Kerja
Bahan , cara maupun alat kerja dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi persiapan formulir berupa data sampel yang dibutuhkan sebagai variabel dari penelitian. Alat – alat yang dipergunakan dalam mendukung variabel penelitian adalah uji kadar konsentrasi Sulfur Dioksida dengan alat Impringer, yang dilakukan di lpangan bekerja sama dengan tim Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, pemeriksaan C-Reactive Protein dengan metoda ELISA dilakukan di Laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bersama peneliti dan teknisi laboratorum, uji fungsi paru dengan Spirometri untuk memperoleh nilai VEP1,
KVP, Rasio VEP1/KVP dan AEP 25 – 75% dimana uji tersebut
3.9.Kerangka Operasional
3.10 Analisis data
Seluruh data yang diperoleh dicatat dan ditabulasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data terdistribusi normal dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smimov terhadap umur, masa kerja, jenis kelamin.
2. Dilakukan uji homogenitas varians dengan mengguanakan Uji Levene. 3. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene menunjukkan data
terdistribusi normal dan memenuhi homogenitas varians maka dilakukan analisis bivariat yaitu uji beda mean dengan Uji T untuk melihat perbedaan rata-rata nilai CRP, VEP1, KVP, VEP1/KVP, dan AEP 25-75% pada kelompok lama kerja dibawah 5 tahun dan sama atau lebih dari 5 tahun. 4. Jika hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Levene tidak menunjukkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pekerja operator SPBU sebanyak 71 orang berasal dari 5 tempat SPBU di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Dari 71 responden sebanyak 12 responden tidak memenuhi syarat inklusi sehingga tidak dimasukkan dalam sampel terpilih. Responden yang memenuhi syarat inklusi adalah sebanyak 59 responden dari 48 responden yang direncanakan berdasarkan perhitungan besar sampel.
4.1.1. Karakteristik Responden
4.1.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur No. Umur (tahun) Jumlah Persentase
Dari Tabel 4.1 didapati bahwa berdasarkan umur didapati bahwa umur pekerja terbanyak adalah usia < 25 tahun yaitu 20 orang ( 49.2%), sedangkan kelompok umur 25 – 34 tahun adalah sebesar 19 orang (32.2%). Hanya sebanyak 7 orang (11.9%) pekerja berumur 35 – 44 tahun, 3 orang (5.1%) berumur 45 – 54 tahun dan 1 orang (1.7%) berumur 55 – 64 tahun.
4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 2
Laki-Laki Perempuan
37 22
62.7% 37.3%
Total 59 100%
4.1.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja
Distribusi lama kerja dari responden dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja No. Lama Kerja Jumlah Persentase
1
Berdasarkan lama kerja pekerja didapati bahwa kelompok terbanyak adalah pekerja yang telah bekerja lebih atau sama dengan 5 tahun yaitu sebanyak 29 orang (49.2 %), sedangkan 30 orang (50,8%) telah bekerja dibawah 5 tahun. 4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Kerja
Distribusi responden berdasarkan tempat kerja disajikan dalam Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja
No. Tempat Kerja Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
SPBU No. 14.201.127 SPBU No. 14.201.126 SPBU No. 14.202.141 SPBU No. 14.201.185 SPBU No. 14.202.162
Dari penelitian ini diperoleh data bahwa pekerja terbanyak berasal dari SPBU No.14.201.127 yaitu 17 orang (28.8%), 13 orang (22%) dari SPBU No. 14.201.185, masing – masing sebanyak 10 orang (16.9%) di SPBU No. 14.202.126 dan 10 orang (16.9%) SPBU No.14.201.141 dan 9 orang (15.3%) di SPBU No. 14.202.162.
