• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwaliar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwaliar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka

(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak

langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,

kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi bentuk

RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami atau

RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, dan

pemakaman (Rukhmana dkk, 2011).

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan

sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH

tersebut. Kawasan Ruang Terbuka Hijau ini juga merupakan tempat interaksi

sosial bagi masyarakat yang dapat mengurangi tingkat stress akibat beban kerja

dan menjadi tempat rekreasi keluarga bagi masyarakat perkotaan (Arifin, 2013).

Ruang Terbuka Hijau, baik Ruang Terbuka Hijau Publik maupun Ruang

Terbuka Hijau Privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan

fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi.

Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan

sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. Ruang Terbuka

Hijau berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara

(2)

Hijau untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk

membangun jejaring habitat kehidupan liar. Ruang Terbuka Hijau untuk

fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan Ruang Terbuka Hijau

pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut,

sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota

(Rukhmana dkk, 2011).

Konservasi Satwa Liar

Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan

mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan

ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Purwantara, 2002). Satwa liar

merupakan bagian sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga

kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan peburuan dan

eksploitasi hutan yang berlebihan terutama memperniagakan terhadap satwaliar

yang jumlah populasinya dalam tingkat kelangkaan. Pengelolaan secara baik

dalam arti dibudidayakan sudah saatnya dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk

melestarikan populasi satwa yang ada dan sekaligus untuk menjaga keseimbangan

ekologinya. Salah satu alternatif terbaik yang perlu dikembangkan untuk menjaga

kelestarianya adalah melalui kegiatan penangkaran (Nurrahmandani, 2013).

Metode konservasi sumberdaya genetik terdiri atas konservasi in situ

dan konservasi ex situ (in vivo dan in vitro). Konservasi in situ dilakukan pada

lingkungan asal atau asli mahluk hidup. Konservasi ini biasanya dilakukan dalam

(3)

laut atau kawasan konservasi laut daerah. Pada metode konservasi in situ spesies

target dijaga di dalam ekosistem di mana spesies berada secara alami; tataguna

lahan terbatas pada kegiatan yang tidak memberikan dampak merugikan pada

tujuan konservasi habitat; dan regenerasi spesies target tanpa manipulasi manusia.

Sedangkan, konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi

spesies di luar habitat atau sebaran alami populasi tetuanya. Jenis metode ini

merupakan proses melindungi spesies mahluk hidup (langka) dengan

mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya

di bawah perlindungan manusia. Contoh konservasi ex-situ adalah kebun raya,

kebun binatang dan aquarium. Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat

terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan

(Barber, 2013).

Manfaat Satwa Liar Sebagai Objek Wisata

Sumberdaya alam yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek

ekowisata, salah satunya adalah satwaliar karena mempunyai peranan yang unik

dalam ekosistem (Yoeti 2000, Fandeli 2010, dan Lukman 2004). Ramdhani

(2008) mengatakan bahwa, selain memiliki nilai penting di dalam ekosistem,

satwa liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain (1) sebagai bahan penelitian,

pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), (2) sebagai sumber protein

yang berasal dari daging dan telurnya (3) memiliki nilai estetika, diantaranya

warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif

sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam

(4)

Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan

permintaan pariwisata di suatu obyek wisata. Namun tidak serta merta

pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di kawasan

obyek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya alam di

suatu obyek wisata tertentu (Sari, 2011). Wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daya Tarik

Wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No. 10 Tahun 2009).

Rekreasi merupakan kegiatan (bahkan kegiatan itu direncanakan) dan

dilaksanakan karena seseorang ingin melaksanakan. Jadi dapat diartikan usaha

atau kegiatan yang dilaksanakan pada waktu senggang untuk mengembalikan

kesegaran fisik. Kegiatan rekreasi dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu rekreasi

aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif adalah rekreasi yang lebih berorientasi

pada manfaat fisik dari pada mental, sedang rekreasi pasif adalah rekreasi yang

berorientasi pada manfaat mental dari pada fisik (Soemarno, dkk. 2010).

