127
BAB 6
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan hasil penelitian, implikasi teoritis dan implikasi praktis, keterbatasan dan saran untuk penelitian yang akan datang. Bagian pertama memaparkan simpulan atas hasil pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. Bagian kedua menguraikan implikasi teoretis dan praktis hasil penelitian. Bagian ketiga menguraikan keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian yang akan datang.
6.1 Simpulan
Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa executive coaching
memengaruhi taktik pengaruh proaktif kepala penjualan (sales head dan key accound head). Temuan ini konsisten dengan pendapat Nieminen (2013) bahwa kinerja manajer yang mendapat executive coaching mengalami peningkatan signifikan dibanding kinerja manajer yang tidak mendapat
executive coaching dan executive coaching memberi manfaat penting untuk pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi melalui aktivitas yang dilakukannya (DeNisi dan Kluger, 2000; Kochanowski et al. 2010). Hal yang sama dilaporkan oleh Luthans dan Peterson (2003) bahwa terdapat pengaruh positif terhadap executive coaching.
128
efektif dalam proses/sistem pendidikan (Leithwood, 1994). Salma (2015) menguatkan bahwa tipe kepemimpinan transformasional lebih sukses di berbagai bidang perdagangan dibandingi dengan tipe kepemimpinan transaksional.
Penelitian ini mengusulkan keberadaan executive coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional memberikan taktik pengaruh proaktif terbaik, dengan menggunakan metode virtual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode virtual executive coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap taktik pengaruh proaktif, dan lebih baik dibanding dengan metode virtual executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional. Temuan ini mendukung penelitian bahwa tim
virtual coaching yang fokus pada membangun hubungan berdampak pada
coachee mampu melakukan kinerja dengan hasil yang lebih tinggi (Caulat, 2012) dan virtual coaching sebanding dengan coaching tatap muka (McLaughlin, 2013). Terbukti bahwa tipe kepemimpinan transformasional menyebabkan kinerja penjualan yang lebih tinggi (Humphreys, 2002; MacKenzie et al. 2001; Russ et al. 1996; Shoemaker, 1999), dan tipe kepemimpinan transformasional paling mirip dengan coaching atletik terbukti berhasil meningkatkan kinerja (Armstrong, 2001). Penelitian ini sejalan dengan Hoch dan Kozlowski (2012) bahwa dampak kepemimpinan transformasional dalam tim virtual memiliki hasil saling memengaruhi, sedangkan Purvanova dan Bono (2009) menemukan hasil bahwa kepemimpinan dengan tim virtual dibanding tim tatap muka hasilnya kepemimpinan transformasional memiliki kinerja yang lebih baik.
Budaya yang dibangun perusahaan yaitu integrity & honesty, maximum contribution, service excellent, dan improvement mampu mewadahi perkembangan teknologi dan selaras dengan penelitian ini. Bertambahnya kemacetan ibukota dan cabang-cabang di seluruh Indonesia, melalui teknik
129 hubungan pimpinan dan bawahan sangat kentara ketika menjalankan
coaching, hal ini sejalan dengan budaya kejujuran yang dikembangkan perusahaan sehingga berdampak pada karyawan saling memiliki integritas terhadap apa yang dikerjakan dan dipertanggung-jawabkan kepada perusahaan. Waktu yang seringkali menjadi hambatan, karena macetnya jalan di ibukota dan di luar Jabotabeka mendapatkan perhatian yang lebih cepat dengan teknik virtual coaching, sehingga mampu memaksimalkan kontribusi terhadap perusahaan.
Budaya kekeluargaan yang cukup kental di perusahaan dan adanya generasi X dan Y yang sangat besar, maka dengan metode virtual coaching
justru mampu memberikan peluang yang sangat baik untuk menutupi gap
sehingga bisa membantu kedekatan antara yang senior dan junior. Para senior dapat membimbing tanpa harus ada pertemuan fisik karena kesibukan manajerial dan rutinitasnya, dengan teknik tersebut kedekatan antara keduanya terus terjalin dan proses transfer knowledge dapat terwujud. Hal ini mampu membangun budaya baru sesuai dengan zaman dan para pemimpin perusahaan secara bertahap sudah melakukan transformasi diri.
6.2 Implikasi Penelitian 6.2.1 Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan implikasi secara teori bahwa virtual executive coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap taktik pengaruh proaktif. Temuan ini melengkapi hasil riset terdahulu yang menjelaskan bahwa executive coaching meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi yang belum melibatkan faktor tipe kepemimpinan. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa metode virtual executive coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan kinerja.
