• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Sosial Anak Tentara di AsramaYonif 121 Macan Kumbang, Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi Sosial Anak Tentara di AsramaYonif 121 Macan Kumbang, Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut

hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan

kelompok (Soekanto, 2006 : 62). Interaksi sosial tidak terlepas dari lingkungan

dan kebudayaan, pengaruh lingkungan turut serta memberi dampak terhadap

bentuk interaksi.

Lingkungan merupakan tempat dimana berkumpulnya individu-individu

yang membentuk suatu masyarakat dalam satu lokasi tertentu. Dalam masyarakat,

masing-masing individu membawa karakter bawaan dari dirinya sendiri dan

mengalami percampuran nilai dan norma dengan individu lain didalam

lingkungan tersebut. Proses percampuran nilai dan norma akan membentuk suatu

karakter baru pada masyarakat dilingkungan tersebut dan melahirkan

norma-norma baru yang disepakati bersama.

Melalui norma yang disepakati, masyarakat didalam suatu lingkungan

wajib mematuhi norma-norma yang dibuat. Berbeda dengan lingkungan warga

pada umumnya, asrama militer merupakan suatu lingkungan yang memiliki

aturan-aturan militer yang tegas dan juga disiplin yang tinggi. Didalam prosesnya,

warga asrama akan mengalami proses internalisasi dan melalui norma tersebut

akan membentuk kesamaan ide atau karakter tegas dan disiplin ala militer.

Di dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi

tersebut. Adapun yang mendorong terjadinya interaksi sosial menurut Gerungan

(1988 : 58) berdasarkan pada empat faktor yaitu sebagai berikut :

(2)

Dalam interaksi sosial, gejala imitasimemiliki peranan penting didalam

proses sosial. Hal ini tampak jelas pada kebudayaan, asrama militer dan

sebagainya. Dalam kamus istilah sosiologi di katakan bahwa imitasi adalah suatu

usaha atau hasil usaha dari manusia untuk tampil atau berperilaku seperti pihak

lain yang berinteraksi dengan diri (Hasjir, 2003 : 30).Dalam penelitian ini

selanjutnya yang dimaksud dengan imitasi adalah tindakan seorang anak untuk

meniru orang lain, baik dalam sikap maupun perilaku.

2. Faktor Sugesti

Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat di rumuskan sebagai suatu proses di

mana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman-pedoman

tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 1988 : 61).

Sugesti merupakan tindakan seseorang untuk memberi pandangan atau sikap yang

kemudian diterima oleh pihak lain, sugesti mungkin terjadi jika orang yang

memberi pandangan adalah orang yang berwibawa atau bersifat otoriter, atau

orang tersebut merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. Contoh di

sekolah seorang guru memiliki kuasa untuk menanamkan nilai kebersamaan

kepada muridnya.

3. Faktor Identifikasi

Identifikasi merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama)

dengan orang lain (Walgito, 2000 :72). Menurut kamus istilah sosiologi

identifikasi adalah suatu proses atau hasil proses penempatan diri individu pada

kedudukan serta peranan orang lain dan mengikuti pengalaman-pengalamannya

(Hasjir, 2003 : 29).Dalam hal ini orang yang melakukan identifikasi mengenal

betul orang lain yang menjadi idolanya. Sikap, perilaku, cara hidup orang yang

menjadi idola nya dan sangat ia sukai sehingga dia ingin menjadi orang yang

seperti itu. Tujuan dari proses identifikasi adalah individu yang bersangkutan

ingin mempelajari tingkah laku maupun perilaku individu lain meskipun tanpa

disadari sebelumnya dan baru disadari apabila proses ini telah membawa hasil.

Imitasi merupakan tindakan seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain,

(3)

4. Faktor simpati,

Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang

tertarik dengan individu yang lain. Prosesnya berdasarkan perasaan semata-mata

tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan kata lain simpati adalah

suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (Soekanto, 2001 :

70). Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam proses interaksi sosial yang

terjadi pada anak di asrama Yonif 121/Macan Kumbang.