Salah satu prinsip pengembangan ekowisata adalah memenuhi aspek

pendidikan, yakni kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan

unsur pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan

memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat satwa yang ada di

sekitar daerah wisata, yakni manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya.

(5)

pelestarian alam dan budaya, dimana kegiatan ini dapat didukung oleh

alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi

(Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2002).

Penilaian Sumber Daya Lingkungan

Menurut Fauzi (2006) bahwa sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu

yang dipandang memiliki nilai ekonomi atau dapat juga dikatakan bahwa sumber

daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Ilmu ekonomi lingkungan menerangkan,

bahwa kerusakan lingkungan merupakan masalah eksternalitas yang akan

mengarah pada kegagalan pasar, karena tidak mungkin untuk membeli dan

menjual aset lingkungan dalam pasar karena tidak adanya harga pasar,

sehingga barang dan jasa lingkungan tidak diperdagangkan dalam pasar.

Dengan demikian produsen dan konsumen mengesampingkan masalah

lingkungan dalam membua keputusannya.

Pengenyampingan aset lingkungan ini dalam keputusan mereka

menyebabkan terjadinya penggunaan sumberdaya lingkungan yang tidak efisien,

sehingga menimbulkan kerusakan. Kegagalan pasar menjelaskan bahwa

kebanyakan barang-barang lingkungan tidak ada harganya atau harganya dinilai

secara tidak wajar (Sutrisno dkk, 2010).

Konsep Nilai Ekonomi

Secara tradisional nilai terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia

sebagai subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran,

(6)

(2009), bahwa nilai merupakan makna tentang suatu objek bagi seseorang pada

tempat dan waktu tertentu yang kegunaan, manfaat, kepuaasan, dan rasa senang

merupakan ungkapan makna dan nilai sumberdaya alam yang diperoleh.

Sedangkan ekspresi nilai tersebut menurut Purwantara dkk (2002) diekspresikan

dalam bentuk ukuran harga yang ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang

akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa

yang diinginkannya.

Bermacam-macan teknik penilaian dapat digunakan untuk

mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi

yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk

jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993).

Pendekatan Valuasi Suberdaya Alam dan Lingkungan

Valuasi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menyatakan nilai moneter

dalam perangkat dan pelayanan lingkungan dari sumber daya alam

(Mburu, 2007). Tujuan dari valuasi adalah menentukan pertimbangan manusia

menentukan Willing To Pay (WTP). Valuasi merupakan aturan penting dalam

pengembangan lingkungan dan manajemen kegiatan (Razif dan Achmad, 2013).

Secara umum teknik atau metode valuasi ekonomi sumber daya alam yang

tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua

kelompok. Pertama adalah metode valuasi yang menggunakan harga secara

implisit dimana WTP (willingness to pay) terungkap melalui model yang

dikembangkan. Teknik ini sering disebut revealed WTP (keinginan membayar

yang terungkap). Salah satu metode yang termasuk kelompok pertama adalah

(7)

yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh

secara langsung dari responden baik itu secara lisan atau tertulis. Salah satu

metode yang cukup populer pada kelompok kedua adalah metode kontingensi dan

metode discrete choise (Hendrasati,2009). Berikut skema teknik valuasi

non market tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Skema Teknik Valuasi Non Market

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Anggapan bahwa tempat wisata yang tidak memiliki tarif masuk atau

biaya pemanfaatan, maka para pengguna datang dari berbagai daerah untuk

menghabiskan waktu di tempat tersebut. Ketika tidak ada tarif masuk, permintaan

akan barang tersebut tidak terbatas karena ada biaya ke dan di tempat wisata

tersebut, pada saat inilah pendekatan biaya perjalanan mulai dipakai

(Nugroho,2010).