4.1.2. Karakteristik Jumlah Kendaraan di SPBU
Selama pengambilan data konsentrasi sulfur dioksida dengan metode pararosanilin, dilakukan juga penghitungan jumlah kendaraan yang memasuki SPBU selama pengambilan data berlangsung. Berikut gambaran jumlah kendaraan yang memasuki SPBU dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Gambaran Jumlah Kendaraan yang Memasuki SPBU
No. SPBU Mobil Truk Minibus
/ Pickup
Angkot Sepeda
Motor
SPBU No. 14.201.127
SPBU No. 14.201.126
SPBU No. 14.202.141
SPBU No. 14.201.185
SPBU No. 14.202.162
272
Dari Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa SPBU dengan jumlah kendaraan terbanyak adalah SPBU No. 14.202.141 dengan 1.562 kendaraan dan SPBU dengan jumlah kendaraan paling sedikit adalah SPBU No. 14.201.126 dengan 578 kendaraan. Berdasarkan jenis kendaraan, maka sepeda motor memiliki jumlah terbanyak dengan total 3.496 sepeda motor yang memasuki seluruh SPBU pada saat pengambilan data kadar sulfur dioksida berlangsung.
Berdasarkan pengujian laboratorium udara dengan metode Pararosanilin terhadap Sulfur Dioksida dengan hasil analisa telah di konversi dengan keadaan Normal (N) Suhu 25°C, Tekanan 760 mmHg, serta merujuk kepada Baku Mutu PP No.41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, KEPMENLH No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, KEPMENLH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan serta Parameter Sudah Terakreditasi KAN No.LP-692-IDN, maka distribusi ambient udara dengan parameter sulfur dioksida dapat terlihat pada tabel 4.5. di bawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Udara Ambien Parameter Sulfur Dioksida
No. SPBU Mean ± SD (µg/m3)
1 2 3 4 5
SPBU No. 14.201.127 SPBU No. 14.201.126 SPBU No. 14.202.141 SPBU No. 14.201.185 SPBU No. 14.202.162
241.40 ± 26.197 216.53 ± 37.683 230.40 ± 32.369 253.40 ± 19.909 235.27 ± 34.605 Mean Total 237.03 ± 12.090
241.40 ± 26.197µg/m³. Selanjutnya SPBU No. 14.202.162 dengan nilai rata-rata 235.27 ± 34.605 µg/m3 dan SPBU No. 14.202.141 dengan nilai rata-rata sulfur dioksida adalah 230.40 ± 32.369 µg/m³.
Gambar 4.1. Gambaran Konsentrasi Sulfur Dioksida di Setiap SPBU
4.1.4 Hubungan antara Jumlah Kendaraan dengan Konsentrasi Sulfur Dioksida
Sebagai hasil tambahan, peneliti menilai hubungan antara jumlah kendaraan yang memasuki SPBU pada saat pengambilan data konsentrasi sulfur dioksida dengan metode pararosanilin terhadap konsentrasi sulfur dioksida yang didapat dan disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.7.
261,6
211,8241,40 230,8216,53 194,6230,40 234,8 201 253,40
14.201.127 14.202.126 14.202.141 14.202.185 14.202.162
K
Tabel 4.7. Gambaran Jumlah Kendaraan dan Konsentrasi Sulfur Dioksida
SPBU No. 14.201.127
SPBU No. 14.201.126
SPBU No. 14.202.141
SPBU No. 14.201.185
SPBU No. 14.202.162
1.291
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi dan T-test antara Konsentrasi Sulfur Dioksida terhadap Jumlah Kendaraan
Variabel Hasil Uji Korelasi Nilai t-test
Konsentrasi Sulfur Dioksida
terhadap Jumlah Kendaraan
0.469; p = 0,0001* 23.738; p = 0,0001*
*p < 0,05
4.1.5. Gambaran Interpretasi Hasil Spirometri Responden
Terdapat 4 kemungkinan hasil uji spirometri yang dilakukan, yaitu normal, kelainan obstruksi saja, kelainan restriksi saja, dan kelainan obstruksi disertai restriksi. Adapun dari hasil interpretasi uji spirometri pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Spirometri
Kategori Hasil Spirometri Frekuensi Persentase
Normal
Restriksi
Obstruksi
Restriksi dan Obstruksi
Total
22
33
0
4
59
37.3 %
55.9 %
0 %
6.8 %
100%
Dari tabel 4.9 dijumpai bahwa lebih dari setengah responden pada penelitian ini mengalami kelainan restriksi paru saja sebesar 33 responden (55,9%), dan 4 responden mengalami kelainan paru campuran restriksi dan obstruksi (6,8%).