2.1.1 Pola Interaksi Sosial

Pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan

individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok dengan

memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau

hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.Menurut Soekanto (2006:55) pola interaksi

sosial merupakan gambaran hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.

Dengan demikian, didalam penelitian ini bentuk jalinan interaksi yang

terjadi antara anak-anak tentara di asrama bersifat dinamis dan memiliki pola

tertentu.Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan

bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan sosial yang

relatif mapan.Pola interaksi sangat kompleks, interaksi atau proses sosial

(hubungan sosial yang dinamis) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pola interaksi Asosiatif a) Kerja Sama (Cooperation)

Merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok

manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.Fungsi kerjasama

(4)

apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan

yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya

organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”.

Didalam penelitian ini kerjasama antara anak tentara di asrama dapat dilihat dari

berbagai hal, mulai dalam bermain ataupun dalam mengerjakan sesuatu hal.

b) Akomodasi (Accomodation)

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Effendy, 2007:127), akomodasi adalah

suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu

proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi

dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok

manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk

mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk

menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan

tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai

dengan situasi yang dihadapinya, yaitu : Untuk mengurangi pertentangan antara

orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham Mencegah

meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer

Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya

terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang

dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta. mengusahakan

peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.Didalam penelitian ini, akomodasi

dilihat dalam upaya memungkinkan kerjasama antar anak dimana rumah

masing-masing anak berbeda jika dilihat dari pangkat orangtuanya.

c) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan

adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara

(5)

untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan

memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Dalam hal ini terdapat faktor umum yang menimbulkan penghalangan

terjadinya asimilasi adalah terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam

masyarakat, kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan

sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga perasaan takut

terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi perasaan bahwa suatu

kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan

golongan atau kelompok lainnya.

2. Pola interaksi Disosiatif

Pola interaksi disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses,

yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,

walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial

masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan

seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola

oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle

for existence). Untukkepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses

yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :

a) Persaingan (Competition)

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial

dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan

melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat

perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara

menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada

tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe

umum bersifat pribadi dan tidak pribadi.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :

(6)

jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa

medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.

Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan

berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai

dengan kemampuannya. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya

(fungsional) Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:

1. Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras

dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.

2. Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para

individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan

sosialnya hingga tercapai keserasian.

3. Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat

akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.

b) Kontraversi (Contravetion)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang

berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi antar

masyarakat setempat, mempunyai dua bentuk : Kontavensi antarmasyarakat

setempat yang berlainan (intracommunity struggle) kontravensi antar

golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle).

2.2 Solidaritas Sebagai Hasil Interaksi Anak

Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai

kesetiakawanan dan perasaan sepenanggungan. Sementara Paul Jonhson

(1986:181) memberikan pengertian bahwa solidaritas sosial menunjuk satu

keadaan hubungan antar individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada

(7)

pengalaman emosional bersama. Sependapat dengan Johnson, Lawang dalam

Soedijati (1995:12) menguraikan bahwa dasar pengertian solidaritas tetap kita

pegang yakni kesatuan, persahabatan, saling percaya yang muncul akibat

tanggung jawab bersama dan kepentingan bersama diantara para anggotanya.

Pengertian ini selanjutnya lebih diperjelas oleh Durkheim “solidaritas

adalah perasaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau

komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu/menjadi

persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk

bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan sesamanya (Durkheim dalam

Soedijati, 1995:25).

Dalam perspektif sosiologi, keakraban hubungan antara kelompok

masyarakat itu tidak hanya merupakan alat dalam rangka usaha mencapai atau

mewujudkan cita-citanya, akan tetapi justru keakraban hubungan sosial tersebut

sekaligus merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan kelompok

masyarakat. Keadaan kelompok yang semakin kokoh selanjutnya akan

menimbulkan sense of belongingness diantara anggotanya.

Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok

sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada

kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan

tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan

masing-masing anggota dengan keadaan tertentu akanmemberikan hasil kerja

yang baik. Dengan demikian, akan makin tinggi pula solidaritas kelompok dan

makin tinggi pula sense of belonging (Huraerah dan Purwanto, 2006:7). Lebih

lanjut solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada antara anggota suatu asosiasi,

kelompok, kelas sosial atau kasta, dan diantara berbagai pribadi, kelompok

maupun kelas-kelas membentuk masyarakat atau bagian-bagiannya (Soekanto

dalam Soedijati, 1995:14). Solidaritas sosial melahirkan persamaan, saling

ketergantungan, dan pengalaman yang sama merupakan unsur pengikat dalam

(8)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa solidaritas sosial

adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan rasa

sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena adanya

perasaan emosional dan moral yang dianut bersama. Solidaritas sosial

sesungguhnya mengarah pada keakraban atau kekompakan (kohesi) dalam

kelompok.

Berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi

solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik.

a. Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik merupakan solidaritas yang terbangun antara sesama

manusia yang didasari akar-akar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam

kehidupan sesama.Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam

membangun kehidupan harmonis antara sesama.Karena itu, landasan solidaritas

tersebut lebih bersifat lama dan tidak temporer.

Menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu ’’kesadaran

kolektif’’ bersama (collective consciousness/conscience), yang menunjuk pada

‘’totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang

rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu (Durkheim dalam Johnson,

1986:183). Ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen

moral.Oleh karena itu, maka individualitas tidak dapat berkembang dan bahkan

terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk komformitas.

Masyarakat asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang dimana warganya

adalah anggota keluarga besar TNI aktif diikat oleh rasa kepercayaan yang kuat,

nilai kekeluargaan dan komitmen moral yang tinggi, tapi disamping itu kehidupan

masyarakatnya diatur oleh aturan yang ketat pula. Mengutip pendapat Durkheim

(Johnson,1986), indikator paling jelas bagi solidaritas mekanik adalah ruang

lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang sifatnya menekan atau represif. Ikatan

ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang dibuat atas persetujuan

rasional, karena hubungan serupa itu mengandalkan sekurang-kurangnya satu

(9)

solidaritas mekanik biasanya terdapat dalam masyarakat pedesaan yang memiliki

mata pencaharian yang sama, yakni dalam bidang pertanian.

Solidaritas mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu

kesadaran kolektif bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama.

Ikatan kebersamaan itu dibentuk karena adanya kepedulian diantara sesama. Ciri

khas yang paling penting dari solidaritas mekanik adalah solidaritas didasarkan

pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan

sebagainya.

Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanik, kesadaran kolektif

melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya, dia diyakini sangat

mendarah daging, dan isinya sangat bersifat religius.Sementara dalam masyarakat

yang memiliki solidaritas organik, kesadaran kolektif dibatasi pada sebagian

kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang mendarah daging, dan isinya

hanya kepentingan individu yang lebih tinggi dari pedoman moral (George Ritzer

dan Douglas J. Goodman, 2008: 91-92).Pada model masyarakat yang menganut

solidaritas mekanik, yang diutamakan adalahperilaku dan sikap, dimana

perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim, seluruh anggota masyarakat

diikat oleh kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yaitu suatu kesadaran bersama

yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat

ekstrim serta memaksa (Kamanto Sunarto, 2004: 128).

Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk solidaritas

masyarakat asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang adalah solidaritas

berbentuk mekanik apabila dilihat dari homogenitas, perasaan moral dan

kesadaran kolektifnya.

b. Solidaritas Organik

Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat–masyarakat

kompleks berasal lebih dari kesalingtergantungan daripada kesamaan

bagian-bagian (Campbell,1994:185). Lebih jelasnya, Johnson (1986:183) menguraikan

bahwa solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah

(10)

Selain itu, dalam masyarakat dengan solidaritas organik tingkat

heterogenitas semakin tinggi, karena masyarakat semakin plural.Penghargaan baru

terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual menjadi dasar

masyarakat pluralistik.Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjan

orang lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda

dalam kepercayaan, pendapat, dan gaya hidup. Pengalaman orang menjadi

semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada

umumnya.