130
Luthans dan Peterson, 2003; Bogler, 2001; Salma, 2015; Hoch dan Kozlowski, 2012) dengan menunjukkan bahwa melalui virtual executive
coaching bagi para pimpinan yang menggunakan tipe kepemimpinan
transformasional memiliki dampak yang besar dalam proses keperilakuan taktik pengaruh proaktif. Hal ini dapat diaplikasikan untuk menjelaskan kepada perusahaan untuk melakukan pengambilan keputusan dalam pengembangan dan peningkatan kinerja karyawan.
6.2.2 Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini memberikan temuan bahwa virtual executive coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional dapat memberikan dampak pada peningkatan kinerja, khusus untuk para kepala penjualan. Metode pelatihan yang dapat digunakan untuk virtual executive coaching
dengan tipe kepemimpinan transformasional yaitu dengan cara memberi proses pembelajaran, antara lain menggunakan kata-kata proaktif, komunikasi dengan baik, menggunakan umpan balik (multisource feedback) untuk meningkatkan kepercayaan terhadap coachee. Melakukan latihan-latihan
coaching melalui email, BBM, SMS, WA, LINE dan yang lain untuk mendukung proses virtual coaching. Paling mendukung dalam hal ini kemampuan seseorang dalam mengungkapkan pikirannya melalui kata-kata yang dituliskan. Kata-kata yang dituliskan mampu dipahami oleh coachee, sehingga responnya sesuai yang diharapkan dan hasilnya menjadi maksimal.
131 dampak pada jumlah karyawan, sehingga perusahaan dapat melakukan prediksi untuk efisensi dan efektivitas terhadap pekerjaan.
Penggunaan virtual executive coaching ini juga dapat menjadi data untuk pengukuran kinerja karyawan, karena melalui virtual ini pimpinan yang lebih atas dapat melakukan tracking terhadap coaching yang dilakukan di level bawahnya. Demikian juga berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja, merupakan dukungan terhadap budaya yang dikembangkan perusahaan tentang maksimum kontribusi. Jika setiap karyawan mampu memaksimalkan kontribusinya terhadap perusahaan maka dampak yang diperoleh perusahaan yang berkaitan dengan finansial akan semakin besar, dan hal ini berimbas pada remunerasi dan bonus bagi karyawan. Lebih jauh
virtual executive coaching memiliki dampak bagi growth and sustainable
perusahaan.
6.3 Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Mendatang 6.3.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut: pertama, penelitian ini menggunakan email dalam bentuk narasi tertulis. Penggunaan narasi tertulis memiliki keterbatasan apabila subjek memiliki karakteristik yang tidak suka berargumen atau menjelaskan secara tertulis. Berbagai latar belakang budaya memengaruhi tanggapan yang diungkapkan dalam narasi, jika ingin lebih mengena seperti dalam executivecoaching tatap muka yang mampu menggunakan pacing sebagai proses penyelarasan, maka peneliti harus juga memahami budaya subjek yang berkaitan dengan tulisan.
132
Ketiga, penelitian ini dilakukan dengan coach seorang kepala cabang yang menggunakan tipe kepemimpinan transformasional dan transaksional melakukan virtual executive coaching dengan coache kepala penjualan (direct), dan berada dalam lokasi yang masih satu area (Jabotabek). Hal ini lebih variatif jika dilakukan dalam area yang lebih luas dan indirect.
6.3.2 Saran Penelitian Mendatang
Penelitian yang akan datang dapat mengembangkan dengan metode
virtual executive coaching tipe kepemimpinan transfomasional dengan skype, atau media virtual yang dapat saling melihat wajah antara coach dan coachee, sehingga subjek dapat berargumen secara lisan dalam bentuk diskusi dan bisa melakukan pacing lebih baik. Riset Murthy dan Kerr (2003), menunjukkan bahwa subjek yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat face-to-face memiliki pertimbangan profesional lebih baik daripada ketika menyampaikan pendapat melalui media komputer (computer mediated
communication) maupun menyampaikan pendapat melalui media telepon
(Reckers dan Schultz, 1982; Schultz dan Reckers, 1981). Penelitian yang akan datang dapat menggunakan provider yang semua lokasi penelitian dapat terjangkau.
Penelitian berikutnya dapat dilakukan secara indirect yaitu kepala cabang melakukan virtual executive coaching terhadap para tenaga penjualan.
Indirect ini memiliki kekuatan bahwa kepala cabang sudah memiliki kematangan dalam kepemimpinan dan dalam budaya timur memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap para tenaga penjualan. Keterkaitan budaya tentang sungkan, kepatuhan, hormat, dan lain sebagainya akan memberikan kontribusi tersendiri ketika kepala cabang langsung melakukan