Metode biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva

permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/ jasa SDA dan

lingkungan. Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) mengestimasi kurva

permintaan barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah

semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas Valuasi Non

Market

Tidak Langsung (Revealed WTP)

1. Hedonic Pricing 2. Travel Cost 3. Random Utility Model

Langsung (Expressed WTP)

(8)

rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk rekreasi tersebut

karena biaya perjalanan yang mahal (Akliyah dan Hilwati, 2014).

Setiap metode valuasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Hendrasati (2009) menjelaskan bahwa metode yang mewakili reveled WTP atau

pengukuran nilai ekonomis secara terungkap yaitu metode biaya perjalanan atau

travel cost method, menggunakan proxy dari biaya dan waktu perjalanan yang

dikeluarkan oleh pengunjung dalam mengunjungi suatu tempat wisata. Metode

biaya perjalanan biasanya digunakan untuk menghitung nilai guna (used value)

dari suatu ekosistem.

Model biaya perjalanan didasari dengan asumsi bahwa orang lain akan

melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat tersebut sampai pada titik dimana

nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan

waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut dan untuk mengestimasi

besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat

rekreasi yang dikunjungi (Merryna, 2009). Lebih lanjut, Merryna (2009)

menjelaskan bahwa adapun kelebihan dari metode TCM adalah 1) Hasil

perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti, 2) Metode ini

dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen. Sedangkan kelemahan dari

metode TCM adalah 1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan

dalam kenyataannya susah untuk mengestimasi dengan tepat, 2) Opportunity cost

harus dimasukkan dalam perhitungan, 3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan

hubungan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan. Metode ini hanya

berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang

(9)

sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi non

pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenarnya.

Pendekatan Contingensi Valuation

Metode CVM merupakan metode valuasi yang menentukan preferensi

konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan mengemukakan

kesanggupan untuk membayar (WTP atau willingnes to pay) yang dinyatakan

dalam nilai uang (Akliyah dan Hilwati, 2014). Lebih lanjut, Razif dan Achmad

(2013) menjelaskan bahwa pendekatan ini dapat dilakukan dengan survei terhadap

sejumlah responden tertentu. Dalam survei, pertanyaan diolah menjadi

variabel-variabel pasar, yaitu WTP mereka yang dinyatakan dalam bentuk nilai

uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa

lingkungan tersebut hilang manfaatnya.

Metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM pada

dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat

terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari

kerusakan lingkungan (Fauzi, 2006).

Konsep Nilai Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,

kesehatan, dan lain-lain yang memiliki hubungan dengan penghasilan. Lebih

lanjut menurut Melly G. Tan bahwa untuk melihat kedudukan sosial ekonomi

(10)

Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia pada sebuah

masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk,

indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Menurut Horton dan Hunt (1987)

dalam Idianto (2004) bahwa nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan

pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu

salah atau benar. Sedangkan ciri-ciri nilai sosial yaitu tercipta dari proses interaksi

antar manusia, bukan perilaku yang dibawa sejak lahir, ditransformasikan melalui

proses belajar, berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi

kebutuhan sosial, berbeda-beda pada tiap kelompok manusia, masing-masing nilai

mempunyai efek yang berbeda-beda bagi tindakan manusia, dapat mempengaruhi

kepribadian individu sebagai anggota masyarakat dan merupakan konstruksi

masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.

Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang

ditempuh oleh seseorang dan diselesaikan di bangku sekolah. Pendidikan formal

akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan. Dengan cara berfikir yang baik

maka akan memudahkan menerima hal-hal baru yang bisa membangun pola hidup

untuk membantu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan Pendapatan

merupakan gambaran umum mengenai keadaan perekonomian suatu rumah

tangga (Sholikhotun, 2010). Lebih lanjut Nugroho (2010) menyatakan bahwa

Pendapatan individu merupakan pendekatan upah/gaji yang diterima tiap bulan,

untuk pelajar dan mahasiswa pendapatan sendiri merupakan uang saku perbulan,

dan untuk ibu rumah tangga pendapatan merupakan total pengeluaran konsumsi

(11)

Kaitan sosial ekonomi terhadap kegiatan wisata adalaha semakin jauh

jarak tempat tinggal maka kesempatan berkunjung akan semakin berkurang.