4.1.6.Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan Lama Kerja
Tabel 4.10. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri berdasarkan Lama Kerja
Lama Kerja (tahun)
Interpretasi Spirometri
Total Normal Restriksi
Saja
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa pada responden dengan lama kerja dibawah 5 tahun dijumpai 17 responden dengan kelainan paru restriksi saja dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan obstruksi. Sedangkan pada responden dengan lama kerja 5 tahun atau lebih dijumpai 16 responden dengan kelainan restriksi saja dan 2 responden dengan kelainan paru restriksi dan obstruksi.
4.1.7 Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.11. Gambaran Interpretasi Uji Spirometri Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Interpretasi Spirometri
Total Normal Restriksi Obstruksi Restriksi +
Obstruksi
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok responden laki-laki terdapat 26 responden dengan kelainan paru atau 70.27% dari total responden laki-laki. Sedangkan pada kelompok responden perempuan terdapat 11 responden dengan kelainan paru atau 50% dari total responden perempuan.
4.1.8. Karakteristik Variabel Berdasarkan Lama Kerja
Pada penelitian ini dilakukan penilaian h-CRP dan Uji Spirometri sebagai variabel dependen dan lama kerja sebagai variabel independen. Adapun komponen uji spirometri yang dinilai adalah Volume Ekspirasi Paksa 1 detik (VEP1), Kapasitas Vital Paru (KVP), Rasio VEP1 dengan KVP (VEP1/KVP) dan
Tabel 4.12. Karakteristik Variabel Dependen Variabel Kelompok Lama
Kerja
236,32447 ± 11,019267 237,75859 ± 13,263173
0,0650490 ± 0,05017814 0,0606514 ± 0,03822895
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians sebagai uji asumsi untuk melakukan uji statistik parametrik. Adapun hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varians dengan uji Levene.
Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji Levene Variabel Nilai Uji Levene Nilai p
SO h-CRP
2
VEP KVP
1
VEP1/KVP AEP 25-75%
2.647 1.577 2.959 4.267 1.948 5.229
0.109* 0.214* 0.091* 0.043 0.168*
0.026 *p > 0,05; berarti data memenuhi homogenitas varians.
4.1.9. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman. Berikut adalah hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini.
Tabel 4.15. Hasil Uji Korelasi antara Lama Kerja dengan nilai CRP dan Uji Spirometri
CRP VEP1 KVP VEP1 AEP
25-75% /KVP
Lama Kerja
Nilai Korelasi Spearman
Nilai p
0,01
0,94
- 0,191
0,147
- 0,212
0,107
- 0,304
0.019*
- 0,123
0,351 *p < 0,05
Tabel 4.16. Hasil Uji Korelasi Pearson Variabel
Jumlah Kendaraan 1
* p < 0.05; korelasi dinyatakan signifikan
Pada tabel 4.16. dijumpai terdapat korelasi signifikan antara umur dengan parameter fungsi paru (VEP1/KVP, VEP1, KVP, dan AEP 25-75%) dimana
semuanya menunjukkan korelasi yang negatif. Selanjutnya dijumpai korelasi yang positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap jumlah kendaraan di SPBU. Juga dijumpai korelasi yang positif signifikan antara VEP1/KVP terhadap
VEP1 dan AEP 25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP1 dan
KVP, serta antara KVP dan AEP 25-75%.