Kondisi seperti diatas tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya,

individu dan kelompok dalam masyarakat semakin tergantung kepada pihak lain

yang berbeda pekerjaan dan spesialisasi dengannya. Ini semakin diperkuat oleh

pernyataan Durkheim bahwa kuatnya solidaritas organik ditandai oleh pentingnya

hukum yang bersifat memulihkan (restitutif) daripada yang bersifat

mengungkapkan kemarahan kolektif yang dirasakan kuat (Durkheim dalam

Johnson, 1986:184).

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan antara masyarakat dengan

solidaritas mekanik dengan masyarakat dengan solidaritas organik maka diringkas

sebagai berikut (Johnson, 1986:188):

Tabel 1. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik

Pembagian kerja rendah Pembagian kerja tinggi

Kesadaran kolektif kuat Kesadaran kolektif lemah

Hukum represif dominan Hukum restitutif dominan

Konsensus terhadap pola-pola normatif penting

Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum penting

Individualitas rendah Individualitas tinggi

Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang

Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang-orang yang menyimpang

(11)

itu rendah

Bersifat primitif atau pedesaan Bersifat industrial perkotaan

Sumber :Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan

teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam (indepth Interview) dan

observasi selanjutnya akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

2. 3 Asrama Sebagai Institusi Total

Goffman mendefenisikan institusi total sebagai tempat tinggal dan kerja

di mana sejumlah besar individu, yang untuk waktu yang cukup lama terlepas dari

masyarakat luas, bersama-sama terlibat dan berperan di mana kehidupan diatur

secara formal (Poloma, 2000:238). Istilah institusi total ini dipakai untuk

menganalisis lembaga-lembaga yang membatasi perilaku manusia melalui

proses-proses birokratis yang menyebabkan terisolasinya secara fisik dari aktivitas

normal di sekitarnya.

Institusi dikatakan total, ketika institusi ini membatasi ruang gerak

orang-orang di dalamnya pada tiap kesempatan. Mereka tidak bisa melepaskan diri,

menghasilkan dan mereproduksi kenormalan di dalam institusi sesungguhnya.

Beginilah institusi total sebagai organisasi yang mengatur keseluruhan kehidupan

anggotanya. Ciri-ciri institusi total menurut Goffman antara lain dikendalikan oleh

kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah

asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), barak

militer, institusi pendidikan kedinasan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk di

dalamnya rumah sakit jiwa), biara, institusi pemerintah, dan lainnya.

Menurut Goffman dalam masyarakat luas orang berpartisipasi dalam

banyak kelompok; makan, bekerja, bermain dan sembahyang dengan

partisipan-partisipan lainnya. Dalam institusi total segala sesuatu dilakukan bersama-sama,

(12)

berlaku. Terdapat kesenjangan yang luas antara yang berkuasa atau yang

berwewenang dan yang dikuasai atau berkedudukan rendah; mobilitas sosial

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami

yang menyampaikan penawaran atau tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran , maka Pokja ULPD Kemenkeu Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa tidak ada

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Wilayah II Provinsi Riau di Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan e-Lelang dengan pascakualifikasi

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan pada Pokja IGD-2 Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir pada :.. Hari :

Realitas ini dapat diatasi ketika profesi kekal dan penahbisan tidak dianggap sebagai “kelulusan” dari sebuah formasi dan pertanggungjawaban yang tiada henti; Kesenjangan bisa

Kesimpulan akhir dari penelitian tesis ini adalah, konsep penilaian autentik sikap sosial pada siswa kelas IV di MIN 2 Kota Malang, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan

Hasil penelitian dengan menggunakan metode jigsaw menunjukan bahwa keaktifan dan semangat siswa meningkat yang akhirnya membuat prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

(1) Hasil observasi tanggal 25 Maret 2017 oleh guru pengamat, aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran diskusi bermedia Kantong Doraemon menunjukkan bahwa