Sedangkan semakin tinggi usia pengunjung maka partisipasi untuk melakukan

kunjungan wisata juga akan berkurang (Nugroho, 2010).

Konsep Persamaan Regresi

Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan

menggunakan variabel bebas. angka yang baik untuk dijadikan prediktor variabel

tergantung (dependent variable), angka standard error of estimate harus lebih

kecil dari angka standard deviasi (Sarwono, 2009).

Gambaran Lokasi Penelitian

Analisis nilai sosial ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka

hijau di kota medan melalui pengamatan dan pengambilan data di lapangan pada

lokasi konservasi satwa liar yang berbeda berdasarkan tipe lahan yaitu lahan basah

di Konservasi satwa liar pada komplek perumahan Cemara Asri Medan, dan lahan

kering pada konservasi Ex-situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

adalah sebagai berikut.

Konservasi Satwa Liar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan

Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan terletak di jalan Cemara

Boulevard nomor 8, kecamatan Medan Barat, Medan. Keistimewaan kompleks ini

adalah dalam desain tata ruangnya terdapat area yang disediakan sebagai habitat

satwa.

(12)

awal perencanaan pembangunan akan dijadikan danau buatan sebagai daya tarik

lokasi. Namun tidak disangka banyak satwa burung yang berdatangan

ke rawa tersebut. Satwa tersebut diantaranya adalah kowak malam

(Nycticorax nycticorax), belibis batu (Dendrocygna javanica), kuntul kecil

(Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bulbucus ibis), cangak abu (Ardea cinerea),

dan cangak merah (A. purpurea). Hal ini dikarenakan bahwa pada ekosistem

rawa atau danau terdapat penyusun ekosistem yang memiliki fungsi sebagai

tempat hidup komponen biotik dan abiotik serta komponen rantai makanan. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Soemarwoto (1983) bahwa ekosistem danau dilihat

dari susunan dan fungsinya, tersusun atas tiga komponen yaitu komponen Bahan

hidup (biotik) yang terdiri atas tumbuhan, hewan (termasuk manusia), dan

mikroorganisme, komponen bahan tak hidup (abiotik) seperti komponen fisik dan

kimia yang terdiri dari tanah, air,udara, sinar matahari dan Komponen rantai

makanan yaitu terdiri dari produsen, konsumen dalam berbagai tingkatan dan

pengurai. Dengan demikian pihak pengelola, membiarkan rawa ini untuk

dijadikan habitat alami bagi satwa burung.

Selain itu, mengingat bahwa rawa yang dijadikan habitat liar alami untuk

satwa burung merupakan bagian tindakan konservasi, juga dapat dijadikan sebagai

daya tarik lokasi untuk mendapatkan kesenangan dan mendatangkan investasi

maka pengelola kompleks perumahan cemara asri melakukan penggalian terhadap

rawa tersebut dan dijadikan sebagai tempat memelihara beberapa jenis ikan yaitu

ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan gurami, ikan bawal, dan ikan gabus.

Investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk menjaga ekosistem

(13)

adalah dengan melakukan pemeliharaan kawasan dan satwa. Pemeliharaan

kawasan yaitu dengan menjaga kebersihan rawa dengan memasang beberapa

patok larangan dan pagar yang terbuat dari kawat dan batu pada pinggiran rawa.