4.2. Pembahasan
Penelitian ini menguji korelasi antara lama kerja dengan nilai pemeriksaan CRP dan uji spirometri pada pekerja SPBU di wilayah Medan Amplas. Dari hasil uji korelasi didapatkan hasil korelasi negatif signifikan antara lama kerja dengan nilai VEP1/KVP, sedangkan untuk nilai hasil CRP dijumpai korelasi positif tidak
signifikan dan untuk hasil VEP1, KVP, dan AEP 25-75% dijumpai korelasi positif
Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat dalam penelitian Bhide et al (2014) yang membandingkan hasil uji spirometri antara kelompok pekerja SPBU dengan lama kerja diatas 5 tahun, dibawah 5 tahun dan kelompok kontrol. Dalam penelitiannya Bhide menemukan perbedaan signifikan pada parameter VEP11/KVP dan AEP 25-75%, sementara pada parameter VEP1
Sedangkan pada penelitian Chawla (2008) yang melihat hasil uji spirometri pada pekerja SPBU berdasarkan lama kerja dan paparan merokok, dijumpai hasil KVP yang menurun signifikan tanpa dipengaruhi efek paparan merokok, hasil VEP
dan KVP tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.
1
Priyadarshini et al (2014) menyebutkan bahwa AEP 25-75% merupakan indikator terbaik untuk melihat gangguan jalan nafas kecil dan merupakan prediktor yang baik untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) pada orang sehat. Hasil penelitian Priyadarshini pada pekerja SPBU menunjukkan penurunan signifikan pada parameter VEP
yang menurun signifikan, dan hasil AEP 25-75% yang menurun signifikan. Hasil ini memiliki tren yang sama dengan penelitian ini, namun pada penelitian ini korelasi negatif yang dihasilkan tidak signifikan. Hal ini mungkin terjadi akibat sampel yang terlalu kecil, batasan lama kerja yang sempit dan tidak adanya kelompok kontrol. Hasil penelitian Chawla juga menemukan bahwa pada pekerja SPBU dengan lama kerja lebih dari 11 tahun dijumpai penurunan AEP 25-75% hingga kurang dari 70%. Hal ini menunjukkan paparan jangka panjang dari sulfur dioksida dapat menyebabkan penurunan di parameter AEP 25-75%.
1, KVP, dan AEP 25-75, sedangkan pada
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Begum dan Rathna (2012) yang menemukan penurunan signifikan untuk parameter KVP dan VEP1 namun tidak menemukan penurunan yang signifikan untuk parameter
VEP1/KVP. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan waktu pengukuran serta
gambaran karakteristik responden, dimana pada penelitian ini secara usia karakteristik responden relatif muda (mean = 27,42 tahun). Sementara pada penelitian Choudari et al (2013) ditemukan penurunan signifikan untuk KVP dan VEP1
Penelitian yang dilakukan oleh Central Pollution Control Board, Ministry of Environment & Forest Delhi tahun 2012 menunjukkaan adanya hubungan kuat dan signifikan antara polusi dan particulate matter terhadap penurunan fungsi paru. Hasil penelitian tersebut menujukkan korelasi sebesar r = 0,74 (p < 0,0005) terhadap KVP dan r = 0,62 (p < 0,0005) terhadap VEP
.
1
Sementara untuk variabel CRP, dalam penelitian ini didapatkan hasil korelasi dengan nilai r = 0,01 dengan p = 0,94. Hasil ini menunjukkan korelasi positif yang kecil dan tidak signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rückerl et al (2007) dalam studi AIRGENE (Air pollution and Inflammatory Response in Myorcardial Infarction Survivors: Gene-environment
menemukan adanya hubungan antara polutan dengan nilai CRP, namun studi ini menemukan hubungan antara polutan dengan nilai IL-6 dan fibrinogen.
CRP, IL-6 dan fibrinogen ketiganya merupakan reaktan fase akut, namun tidak adanya hubungan CRP terhadap polutan mungkin dikarenakan dua faktor yaitu kadar CRP pada responden dengan usia muda relatif lebih rendah, dan kedua adanya bias yaitu konsumsi statin pada subjek studi ini, dimana statin memiliki efek menurunkan CRP. Pada penelitian ini faktor usia mungkin merupakan faktor utama yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara lama kerja terhadap nilai CRP (Rückerl et al, 2007).
