• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Miopia yang Tidak Dikoreksi dengan Prestasi Belajar pada Siswa-Siswi Kelas 5-6 di SDN Dharmawanita, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Miopia yang Tidak Dikoreksi dengan Prestasi Belajar pada Siswa-Siswi Kelas 5-6 di SDN Dharmawanita, Medan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1   

  Universitas Sumatera Utara 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata merupakan jalur informasi utama dari panca indera. Adanya kelainan

pada mata akan menurunkan produktifitas, menimbulkan keluhan dan menganggu

aktivitas sehari-hari. Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang

paling sering terjadi. Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi terus meningkat

diseluruh dunia. Hal ini disadari menjadi penyebab signifikan kelainan visual

yang dapat dicegah.

Di dunia, terdapat 285 juta orang yang mengalami ganggguan penglihatan,

39 juta orang dari mereka mengalami kebutaan (WHO,2012). Sekitar 90% dari

gangguan penglihatan terdapat di negara berkembang, dan 80% dari semua

gangguan penglihatan dapat dicegah dan dapat disembuhkan. Dua belas juta anak

di dunia yang berusia 5 sampai 15 tahun mengalami gangguan penglihatan karena

kelainan refraksi yang tidak dikoreksi; suatu kondisi yang sebenarnya dapat

didiagnosis dengan mudah dan dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak

atau dengan tindakan bedah. Berdasarkan letak geografis, 87% orang dengan

gangguan penglihatan tinggal di negara berkembang.

Salah satu kelainan refraksi yang sering terjadi pada populasi usia sekolah

adalah miopia. Miopia merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan didepan retina.

Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias yang tinggi atau akibat indeks

refraksi lensa dan kornea terlalu kuat , dalam hal ini disebut juga miopia refraktif

(American Academy of Ophthalmology, 2010). Penderita miopia memiliki visus <

6/6 dan kesulitan melihat benda yang jauh.

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia, antara

lain adalah genetik, jenis kelamin, suku, aktivitas melihat dekat meliputi waktu

yang dihabiskan untuk membaca, penggunaan komputer, menonton televisi, dan

(2)

2   

  Universitas Sumatera Utara 

 

bermain TV game , serta lamanya pajanan terhadap cahaya. Faktor genetik

merupakan faktor penting dalam perkembangan miopia.

Miopia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Miopia

dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan prevalensinya terus meningkat

(Fredrick, 2002). Prevalensi miopia pada remaja telah meningkat dari 5-10%

sampai 10-20% di negara industri seperti Eropa dan Amerika Utara, dan

meningkat dari 25% sampai 60-80% di Asia Timur selama dua dekade terakhir.

Sedangkan di Indonesia miopia juga merupakan kelainan refraksi yang sering

terjadi dibandingkan kelainan refraksi lainnya. Seang Mei, dkk (2002) meneliti

prevalensi miopia di Sumatera mencapai 26,1% , sedangkan M.Sitepu (2002)

mendapatkan angka penderita miopia sebesar 76,5% dari 1124 penderita kelainan

refraksi di RS Pirngadi Medan.

Miopia ini memberikan dampak yang luas bagi penderitanya, seperti pada

karir, sosial ekonomi, dan juga yang lebih penting adalah memberikan masalah

pada pendidikan. Pada anak usia sekolah, miopia yang tidak terkoreksi akan

mengganggu proses belajar dan mengganggu proses pendidikan sehingga akan

mempengaruhi prestasi belajarnya. Hal ini tidak hanya berdampak buruk pada

penderita tersebut, tapi juga berdampak buruk bagi kelangsungan hidup negara,

karena anak adalah masa depan bangsa.

Perlu dilakukan screening atau pemeriksaan mata pada anak usia

pra-sekolah dan usia pra-sekolah yang secara berkala dilakukan untuk menyaring miopia,

sehingga miopia yang terjadi dapat dikoreksi dengan kacamata. Hal ini penting

karena koreksi dari kelainan refraktif dapat memberikan penglihatan normal pada

anak. Upaya ini juga dapat mencegah akibat yang timbul seperti gangguan belajar

pada anak, sehingga dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan belajar pada

anak.

Oleh karena latar belakang diatas, peneliti merasa perlu melakukan

penelitian mengenai hubungan miopia yang tidak dikoreksi dengan prestasi

belajar pada siswa-siswi kelas 5-6 di SDN Dharmawanita, Medan.

(3)

3   

  Universitas Sumatera Utara 

 

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan satu pertanyaan pada

penelitian ini, yaitu “Adakah Hubungan antara Miopia yang Tidak Dikoreksi

dengan Prestasi Belajar pada Siswa-Siswi kelas 5-6 di SDN Dharmawanita,

Medan?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara miopia yang tidak dikoreksi dengan

prestasi belajar pada siswa-siswi kelas 5-6 di SDN Dharmawanita, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi miopia pada siswa-siswi kelas 5-6 di SDN

Dharmawanita, Medan.

2. Untuk mengetahui status ketajaman pengelihatan (visual aquity) pada

siswa-siswi kelas 5-6 di SDN Dharmawanita, Medan.

3. Untuk mengetahui prevalensi miopia yang tidak dikoreksi pada

siswa-siswi kelas 5-6 di SDN Dharmawanita , Medan.

4. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa-siswi kelas 5-6 di SDN

Dharmawanita,Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data prevalensi bagi

pemerintah dan diharapkan pemerintah bisa lebih memperhatikan dan

mengatasi masalah ini

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

untuk dilakukannya screening atau pemeriksaan mata terutama pada anak

usia sekolah untuk mencegah terjadinya gangguan penglihatan yang

berdampak pada pendidikan anak usia sekolah

(4)

4   

  Universitas Sumatera Utara 

 

2. Bagi Subjek Penelitian

a) Memberikan gambaran informasi dan pengetahuan mengenai miopia

b) Memberikan pengetahuan tentang pengaruh kesehatan mata terhadap

proses pendidikan

3. Bagi Peneliti

a) Memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan

penelitian terutama dalam bidang kesehatan.

b) Meningkatkan kemampuan dalam melakukan screening tajam penglihatan

dengan menggunakan Snellen Chart.

c) Melatih kemampuan berkomunikasi yang nantinya diperlukan saat

berkomunikasi dengan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa-siswi. SMA Negeri 1 Medan kelas X tahun

Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa/Siswi SMA Negeri 1 Medan Kelas X Tahun ajaran 2014-2015

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. Untuk mengetahui hubungan

Karya tulis ilmiah ini berjudul Prevalensi Penurunan Ketajaman Penglihatan pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Kelas 4-6 di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi miopia pada siswa kelas VIII dan IX MTsS Ulumul Quran Banda Aceh didapatkan 41 siswa (20,5%)

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Siswi Kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan” penulis susun untuk

iv HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN MIOPIA PADA SISWA-SISWI KELAS I HINGGA VI DI SDN RAWA BADAK UTARA 01 JAKARTA UTARA Mutia Hayu1, Tri Agus Haryono2 ABSTRAK Latar belakang:

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siwa/siswi kelas VI SDN Kalijati I belum berkembang secara optimal ditandai dengan: siswa kurang