Sedangkan investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola terhadap

pemeliharaan satwa adalah untuk pakan satwa yaitu sebesar Rp 5.000.000 per

bulan. Dengan demikian, investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk

menjadikan area konservasi bagi satwa liar di dalam kompleks perumahan cemara

asri adalah berupa lahan seluas 5 ha, perbaikan berupa pendalaman rawa,

pemasangan pembatas, dan pembuatan kandang serta pemeliharaan satwa berupa

pemberian pakan. Dengan begitu total biaya yang dikeluarkan oleh pihak

pengelola untuk membangun area konservasi satwa liar di kompleks perumahan

cemara asri Medan adalah biaya pengadaan dan biaya pemeliharaan. Biaya

pengadaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk mengadaan

atau menyediakan manfaat konservasi bagi satwa liar yaitu dengan memberikan

habitat liar alami bagi satwa untuk tumbuh dan berkembang. Biaya tersebut

adalah sebesar Rp 165.000.000,- dengan rincian investasi yaitu untuk

memperdalam kolam dengan melakukan penggalian terhadap kolam, memasang

pembatas pada pinggiran kolam, dan membuat kandang untuk satwa seperti ular

dan burung merpati.

Pemberiaan ruang bagi satwa liar oleh pihak pengelola agar satwa dapat

hidup dan berkembang di tengah maraknya kegiatan pengrusakan habitat satwa

akibat pembangunan dan perubahan fungsi kawasan, merupakan salah satu

tindakan yang mengandung nilai konservasi yaitu bertujuan mengusahakan

(14)

selain itu, Nilai-nilai yang terdapat pada usaha konservasi ini adalah adanya nilai

sosial yang tercermin pada kesediaan pihak pengelola mengajak masyarakat kota

untuk peduli lingkungan terutama satwa liar dengan memberikan akses gratis

untuk menikmati pemandangan satwa di alam liar. dengan demikian, dapat

menumbuhkan rasa kesadaran peduli terhadap lingkungan khususnya kehidupan

satwa liar di alam.

Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara

Konservasi ex-situ rusa yang dikelola oleh lembaga

Universitas Sumatera Utara terletak di jalan Dr. Mansyur, Kecamatan Medan

Selayang. Pada mulanya, penangkaran rusa tersebut hanya bersifat pemeliharaan

pribadi saja yaitu dengan membiarkan rusa untuk hidup di habitat alam yang

tersedia di halaman kampus USU. Selama proses pemeliharaan, rusa tersebut

dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik pada habitat yang tersedia di

kampus USU.

Selain itu, para pemerhati satwa seperti Yayasan Rahmadsyah yang

tertarik dengan habitat satwa di penangkaran USU telah menghibahkan beberapa

satwa untuk diujicobakan dan dikembangkan dengan mengelolanya secara

konservasi. Dengan demikian, tujuan dari penangkaran tersebut beralih dari

pemeliharaan saja menjadi fungsi konservasi bagi satwa.

Area konservasi ex-situ rusa ini dibangun kembali sejak tahun 2012-2014

melalui Program Rencana Kerja Rektor yaitu Program USU Asri. Berdasarkan

program tersebut, area konservasi ex-situ rusa diperbaiki dengan membuat desain

habitat yang cocok untuk rusa yaitu kandang rusa dibuat pada lahan rerumputan

(15)

seperti rawa kecil dan rumah-rumahan yang terbuat dari kayu. Hal tersebut

dilakukan karena berdasarkan karakteristik rusa, kebiasaan satwa tersebut adalah

berendam di rawa berlumpur dan menyembunyikan anak yang baru dilahirkan

dibalik-balik kayu.