CRP dapat dilakukan dengan sampel jaringan saluran nafas bawah sehingga hasil yang didapat lebih representatif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini antara lain: 1. Pada pengukuran konsentrasi sulfur dioksida yang dilakukan dengan
merata-ratakan konsentrasi yang didapat antara di depan SPBU, di mesin operator SPBU dan di belakang SPBU pada lima SPBU di wilayah kerja Medan Amplas, dijumpai nilai konsentrasi rata-rata sulfur dioksida adalah sebesar 237,03 ± 12,090 µg/m3
2. Hasil penilaian Protein C-Reaktif (CRP) rata-rata pada pekerja SPBU di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 0,0628875 ± 0,04437757 mg/L ,
,
3. Nilai Volume Ekspirasi Detik Pertama (VEP1) rata-rata pada pekerja SPBU di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 81,64 ± 20,491 % , 4. Nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) rata-rata pada pekerja SPBU di
Kecamatan Medan Amplas Kota Medan adalah 77,73 ± 21,288 % , 5. Rasio VEP1/KVP rata-rata pada pekerja SPBU di Kecamatan Medan
Amplas Kota Medan adalah 89,03 ± 9,919 % ,
saja, 4 responden (6,8%) memiliki gangguan fungsi tipe restriksi dan obstruksi dan tidak dijumpai responden dengan gangguan fungsi tipe obstruksi saja,
8. Dijumpai korelasi positif namun tidak signifikan antara lama kerja operator SPBU terhadap nilai CRP,
9. Dijumpai korelasi negatif yang tidak signifikan antara lama kerja operator SPBU terhadap nilai VEP1, KVP, dan AEP 25-75%,
10.Dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara lama kerja operator SPBU terhadap nilai VEP1/KVP.
11.Terdapat korelasi signifikan antara umur dengan parameter fungsi paru (VEP1/KVP, VEP1
12.Korelasi yang positif dan signifikan antara kadar sulfur dioksida terhadap jumlah kendaraan di SPBU.
, KVP, dan AEP 25-75%) dimana semuanya menunjukkan korelasi yang negatif.
13. Korelasi yang positif signifikan antara VEP1/KVP terhadap VEP1
14.Korelasi yang positif signifikan antara VEP
dan AEP 25-75%.
1
15. Korelasi yang positif signifikan antara VEP
dan KVP, serta antara KVP dan AEP 25-75%. .
1/KVP terhadap VEP1 dan AEP
25-75%, serta korelasi yang positif signifikan antara VEP1 dan KVP, serta
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan penelitian ini antara lain:
1. Bagi Hiswana Migas bekerja sama dengan Pertamina dan Dinas Kesehatan terutama Unit Kesehatan Kerja agar dapat mengimplementasikan hasil penelitian ini dan mengembangkannya untuk meningkatkan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri berupa masker saat bekerja dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin kepada operator SPBU. Selain itu sebagai fondasi untuk mencegah gangguan kesehatan pada pekerja SPBU dan meningkatkan kewaspadaan terhadap gangguan kesehatan akibat polusi udara, khususnya yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.
2. Bagi akademisi untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah jumlah sampel penelitian, melakukan penelitian skala besar, melakukan penelitian dengan desain longitudinal baik eksperimental maupun cohort, serta melakukan penelitian untuk pencegahan penyakit paru kerja akibat emisi dengan melakukan upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
3. Bagi klinisi di bidang kesehatan kerja dan ilmu kesehatan paru untuk dapat mengembangkan penelitian ini serta mengaplikasikannya kedalam suatu tatalaksana serta mengupayakan strategi untuk dapat mencegah terjadinya kelainan paru akibat emisi kendaraan bermotor