Area konservasi ex-situ rusa di USU tidak hanya memiliki fungsi

konservasi saja. Fungsi lainnya yang terdapat di area konservasi ini adalah fungsi

ekologis, fungsi estetika, dan fungsi edukasi. Fungsi ekologis dan fungsi estetika

pada area ini selain pada keunikan satwanya, terdapat juga pada taman yang

dibangun di sekitar area penangkaran dengan desain taman yang terdiri dari jenis

tanaman berkayu mengelilingi penangkaran dan beberapa joglo, serta air pancur di

tengah area. Menurut Defriza (2015), penanggung jawab dalam proses perencaan

Program Kerja Rektor pada Program USU Asri dibawah pengawasan Rektor,

bahwa USU membutuhkan ruang publik yang dapat digunakan oleh para

mahasiswa USU khususnya untuk beraktivitas di ruang terbuka seperti ruang

terbuka hijau yang berada di halaman kampus, sehingga pembaharuan area

konservasi ex-situ rusa di USU dibuat dengan konsep ruang terbuka asri yang

memiiki fungsi ruang terbuka hijau yaitu ruang terbuka yang bermanfaat bagi

individu atau kelompok untuk melakukan aktifitasnya dan sebagai wadah untuk

makhluk lainnya seperti satwa dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang secara

alami.

Keistimewaan area ini adalah Keunikan satwa dan lokasi konservasi

ex-situ rusa di USU dengan berbagai fungsinya yaitu fungsi konservasi, fungsi

edukasi, fungsi ekologis, dan fungsi estetika, sehingga memiliki daya tarik untuk

(16)

yang berkunjung ke area ini, aktifitas yang dilakukan adalah seperti bersantai dan

belajar, mengamati dan memberi makan satwa, serta memotret atau pengambilan

gambar pemandangan di area konservasi. Dengan demikian, kawasan ini dapat

juga berfungsi sebagai objek wisata mengacu pada definisi wisata berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 bahwa wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.

Jenis satwa yang terdapat di konservasi ex-situ rusa di USU adalah rusa

sambar (Cervus unicolor), rusa totol Rusa totol (Axis axis), dan rusa afrika

(Taurotragus sryx). Jumlah satwa yang terdapat di penangkaran yang dikelola

USU saat ini adalah 16 ekor Rusa sambar (Cervus unicolor), 9 ekor Rusa totol

(Axis axis), dan 2 ekor rusa afrika (Taurotragus sryx). Selain itu, terdapat satwa

lainnya seperti 1 ekor kijang, 1 ekor burung merak serta itik.

Biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk menjaga kelestarian

kawasan konservasi rusa ini adalah biaya pemeliharaan taman dan pemeliharaan

satwa berupa pemberian pakan. Biaya pemeliharaan rusa yaitu meliputi biaya

pemberian pakan rusa sebesar Rp 4.000.000,- per bulan. Sedangkan biaya

investasi awal yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk membangun area

konservasi di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara adalah sebesar

Rp 250.000.000,- dengan rincian investasi adalah untuk perbaikan kadang,

pembuatan dan perbaikan taman di sekitar area konservasi rusa, dan upah

Gambar

Gambar 1.Skema Teknik Valuasi Non Market

Referensi

Dokumen terkait

Cinta, welas asih dan turut berbahagia terus mengalir dari batin dan bertindak pada dunia, namun karena terjaga oleh keseimbangan batin, mereka tidak menggantungkan diri

A model for recurrent networks of bistable neurons, each with random noise input, was ex- amined to address possible mechanisms for neural coding of temporal duration.. We have

diinvestasikan?” kita harus tahu terlebih dahulu berapa banyak kompensasi yang kita harapkan, sebagai ganti karena kita mau untuk menanggung risiko berinvestasi di reksa dana

The objectives of these experiments were to study the positive associative effects of supplementing barley straw-based diets with different levels of alfalfa hay on nutrient

1) Apa alasan utama para investor banyak yang memutuskan untuk menggunakan jasa para perusahaan investasi dan reksa dana dalam melakukan investasi? Dan apakah alasan para

Secara terpisah, Musliar Kasim Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan berpesan kepada anggota BSNP periode 2014-2018, bahwa implementasi Kurikulum 2013

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Krakatau Volcano Center adalah bangunan yang dapat digunakan untuk kegiatan pengamatan dan penelitian aktivitas Gunung